SIAPA "SAHABAT RAKYAT" DAN BAGAIMANA MEREKA MEMUSUHI KAUM SOSIAL DEMOKRAT

(Jawaban terhadap artikel-artikel Russkoye Bogatstvo yang memusuhi kaum Marxis)

V.I. Lenin (1894)


BAB III (BAGIAN 3)

Sebagai kesimpulannya, mungkin akan berharga apabila kita menjawab pertanyaan yang mungkin sudah dialami oleh lebih dari satu orang pembaca. Ada manfaatnyakah berbantah-bantah sampai begitu lama dengan Tuan-Tuan seperti itu? Bermanfaatkah menjawab dengan serius untuk arus liberal dan kotoran yang dilindungi oleh sensor yang dengan senang hati mereka sebut sebagai polemik itu?

Saya kira hal itu, bukan untuk kepentingan mereka, tentu saja, atau untuk kepentingan masyarakat umum yang "berbudaya itu, tetapi untuk pelajaran yang bermanfaat dan yang dapat serta harus dipelajari oleh kaum sosialis Rusia dari serangan gencar ini. Karena hal ini memang dapat memberikan bukti paling menakjubkan dan paling meyakinkan yang telah dialami dalam periode perkembangan sosial Rusia yang tidak akan pernah kembali itu, ketika demokrasi dan sosialisme bergabung dalam satu keutuhan yang tak terpisahkan dan tak terceraikan (seperti kasus yang pernah terjadi, misalnya, pada hari Chernyshevsky. Sekarang ini, mutlak tidak ada dasar bagi ide, yang di sana sini masih dianut oleh kaum Sosialis Rusia dan yang secara sangat merugikan telah mempengaruhi teori dan kerja praktis mereka, sehingga tidak ada perbedaan kualitatif yang mendalam di Rusia di antara ide-ide kaum demokrat dan kaum sosialis. Sebaliknya, ada jurang lebar yang memisahkan ide-ide ini, dan sudah tiba saatnya bagi kaum sosialis Rusia untuk memahami hal ini, dan untuk memahami bahwa PERPECAHAN YANG TERAKHIR dan SEMPURNA dengan ide-ide kaum demokrat itu sudah merupakan KEHARUSAN dan TAK TERELAKKAN lagi!

Marilah kita lihat apakah sebenarnya kaum demokrat Rusia ini di masa lalu dalam hari-hari munculnya ide ini, dan menjadi apa kaum demokrat Rusia ini di masa sekarang.

Dalam hal ini, "para sahabat rakyat" kita itu dapat memberikan bahan yang cukup untuk perbandingan seperti itu.

Yang luar biasa menariknya dalam hubungan ini adalah serangan Tuan Krivenko terhadap Tuan Struve yang, dalam publikasinya di Jerman, menentang utopianisme Tuan Nik.-on (artikelnya "Tentang Perkembangan Kapitalis di Rusia," "Zur Beurtheilung der kapitalis tischen Entwicklung Russlands," yang dimuat di majalah Sozialpolitisches Centralblatt, [84] III, No. 1, 2 Oktober, 1893). (utopia = khayalan) Di sana, Tuan Krivenko melancarkan serangannya kepada Tuan Struve karena, seperti yang dikatakannya, mengelompokkan ide-ide mereka yang "berpihak pada masyarakat desa beserta penjatahan tanahnya" sebagai "sosialisme nasional" (yang, katanya, "berwatak utopia murni"). (utopia = khayalan) Tuduhan mengerikan mengenai sosialisme ini mendorong pengarang kita yang mulia itu menjadi marah.

"Apakah," serunya, "tidak ada lainnya" (selain dari Herzen, Chernyshevsky dan kaum Narodnik), "yang berpihak kepada masyarakat desa beserta jatah tanahnya? Bagaimana dengan mereka yang membuat peraturan untuk para petani, yang membuat kebebasan ekonomi para petani dan masyarakat menjadi basis dari Reformasi? Bagaimana dengan para peneliti sejarah kita dan kehidupan pada jamannya yang mendukung prinsip-prinsip ini, dan hampir seluruh pers kita yang serius dan terhormat, yang juga mendukung prinsip-prinsip ini — apakah mereka semuanya ini merupakan korban dari khayalan yang disebut 'sosialisme nasional' itu?"

Tenangkan diri Anda, "sahabat rakyat" yang paling berjasa itu! Anda begitu takut dengan tuduhan mengerikan karena tersangkut dengan sosialisme sehingga Anda bahkan tidak berusaha sedikit pun untuk membaca "artikel kecil" karya Tuan Struve secara cermat. Dan, sesungguhnyalah, apakah ketidakadilan yang diteriakkan untuk menuduh mereka yang berpihak kepada "masyarakat desa beserta jatah tanahnya" itu sebagai tersangkut dengan sosialisme! Mohon ampunlah! Apa yang bersifat sosialistis di dalam hal ini? Sosialisme, seperti yang kita ketahui, adalah nama yang diberikan untuk memprotes dan berjuang melawan eksploitasi terhadap rakyat pekerja, yaitu, perjuangan untuk menghapuskan sama sekali eksploitasi ini — sedangkan "berpihak pada penjatahan tanah" berarti mendukung pembayaran uang penebusan kepada petani untuk semua tanah yang dulu mereka miliki sebagai pembagian untuk mereka. Tetapi, bahkan, apabila orang tidak berpihak pada penebusan tanah tetapi pada hak tetap memiliki secara sembarangan terhadap tanah yang telah dimiliki para petani sebelum Reformasi, maka sifat sosialistis di dalamnya itu juga tidak ada, karena hal ini merupakan kepemilikan petani atas tanah ini (yang berkembang selama jaman feodal) dan telah ada di mana pun di Barat seperti juga halnya di sini, di Rusia, [Bukti — terpecah-belahnya kaum tani.] yang telah menjadi basis dari maysarakat borjuis. "Berpihak kepada masyarakat desa," yaitu, untuk melindungi mereka dari gangguan polisi dalam metode yang biasa untuk mendistribusikan tanah — sifat sosialistis apa yang ada di sana, ketika setiap orang tahu bahwa eksploitasi rakyat pekerja itu secara sangat baik dapat terjadi dan dapat dilahirkan di tengah-tengah masyarakat ini? Itulah kata yang diciptakan dengan merentangkan kata "sosialisme" untuk memaksudkan sesuatu, mungkin termasuk Tuan Pobedonostsev, [85] juga, agar dapat digolongkan sebagai seorang sosialis pula!

Dengan demikian, Tuan Struve tidak dapat dipersalahkan sama sekali mengenai ketidakadilan yang mengerikan seperti itu. Ia berbicara tentang "utopianisme dari sosialisme nasional" kaum Narodnik itu, sehingga kita dapat melihat siapa yang ia golongkan sebagai kaum Narodnik itu dari fakta yang ia rujuk ke tulisan Plekhanov 'Perbedaan Kita' sebagai polemik melawan kaum Narodnik itu. Plekhanov, tidak diragukan lagi, memang berpolemik melawan kaum sosialis, melawan orang-orang yang sama sekali tidak sama dengan pers Rusia yang "serius dan terhormat" itu. (utopia = khayalan) Oleh karena itu, Tuan Krivenko tidak berhak untuk menerapkan kepada dirinya sendiri tentang apa yang dimaksud dengan kaum Narodnik itu. Meskipun demikian, apabila ia begitu ingin mengetahui pendapat Tuan Struve tentang kecenderungan yang akan diikutinya sendiri, maka saya justru heran tentang mengapa ia tidak memperhatikan, dan tidak menerjemahkan untuk majalah Russkoye Bogatstvo, kutipan yang berikut ini dari artikel tulisan Tuan Struve:

"Begitu perkembangan kapitalis mengalami kemajuan," kata pengarang kita itu, "filsafat" (yaitu, filsfat kaum Narodnik) "yang baru saja dilukiskan itu cenderung untuk kehilangan basisnya. Filsafat itu akan mengalami degenerasi atau kemerosotan (wird herabsinken) menjadi berkecenderungan reformis yang agak tidak berwarna, sehingga mampu berkompromi, dan bahkan mencari kompromi, [1] dengan menjanjikan dasar-dasar yang telah lama diamati, atau akan mengakui bahwa perkembangan yang sebenarnya itu tak terelakkan dan bahkan akan menarik kesimpulan teoritis dan praktis yang harus mengikutinya dari hal ini — yang dengan kata lain, akan tidak lagi menjadi utopia." (utopia = khayalan)

Apabila Tuan Krivenko tidak dapat menduga di mana, di Rusia, dapat dijumpai dasar-dasar dari kecenderungan yang hanya mampu berkompromi itu, maka akan saya nasihatkan kepadanya untuk melihat majalah Russkoye Bogatstvo, pada pandangan teoritis majalah itu, yang mewakili upaya menyedihkan untuk mengumpulkan kepingan-kepingan dari doktrin kaum Narodnik itu dengan mengakui perkembangan kapitalis Rusia, beserta program politiknya, yang ditujukan untuk memperbaiki dan memulihkan ekonomi para produsen kecil berdasarkan sistem kapitalis sekarang ini. [2]

Salah satu gejala paling khas dan berarti dari kehidupan sosial kita pada waktu akhir-akhir ini adalah, pada umumnya, berupa degenerasi atau kemerosotan Narodisme yang menjadi oportunisme borjuis kecil.

Sesungguhnyalah, apabila kita mengambil substansi atau intisari dari program majalah Russkoye Bogatstvo — seperti, peraturan tentang migrasi, sewa tanah, kredit murah, museum, gudang, perbaikan teknik, artel, penanaman tanah umum, dan semua yang lainnya itu — maka kita akan mengetahui bahwa hal itu sesungguhnya memang telah tersebar sangat luas di seluruh "pers yang serius dan terhormat," yaitu, di seluruh pers liberal, dan di berbagai publikasi yang bukan merupakan organ tuan tanah feodal dan juga bukan pers reptil (pers penjilat). [86] (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia) Ide bahwa semua langkah ini diperlukan, bermanfaat, mendesak, "tidak berbahaya," dsb., itu memang telah berakar dalam di kalangan seluruh inteligensia, dan secara ekstrem juga telah tersebar luas. Dengan demikian, Anda akan menemuinya dalam koran maupun dalam lembaran-lembaran lainnya di propinsi-propinsi, termasuk dalam semua kegiatan Zemstvo, baik yang berupa riset, ringkasan, deskripsi, dsb., dsb. Apabila hal ini dianggap sebagai Narodisme, maka tidak diragukan lagi suksesnya itu luar biasa besarnya dan tak terbantahkan lagi.

Hanya saja, hal itu bukanlah Narodisme sama sekali (tetapi, dalam pengertiannya yang lama dan yang telah menjadi biasa dari istilah itu), dan kesuksesannya beserta wataknya yang tersebar luas secara luar biasa itu telah dicapai dengan memvulgerkan Narodisme, dan mengubah Narodisme yang sosial revolusioner, dan secara tajam dipertentangkan dengan liberalisme kita itu, menjadi oportunisme kulturnichesky (oportunisme yang ditingkatkan), dan yang bergabung dengan liberalisme ini, serta hanya menyatakan berbagai kepentingan kaum borjuasi kecil belaka.

Untuk meyakinkan diri kita sendiri tentang hal ini, maka kita pun harus kembali ke gambaran tentang adanya diferensiasi di kalangan para petani dan para perajin seperti yang diberikan di atas — dan gambaran-gambaran ini sama sekali tidak melukiskan fakta-fakta yang terisolasi atau fakta-fakta yang baru, tetapi hanyalah merupakan suatu upaya untuk, dengan istilah-istilah ekonomi politik, melukiskan "sekolah" bagi "para pengisap darah" dan "para buruh tani" yang keberadaannya tidak dibantah sama sekali bahkan oleh lawan-lawan kita sekali pun. Sudah barang tentu, langkah-langkah kaum "Narodnik" itu hanya dapat dipakai untuk memperkuat kaum borjuasi kecil; atau yang lainnya  (artel dan penanaman tanah umum) akan cenderung menjadi penyembuhan yang menyengsarakan, atau tetap menjadi eksperimen yang menyedihkan semacam itu dan yang oleh kaum borjuasi liberal telah diusahakan dengan begitu lembutnya di mana-mana di Eropa karena alasan sederhana bahwa semuanya itu sama sekali tidak mempengaruhi "sekolah" itu sendiri. (artel = asosiasi para petani, para perajin, dsb., di Rusia) Karena alasan yang sama ini pula, bahkan Tuan-Tuan Yermolovs dan Wittes [87] sekali pun tidak dapat menolak kemajuan semacam ini. Tetapi justru sebaliknya. Oleh karena itu, bermurah hatilah kepada kami, Tuan-Tuan! Mereka bahkan akan memberi Anda uang "untuk eksperimen" itu, kalau saja, semuanya ini akan dapat membelokkan kaum "inteligensia" dari karya revolusioner mereka (dengan menekankan antagonisme, dengan menjelaskannya kepada kaum proletariat, dengan berusaha untuk membawa antagonisme ini keluar ke jalan raya perjuangan politik secara langsung) ke antagonisme tambal sulam, ke konsiliasi (pendamaian) dan unifikasi (penyatuan). Oleh karena itu, bermurah hatilah kepada kami!

Sekarang, marilah kita membahas sedikit tentang proses yang membawa orang ke degenerasi atau kemerosotan Narodisme ini. Ketika muncul untuk pertama kalinya, dalam bentuk aslinya, paham itu merupakan teori yang sangat kokoh: Dengan memulainya dari pandangan berupa cara hidup rakyat yang khas itu, maka mereka pun percaya pada insting-insting komunis dari petani yang "komunal" itu, sehingga dengan alasan itu pula, mereka menganggap kaum tani sebagai pejuang alami bagi sosialisme. Sayangnya, di satu pihak, mereka kurang rinci dalam teori dan juga kurang dukungan dari fakta-fakta kehidupan di Rusia, dan di lain pihak, mereka juga kurang pengalaman dalam menerapkan program politik yang didasarkan pada kualitas yang dianggap telah dimiliki oleh para petani itu.

