Apa Yang Harus Dikerjakan?

V.I. Lenin (1902)


I

Dogmatisme dan "Kebebasan Mengkritik"

A. APAKAH “KEBEBASAN MENGKRITIK “ ITU ?

“Kebebasan mengkritik” memang pada waktu sekarang merupakan semboyan yang paling menjadi mode dan semboyan, yang paling sering digunakan dalam perdebatan-perdebatan antara kaum sosialis dengan kaum demokrat semua negeri. Sepintas kilas, sukar dibayangkan adanya sesuatu yang lebih aneh daripada penunjukan-penunjukan khidmat dari salah satu pihak yang berdebat mengenai kebebasan mengkritik. Apakah dalam partai-partai yang maju ada terdengar suara-suara menentang hukum konstitusional kebanyakan negeri Eropa yang menjamin kebebasan ilmu dan penelitian ilmiah ? “Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres di sini!”—demikianlah akan komentar orang luaran yang belum menangkap sepenuhnya hakekat perbedaan-perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berdebat itu, tetapi telah berulang-kali mendengar semboyan yang menjadimode ini di setiap persimpangan jalan. “Semboyan  ini, rupanya, salah satu semboyan dari kata-kata yang sudah lazim yang, seperti nama julukan, menjadi sah karena kebiasaan dan hampir menjadi nama”.

Sebenarnya, bukanlah rahasia bahwa dalam sosial-demokrasi internasional [*] dewasa ini terbentuk dua aliran. Perjuangan di antara kedua aliran ini kadang-kadang menyala berkobar-kobar, dan kadang-kadang mereda dan membara di bawah abu “resolusi-resolusi gencatan senjata” yang mengesankan. Berupa apa aliran ‘baru” ini, yang mengambil sikap “kritis” terhadap Marxisme “usang yang dogmatis”, dengan cukup tepat telah dinyatakan oleh Bernstein dan ditunjukkan oleh Millerand.

Sosial-demokrasi haruslah berubah dari partai revolusi sosial menjadi partai demokratis dari reform-reform sosial. Bernstein telah mengelilingi tuntutan-tuntutan politik ini dengan sederetan argumen dan pertimbangan “baru” yang disusun dengan cukup terkoordinasi. Kemungkinan meletakkan sosialisme pada dasar ilmiah dan kemungkinan membuktikan dari sudut konsepsi materialis tentang sejarah bahwa sosialisme adalah perlu dan tak terelakkan diingkari; fakta meningkatnya kemiskinan, proletarisasi dan menajamnya kontradiksi-kontradiksi kapitalis juga diingkari. Konsepsi “tujuan terakhir” itu sendiri dinyatakan sebagai tidak beralasan, dan ide tentang diktatur proletariat ditolak dengan mutlak; pertentangan secara prinsip antara liberalisme dengan sosialisme diingkari; teori perjuangan klas ditolak dengan dalih bahwa ia seakan-akan tak dapat diterapkan pada masyarakat yang betul-betul demokratis, yang diatur menurut kehendak mayoritas, dsb.

Dengan demikian, tuntutan untuk pembelokan yang tegas dari sosial-demokrasi revolusioner ke sosial-reformisme borjuis itu dibarengi dengan pembelokan yang tidak kurng tegasnya ke arah kritik borjuis terhadap semua ide fundamental Marxisme. Dan, karena kritik terhadap Marxisme dilancarkan sudah sejk lama, baik dari mimbar politik maupun dari mimbar universitas, baik dalam banyak brosur maupun dalam sejumlah karya ilmiah; karena seluruh angkatan muda dari klas-klas terpelajar secara sistematis telah dididik selama puluhan tahun dalam kritik ini, maka tidaklah mengherankan kalau aliran “kritis baru” dalm sosial-demokrasi akan timbul, serba lengkap, seperti Minerva dari kepala Yupiter [12]. Menurut isinya, aliran ini tidak perlu berkembang dan mengambil bentuk; ia dipindahkan langsung dari literatur borjuis ke literatur sosialis.