Oleh karena itu, perkembangan dari teori ini telah berlangsung di sepanjang dua jalur, yaitu, jalur teoritis dan jalur praktis. Karya teoritis itu terutama diarahkan untuk mempelajari bentuk kepemilikan tanah untuk mengetahui bentuk awal komunisme yang ingin mereka lihat itu, dan karya ini ternyata menghasillkan bahan faktual yang sangat kaya tentang berbagai macam jenis yang paling bervariasi. Hanya saja, bahan ini, yang terutama menyangkut masalah bentuk kepemilikan tanah, ternyata telah mengaburkan sama sekali masalah kehidupan ekonomi di daerah pedesaan sehingga para pengamat tidak dapat melihatnya.

Semuanya ini dapat terjadi secara lebih alami, karena, pertama-tama, para pengamat tidak punya teori yang masuk akal tentang metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial, yaitu, teori yang secara khusus menunjukkan perlunya hubungan-hubungan produksi dan melakukan studi khusus pula terhadap hubungan-hubungan produksi itu. Dan, karena, yang kedua, bahan faktual yang dikumpulkan itu telah melengkapi bukti langsung tentang kebutuhan yang segera dari kaum tani, dan juga tentang kesulitan yang segera mempunyai pengaruh menekan pada kehidupan ekonomi petani. Dengan demikian, semua perhatian dari para peneliti ini terpusat pada upaya untuk mempelajari kesulitan ini — seperti, kemiskinan tanah, pembayaran yang tinggi, tidak punya hak, dan kondisi petani yang hancur dan tertindas. Semuanya ini dilukiskan, distudi, dan dijelaskan dengan bahan yang kaya seperti itu, secara sangat terinci, sehingga apabila negara kita ini bukan negara kelas, apabila kebijakannya tidak ditentukan oleh berbagai kepentingan dari kelas-kelas yang berkuasa, tetapi oleh diskusi-diskusi yang tidak berpihak demi "kebutuhan rakyat," maka hal itu, tentu saja, akan telah meyakinkan ribuan kali lebih tentang perlunya menghilangkan kesulitan-kesulitan ini. Meskipun demikian, para peneliti yang naif, dan yang percaya pada kemungkinan untuk "meyakinkan" masyarakat dan negara ini, justru tenggelam sama sekali ke dalam rincian dari fakta-fakta yang telah mereka kumpulkan itu, sehingga tidak mampu melihat satu hal, yaitu struktur ekonomi politik daerah pedesaan, dan juga tidak mampu melihat latar belakang ekonomi yang benar-benar sedang dihancurkan oleh kesulitan-kesulitan yang segera ini. Hasilnya, tentu saja, menunjukkan bahwa upaya untuk mempertahankan kepentingan ekonomi yang dihancurkan oleh kemiskinan tanah, dsb., itu ternyata justru merupakan upaya untuk mempertahankan kepentingan kelas yang menguasai ekonomi itu di tangannya, sehingga hanya kelas ini saja yang mampu bertahan dan berkembang di bawah hubungan sosial ekonomi yang ada di dalam masyarakat itu, yaitu, di bawah sistem ekonomi yang ada di negeri ini.

Karya teoritis yang diarahkan untuk mempelajari lembaga-lembaga yang digunakan sebagai basis dan pendukung bagi penghapusan eksploitasi itulah yang menghasilkan sebuah program yang menunjukkan berbagai kepentingan kaum borjuasi kecil, yaitu, kelas yang ternyata merupakan tulang panggung dari sistem eksploitasi ini!

Pada saat yang sama, karya revolusioner yang praktis itu juga berkembang dengan arah yang sangat tak terduga. Kepercayaan pada naluri komunis dari para petani Rusia ini tentu saja menuntut kaum sosialis untuk mengesampingkan politik lebih dulu dan "langsung terjun ke tengah-tengah rakyat." Banyak orang yang luar biasa enerjik dan berbakatnya itu kemudian memenuhi program ini. Akan tetapi, praktek di lapangan justru meyakinkan tentang naifnya ide bahwa para petani Rusia itu punya insting menjadi komunis. Secara kebetulan, akhirnya diputuskan bahwa mereka tidak berurusan dengan para petani Rusia ini, tetapi justru dengan pemerintah — dan, seluruh kegiatan pun kemudian dipusatkan pada perjuangan melawan pemerintah, yaitu, suatu perjuangan yang pada waktu itu dilancarkan oleh para intelektual sendirian saja, meskipun, kadang-kadang, para pekerja juga bergabung dengan mereka. Pertama-tama, perjuangan ini dilancarkan dengan nama sosialisme, dan didasarkan pada teori bahwa rakyat sudah siap untuk sosialisme, dan bahwa hal itu akan dimungkinkan, hanya melalui perebutan kekuasaan, untuk mempengaruhi tidak hanya revolusi politik, tetapi juga revolusi sosial. Belakangan, teori ini tampaknya menjadi tercemar sama sekali, sehingga perjuangan yang dilancarkan oleh kaum Narodovoltsi melawan pemerintah pun menjadi perjuangan dari kaum radikal untuk menuntut kemerdekaan politik.

Oleh karena itu, dalam kasus ini, juga, karya itu akhirnya membuahkan hasil yang sama sekali bertentangan dengan titik awal berangkatnya. Dalam kasus ini, juga, muncullah program yang menyatakan hanya berbagai kepentingan dari demokrasi borjuis radikal. Sesungguhnya, proses ini sama sekali belum selesai, tetapi, saya kira, sudah secara jelas ditegaskan. Perkembangan Narodisme ini sepenuhnya alami dan tak terelakkan, karena doktrinnya didasarkan pada ide mitos murni dari ekonomi petani yang berupa sistem (komunal) yang khas: Mitos atau dongengan itu pun larut begitu bersentuhan dengan realitas, sehingga sosialisme petani itu pun berubah menjadi wakil demokrasi radikal dari kaum tani borjuis kecil.

Marilah saya berikan contoh tentang evolusi demokrat itu:

"Kita harus melihatnya," kata Tuan Krivenko, "bahwa, sebagai pengganti manusia yang utuh, kita tidak dapat memperoleh ubur-ubur seluruh Rusia yang hanya diisi dengan gejolak perasaan yang baik tetapi samar-samar sehingga tidak mampu mengorbankan diri secara nyata atau melakukan sesuatu apa pun yang tahan lama dalam kehidupan ini." Khotbah itu memang bagus sekali, tetapi, marilah kita lihat apa yang dapat diterapkan dalam praktek. "Mengingat yang belakangan ini," kata tuan Krivenko melanjutkan, "saya paham benar dengan fakta yang menjengkelkan berikut ini": Di Selatan Rusia hiduplah beberapa orang anak muda "yang terilhami oleh maksud-maksud yang paling baik dan oleh kecintaannya pada adik laki-lakinya. Mereka ini menunjukkan rasa hormat dan perhatiannya yang paling besar kepada seorang petani Rusia. Mereka memperlakukannya sebagai seorang tamu kehormatan, dengan makan memakai mangkuk yang sama, serta menyuguhkan kepadanya nyamikan biskuit dan selai. Mereka membayar jualannya dengan harga yang lebih tinggi daripada yang lain-lainnya. Mereka memberinya uang — sebagai pinjaman, atau sebagai uang rokok, atau tanpa alasan apa pun sama sekali. Mereka menceritakan kepadanya tentang lembaga-lembaga Eropa serta asosiasi-asosiasi pekerja, dsb. Di tempat yang sama itu pula hidup seorang anak muda Jerman bernama Schmidt, yaitu, orang yang mengurus bangunan beserta tanahnya. Atau lebih tepatnya, hanya seorang tukang kebun, yaitu, orang yang tidak memiliki ide-ide kemanusiaan apa pun. Orang yang berpandangan sempit tetapi nyata, dan secara formalnya berjiwa Jerman" (Betulkah??!!), dsb. Tiga atau empat tahun telah lewat, dan orang-orang ini hidup secara terpisah dan menempuh jalannya masing-masing yang berbeda. Dua puluh tahun berikutnya telah lewat pula, dan pengarang kita itu, ketika mengunjungi tempat itu, menjadi tahu bahwa "Tuan Schmidt" itu (Sebagai hadiah atas kegiatannya yang bermanfaat, maka tukang kebun yang bernama Schmidt itu telah diangkat menjadi Tuan Schmidt) telah mengajari para petani menanam anggur, sehingga mereka sekarang mendapatkan "penghasilan" sebesar 75 sampai 100 rubel setahun, dan berdasarkan jasanya ini, mereka pun telah melestarikannya dalam "kenang-kenangan yang baik" tentang dirinya, sedangkan "Tuan-Tuan yang hanya menyayangi petani Rusia itu dengan ungkapan-ungkapan perasaan yang baik, tetapi tanpa tindakan yang nyata (!) untuk petani Rusia itu, ternyata ia bahkan sudah tidak ingat sedikit pun."

Menurut perhitungan, peristiwa yang dilukiskan itu terjadi kira-kira tahun 1869-1870, yaitu, kira-kira pada waktu ketika kaum sosialis Narodnik Rusia sedang mencoba untuk memperkenalkan ke Rusia beberapa "lembaga Eropa" yang paling penting dan paling maju — yaitu, Internationale. [88]

Jelaslah bahwa kesan yang diciptakan oleh cerita Tuan Krivenko itu sedikit agak terlalu keras, sehingga ia sendiri pun bergegas untuk membuat cadangan.

"Tentu saja, saya tidak mengatakan bahwa Schmidt lebih baik daripada Tuan-Tuan itu. Tetapi, saya hanya menunjukkan mengapa, meskipun memiliki semua kekurangan itu, ia justru meninggalkan kesan yang lebih kekal-abadi di daerah setempat dan di kalangan penduduk." (Saya tidak mengatakan bahwa Schmidt lebih baik, tetapi, saya hanya menunjukkan bahwa ia meninggalkan kesan yang lebih kekal-abadi — Omong kosong macam apa ini?!) "Saya juga tidak mengatakan bahwa ia telah melakukan sesuatu apa pun yang penting, sebaliknya, saya hanya menyebutkan apa yang telah ia lakukan sebagai contoh berupa suatu tindakan yang secara kebetulan merupakan yang paling tidak berarti, bahkan tidak berharga baginya, tetapi, bagi semua orang lainnya justru tidak diragukan lagi vitalnya."

Cadangan itu, seperti yang Anda lihat, sangat ambigu. (ambigu = meragukan, karena memiliki arti yang lebih dari satu) Meskipun demikian, masalahnya bukan pada ambigu itu sendiri, tetapi pada fakta yang menunjukkan bahwa pengarang itu sendiri, yang kontras dengan buah dari satu kegiatan yang sukses dari kegiatan lainnya, tampaknya tidak curiga bahwa ada perbedaan fundamental dari kecenderungan antara kedua jenis kegiatan tersebut. Itulah seluruh masalahnya, yang membuat cerita itu begitu karakteristik dalam menentukan fisiognomi atau ilmu firasat dari kaum demokrat pada jamannya.

Anak-anak muda yang berbicara dengan seorang petani Rusia tentang "Lembaga-l;embaga Eropa dan asosiasi-asosiasi pekerja" itu secara jelas ingin memberikan inspirasi kepada para petani Rusia suatu keinginan untuk mengubah bentuk kehidupan sosial (dalam hal ini, kesimpulan yang saya tarik kemungkinan salah, tetapi, saya kira, setiap orang akan sepakat bahwa hal itu merupakan sesuatu yang sah, karena hal itu secara tak terelakkan muncul dari cerita Tuan Krivenko). Mereka ingin menggerakkannya untuk melakukan revolusi sosial melawan masyarakat pada jamannya, yang melahirkan penindasan dan eksploitasi yang memalukan seperti itu terhadap rakyat pekerja, yang disertai dengan kesukacitaan yang universal atas segala jenis kemajuan yang liberal. Di lain pihak, "Tuan Schmidt," sebagai seorang lelaki sejati, hanya ingin membantu orang lain mengurus pekerjaan mereka — dan tidak lebih dari itu. Ya, tetapi, bagaimana orang dapat membandingkan dan menjajarkan kedua jenis kegiatan yang mempunyai tujuan yang bertentangan sama sekali ini? Mengapa, hal itu hanya seperti orang yang mulai membandingkan kegagalan seseorang yang berusaha untuk menghancurkan sebuah bangunan tertentu dengan keberhasilan orang yang berusaha untuk memaksakannya! Untuk membandingkan secara berarti, orang harus mencari keterangan mengapa upaya anak-anak muda, baik lelaki maupun wanita itu, yang pergi ke tengah-tengah rakyat untuk merangsang para petani agar melancarkan revolusi itu begitu tidak sukses — apakah hal itu karena mereka secara keliru telah percaya bahwa "kaum tani" itu benar-benar mewakili rakyat pekerja dan penduduk yang tereksploitasi, sedangkan dalam kenyataannya kaum tani tidak terdiri atas satu kelas yang tunggal (— yaitu, suatu ilusi yang hanya dapat diterangkan, mungkin, oleh pengaruh yang tercermin dari jaman jatuhnya perhambaan atau budak pengolah tanah, ketika kaum tani benar-benar maju ke depan sebagai sebuah kelas, tetapi hanya sebagai sebuah kelas dalam masyarakat feodal), karena di dalamnya kemudian terbentuk kelas borjuis dan proletar — singkatnya, ia harus meneliti teori sosialis lama dan kritik Sosial Demokratik terhadap teori-teori ini. Sebaliknya, Tuan Krivenko justru berusaha keras untuk membuktikan bahwa karya "Tuan Schmidt" itu "tidak diragukan lagi vitalnya." Tetapi, maafkan saya,

Tuan "sahabat rakyat" yang paling mulia, mengapa Anda mengetuk pintu yang terbuka itu dengan palu? Siapa yang pernah meragukannya? Mempersiapkan kebun anggur dan mendapatkan hasil 75 sampai 100 rubel dari usaha itu — apa lagi yang dapat lebih vital dari ini? [3]

Dan, pengarang kita ini terus melanjutkannya untuk menjelaskan bahwa apabila satu orang petani mempersiapkan sebuah kebun anggur, maka hal itu merupakan suatu kegiatan yang terpisah. Tetapi, apabila beberapa orang yang mengerjakannya, maka hal itu merupakan suatu kegiatan yang umum dan tersebar luas. Inilah yang akan mentransformasi sebuah pekerjaan kecil menjadi karya yang layak dan nyata, tepat seperti, misalnya, Tuan A. N. Engelhardt [89] yang tidak hanya menggunakan pupuk fosfat di tanah miliknya, tetapi juga membuat orang-orang lainnya untuk ikut menggunakannya.

Nah, sekarang, tidakkah demokrat kita ini benar-benar bagus sekali!

Marilah kita ambil contoh lainnya, yaitu, salah satu contoh dari berbagai pendapat tentang Reformasi petani. Bagaimanakah sikap terhadapnya yang dimiliki oleh Chernyshevsky, yaitu, seorang demokrat pada jamannya, ketika demokrasi dan sosialisme belum terpecah-belah? Karena  tidak mampu menyatakan pendapatnya secara terbuka, maka ia pun tetap diam saja, dan hanya memberikan gambaran yang berputar-putar tentang renungan reformasi itu sbb.:

"Misalkan saya tertarik dalam pengambilan langkah-langkah guna melindungi perbekalan untuk menyiapkan makan malam Anda. Maka, sudah barang tentu, apabila saya didesak untuk melakukan yang demikian oleh watak saya yang baik terhadap Anda, maka semangat saya itu akan didasarkan pada anggapan bahwa perbekalan itu memang milik Anda, dan bahwa makan malam yang dipersiapkan untuk mereka itu akan sehat dan bermanfaat buat anda. Bayangkan perasaan saya, pada waktu itu, ketika saya tahu bahwa perbekalan itu ternyata bukan milik Anda sama sekali, dan bahwa untuk setiap makan malam yang dipersiapkan dari perbekalan itu membuat Anda diharuskan membayar harga yang tidak hanya melebihi biaya makan malam" (Semuanya ini ditulis sebelum Reformasi. Meskipun demikian, Tuan-Tuan Yuzhakovs sekarang menyatakan bahwa prinsip dasarnya adalah memberikan keamanan bagi para petani!!) "tetapi yang juga membuat Anda tidak mampu membayar sama sekali tanpa harus mengalami kesulitan yang esktrem. Pikiran apakah yang masuk ke kepala saya ketika saya menemukan hal-hal yang aneh seperti itu? . . . . Alangkah bodohnya saya ini sampai mau bersusah payah segala dengan persoalan itu ketika kondisi untuk memastikan kegunaannnya pun tidak ada! Dengan demikian, hanya orang bodoh sajalah yang mau bersusah payah segala dengan hak milik yang ada di tangan orang-orang tertentu tanpa lebih dulu meyakinkan dirinya sendiri bahwa tangan-tangan itu akan menerima hak milik itu, dan berdasarkan syarat-syarat yang menguntungkan? . . . . Yang jauh lebih baik lagi adalah apabila semua perbekalan ini hilang, karena semuanya itu hanya akan menyebabkan kerugian di pihak teman saya yang tersayang itu! Dan yang jauh lebih baik lagi adalah apabila semua urusan itu telah dilakukan, karena hal itu hanya akan menyebabkan kehancuran di pihak Anda!"

Saya telah menekankan kutipan dari bagian tulisan ini, yang secara paling mencolok menunjukkan bagaimana Chernyshevsky secara mendalam dan bagus sekali dapat memahami realitas pada jamannya, bagaimana ia dapat memahami arti pembayaran dari para petani, bagaimana ia dapat memahami antagonisme antara kelas-kelas sosial di Rusia. Yang juga penting untuk dicatat adalah kemampuannya untuk menjelaskan ide-ide revolusioner murni seperti itu dalam pers yang disensor. Ia menulis hal yang sama dalam karya-karya ilegalnya, tetapi tanpa berbelit-belit lagi. Dalam 'Prolog ke Prolog,' Volgin (tokoh yang mulutnya dipakai oleh Chernyshevsky untuk mengungkapkan ide-idenya) mengatakan:

"Biarlah emansipasi petani itu diletakkan di tangan partai para tuan tanah. Karena hal itu tidak akan menghasilkan banyak perbedaan." [Saya mengutip ini dari artikel karya Plekhanov, "N. G. Chernyshevsky," dalam majalah Sosial-Demokrat.  [90] ] Dan ketika menjawab pernyataan dari teman bicaranya bahwa, sebaliknya, perbedaan itu akan menjadi luar biasa, karena partai para tuan tanah itu menentang penjatahan tanah untuk dibagikan kepada para petani, maka ia pun menjawab secara tegas dan bersungguh-sungguh:

"Bukan, bukannya luar biasa, tetapi justru tidak ada artinya. Hal itu memang akan menjadi luar biasa apabila para petani mendapatkan tanah itu tanpa harus membayar uang untuk menebus tanah itu. Karena memang ada perbedaan antara mengambil sesuatu dari seseorang dan meninggalkan sesuatu kepadanya. Tetapi apabila Anda menerima pembayaran darinya, maka hal itu setali tiga uang (sami mawon, sama saja). Satu-satunya perbedaan antara rencana partai para tuan tanah dan rencana kaum progresis adalah bahwa yang pertama itu lebih sederhana dan lebih pendek. Itulah sebabnya mengapa hal itu bahkan menjadi lebih baik. Karena semakin kurang birokrasinya dan, dalam segala kemungkinannya, juga semakin kurang membebani para petani. Para petani yang mempunyai uang akan membeli tanah itu. Tetapi, mengenai mereka yang tidak mempunyai uang — maka tidak ada gunanya untuk memaksa mereka untuk membelinya. Karena hal itu hanya akan menghancurkan mereka. Dengan demikian, uang pembayaran penebusan tanah itu tidak lain adalah uang pembelian tanah."

Begitulah, hal itu telah memaksa seorang Chernyshevsky yang jenius untuk memahami secara sangat jelas pada waktu itu, ketika Reformasi petani itu baru sedang diperkenalkan (ketika hal itu belum lagi dapat dijelaskan secara semestinya bahkan di Eropa Barat sekali pun), watak dasarnya yang berupa watak borjuis, dan juga untuk memahami bahwa pada waktu itu , "masyarakat" Rusia dan "negara" Rusia sudah dikuasai dan diperintah oleh kelas-kelas sosial yang secara tak terdamaikan memusuhi kelas pekerja dan yang tak diragukan lagi telah menentukan kehancuran dan pengambilalihan dari kaum tani. Lagi pula, Chernyshevsky telah memahami pula bahwa adanya pemerintah yang menutup-nutupi hubungan sosial yang antagonistis itu memang mengerikan jahatnya, sehingga membuat kedudukan rakyat pekerja menjadi jauh lebih buruk lagi.

"Sebenarnya," kata Volgin melanjutkan, "akan menjadi lebih baik lagi apabila mereka mendapatkan emansipasinya tanpa tanah." (Yaitu, karena para tuan tanah feodal di negeri ini begitu kuatnya, maka akan menjadi lebih baik lagi apabila kita bertindak secara terbuka, secara berterus terang, dan mengatakan semua yang ada di dalam pikiran mereka itu, dan bukannya menyembunyikan berbagai kepentingan mereka sebagai pemilik hamba tani di belakang kompromi-kompromi pemerintahan yang absolut dan munafik itu.)

"Persoalan itu telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga saya tidak melihat alasan apa pun untuk merasa terkejut, bahkan terhadap persoalan apakah para petani itu akan mendapatkan emansipasinya atau tidak, apalagi terhadap persoalan apakah kaum liberal dan kaum tuan tanah harus mengemansipasikan mereka atau tidak. Menurut pendapat saya, semuanya itu setali tiga uang (sami mawon, sama saja). Karena hal itu bahkan akan menjadi lebih baik lagi apabila kaum tuan tanah itu melakukannya."

Berikut ini adalah kutipan dari tulisan "Surat-Surat Tanpa Alamat": "Mereka mengatakan: Mengemansipasi para petani . . . . Di manakah kekuatan untuk itu? Kekuatan itu belum ada. Karena itu, tidak ada gunanya menangani suatu pekerjaan ketika kekuatan untuk itu tidak atau belum ada. Meskipun demikian, Anda telah melihat bagaimana cara berlangsungnya segala sesuatu itu. Mereka akan mulai melakukan emansipasi. Tetapi, apa yang akan terjadi darinya? Ya, Anda akan dapat menilainya sendiri tentang apa yang akan terjadi dari menangani suatu pekerjaan yang ada di luar kekuatan Anda. Anda justru akan membuatnya rusak . . . . sehingga hasilnya pasti akan buruk sekali." [91]

Demikianlah, Chernyshevsky dapat memahami bahwa negara birokratis feodal Rusia tidak mampu mengemansipasikan para petani, yaitu, dengan menggulingkan para pemilik hamba tani feodal, dan hanya mampu melakukan sesuatu yang "buruk sekali," hanya mampu melakukan kompromi di antara berbagai kepentingan dari kaum liberal (karena penebusan tanah itu tidak lain adalah pembelian tanah juga), serta berbagai kepentingan dari kaum tuan tanah, yaitu, suatu kompromi yang menggunakan ilusi keamanan dan kemerdekaan untuk menipu para petani, tetapi yang sesungguhnya justru menghancurkan mereka dan mengkhianati mereka sama sekali demi kepentingan para tuan tanah. Dan, ia pun memprotes, membenci Reformasi, menginginkan kegagalannya, menginginkan pemerintah agar terikat dalam ilmu akrobatnya di atas tali yang tinggi antara kaum liberal dan kaum tuan tanah, dan bahkan juga menginginkan terjadinya benturan yang akan membuat Rusia keluar, ke jalan raya, yang berupa perjuangan kelas yang terbuka.

Meskipun demikian, hari ini, ramalan yang cemerlang dari Chernyshevsky itu telah menjadi kenyataan, ketika sejarah selama tiga puluh tahun yang lalu dengan kejamnya telah membuka kedok semua ilusi politik dan ekonomi itu, "para demokrat" kita pada jamannya pun menyanyikan puji-pujian terhadap Reformasi itu, menganggapnya sebagai sanksi atas produksi "rakyat," berusaha mencari bukti darinya tentang adanya kemungkinan untuk menemukan cara yang akan dapat membujuk kelas-kelas sosial yang memusuhi rakyat pekerja. Saya ulangi, sikap mereka terhadap Reformasi petani itu ternyata merupakan bukti yang paling mengejutkan tentang bagaimana kaum demokrat kita itu ternyata telah menjadi borjuis yang mendalam. Tuan-Tuan ini rupanya tidak belajar apa pun, tetapi justru banyak, banyak sekali, yang telah dilupakannya.

Agar suapaya dapat membandingkannya, maka saya akan mengambil Otechestvenniye Zapiski untuk tahun 1872. Saya telah mengutip bagian tulisan dari artikel "Plutokrasi dan Basisnya," yang membicarakan berbagai keberhasilan yang ada kaitannya dengan liberalisme (yang menutup-nutupi kepentingan plutokrasi), dan yang dicapai oleh masyarakat Rusia dalam dasawarsa paling pertama setelah Reformasi "emansipasi besar." (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya)

Sementara di waktu sebelumnya, demikian tulis pengarang yang sama dalam artikel yang sama itu pula, orang akan sering kali menemukan rakyat yang merengek-rengek minta reformasi dan meratapi hari-hari yang baik di masa lalu, maka di waktu sekarang, mereka ini pun sudah tidak dapat ditemukan lagi. "Setiap orang senang dengan tatanan yang baru, setiap orang bahagia dan puas." Dan, pengarang itu pun terus melanjutkannya untuk menunjukkan bagaimana sastra "itu sendiri menjadi organ plutokrasi," yang membela berbagai kepentingan dan berbagai aspirasi "dengan kedok demokrasi." (plutokrasi = negara yang ada di tangan orang-orang kaya) Silakan Anda teliti argumen ini secara lebih dekat lagi. Pengarang kita itu sedih dengan fakta yang menunjukkan bahwa "setiap orang" senang dengan tatanan baru yang dibawa oleh Reformasi, bahwa "setiap orang" (tentu saja, yang merupakan wakil dari "masyarakat" dan "inteligensia," dan bukannya wakil dari rakyat pekerja) bahagia dan puas, meskipun ada watak borjuis yang jelas antagonistis dalam tatanan baru itu: Akan tetapi, masyarakat umum tidak mampu melihat bahwa liberalisme itu hanya digunakan untuk menutup-nutupi "kemerdekaan untuk mendapatkan sesuatu," dan untuk mendapatkan sesuatu itu dilakukan dengan mengorbankan dan merugikan massa rakyat pekerja. Dan, ia memprotes. Protes inilah, yang khas dari seorang sosialis, dan yang berharga dalam argumennya. Silakan Anda amati bahwa protes terhadap plutokrasi yang ditutup-nutupi dengan demokrasi ini bertentangan dengan teori umum dari majalah itu: karena mereka menyangkal bahwa ada unsur-unsur atau berbagai kepentingan yang berwatak borjuis dalam Reformasi petani itu. Mereka menyangkal watak kelas dari inteligensia Rusia maupun negara Rusia itu. Mereka menyangkal bahwa ada basis untuk kapitalisme di Rusia — meskipun demikian, mereka hanya dapat merasakan dan mengalami kapitalisme dan keborjuisan itu.

Dan, sedikit banyak, Otechestvenniye Zapiski, yang merasakan antagonisme dalam masyarakat Rusia itu, telah melawan liberalisme borjuis maupun demokrasi borjuis — sedikit banyak, perjuangannya itu mempunyai maksud yang sama dengan semua pionir sosialis kita, yang, meskipun mereka tidak mampu memahami antagonisme ini, tetapi mereka telah menyadari keberadaannya, dan ingin memerangi organisasi masyarakat itu sendiri yang telah melahirkan antagonisme itu. Dengan demikian, sedikit banyak, Otechestvenniye Zapiski itu sudah bersifat progresif (tentu saja, apabila dilihat dari sudut pandang.proletariat). Sedangkan "para sahabat rakyat" kita itu justru telah melupakan antagonisme ini. Mereka telah kehilangan semua kesanggupan untuk merasakan fakta bahwa negeri ini, juga, di Rusia yang keramat ini, kaum borjuis yang berdarah murni itu juga bersembunyi "di bawah kedok demokrasi." Dan, itulah sebabnya mengapa mereka sekarang menjadi reaksioner (dalam hubungannya dengan proletariat), karena mereka telah menutup-nutupi antagonisme itu, dan bukannya berjuang, tetapi hanya berbicara tentang upaya mendamaikan, dan kegiatan yang "ditingkatkan."