Seterusnya. Jika kritik teori dan perdambaan politik Bernstein masih belum jelas bagi seseorang, orang Prancis telah berusaha mendemonstrasikan ‘metode baru” itu dengan gamblang. Kali ini juga Perancis telah membenarkan reputasi lamanya sebagai ‘negeri yang dalam sejarahnya perjaugnan klas, lebih daripada yang di tempat lain manapun juga, dilakukan sampai akhir yang menentukan” (Engels, dalam kata pengantarnyapada karya Marx 18 Brumaire [13] ). Kaum sosialis Perancis mulai bukan dengan berteori melainkan langsung bertindak. Syarat-syarat politik yang secara demokratis lebih maju di Perancis telah mengizinkan mereka untuk segera beralih ke “Bernsteinisme dalam praktek”, dengan segala akibatnya. Millerand telah memberikan contoh yang bagus sekali mengenai Bersteinisme dalam praktek ini; bukan tanpa alasan baik Bernstein maupun Vollmar dengan begitu bersemangat buru-buru membela dan memuji-muji Millerand! Memang, jika sosial-demokrasi pada hakekatnya hanya merupakn partai reform saja, dan harus memiliki keberanian mengakui ini dengan terang-terangan, maka seorang sosialis tidak hanya berhak turut serta dalam kabinet borjuis, tetapi bahkan harus selalu berusaha keras untuk itu. Jika demokrasi pada hakekatnya berarti penghancuran kekuasaan klas, maka mengapa pula seorang menteri sosialis tidak boleh memikat hati seluruh dunia borjuis dengan pidato-pidato tentang kolaborasi klas? Mengapa pula dia tidak boleh tetap duduk dlam kabinet bahkan sesudah pembunuhan atas diri kaum buruh oleh gendarme-gendarme [14] menelanjangi, untuk keseratus dan keseribu kalinya, watak sesungguhnya kolaborasi demokratis klas-klas itu ? Mengapa pula dia tidak boleh mengambil bagian sendiri dalam memberi salam kepada tsar, yang bagi kaum sosialis Perancis sekarang tidak punya mempunyai nama lain daripada pahlawan tiang gantungan, cambuk dan pembuangan (knoteur, pendeur et deportateur) ? Dan ganjaran bagi penghinaan yang tak terhingga serta peludahan diri sosialisme di hadapan seluruh dunia. Ganjaran untuk pembejatan kesedaran sosialis massa buruh—satu-satunya dasar yang dapat menjamin kemenangan kita—ganjaran untuk ini ialah rencana-rencana yang muluk-muluk untuk perbaikan-perbaikan kecil-kecilan, begitu kecil sebetulnya, sehingga lebih jauh banyak yang telah diperoleh dari pemerintahan-pemerintah borjuis!

Barang siapa tidak dengan sengaja menutup mata tidak boleh tidak pasti melihat bahwa aliran “kritis” baru dalam sosialisme tidak bisa lain daripada oportunisme variasi baru. Dan jika kita menilai orang tidak menurut pakaian seragam yang berkilauan yang mereka pakai, tidak menurut nama julukan mentereng yang mereka berikan pada dirinya sendiri, tetapi menurut perbuatan mereka dan menurut apa yang benar-benar mereka propagandakan, maka akan jelaslah bahwa “kebebasan mengkritik” itu berarti kebebasan bagi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi, kebebasan untuk mengubah sosial-demokrasi menjadi partai reform demokrat, kebebasan untuk memasukkan ide-ide dan elemen-elemen borjuis ke dalam sosialisme.