Akan tetapi, Tuan-Tuan, apakah kaum liberal Rusia yang beralis bersih, yaitu, wakil yang demokratis dari plutokrasi tahun 1860-an itu, sudah berhenti menjadi ahli ideologi dari kaum borjuasi dalam tahun 1890-an hanya karena alisnya telah menjadi tertutup oleh kesedihan masyarakat umum?

Apakah "kemerdekaan untuk memperoleh sesuatu" dengan skala raksasa, termasuk memperoleh kredit besar, modal besar, perbaikan teknik besar, dsb., juga berhenti menjadi liberal, yaitu, borjuis, sementara hubungan sosial ekonomi yang ada juga tetap tidak berubah, hanya karena tempatnya telah diambil oleh kemerdekaan untuk memperoleh kredit kecil, modal kecil, perbaikan teknik kecil, dsb., itu?

Saya ulangi, hal ini bukannya karena mereka telah mengubah pendapat mereka akibat pengaruh perubahan pandangan yang radikal atau perubahan yang radikal dalam tatanan kita dalam segala hal. Tidak. Mereka hanya lupa. Setelah kehilangan satu-satunya watak yang dulu dapat membuat para pendahulu mereka menjadi progresif — meskipun teori mereka tidak sehat sama sekali dan pandangan mereka terhadap realitas pun sangat naif dan bersifat utopia — tetapi, "para sahabat rakyat" kita itu ternyata tidak belajar sama sekali selama waktu ini. Dan, meskipun demikian, terpisah dari analisis terhadap realitas politik dan ekonomi Rusia, namun sejarah politik Rusia selama tiga puluh tahun yang lalu itu saja seharusnya telah banyak memberikan pelajaran kepada mereka.

Pada saat yang sama, di era tahun "1860-an," kekuatan para tuan tanah feodal telah melemah: Mereka telah menderita kekalahan, meskipun tidak kalah sama sekali, itu memang benar, tetapi kekalahan itu begitu menentukan sehingga mereka harus menyelinap keluar dari panggung. Sebaliknya, kaum liberal berhasil mengangkat kepala mereka. Banjir jualan ungkapan liberal pun membludak, seperti kemajuan, ilmu pengetahuan, kebaikan, perjuangan melawan ketidakadilan, kepentingan rakyat, kesadaran rakyat, kekuatan rakyat, dsb., dsb. — ungkapan itu sendiri sekarang, juga, pada saat-saat depresi tertentu, dimuntahkan pula dengan tangis yang dibuat-buat oleh kaum radikal kita di salon-salon mereka, dan melalui para penjual ungkapan liberal kita di pesta-pesta makan malam ulang tahun mereka. Kaum liberal ini terbukti cukup kuat untuk mencetak "tatanan baru" menurut cara mereka sendiri — yang, tentu saja, tidak seluruhnya, tetapi hanya dengan langkah yang lumayan. Meskipun "cahaya terang dari perjuangan kelas terbuka" itu tidak bersinar di Rusia pada waktu itu, namun ada cahaya yang lebih terang pada waktu itu daripada yang sekarang, sehingga, bahkan, para ahli ideologi dari rakyat pekerja yang tidak tahu sama sekali tentang perjuangan kelas ini, dan lebih suka memimpikan masa depan yang lebih baik daripada harus menjelaskan keadaan sekarang yang sangat buruk itu pun, tidak dapat tidak, pasti akan melihat bahwa liberalisme itu merupakan kedok untuk plutokrasi, dan bahwa tatanan yang baru itu merupakan tatanan yang berwatak borjuis. Hal ini merupakan pembuangan dari panggung yang dilakukan terhadap para tuan tanah feodal, yang tidak mengalihkan perhatiannya ke kejahatan hari ini yang masih terus melengking, dan tidak mencegah tatanan baru yang diamati dalam bentuknya yang (relatif) murni, yang membuat semuanya ini dapat dilihat. Akan tetapi, meskipun kaum demokrat kita yang pada waktu itu tahu bagaimana mencela liberalisme plutokrasi itu, namun mereka ini tidak mampu memahaminya serta menjelaskannya secara ilmiah, dan mereka juga tidak dapat memahami bahwa hal itu memang tak terelakkan di bawah organisasi kapitalis dari ekonomi sosial kita. Mereka ini memang tidak mampu memahami watak progresif dari sistem kehidupan yang baru ini apabila dibandingkan dengan sistem feodal yang lama. Mereka ini tidak dapat memahami peranan revolusioner dari proletariat yang diciptakannya, sehingga mereka membatasi diri mereka sendiri dengan "mendengus" sebagai tanda tidak suka pada sistem "kebebasan" dan "kemanusiaan" ini, sambil membayangkan bahwa watak borjuisnya itu hanyalah merupakan kebetulan saja, dan berharap agar hubungan sosial dari jenis tertentu lainnya akan memunculkan dirinya sendiri di dalam "sistem rakyat" itu.

Dan, kemudian, sejarah pun menunjukkan hubungan sosial lainnya itu kepada mereka. Kaum tuan tanah, yang belum hancur sama sekali akibat Reformasi, yang secara begitu menyakitkan hati telah mencincang berbagai kepentingan mereka, akhirnya bangkit kembali (untuk sesaat) dan menunjukkan dengan jelas hubungan sosial kita selain borjuis, juga menunjukkannya dalam bentuk reaksi yang secara tak terkendali dan tidak dapat dipercaya ternyata brutal dan tidak masuk akal sehingga kaum demokrat kita menjadi ketakutan, serta surut, dan bukannya maju serta mencetak kembali demokrasi naif mereka — yang mampu merasakan keberadaan borjuis tetapi tidak mampu memahaminya — menjadi Sosial Demokrasi, tetapi justru mundur, menjadi liberal, dan sekarang menjadi bangga akan fakta bahwa tangis mereka yang dibuat-buat itu — yaitu, yang ingin saya katakan, adalah program dan teorinya — juga dianut oleh "seluruh pers yang serius dan terhormat" itu. Orang mungkin akan menganggap bahwa pelajaran itu sangat mengesankan: Ilusi kaum sosialis lama tentang cara hidup yang khusus dari rakyat, tentang insting sosialis dari rakyat, dan tentang watak yang kebetulan saja dari kapitalisme dan borjuasi, semuanya itu telah menjadi terlalu jelas. Orang mungkin akan menganggap bahwa fakta-fakta itu sekarang dapat dilihat langsung ke wajahnya, dan ijin pun dapat diperoleh secara terbuka, sehingga tidak ada lagi, dan tidak akan ada lagi, hubungan-hubungan sosial ekonomi lainnya, kecuali yang berwatak borjuis, dan hubungan-hubungan feodal yang hampir mati di Rusia, dan bahwa, oleh karenanya, tidak ada lagi jalan ke sosialisme, kecuali melalui gerakan kelas pekerja. Meskipun demikian, kaum demokrat ini tidak dapat memetik pelajaran apa pun, sehingga ilusi yang naif dari sosialisme borjuasi kecil tunduk pada ketenangan hati yang praktis dari kemajuan borjuis kecil.

Hari ini, teori-teori dari para ahli ideologi borjuis kecil itu, ketika mereka tampil ke depan sebagai juru bicara dari berbagai kepentingan rakyat pekerja, maka secara positif justru menjadi reaksioner. Mereka telah mengaburkan antagonisme hubungan-hubungan sosial ekonomi Rusia pada jamannya dan menyatakan bahwa seolah-olah segala sesuatu itu dapat diperbaiki melalui langkah-langkah yang bersifat umum, dan yang dapat diterapkan buat semuanya, untuk "meningkatkan," "memperbaiki," dsb., sehingga seolah-olah ada kemungkinan untuk mendamaikan dan menyatukan. Mereka menjadi reaksioner dalam melukiskan negara kita sebagai sesuatu yang berdiri di atas kelas-kelas, sehingga, oleh karenanya, menjadi cocok dan mampu memberikan bantuan secara jujur dan serius kepada rakyat yang tereksploitasi. Mereka, akhirnya, benar-benar menjadi reaksioner, hanya karena mereka tidak mampu memahami perlunya perjuangan, yaitu, perjuangan yang sungguh-sungguh dari rakyat pekerja itu sendiri, demi emansipasi mereka ssendiri pula. Para pekerja tidak perlu khawatir. Mengapa, seorang insinyur bahkan telah mengunjungi kantor-kantor majalah Russkoye Bogatstvo, dan di sana mereka nyaris secara sempurna telah menyusun "rencana" untuk "memperkenalkan kapitalisme ke dalam kehidupan rakyat." Kaum sosialis harus mengambil KEPUTUSAN dan memutuskan hubungan SAMA SEKALI dengan semua teori dan ide borjuis kecil — ITULAH PELAJARAN YANG UTAMA DAN BERMANFAAT yang harus diambil dari kampanye ini.

Saya meminta kepada Anda untuk mencatat bahwa saya berbicara tentang memutuskan hubungan dengan ide-ide borjuis kecil, dan bukannya dengan "para sahabat rakyat" atau dengan ide-ide mereka — karena sebenarnya memang tidak ada pemutusan hubungan dengan sesuatu yang memang belum pernah ada hubungan apa pun dengan sesuatu itu. "Para sahabat rakyat" hanyalah merupakan salah satu wakil dari salah satu kecenderungan jenis ide-ide sosialis borjuis kecil ini. Dan apabila, dalam hal ini, saya mengambil kesimpulan tentang perlunya memutuskan hubungan dengan ide-ide sosialis borjuis kecil, dan juga dengan ide-ide dari sosialisme petani Rusia lama pada umumnya, maka hal itu karena kampanye yang dilancarkan sekarang ini terhadap kaum Marxis oleh para wakil dari ide-ide lama, yang ketakutan pada perkembangan Marxisme itu, telah menyebabkan mereka memberikan ungkapan yang istimewa penuh dan jelasnya pada ide-ide borjuis kecil itu. Dengan membandingkan ide-ide ini dengan sosialisme yang sejaman dan juga dengan fakta-fata dari realitas Rusia yang sejaman pula, maka kita pun akan dapat melihat dengan kejelasan yang mengejutkan tentang bagaimana ide-ide ini telah menjadi usang, tentang bagaimana mereka telah kehilangan setiap sisa-sisa basis teori yang integral dan telah tenggelam ke tingkat eklektisme yang menyedihkan, yaitu, ke tingkat program yang ditingkatkan dari kaum oportunis yang paling lazim. (eklektisme = paham yang mengambil yang terbaik dari semua sistem) Mungkin dapat dikatakan bahwa hal ini sebenarnya bukan merupakan kesalahan dari ide-ide sosialis lama pada umumnya, tetapi justru merupakan kesalahan dari Tuan-Tuan itu sendiri, yang tak seorang pun menganggapnya dapat digolongkan sebagai kaum sosialis. Hanya saja, argumen seperti itu tampaknya bagi saya justru sangat tidak sehat. Saya secara menyeluruh telah berusaha untuk menunjukkan bahwa degenerasi atau kemorosotan dari teori-teori lama itu memang tak terelakkan. Saya secara menyeluruh telah berusaha dengan ruangan yang sesedikit mungkin untuk mencurahkan perhatian saya pada kritik terutama terhadap Tuan-Tuan ini dan dengan ruangan yang sebanyak mungkin untuk mencurahkan perhatian saya pada ajaran yang umum dan mendasar dari sosialisme Rusia lama. Dan apabila kaum sosialis tahu bahwa saya telah salah dan tidak akurat dalam menguraikan ajaran-ajaran ini, atau telah melewatkan sesuatu sehingga tidak menyebutkannya, maka saya hanya dapat menjawab dengan permohonan yang sangat rendah hati sbb.: Saya mohon, Tuan-Tuan, silakan Tuan-Tuan menjelaskannya sendiri, silakan Tuan-Tuan menyatakannya sendiri, secara lengkap dan sebagaimana mestinya!

Sesungguhnyalah, tidak ada orang yang akan lebih senang daripada kaum Sosial Demokrat atas kesempatan untuk memasuki polemik dengan kaum sosialis ini.

Apakah Anda mengira bahwa kami suka menjawab "polemik" dari Tuan-Tuan ini, atau bahwa kami akan melakukannya apabila mereka tidak melemparkan tantangan secara langsung, terus-menerus, dan tegas?

Apakah Anda mengira bahwa kami tidak punya kekuatan sendiri untuk membaca, membaca lagi, dan menangkap arti dari campuran yang menjijikkan dari jualan ungkapan liberal yang klise dan khotbah yang berselera rendah ini?

Tentu saja, kami tidak dapat dipersalahkan karena faktanya menunjukkan bahwa hanya Tuan-Tuan yang seperti itu sajalah yang sekarang melakukan pekerjaannya untuk mempertahankan dan menjelaskan ide-ide ini. Saya juga meminta kepada Anda untuk mencatat bahwa saya berbicara tentang perlunya memutuskan hubungan dengan ide-ide borjuis kecil tentang sosialisme. Teori-teori borjuis kecil yang telah kami pelajari adalah MUTLAK reaksioner KARENA teori-teori itu menyatakan dirinya sebagai teori-teori sosialis.

Tetapi, apabila kita paham bahwa sesungguhnya secara mutlak tidak ada watak sosialis sedikit pun di dalamnya, yaitu, bahwa semua teori-teori ini sepenuhnya telah gagal dalam menjelaskan eksploitasi terhadap rakyat pekerja, dan oleh karenanya tidak dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai emansipasi mereka, bahwa dalam kenyataannya semua teori-teori ini mencerminkan dan memajukan berbagai kepentingan borjuasi kecil — maka sikap kita terhadap mereka pun harus berbeda, sehingga kita pun harus bertanya: Bagaimanakah seharusnya sikap kelas pekerja terhadap kaum borjuasi kecil beserta program-programnya? Dan pertanyaan ini tidak dapat dijawab kecuali apabila watak ganda dari kelas ini telah dipertimbangkan (Di sini, di Rusia, watak ganda ini terutama ditandai oleh antagonisme antara borjuasi besar dan borjuasi kecil yang kurang bekembang). Borjuasi kecil dapat menjadi progresif sejauh kelas ini mengajukan tuntutan umum yang demokratis, yaitu, dengan berjuang melawan semua sisa-sisa jaman pertengahan dan perhambaan feodal. Tetapi borjuasi kecil dapat juga menjadi reaksioner sejauh kelas ini berjuang untuk mempertahankan kedudukannya sebagai borjuasi kecil dan berusaha untuk menghalangi, atau mengundurkan perkembangan umum dari negeri ini di sepanjang garis borjuis. Tuntutan-tuntutan reaksioner semacam ini, seperti misalnya, tentang tidak dapat dicabutnya jatah tanah yang terkenal jahatnya itu, maupun tentang banyak proyek lainnya untuk mengawasi para petani, dsb., semuanya itu biasanya ditutup-tutupi dengan kata-kata yang masuk akal seperti untuk melindungi rakyat pekerja, tetapi sesungguhnya, tentu saja, semuanya itu hanya akan memperparah kondisi mereka belaka, sementara, pada saat yang sama, justru merintangi mereka dalam perjuangannya untuk mencapai emansipasi. Perbedaan yang ketat seharusnya ditarik antara kedua sisi program borjuis kecil ini dan, sementara kita menolak bahwa di dalam teori-teori ini ada watak sosialisnya, dan sementara kita juga memerangi segi-segi mereka yang reaksioner, tetapi kita tidak boleh lupa akan sisi-sisi mereka yang demokratis. Saya akan memberikan contoh untuk menunjukkan bahwa, meskipun kaum Marxis sepenuhnya menolak teori-teori borjuis kecil, namun hal ini tidak mencegah mereka untuk memasukkan demokrasi di dalam program-program mereka dan bahkan, sebaliknya, justru meminta untuk mendesakkannya secara lebih kuat lagi ke dalamnya. Kita telah menyebutkan di atas tiga tesis utama yang selalu membentuk stok barang dagangan siap jual berupa teori-teori dari para wakil sosialisme borjuis kecil, yaitu, kemiskinan tanah, pembayaran yang tinggi, dan tirani para penguasa.

Ternyata tidak ada sama sekali watak sosialis di dalam tuntutan mereka untuk menghapuskan kejahatan-kejahatan ini, karena mereka sama sekali tidak menjelaskan pengambilalihan dan eksploitasinya, dan penghapusannya pun sama sekali tidak akan mempengaruhi penindasan terhadap tenaga kerja oleh modal. Padahal, penghapusannya itu justru akan membebaskan penindasan dari sampah jaman pertengahan yang telah membuatnya semakin menjadi-jadi ini, dan sekaligus akan memudahkan perjuangan buruh secara langsung melawan modal, sehingga karena alasan itulah, sebagai suatu tuntutan yang demokratis, juga akan mendapatkan dukungan yang paling penuh semangat dari para pekerja. Pada umumnya, persoalan pembayaran dan pajak itu merupakan salah satu persoalan yang hanya dapat diberi arti oleh kaum borjuis kecil. Meskipun demikian, di Rusia, pembayaran yang dilakukan oleh para petani itu, dalam banyak hal, hanyalah merupakan sisa-sisa dari jaman perhambaan atau budak pengolah tanah. Yang seperti itu, misalnya, dapat berupa uang pembayaran untuk menebus tanah, yang harus segera dihapuskan tanpa syarat. Yang seperti itu, misalnya, juga dapat berupa uang pembayaran untuk pajak, yang hanya para petani dan rakyat kecil di kota yang membayarnya. Sedangkan mereka yang disebut "orang baik-baik" justru dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Sehingga kaum Sosial Demokrat akan selalu mendukung tuntutan untuk menghapuskan sisa-sisa hubungan dari jaman pertengahan ini, yang telah menyebabkan kemandekan ekonomi dan politik. Hal yang sama dapat dikatakan tentang kemiskinan tanah. Saya telah memberikan bukti secara panjang lebar tentang watak borjuis dari ratap tangis yang dibuat-buat dalam hal ini. Akan tetapi, tidak disangsikan lagi bahwa Reformasi petani, misalnya, yang membolehkan pemotong-motongan tanah [92], secara positif jelas telah merampok para petani untuk keuntungan para tuan tanah, dengan memberikan pelayanan kepada kekuatan yang luar biasa reaksionernya ini, baik secara langsung (dengan merampas tanah dari para petani) maupun secara tidak langsung (dengan cara yang cerdik, yaitu dengan membatasi jatah tanahnya). Sehingga kaum Sosial Demokrat pun dengan cara yang paling keras akan mendesak untuk segera mengembalikan kepada para petani semua tanah yang dirampas dari mereka itu dan sekaligus juga menghapuskan sama sekali kepemilikan atas tanah itu — yang telah menjadi benteng dari tradisi dan institusi feodal selama ini. Persoalan yang belakangan ini, dan yang bertepatan dengan nasionalisasi tanah ini, sama sekali tidak mengandung ciri sosialis, karena hubungan pertaniannya yang bersifat kapitalis dan yang sudah terbentuk di negeri kita itu, dalam hal ini, hanya akan berkembang subur secara lebih cepat dan lebih melimpah saja, sehingga hal ini menjadi luar biasa penting artinya dari sudut pandang demokratis sebagai satu-satunya langkah yang mampu memutuskan sama sekali dari kekuasaan kaum bangsawan yang juga tuan tanah itu. Yang terakhir, sudah barang tentu, hanya Tuan-Tuan Yuzhakov dan V. V. saja, yang dapat berbicara tentang tidak adanya hak bagi para petani itulah yang menjadi sebab dari pengambilalihan dan eksploitasi yang mereka alami itu. Mengenai penindasan terhadap kaum tani oleh penguasa, hal itu tidak hanya merupakan fakta yang tak dapat disangkal lagi, tetapi juga merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar penindasan. Karena penguasa justru memperlakukan para petani itu sebagai "rakyat jembel yang hina-dina," sehingga dianggap wajar apabila mereka menjadi kawula yang harus menderita di bawah kaum bangsawan yang juga tuan tanah itu, sehingga hak-hak sipil pun hanya dapat diberikan sebagai kemurahan hati yang istimewa (seperti migrasi, [4] misalnya), dan yang akan dapat disuruh-suruh oleh siapa pun yang sedang menjadi pejabat, sehingga, seolah-olah, mereka itu penghuni tempat penampungan orang gelandangan. Karena itu, kaum Sosial Demokrat secara terus terang menghubungkan dirinya dengan tuntutan untuk memulihkan hak-hak sipil para petani ini sepenuhnya, untuk menghapus sama sekali semua hak-hak istimewa kaum bangsawan, juga untuk menghapus sama sekali pengawasan oleh kaum birokrat terhadap para petani, dan untuk mengembalikan hak para petani untuk mengurus dirinya sendiri.

Pada umumnya, kaum komunis Rusia, sebagai penganut Marxisme, haruslah melebihi siapa pun lainnya yang menyebut dirinya sebagai orang SOSIAL DEMOKRAT, sehingga dalam kegiatannya haruslah tidak pernah melupakan tentang amat sangat pentingnya DEMOKRASI.[5]

Di Rusia, sisa-sisa lembaga semi feodal dari jaman pertengahan itu masih saja luar biasa kuatnya (apabila dibandingkan dengan Eropa Barat), dan menjadi beban penindas kaum proletariat maupun rakyat pada umumnya, serta menghambat pertumbuhan pikiran politik di semua kelas dan tingkat kehidupan, sehingga orang tidak dapat berbuat lain kecuali mendesakkan arti penting yang luar biasa berupa perjuangan kaum buruh itu untuk melawan semua lembaga feodal, absolutisme, sistem kelas sosial, dan birokrasi. Kaum buruh, dengan rincian yang paling besar, harus menunjukkan betapa mengerikan reaksionernya kekuatan dari lembaga-lembaga ini, betapa intensifnya mereka penindasan terhadap tenaga kerja oleh modal, betapa hinanya tekanan yang mereka kenakan pada rakyat pekerja, betapa kuatnya mereka mempertahankan modal itu dalam bentuknya di jaman pertengahan, yang, sementara tidak mencukupi tuntutan bentuk industri modern dalam hubungannya dengan eksplotiasi tenaga kerja, ternyata juga menambah beratnya eksploitasi ini dengan menempatkan kesulitan-kesulitan yang mengerikan untuk merintangi perjuangan guna mencapai emansipasi. Dengan demikian, para pekerja harus tahu bahwa apabila pilar-pilar reaksi ini [6] digulingkan, maka jelas tidak akan mungkin sama sekali bagi mereka untuk melancarkan perjuangan secara berhasil melawan kaum borjuasi, karena selama pilar-pilar itu ada, maka kaum proletariat Rusia di daerah pedesaan, yang dukungannya merupakan syarat penting bagi kemenangan kelas pekerja, tidak akan pernah berhenti ditindas dan ditakut-takuti, sehingga hanya mampu cemberut sedih dan bukannya protes dan berjuang dengan tidak cerdas dan gigih. Dan, itulah sebabnya mengapa sudah menjadi tugas langsung dari kelas pekerja untuk berjuang secara berdampingan dengan kaum demokrasi radikal melawan absolutisme serta lembaga-lembaga maupun kelas-kelas sosial reaksionernya — yaitu, tugas yang harus ditekankan oleh kaum Sosial Demokrat kepada kaum buruh, sementara tak sesaat pun berhenti untuk menekankan juga kepada mereka bahwa perjuangan melawan semua lembaga ini hanya diperlukan sebagai sarana untuk memudahkan perjuangan melawan borjuasi, bahwa kaum buruh perlu mencapai tuntutan demokratik secara umum itu hanya untuk melapangkan jalan ke kemenangan atas musuh utama rakyat pekerja, atas lembaga yang wataknya secara murni bersifat demokratis, yaitu modal, yang di sini, di Rusia, istimewa kecenderungannya untuk mengorbankan demokrasinya dan untuk masuk ke dalam aliansi dengan kaum reaksioner agar supaya dapat menindas kaum buruh, dan dapat merintangi lebih lanjut munculnya gerakan kelas buruh.

Apa yang telah dikatakan itu, saya kira, sudah cukup untuk menentukan sikap kaum Sosial Demokrat terhadap absolutime dan kebebasan politik, dan juga terhadap kecenderungan yang berkembang istimewa kuatnya akhir-akhir ini, yang bertujuan untuk melakukan "penggabungan" dan "aliansi" terhadap berbagai kelompok revolusioner untuk memenangkan kemerdekaan politik. [95]

Kecenderungan ini memang agak istimewa dan khas:

Disebut istimewa karena usulan untuk membentuk "aliansi" itu tidak datang dari kelompok atau kelompok-kelompok tertentu, dengan program tertentu pula yang bertemu pada satu titik atau pada titik lainnya. Apabila mereka melakukannya, maka persoalan aliansi itu akan menjadi persoalan untuk setiap kasusnya secara terpisah, yaitu, persoalan kongkret yang harus diselesaikan oleh para wakil dari kelompok-kelompok yang dipersatukan itu. Selanjutnya, kecenderungan "penggabungan" yang istimewa seperti itu seharusnya tidak ada. Meskipun demikian, kecenderungan seperti itu masih saja ada, dan kecenderungan seperti itu hanya berasal dari orang-orang yang telah terputus dan hanyut dari yang lama, dan masih juga belum berlabuh dan tertambat pada apa pun yang baru. Dengan demikian teori para pejuang yang melawan absolutisme dan yang sampai sekarang ini dipakai untuk basis perjuangan itu jelas mengalami kehancuran, sehingga menghancurkan kondisi-kondisi untuk solidaritas dan organisasi yang sangat penting bagi perjuangan itu. Ya, kalau begitu, "para pembela aliansi" dan "penggabungan" ini tampaknya harus berpikir bahwa cara yang paling mudah untuk menciptakan teori seperti itu adalah dengan mereduksi atau memerosotkannya ke tingkat protes melawan absolutisme dan menuntut kemerdekaan politik, sambil menghindari semua persoalan yang lain, termasuk persoalan sosialis dan non-sosialis, dsb. Dengan demikian, jelaslah bahwa secara tak terelakkan dasar untuk persatuan itu akan mengalami kehancuran akibat pendapat yang keliru dan naif sejak upaya pertama untuk menciptakan persatuan yang seperti itu.

Akan tetapi, yang khas sifatnya adalah bahwa kecenderungan dari "penggabungan" ini ternyata mewakili salah satu dari beberapa tahap terakhir dalam proses transformasi para penganut paham Narodisme yang revolusioner dan militan itu menjadi penganut demokrasi yang secara politik radikal, yaitu, proses yang telah saya coba untuk melukiskannya di atas secara garis besar. Penggabungan yang dapat tahan lama dari semua kelompok revolusioner yang bukan kelompok Sosial Demokrasi tetapi ada di bawah bendera yang sama tersebut hanya akan mungkin apabila program yang juga dapat tahan lama dari tuntutan-tuntutan yang demokratis itu telah dibuat sehingga dapat mengakhiri prasangka-prasangka di kalangan kaum eksepsionalis Rusia lama. Tentu saja, kaum Sosial Demokrat percaya bahwa pembentukan partai demokratik seperti itu akan merupakan satu langkah maju yang bermanfaat, dan kegiatan mereka yang anti-Narodnik pun akan berlanjut, dan juga akan terus menghilangkan semua prasangka dan mitos, yang berupa pengelompokan kaum sosialis di bawah bendera Marxisme dan pembentukan partai demokratik oleh beberapa kelompok lainnya.

Kaum Sosial Demokrat, yang menganggap penting organisasi independen dari para pekerja ke dalam partai buruh yang terpisah itu, tentu saja, tidak dapat "digabungkan" dengan partai semacam itu, tetapi para pekerja secara paling kuat harus mendukung setiap perjuangan yang dilancarkan oleh kaum demokrat melawan lembaga-lembaga yang reaksioner.