“Kebebasan” adalah suatu perkataan agung, tetapi di bawah panji kebebasan perdagangan orang melakukan perang yang paling bersifat perampokan; di bawah panji kebebasan kerja, kaum pekerjapekerja dirampok. Pemakaian istilah “kebebasan mengkritik” masa kini mengandung kepalsuan yang inheren itu juga. Orang-orang yang benar-benar yakin bahwa mereka telah memajukan ilmu tidak akan menuntut kebebasan bagi pandangan-pandangan baru untuk terus berdampingan dengan yang lama, tetapi menuntut penggantian pandangan-pandangan yang lama oleh yang baru. Teriakan “Hidup kebebasan mengkritik!”, yang terdengar dewasa ini, terlalu mengingatkan pada dongengan tentang tong kosong [15].

Kita sedang berjalan dalam rombongan yang kompak di atas jalan yang curam dan sukar, dengan kuat-kuat berpegangan satu sama lain. Kita terkepung oleh musuh dari segenap penjuru dan kita harus maju di bawah tembakan mereka yang hampir terus-menerus. Kita telah menggabungkan diri dengan sukarela, justu untuk berjuang  melawan musuh dan bukan untuk mundur ke rawayang terletak di sebelah, yang penghuninya dari sejak semul telah mencerca kita karena telah memisahkan diri dan membentuk grup tersendiri dan telah memilih jalan berjuang, dan bukan jalan perdamaian. Dan sekarang sementara orang di antara kita mulai berteriak: mari kita masuk ke rawa ini! Dan ketika kita mulai memberi malu mereka, mereka menjawab: alangkah terbelakangnya kalian ini! Tidakkah kalin malu tidak memberikan kebeasanbagi kami mengajak kalian untuk menempuh jlan yang lebih baik! Oh, ya, Tuan-Tuan! Tuan-Tuan tidak hanya bebas untuk pergi kemana saja tuan-tuan kehendaki, ke rawa sekalipun; kami bahkan berpendapat bahwa rawa itulah tempat kalian yang sebenarnya, dan kami bersedia memberikan segala bantuan untuk kepindahan kalian ke situ. Hanya saja lepaskan tangan kami, jangan berpegang kuat-kuat pada kami, jangan mengotori perkataan kebebasan yang agung itu, karena kamipun ‘bebas” untuk pergi kemana saja sesuka hati kami, bebas untuk berjuang tidak hanya melawan rawa itu, tapi juga melawan mereka yang membelok ke rawa itu!

B. PEMBELA-PEMBELA BARU “KEBEBASAN MENGKRITIK”

Nah, semboyan ini (“kebebasan mengkritik”) akhir-akhir ini saja telah diajukan dengan khidmat dalam Raboceye Dyelo (No.10), organ Perserikatan Kaum Sosial Demokrat Rusia Di Luar Negeri [16], bukan sebagai dalil teori melainkan sebagai tuntutan politik, sebagai jawaban atas pertanyaan: “mungkinkah mempersatukan organisasi-organisasi sosial-demokrat yang melakukan aktivitas di luar negeri?”—“supaya persatuan itu bisa kokoh, harus ada kebebasan mengkritik” (hlm.36).

Dari pernyataan ini timbul dua kesimpulan yang tegas sekali; 1) bahw Raboceye Dyelo telah melindungi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi internasional umumnya; dan 2) bahwa Raboceye Dyelo menuntut kebebasan bagi oportunisme dalam sosial-demokrasi Rusia. Marilh kita tinjau kesimpulan-kesimpulan ini.

Raboceye Dyelo “terutama” tidak senang dengan “kecenderungan” Iskra dan Zarya [17] “meramalkan perpecahan antara Gunung dan Gironde dalam sosial-demokrasi internasional"[**].