Degenerasi atau kemerosotan paham Narodisme menjadi teori radikal borjuis kecil yang paling biasa — yang (degenerasi atau kemerosotan itu) juga diakui oleh "para sahabat rakyat" dengan kesaksiannya yang begitu mengejutkan itu — hal itu menunjukkan betapa luar biasa kekeliruan yang dilakukan oleh mereka yang menyebarkan, di kalangan para pekerja, ide untuk memerangi absolutisme tanpa pada waktu yang sama juga menjelaskan kepada mereka watak antagonistis dari hubungan-hubungan sosial kita yang juga menjadi dasar bagi para ahli ideologi kaum borjuasi untuk mendukung kebebasan politik — tanpa menjelaskan kepada mereka peranan historis dari kaum pekerja Rusia sebagai pejuang untuk mencapai emansipasi seluruh rakyat pekerja.

Kaum Sosial Demokrat memang kerap kali dituduh ingin memonopoli teori Marx, sedangkan, dalam perdebatan, teori ekonominya diterima oleh semua kaum sosialis. Meskipun demikjian, muncullah persoalan, apakah gunanya menjelaskan, kepada kaum pekerja, bentuk nilai, watak sistem borjuis, dan peranan revolusioner dari kaum proletariat itu, apabila di sini, di Rusia, eksploitasi terhadap rakyat pekerja itu pada umumnya dan secara universal dijelaskan bukan oleh organisasi sosial ekonomi borjuis, tetapi, katakan saja, oleh kemiskinan tanah, pembayaran penebusan jatah tanah, atau tirani para penguasa?

Apakah gunanya menjelaskan kepada kaum pekerja teori perjuangan kelas, apabila teori itu bahkan tidak dapat menjelaskan hubungannya dengan majikannya (kapitalisme di Ruisa secara artifisial telah dicangkokkan oleh pemerintah), untuk tidak menyebutkan massa "rakyat," yang tidak menjadi milik kelas para pekerja pabrik yang sudah sepenuhnya mapan?

Bagaimana orang dapat menerima teori ekonomi Marx beserta segala konsekuensinya — yaitu, peranan revolusioner dari kaum proletariat sebagai organisator komunisme dengan melalui kapitalisme — apabila rakyat di negeri kita mencoba untuk mencari jalan ke komunisme selain dari melalui perantara kapitalisme yang menciptakan proletariat?

Jelaslah bahwa mengajak kelas pekerja, yang ada di bawah kondisi seperti itu, untuk berjuang mencapai kemerdekaan politik, akan sama saja dengan mengajaknya untuk bersusah payah membantu kaum borjuasi progresif, karena tidak dapat disangkal lagi (yang secara cukup khas, bahkan kaum Narodnik dan kaum Narodovoltsi pun tidak menyangkalnya) bahwa kemerdekaan politik itu terutama akan berguna bagi kepentingan kaum borjuasi dan tidak akan melonggarkan posisi para pekerja, kecuali . . . . hanya akan melonggarkan kondisi perjuangannya . . . . melawan kaum borjuasi itu sendiri. Saya katakan hal ini sebagai lawan dari kaum sosialis yang, meskipun mereka tidak menerima teori kaum Sosial demokrat, tetapi melaukan agitasi di kalangan kaum pekerja, karena yakin berdasarkan pengalamannya bahwa hanya di kalangan yang belakangan ini sajalah unsur-unsur revolusioner itu dapat dijumpai. Teori kaum sosialis ini memang bertentangan dengan praktek mereka, sehingga mereka membuat kesalahan yang paling serius dengan mengalihkan para pekerja dari tugas langsung mereka MENGORGANISIR PARTAI BURUH SOSIALIS. [7]

Hal ini merupakan kesalahan yang muncul secara wajar pada suatu waktu ketika antagonisme kelas dalam masyarakat borjuis masih sangat belum berkembang dan tertekan oleh perhambaan feodal, ketika yang belakangan ini secara serentak membangkitkan protes dan perjuangan dari kaum inteligensia, sehingga, dengan demikian, menciptakan ilusi bahwa ada sesuatu yang secara khas berwatak demokratis di kalangan kaum inteligensia kita, dan bahwa tidak ada jurang pemisah yang sangat dalam antara ide-ide kaum liberal dan kaum sosialis. Nah, sekarang, karena perkembangan ekonomi telah maju begitu jauh sehingga, bahkan, mereka yang dulunya menyangkal perlunya basis untuk kapitalisme di Rusia itu pun kini mengakui masuknya kita ke jalan perkembangan kapitalisme — sehingga ilusi mengenai hal ini menjadi tidak memungkinkan lagi. Komposisi dari "kaum inteligensia" ini semakin mendapatkan bentuknya sejelas masyarakat yang terlibat dalam produksi nilai-nilai material: Sementara yang belakangan dikuasai dan diperintah oleh kapitalis, sedangkan di kalangan yang di muka, caranya ditetapkan oleh kelompok-kelompok yang tumbuh dengan cepat dari kaum karieris (pemburu karier) dan orang-orang sewaan kaum borjuis, yaitu, "kaum inteligensia" yang senang dan puas, dan orang-orang yang asing terhadap segala fantasi yang liar, serta yang sadar akan apa yang mereka inginkan. Karena jauh dari menyangkal fakta ini, maka kaum liberal dan kaum radikal kita itu secara keras menekankan hal ini, dan meninggalkan urusannya sendiri untuk membuktikan imoralitasnya atau ketidakbermoralannya, untuk mengutuknya, berusaha keras untuk mengacaukannya, memalukannya . . . . dan menghancurkannya. Upaya-upaya yang naif untuk membuat kaum inteligensia borjuis menjadi malu karena menjadi borjuis ini sama saja lucunya dengan upaya-upaya para ahli ekonomi borjuis kecil kita yang menakut-nakuti kaum borjuasi kita (yang memohon pengalaman "para saudara tuanya") dengan cerita-cerita tentang kecenderfungan ke kehancuran rakyat, ke kemiskinan, ke pengangguran, dan ke kelaparan massa rakyat. Upaya pengadilan kaum borjuasi beserta para ahli ideologinya itu merupakan kenang-kenangan dari pengadilan tombak, yang penghukuman matinya dengan dilemparkan ke sungai. Di luar batas-batas ini mulailah "kaum inteligensia" dari kaum radikal dan kaum liberal, yang dalam jumlah yang tak terbilang banyaknya menumpahkan ungkapan-ungkapan tentang kemajuan, ilmu pengetahuan, kebenaran, rakyat, dsb., dan yang lebih suka meratapi jaman tahun 1860-an yang telah lewat, yaitu, ketika tidak ada perpecahan, depresi, patah semangat, serta apati, dan ketika semua hati menyala berkobar-kobar dengan semangat demokrasi.

Dengan kesederhanaannya yang khas, Tuan-Tuan ini tidak mau memahami bahwa penyebab dari kebulatan suara yang menonjol pada waktu itu adalah merupakan kondisi-kondisi material yang ada pada waktu itu pula, dan yang telah pergi untuk tidak pernah mengembalikan lagi dunia perhambaan yang dulu menekan semua orang tanpa pandang bulu — seperti, pelayan dari hamba feodal yang telah menyimpan sedikit uang dan ingin hidup senang, para petani Rusia yang juga pengusaha, dan yang membenci tuan tanah karena memeras upeti, karena campur tangan, dan mencabik-cabiknya dari bisnisnya, hamba atau budak pengolah tanah milik bangsawan yang terproletarkan, dan petani Rusia yang jatuh miskin, dan yang dijual sebagai hamba atau budak pengolah tanah kepada pedagang, dsb. Semuanya itu mendatangkan penderitaan pada para pemilik pabrik yang juga pedagang bersama para pekerjanya, para pemborong beserta para perajinnya, dsb. Satu-satunya ikatan yang menghubungkan semua rakyat ini menjadi satu adalah kebencian mereka terhadap dunia perhambaan. Betapa pun sempurnanya orang harus terbuai oleh ilusi-ilusi manis untuk tidak melihat antagonisme bahkan sekarang ini ketika hal itu telah menjadi begitu luar biasa berkembangnya, untuk menangis dan mengharapkan kembalinya hari-hari kebulatan suara pada suatu waktu ketika situasinya menuntut perjuangan, menuntut agar semua orang yang tidak ingin menjadi penjahat bayaran kaum borjuasi karena ATAS KEMAUAN SENDIRI atau karena TIDAK ATAS KEMAUAN SENDIRI akan mengambil posisi di pihak kaum proletariat.

Apabila Anda tidak mau percaya pada omong kosong yang penuh bunga-bunga tentang "kepentingan rakyat" dan berusaha untuk mempelajari lebih dalam lagi, maka Anda akan tahu bahwa Anda sedang berurusan dengan para ahli ideologi borjuasi tulen, yang mimpi untuk memperbaiki, mendukung, dan memulihkan ekonomi ("rakyat" dalam jargon mereka) mereka melalui berbagai langkah progresif murni, dan yang sama sekali tidak mampu memahami bahwa di bawah hubungan-hubungan produksi yang menonjol pada waktu itu, maka satu-satunya pengaruh yang mungkin dapat dimiliki dari langkah-langkah seperti itu adalah memproletarkan massa rakyat secara lebih jauh lagi. Kita hanya dapat berterima kasih kepada "para sahabat rakyat" itu karena telah banyak berbuat untuk mengungkapkan watak kelas dari inteligensia kita, dan juga karena dengan cara demikian telah memperkuat teori Marxis bahwa para produsen kecil kita itu adalah kaum borjuis kecil. Mereka secara tak terelakkan pastilah telah mempercepat hilangnya mitos dan ilusi lama yang begitu lama telah membingungkan pikiran kaum sosialis Rusia. "Para sahabat rakyat" ini telah begitu hebatnya menganiaya, mengotori, dan secara berlebihan mengerjakan teori-teori ini sehingga kaum sosialis Rusia yang mempertahankannya pun dihadapkan pada dilema yang tak dapat ditawar-tawar, yaitu, untuk merevisinya, atau meninggalkannya sama sekali, dan membiarkannya untuk digunakan secara khusus oleh Tuan-Tuan itu, yang telah mengumumkannya dengan kesungguhan yang puas diri, 'urbi et orbi,' bahwa para petani kaya itu sedang membeli alat-alat yang telah diperbaiki, dan yang dengan air muka yang serius telah berusaha untuk meyakinkan kita bahwa kita harus menyambut orang-orang yang telah menjadi kecapaian duduk di meja untuk bermain kartu. Dan dalam ketegangan ini, mereka berbicara tentang "sistem rakyat" dan "kaum inteligensia" — dan terus berbicara, tidak hanya dengan air muka yang serius, tetapi dengan ungkapan yang megah, dan menakjubkan, tentang segala yang ideal serta luas, dan juga tentang perlakuan yang ideal terhadap berbagai masalah kehidupan!

Kaum inteligensia sosialis memang dapat diharapkan untuk melaksanakan tugas secara berhasil hanya apabila mereka mau meninggalkan ilusi-ilusi dan mulai mencari dukungan bukan dari perkembangan Rusia yang diinginkan, tetapi dari perkembangan Rusia yang sungguh-sungguh telah terjadi, bukan dari hubungan-hubungan sosial yang kemungkinan dapat terjadi, tetapi dari hubungan-hubungan sosial yang sungguh-sungguh telah terjadi. Lagi pula, tugas TEORITIS mereka haruslah diarahkan ke studi konkret terhadap semua bentuk antagonisme ekonomi di Rusia, yaitu, studi terhadap hubungan dan perkembangannya yang secara berturut-turut itu. Dengan demikian, mereka harus dapat mengungkapkan antagonisme ini di mana pun antagonisme itu telah disembunyikan oleh sejarah politik, oleh keanehan-keanehan dari sistem hukum, maupun oleh prasangka teoritis yang telah mapan. Mereka harus juga dapat menyajikan gambaran yang utuh dari realitas kita sebagai sistem yang pasti dari hubungan-hubungan produksi itu, serta menunjukkan bahwa eksploitasi terhadap rakyat pekerja dan juga pengambilalihan dari rakyat pekerja itu penting artinya di bawah sistem ini, dan menunjukkan pula jalan keluar dari sistem ini seperti yang telah ditunjukkan oleh perkembangan ekonominya.

Teori, yang didasarkan pada studi secara rinci  terhadap realitas dan sejarah Rusia ini, haruslah dapat memberikan jawaban terhadap tuntutan-tuntutan proletariat — dan apabila hal itu memenuhi syarat-syarat untuk ilmu pengetahuan, maka setiap pembangkitan terhadap pikiran proletariat untuk memprotes itu secara tak terelakkan akan membimbing pikiran ini untuk masuk ke dalam saluran-saluran Sosial Demokrasi. Semakin besar kemajuan yang dicapai dalam menjelaskan teori ini secara panjang lebar, akan semakin cepat pula Sosial Demokrasi itu tumbuh, karena para penjaga yang paling licik dari sistem sekarang ini sekali pun tidak akan dapat mencegah kebangkitan pikiran proletariat, karena sistem itu sendiri harus dan secara tak terelakkan memerlukan terjadinya pengambilalihan yang paling keras terhadap para produsen, termasuk pertumbuhan secara berkelanjutan dari proletariat beserta bala tentara cadangannya — dan hal ini paralel dengan kemajuan kekayaan sosial, termasuk pertumbuhan luar biasa dari kekuatan-kekuatan produktif, beserta sosialisasi tenaga kerjanya oleh kapitalisme. Akan tetapi, seberapa pun banyaknya tugas yang masih harus dikerjakan untuk menjelaskan teori ini secara panjang lebar, namun kaum sosialis pasti akan melakukannya. Hal ini telah dijamin oleh tersebar luasnya materialisme di kalangan mereka, yaitu, satu-satunya metode ilmiah, yang mensyaratkan bahwa setiap program itu harus merupakan rumusan yang tepat dari proses yang sesungguhnya. Hal ini juga telah dijamin oleh suksesnya Sosial Demokrasi, yang telah memakai ide-ide ini — yaitu, suatu sukses yang telah begitu menghebohkan kaum demokrat dan kaum liberal kita sehingga, seperti yang telah dikatakan oleh seorang Marxis tertentu, telah membuat majalah-majalah bulanan mereka menjadi tidak membosankan lagi.