“Bagi kita pada umumnya”, tulis B. Kricevski, redaktur Raboceye Dyelo, “omongan tentang Gunung dan Gironde ini dalam barisan sosial-demokrasi merupakan analogi sejarah yang dangkal, suatu hal yang ganjil berasal dari pena seorang Marxis. Gunung dan Gironde tidaklah merupakan temperamen atau aliran intelektual yang berlainan, sebgaimana mungkin pendapat para ahli sejarah-ideologis, melainkan klas-klas atau lapisan-lapisan yang berbeda—borjuasi sedang, di satu pihak, dan borjuasi kecil serta proletariat di pihak lain. Akan tetapi dalam gerakan sosialis modern tidak ada konflik kepentingan-kepentingan klas; gerakan sosialis dalam keseluruhannya, segala bentuknya yang bermacam-macam itu” (kursif dari B. Kr.), “termasuk kaum Bernsteinis yang paling karatan, berdiri di atas dasar kepentingan-kepentingan klas proletariat dan perjuangan klasnya untuk pembebasan politik dan ekonomi” (hlm. 32-33).

Suatu pernyataan yang berani! Apakah B. Kricevski belum mendengar kenyataan, yang sudah lama terkenal, bahwa justru turut sertanya secara luas lapisan “akademikus” dalam gerakan sosialis dalam tahun-tahun belakangan ini yang telah menjamin tersebarnya Bernsteinisme dengan begitu cepat? Dan yang paling penting—berdasarkan apa pendapat penulis kita itu bahwa “kaum Bernsteinis yang paling karatan” pun berdiri atas dasar perjuangan klas untuk pembebasan politik dan ekonomi kaum proletariat? Tak seorangpun tahu. Pembelaaan yang gigih atas kaum Bernstein yang paling karatanini tidaklah didukung oleh argumen atau pertimbangan apapun juga. Rupanya, penulis mengira bahwa jika dia mengulangi apa yang dibicarakan oleh kaum Bernstein yang paling karatan tentang diri mereka sendiri, maka pernyataannya itu tidak memerlukan lagi bukti lagi. Tetapi dapatkah orang membayangkan sesuatu yang lebih “dangkal” daripada pendapat seluruh aliran ini yang berdasarkan tidak lain hanya apa yang dibicarakan oleh wakil-wakil aliran itu tentang diri mereka sendiri? Dapatkah orang membayangkan sesuatu yang lebih dangkal daripada “khotbah” selanjutnya tentang kedua tipe atau jalan yang berlainan dan bahkan sama sekali bertentangan dari perkembangan partai ? (Raboceye Dyelo, hlm. 34-35). Kaum sosial-demokrat Jerman, tuan tahu, mengakui kebebasan penuh mengkritik, tetapi orang Perancis tidak, dan justru contoh merekalah yang memperlihatkan segala “kejahatan ketidaktoleranan”.

Terhadap itu kita jawab justru contoh B. Kricevski itulah yang menunjukkan bahwa nama kaum Marxis kadang-kadang dipakai oleh orang-orang yang memandang sejarah benar-benar “menurut Ilowaiski [20]). Untuk menerangkan persatuan Partai Sosialis Jerman dan berkeping-kepingnya Partai Sosialis Perancis sama sekali tidak perlu mencari-cari ciri-ciri khas sejarah kedua negeri ini, membandingkan keadaan-keadaan setengah absolutisme militer di satu negeri dengan parlementerisme republiken di negeri lainnya, atau menganalisa akibat-akibat Komune Paris dan akibat Undang-undang Anti-Sosialis [21]; membandingkan kehidupan ekonomi itu, atau mengingat bahwa “pertumbuhan yang tiada bertolak dalam sejarah sosialisme, tidak hanya menentang teori-teori yang keliru (Muhlberger, Duhring [***], kaum Katheder Sosialis [23], tetapi juga menentang taktik-taktik yang keliru (Lassalle), dsb, dsb. Kesemuanya ini tak berguna ! Orang-orang Prancis bertengkar di antara mereka sendii karena tidak toleran; orang-orang Jerman bersatu karena mereka anak-anak baik.