Dengan demikian, dengan menekankan perlunya, pentingnya, dan besar serta luasnya tugas pekerjaan dari kaum Sosial Demokrat ini, maka saya sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa pekerjaan ini harus didahulukan daripada pekerjaan PRAKTIS, [8] — apalagi menunda yang belakangan ini (pekerjaan PRAKTIS) sampai yang di muka (pekerjaan teoritis) selesai. Hanya para pengagum "metode subjektif dalam sosiologi" saja, atau para pengikut sosialisme utopia saja, yang dapat sampai pada kesimpulan seperti itu. Tentu saja, apabila ada anggapan bahwa tugas kaum sosialis adalah mencari "berbagai jalan perkembangan" yang "berbeda" (dari sebenarnya) untuk negeri ini, maka, tentu saja, pekerjaan praktis hanya akan menjadi mungkin ketika para jenius dalam filsafat dapat menemukan dan menunjukkan "berbagai jalan yang berbeda" ini, dan secara terbalik, begitu berbagai jalan itu telah ditemukan dan menunjukkan akhir dari pekerjaan teoritis itu, maka dimulai pulalah pekerjaan mereka yang harus mengarahkan "tanah air" ini ke "berbagai jalan yang berbeda" dan yang "baru saja ditemukan" itu.

Posisi itu ternyata menjadi berbeda sama sekali ketika tugas kaum sosialis harus menjadi pemimpin ideologi dari proletariat dalam perjuangan yang sesungguhnya melawan musuh-musuh nyata dan sesungguhnya yang benar-benar menghalangi jalan perkembangan sosial dan ekonomi itu. Dalam keadaan seperti ini, pekerjaan teoritis dan praktis itu dapat bergabung menjadi satu seperti yang secara tepat dilukiskan oleh veteran Sosial Demokrat Jerman, Liebknecht, sbb.:

Studieren, Propagandieren, Organisieren. [Studi, propaganda, organisasi. — Ed.]

Anda tidak dapat menjadi pemimpin ideologi tanpa pekerjaan teoritis tersebut di atas, tepat seperti Anda tidak dapat menjadi pemimpin tanpa mengarahkan pekerjaan ini untuk memenuhi tuntutan penyebabnya, dan tanpa menyebarkan hasil-hasil dari teori ini di kalangan para pekerja, dan membantu mereka untuk mengorganisir diri. Pelaksanaan tugas seperti itu akan menjaga Sosial Demokrasi dari cacat-cacat yang begitu seringnya dialami oleh kelompok-kelompok Sosialis, baik yang berupa dogmatisme maupun sektarianisme.

Karena memang tidak akan dapat terjadi dogmatisme apabila satu-satunya kriteria yang paling tinggi dari sebuah doktrin adalah cocoknya doktrin itu dengan proses perkembangan sosial dan ekonomi yang sesungguhnya. Demikian juga halnya dengan sektarianisme yang  tidak akan dapat terjadi apabila tugasnya adalah meningkatkan organisasi proletariat, dan apabila, oleh karena itu, peranan "inteligensia" dalam menciptakan pemimpin-pemimpin khusus dari kalangan inteligensia sendiri menjadi tidak diperlukan lagi.

Dengan demikian, meskipun ada perbedaan di kalangan orang-orang Marxis dalam berbagai persoalan teoritis, namun metode-metode dari kegiatan politik mereka ini tetap tidak berubah sejak kelompok itu muncul.

Kegiatan politik dari kaum Sosial Demokrat ini terletak pada peningkatan perkembangan dan organisasi gerakan kelas pekerja di Rusia, dengan mentransformasikan gerakan ini dari keadaannya yang sekarang berupa usaha-usaha sporadis dalam protes, "kerusuhan," dan pemogokan tanpa ide yang dapat menunjukkan arah, menjadi perjuangan terorganisir dari SELURUH KELAS pekerja Rusia yang diarahkan untuk melawan rezim borjuis dan bekerja untuk mengambil alih para pengambil alih dan menghapuskan sistem sosial yang didasarkan pada penindasan terhadap rakyat pekerja. Sebenarnya, yang mendasari semua kegiatan ini adalah keyakinan bersama kaum Marxis bahwa kaum pekerja Rusia itu merupakan satu-satunya wakil alami dari seluruh rakyat pekerja yang tereksploitasi. [9]

Hal itu memang alami karena eksploitasi terhadap rakyat pekerja di Rusia itu di mana-mana mempunyai watak kapitalis, apabila kita tidak mengikutsertakan sisa-sisa ekonomi perhambaan feodal yang hampir mati itu dalam perhitungan kita. Karena, eksploitasi terhadap massa produsen itu berskala kecil, tercerai berai dan terbelakang, sementara eksploitasi terhadap kaum proletariat di pabrik-pabrik itu berskala raksasa, tersosialisasi, dan terpusat. Dalam kasus yang di muka, eksploitasinya masih terjerat dalam berbagai bentuk dari jaman pertengahan, dalam berbagai alat, tipu muslihat, dan hiasan atau perangkap politik dan hukum yang kuno, dan yang menghalangi rakyat pekerja maupun para ahli ideloginya sehingga tidak mampu melihat intisari dari sistem yang menindas rakyat pekerja, dan juga tidak mampu melihat di mana dan bagaimana orang dapat menemukan jalan keluar dari sistem ini. Dalam kasus yang belakangan, sebaliknya, eksploitasi itu sepenuhnya telah berkembang dan muncul dalam bentuknya yang murni, tanpa rincian apa pun yang membingungkan. Sehingga kaum pekerja mampu melihat bahwa mereka telah ditindas oleh modal, bahwa perjuangannya harus dilancarkan melawan kelas borjuis. Dan perjuangan ini, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya yang segera, dan untuk memperbaiki kondisi materialnya, secara tak terelakkan juga menuntut agar supaya para pekerja mengorganisasikan diri, dan secara tak terelakkan pula menjadi perang yang bukannya melawan individu-individu, tetapi melawan sebuah kelas, yaitu, kelas yang menindas dan menghancurkan rakyat pekerja, tidak hanya di pabrik-pabrik, tetapi juga di mana-mana. Itulah sebabnya mengapa kaum buruh di pabrik-pabrik tidak lain adalah wakil yang paling terkemuka dari seluruh rakyat yang tereksploitasi. Dan, agar supaya mereka dapat memenuhi fungsinya sebagai wakil dalam perjuangan yang terorganisir dan terus-menerus, maka hal itu sama sekali tidak perlu membuat mereka merasa bergairah dengan "berbagai perspektif." Karena yang diperlukan di sini hanyalah untuk membuat mereka memahami kedudukannya, untuk membuat mereka memahami struktur politik dan ekonomi dari sistem yang menindas mereka, beserta keharusan yang tak terelakkan dari berbagai antagonisme kelas yang ada di bawah sistem ini. Posisi buruh pabrik ini di dalam sistem hubungan kapitalis pada umumnya itu membuat mereka menjadi pejuang tunggal untuk mencapai emansipasi bagi kelas pekerja, karena hanya tingkat perkembangan kapitalisme yang lebih tinggi, dan yang berupa industri mesin berskala raksasa itu saja, yang dapat menciptakan kondisi materi dan kekuatan sosial yang diperlukan untuk perjuangan ini. Di mana pun bentuk perkembangan kapitalisme itu rendah, maka kondisi materi ini pun belum ada. Produksinya pun masih tercerai-berai di kalangan ribuan perusahaan kecil (dan perusahaan-perusahaan ini tetap saja menjadi perusahaan-perusahaan yang tercerai-berai bahkan di bawah bentuk kepemilikan tanah komunal yang paling egalitarian sekali pun), karena bagian paling besar dari yang tereksploitasi itu masih memiliki perusahaan-perusahaan kecil, sehingga dengan demikian masih terikat dengan sistem borjuis itu sendiri yang harus dilawannya: Hal inilah yang memperlambat dan menghalangi perkembangan kekuatan sosial yang mampu menggulingkan kapitalisme. Eksploitasi perusahaan-perusahaan kecil yang bersifat individual dan tercerai-berai ini telah mengikat rakyat pekerja ke satu tempat tertentu, sehingga memecah-belah mereka, dan sekaligus mencegah mereka untuk bersatu begitu mereka telah memahami bahwa penindasan itu tidak disebabkan oleh individu-individu tertentu, tetapi oleh seluruh sistem ekonomi itu. Kapitalisme berskala raksasa, sebaliknya, secara tak terelakkan memutuskan semua ikatan kaum pekerja dari masyarakat lamanya, dari tempat tertentunya, dan juga dari pengisap tertentunya pula. Sehingga kapitalisme berskala raksasa ini jugalah yang menyatukan mereka, memaksa mereka untuk berpikir dan menempatkan dirinya dalam kondisi yang membuat mereka mampu untuk memulai perjuangan secara terorganisir. Dengan demikian, pada kelas pekerja inilah kaum Sosial Demokrat harus memusatkan semua perhatian dan semua kegiatannya. Apabila para wakilnya yang paling maju telah menguasai ide-ide sosialisme ilmiah, yaitu, ide tentang peranan historis dari kaum pekerja Rusia, dan apabila ide-ide ini telah menjadi tersebar luas, serta apabila organisasi-organisasi yang stabil telah terbentuk di kalangan kaum pekerja untuk mentransformasi perjuangan ekonomi dari para pekerja yang masih bersifat sporadis itu menjadi perjuangan kelas yang dilakukan dengan penuh kesadaran — maka, pada waktu itulah, KAUM BURUH Rusia yang tampil terdepan dalam semua unsur demokratik, akan menggulingkan absolutisme dan memimpin PROLETARlAT RUSIA (yang berdampingan dengan proletariat dari SELURUH DUNIA) di jalan lurus berupa perjuangan politik secara terbuka ke KEMENANGAN REVOLUSI KOMUNIS

Tamat.

1894

 


Catatan

[1] Ziemlich blasse kompromissfähige und kompromissichtige Reformrichtung — saya kira hal ini mungkin dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia menjadi oportunisme kulturnichesky (oportunisme yang ditingkatkan).

[2] Tuan Krivenko memotong gambar yang menyedihkan sama sekali dalam usahanya untuk melancarkan perang terhadap Tuan Struve. Ia mengkhianati ketidakmampuannya yang kekanak-kanakan untuk memajukan suatu keberatan apa pun yang benar-benar sah, beserta kejengkelannya yang juga kekanak-kanakan. Misalnya, Tuan Struve mengatakan bahwa Tuan Nik.-on adalah seorang "utopia," dan memberikan alasan yang sangat eksplisit atau sangat jelas untuk menyebutnya demikian: 1) karena ia mengabaikan "perkembangan yang sebenarnya di Rusia," dan 2) karena ia tidak memahami watak kelas dari negara kita dan menghimbau kepada "masyarakat" dan "negara:" Argumen apakah yang diajukan Tuan Krivenko melawan semuanya ini? (utopia = khayalan) Apakah ia menyangkal bahwa perkembangan kita ini benar-benar kapitalis? Apakah ia mengatakan bahwa hal itu merupakan suatu jenis yang lainnya? Apakah ia mengatakan bahwa negara kita bukan negara kelas? Tidak. Ia justru lebih suka menghindari sama sekali pertanyaan-pertanyaan ini dan bertempur dengan kemarahan yang lucu melawan "pola-pola klise" dari rekayasanya sendiri. Contoh lain. Di samping menuduh Tuan Nik.-on sebagai tidak memahami perjuangan kelas, Tuan Struve juga mengomelinya dengan kesalahan-kesalahan teori yang fatal di bidang "fakta-fakta yang murni ekonomi." Ia menunjukkan, antara lain, bahwa ketika berbicara tentang kecilnya jumlah penduduk non-agraris kita, maka Tuan Nik.-on ternyata tidak mampu mengamati bahwa perkembangan kapitalis Rusia akan meratakan perbedaan antara 80%" (penduduk daerah pedesaan Rusia) "dan 44%"(penduduk daerah pedesaan Amerika) "sehingga, orang dapat mengatakan, bahwa itulah misi historisnya." Kemudian, Tuan Krivenko, pertama-tama, memutarbalikkan kutipan tulisan ini dengan mengatakan bahwa misi "kita" (??) adalah untuk mencabut petani itu dari tanahnya, sedangkan fakta dari persoalan itu justru menunjukkan bahwa kapitalisme cenderung untuk mengurangi jumlah penduduk pedesaan, dan, kedua, tanpa mengatakan satu patah kata pun tentang substansi atau intisari dari persoalan itu (apakah kapitalisme yang tidak mengurangi jumlah penduduk pedesaan itu mungkin ada), sehingga ia banyak berbicara omong kosong tentang "hal-hal yang bersifat doktriner atau teoritis," dsb. Lihat Lampiran II

[3] Anda seharusnya telah mencoba untuk mendesakkan tawaran Anda berupa karya "vital" ini pada anak-anak muda itu yang berbicara kepada petani Rusia itu tentang asosiasi-asosiasi Eropa! Sungguh-sungguh suatu ucapan selamat datang yang baik, dan sungguh-sungguh suatu jawaban pedas yang sangat baik, dan yang tentunya akan mereka berikan kepada Anda! Anda tentunya telah menjadi ketakutan setengah mati terhadap ide-ide mereka seperti yang Anda alami sekarang terhadap materialisme dan dialektika itu!

[4] Orang tidak dapat tidak pasti akan ingat di sini tentang arogansi kaum feodal Rusia murni dengan Tuan Yermolov-nya, yang sekarang menjadi Menteri Pertanian, yang berkeberatan pada masalah migrasi di dalam bukunya 'Kegagalan Panen dan Kesulitan Rakyat.' Migrasi tidak dapat dianggap sebagai rasional dari sudut pandang negara, katanya, ketika para tuan tanah di Rusia Eropa masih mengalami kekurangan tenaga kerja. Dan, sesungguhnya, untuk apa para petani itu ada di dunia ini, apabila tidak untuk bekerja dan memberi makan tuan-tuan tanah yang malas-malasan beserta para pelayannya "yang ditempatkan di tempat yang tinggi" itu?

[5] Ini merupakan masalah yang sangat penting. Plekhanov memang benar sekali ketika ia mengatakan bahwa kaum revolusioner kita mempunyai "dua musuh: yaitu, prasangka-prasangka lama yang belum habis terbasmi sama sekali, di satu pihak, dan pemahaman yang sempit terhadap program yang baru, di lain pihak." Lihat Lampiran III

[6] Lembaga reaksioner yang istimewa mengganggunya, tetapi relatif sedikit saja diperhatikan oleh kaum revolusioner kita, adalah kaum birokrasi kita, yang secara de fakto memerintah negara Rusia ini. Kaum birokrasi yang terutama terdiri dari kaum intelektual kelas menengah ini merupakan kaum borjuis yang sangat mendalam, baik dalam hal asal kelas maupun dalam hal tujuan dan watak kegiatan mereka. Akan tetapi, absolutisme dan hak-hak istimewa dari kaum bangsawan yang juga tuan tanah di bidang politik yang luar biasa besarnya itu telah memberi mereka watak yang istimewa pula jahatnya. Mereka ini tetap menjadi gada-gada atau ayam jago penunjuk arah angin, yang menganggapnya sebagai tugas mereka yang maha tinggi untuk mengombinasikan berbagai kepentingan tuan tanah dan kaum borjuis. Mereka inilah kaum Judushka [93] yang menggunakan koneksi atau hubungan dan simpati feodalnya untuk memperdaya para buruh dan para petani, dan menggunakan dalih untuk "melindungi mereka yang secara ekonomi lemah" dan bertindak sebagai "malaikat pelindung" terhadap kulak dan lintah darat untuk melaksanakan langkah-langkah yang mereduksi atau memerosotkan kelas pekerja ke tingkat "rakyat jembel yang paling hina," dengan menyerahkan mereka ke para tuan tanah feodal dan membuat mereka semua menjadi lebih tak berdaya melawan kaum borjuasi. Kaum birokrasi adalah kaum munafik paling berbahaya, yang telah menyerap pengalaman dari kaum rekasioner yang paling hebat di Eopa Barat, dan yang secara cerdik menyembunyikan pola Arakcheyev [94] mereka di belakang daun-daun pohon ara berupa ungkapan-ungkapan tentang orang-orang yang penuh dengan kasih sayang.

[7] Ada dua jalan untuk sampai pada kesimpulan bahwa kaum pekerja itu harus dibangkitkan untuk berjuang melawan absolutisme: Apakah dengan menganggap kaum pekerja sebagai pejuang tunggal untuk sistem sosialis, sehingga, oleh karenanya, juga menganggap kemerdekaan politik sebagai salah satu dari berbagai syarat untuk mempermudah perjuangannya. Itulah pandangan dari kaum Sosial Demokrat. Atau, dengan menunjukkan kepadanya hanya sebagai salah satu bagian dari rakyat yang paling menderita di bawah sistem yang sekarang, dan tidak akan kehilangan apa pun karena memang sudah tidak punya apa-apa lagi, sehingga dapat memainkan peranan yang paling besar dalam perjuangan melawan absolutisme. Meskipun demikian, hal itu akan berarti memaksa kaum pekerja terseret di belakang kaum radikal borjuis, yang tidak mau melihat antagonisme antara kaum borjuasi dan kaum proletariat di belakang kesetiakawanan seluruh "rakyat" dalam melawan absolutisme.

[8] Sebaliknya, pekerjaan praktis berupa propaganda dan agitasi harus selalu didahulukan, karena, pertama-tama, pekerjaan teoritis hanya dapat memberikan jawaban terhadap persoalan yang muncul dari pekerjaan praktis, dan, kedua, kaum Sosial Demokrat, karena berbagai alasan yang tidak dapat mereka kendalikan, terpaksa begitu sering membatasi diri mereka sendiri pada pekerjaan teoritis yang mereka nilai sangat tinggi ketika setiap saat pekerjaan praktis itu menjadi mungkin untuk dilakukan.

[9] Manusia Rusia masa depan itu adalah para petani Rusia itu sendiri — kata para wakil sosialisme petani, yaitu, kaum Narodnik dalam arti istilahnya yang paling luas. Manusia Rusia masa depan itu adalah para petani Rusia itu sendiri — kata kaum Sosial Demokrat. Itulah pandangan kaum Marxis yang telah diformulasikan dalam sebuah manuskrip tertentu.

[84] Soziaipolitisches Centralblatt (Lembaran Sosial Politik Pusat) — yaitu, organ sayap kanan Sosial Demokrasi Jerman. Pertama muncul tahun 1892.

[85] Pobedonostsev, R. P. — Prokurator Umum Sinode, seorang reaksioner ekstrem yang mengilhami kebijakan feodal Alexander III.

[86] Lenin menunjuk pada pers yang mudah disuap — yaitu, koran dan majalah yang dibayar oleh pemerintahan kaisar dan mau menjilatnya.

[87] Yermolov, A. S. — yaitu, Menteri Pertanian dan Milik Negara dalam tahun 1893-1905. Ia menyuarakan kepentingan para tuan tanah feodal dan kebijakannya merupakan salah satu kebijakan yang masih mempertahankan sisa-sisa perhambaan.

Witte, S. Y. — yaitu, seorang Menteri yang berpengaruh di Rusia pada jaman kaisar, selama bertahun-tahun (1892-1903) menjadi Menteri keuangan. Langkah-langkah yang diambilnya dalam bidang keuangan, kebijakan bea-cukai, pembangunan jalan kereta api, dsb., dsb., adalah demi kepentingan kaum borjuasi besar dan sekaligus untuk meningkatkan perkembangan kapitalisme di Rusia.

[88] Lenin menunjuk pada Kelompok Sosialis Narodnik, yaitu, orang-orang emigran atau buangan revolusioner Rusia yang dikepalai oleh N. I. Utin, A. D. Trusov, dan V. I. Bartenev. Kelompok ini menerbitkan majalah Narodnoye Dyelo (Perkara Rakyat) di Jenewa. Pada awal tahun 1870, kelompok ini mendirikan Asosiasi Buruh Internasional cabang Rusia (Internasionale Pertama). Pada tanggal 22 Maret 1870, Majelis Umum Internasional menerima afilasi dengan cabang Rusia itu. Atas permintaan cabang itu, Marx bertindak sebagai wakilnya di Majelis Umum. "Dengan gembira, saya menerima tugas terhormat yang Anda tawarkan kepada saya, yaitu, menjadi wakil Anda di Majelis Umum," tulis Marx pada tanggal 24 Maret 1870, kepada para anggota Komite cabang Rusia (Marx-Engels Ausgewahlte Briefe, M.-L. 1934, S. 234). Para anggota Komite cabang Rusia dari Internasionale Pertama itu mendukung Marx dalam perjuangannya melawan kaum anarkis Bakunin, dengan menyebarkan ide-ide revolusioner Internasionale Pertama itu, dan melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan untuk memperkuat ikatan antara gerakan revolusioner Rusia dengan Eropa Barat, serta mengambil bagian dalam gerakan-gerakan kelas pekerja di Swis dan Prancis. Akan tetapi, para anggota Rusia itu . . . .

[89] Engelhardt, A. N. — yaitu, wartawan Narodnik, yang menjadi terkenal luas karena kegiatan sosial dan agronominya, serta pengalamannya dalam mengorganisir pertanian yang rasional di tanah pertaniannya sendiri di Batishchevo, Gubernia Smolensk. Lukisan tentang metode bertaninya diberikan oleh Lenin dalam tulisannya, Perkembangan Kapitalisme di Rusia (Lihat edisi yang sekarang ini, Jilid 3, Bab 3).

[90] Sotsial-Demokrat (Sosial-Demokrat ) — yaitu, majalah sastra dan politik yang diterbitkan di luar negeri (London-Jenewa) oleh kelompok Emansipasi Buruh tahun 1890-1892. Majalah ini memainkan peranan yang sangat besar dalam penyebaran ide-ide Marxis di Rusia. Seluruhnya ada empat terbitan yang muncul. Kontributor utmanya untuk majalah ini adalah G. V. Plekhanov, P. B. Axelrod dan V. I. Zasulich. Di sini, Lenin mengutip artikel Plekhanov, "N. G. Chernyshevsky" (Lihat Sotsial-Demokrat, No. 1, 1890, hal. 138-39).

[91] Dari novel N. G. Chernyshevsky, Prologue.

[92] Lihat Catatan 8. [Sisipan catatan 8 dari Pentranskrip: Reformasi Petani tahun 1861, yang menghapuskan perhambaan di Rusia, diberlakukan oleh pemerintahan kaisar demi kepentingan para tuan tanah pemilik hamba itu sendiri. Reformasi itu terpaksa dibuat karena adanya arus perkembangan ekonomi di seluruh Rusia beserta pertumbuhan gerakan massa di kalangan kaum tani dalam melawan eksploitasi feodal. "Reformasi Petani" ini masih berwatak feodal. Tetapi karena kekuatan perkembangan ekonomi yang telah menyeret Rusia ke jalan kapitalis, maka bentuk feodal pun diberi isi kapitalis pula, sehingga "hal ini menunjukkan bukti yang semakin jelas bahwa semakin sedikit tanah yang dicuri dari petani maka semakin penuh pula tanah petani yang dapat dipisahkan dari tanah para tuan tanah, dan juga semakin sedikit upeti (yaitu, "pembayaran") yang dibayarkan kepada para pemilik hamba." (Lihat edisi yang sekarang ini, Jilid 17, "Reformasi Petani" dan Revolusi Petani-Proletar.) "Reformasi Petani" ini menandai langkah maju transformasi Rusia ke dalam monarki borjuis. Pada tanggal 19 Pebruari 1861, Alexander II menandatangai Manifesto dan "Peraturan" untuk para petani, yang dibebaskan dari ketergantungannya sebagai hamba. Seluruhnya ada 22.500.000 hamba, yang dulunya milik para tuan tanah, yang sekarang "diemansipasikan." Meskipun demikian, kepemilikan tanah dari para tuan tanah itu masih tetap ada. Tanah para petani itu dinyatakan sebagai milik para tuan tanah, sehingga para petani hanya dapat memperoleh jatah tanah yang luasnya ditentukan oleh undang-undang (dan bahkan kemudian oleh persetujuan dari tuan tanah itu sendiri), sehingga petani diharuskan membayar (menebus). Para petani ini membayar uang tebusan kepada pemerintahan kaisar, yang lebih dulu telah membayar jumlah tertentu kepada para tuan tanah. Perkiraan yang mendekati menunjukkan bahwa setelah Reformasi, kaum bangsawan memiliki 71.500.000 desiatin tanah dan para petani 33.700.000 desiatin.

Reformasi ini sebenarnya hanya mengurangi, tetapi tidak menghapuskan sistem kerja rodi lama di tanah pertanian. Para tuan tanah mendapatkan bagian yang terbaik dari jatah tanah petani ("tanah terpencil," hutan, padang rumput, tempat sumber air, tempat penggembalaan, dsb., dsb.), yang tanpa itu semua, para petani tidak dapat melakukan kegiatan pertanian yang bebas. Sampai uang tebusan lunas, para petani juga masih dianggap "terikat untuk sementara," dan harus memberikan pelayanan untuk tuan tanah dalam bentuk uang atau kerja rodi. Memaksa para petani menebus jatah tanahnya sendiri benar-benar dianggap suatu perampokan di pihak tuan tanah dan pemerintahan kaisar. Karena itu, para petani diberi jangka waktu 49 tahun untuk melunasi utang itu, dengan bunga 6%. Sehingga tunggakan pun semakin membengkak dari tahun ke tahun. Para petani dari bekas tuan tanahnya sendiri itu saja telah membayar pemerintahan kaisar total 1.900 juta rubel sebagai uang tebusan, sedangkan harga pasaran tanah yang diserahkan menjadi milik mereka itu tidak lebih dari 544 juta rubel. Para petani ini harus membayar ratusan juta rubel untuk tanah yang sebenarnya milik mereka sendiri. Inilah yang menghancurkan tanah pertanian mereka dan menyebabkan pemiskinan massa petani.

Kaum demokrat revolusioner Rusia, yang dikepalai oleh N. G. Chernyshevsky, mengkritik "Reformasi Petani" karena wataknya yang feodal. [bersambung ke hal. 515] V. I. Lenin menyebut "Reformasi Petani" tahun 1861 ini sebagai aksi massa dengan kekerasan pertama terhadap kaum tani demi kepentingan kapitalisme yang baru lahir di daerah pertanian — di mana, kaum tuan tanah sedang "membuka tanah milik" mereka untuk kapitalisme.

[93] Lenin menunjuk pada Judas Golovlyov — yaitu, seorang tuan tanah pemilik hamba, yang munafik, dan berlagak suci, seperti yang dilukiskan dalam karya M. Saltykov-Shchedrin, Keluarga Golovlyov.]

[94] Lenin menggunakan nama Arakcheyev sebagai nama julukan — yaitu, tokoh kejam kesayangan Paul I dan Alexander I. Ini merupakan satu periode despotisme polisi reaksioner dan dominasi militer yang sangat besar dan yang dihubungkan dengan kegiatan Arakcheyev. Watak khas dari rezim Arakcheyev ini adalah tindakan-tindakan kejam yang dilakukan terhadap gerakan revolusioner dari massa rakyat yang tertindas dan juga terhadap pernyataan kebebasan apa pun.

[95] Lenin menunjuk pada partai Narodnoye Pravo (Hak Rakyat), yaitu sebuah organisasi terlarang dari kaum inteligensia demokratik Rusia, yang didirikan dalam musim panas tahun 1893. Di antara para pendirinya adalah bekas anggota Narodovoltsi seperti O. V. Aptekman, A. I. Bogdanovich, A. V. Gedeonovsky, M. A. Natanson dan N. S. Tyutchev. Para anggota Narodnoye Pravo ini bertujuan untuk menyatukan semua kekuatan oposisi, dengan maksud untuk melakukan perjuangan guna mencapai reformasi politik. Partai Narodnoye Pravo mengeluarkan dua dokumen program, yaitu, "Manifesto"  dan "Persoalan mendesak." Dalam musim semi tahun 1894, partai ini dihancurkan oleh pemerintahan kaisar. Mengenai penilaian Lenin terhadap Narodnoye Pravo sebagai partai politik, lihat hal. 329-32 dari jilid yang sekarang ini, dan juga pamflet, Tugas Kaum Sosial Demokrat Rusia (Jilid 2). Mayoritas dari para anggota Narodnoye Pravo ini kemudian bergabung dengan Partai Revolusioner Sosialis.


DAFTAR ISI