Dan perhatikan, melalui wawasan mendalam yang tiada bandingannya ini ‘disangkal” fakta yang sepenuhnya membantah pembelaan terhadap kaum Bernsteinis. Apakah kaum Bernsteinis itu betul berdiri di atas dasar perjuangan klas proletariat, soal ini dapat dijawab secara definitif dan pasti hanyalah oleh pengalaman sejarah. Karena itu, dalam hal ini contoh Perancis mempunyai arti yang paling penting, karena Perancis merupakan satu-satunya negeri dimana kaum Bersnsteinis mencoba berdiri bebas, berdiri di atas kaki mereka sendiri, dengan mendapat persetujuan yang hangat dari rekan-rekan mereka bangsa Jerman (dan sebagian juga dari kaum kaum oportunis Rusia; bandingkan Raboceye Dyelo No. 2-3, hlm. 83-84). Menyebut “ketidaktoleranan” orang-orang Perancis, terlepas dari arti “sejarahnya” (dalam arti Nozdryov [24]), ternyata hanyalah usaha untuk menyembunyikan fakta-fakta yang sangat tidak menyenangkan dengan kata-kata galak.

Kita sekali-kali belum bersedia pula menghadiahkan orang-orang Jerman kepada B. Kricevski dan kepada banyak pembela ‘kebebasan mengkritik” lainnya. Jika “kaum Bernsteinis yang paling karatan” masih dibiarkan  berada dalam barisan-barisan Partai Jerman, ini hanyalah karena mereka tunduk baik kepada resolusi Hanover [25], yang dengan tegas menolak ‘amandemen-amandemen” Bernstein, maupun kepada resolusi Lubeck [26], yang (kendatipun segala kediplomatisan) mengandung peringatan langsung kepada Bernstein. Bisa diperdebatkan, dari sudut kepentingan-kepentingan Partai Jerman, tepat tidaknya diplomasi itu dan apakah dalam hal ini perdamaian yang jelek lebih baik daripada pertengkaran yang baik; pendeknya, penilaian bisa berbeda mengenai tepat tidaknya satu atau lain cara menolak Bernsteinisme, tetapi tidak dapat tidak orang melihat fakta bahwa Partai Jerman telah dua kali menolak Bernsteinisme. Karena itu, mengira bahwa contoh orang Jerman membenarkan tesis: “kaum Bernsteinis yang paling karatan berdiri di atas dasar perjuangan klas proletariat untuk pembebasan politik dan ekonominya”, berarti sama sekali tidak mengerti apa yang sedang berlangsung di hadapan mata semua orang [****]

Tambahan pula, seperti apa yang sudah kita nyatakan Raboceye Dyelo menuntut “kebebasan mengkritik” kepada sosial-demokrasi Rusia dan membela Bernsteinisme. Rupanya ia sampai pada kesimpulan bahwa kita berlaku tidak adil terhadap “kritikus-kritikus” kita dan kaum Bernsteinis. Kritikus-kritikus dan kaum Bernsteinis yang mana ? Siapa yang tidak adil ? Di mana dan kapan? Bagaimana ketidakadilan itu ? Mengenai ini Raboceye Dyelo bungkam, tidak menyebut satu kali pun seorang kritikus atau seorang Bernsteinis Rusia ! Bagi kita hanya tinggal satu dari dua dugaan yang mungkin: Atau, bahwa pihak yang diperlakukan tidak adil itu tidak lain dan tidak bukan Raboceye Dyelo itu sendiri (dan ini dibenarkan oleh kenyataan bahwa dalam kedua artikel dalam No. 10 hanya disebutkan ketidakadilan-ketidakadilan yang dialami Raboceye Dyelo dari Zarya dan Iskra). Jika demikian halnya, bagaimana orang menerangkan keanehan ini yaitu bahwa Raboceye Dyelo, yang selalu gigih memisahkan diri dari segala solidaritas dengan Bernsteinisme, tidak dapat membela diri, tanpa mengucapkan kata-kata baik demi “kaum Bernsteinis yang paling karatan” dan kebebasan mengkritik ? Atau ada orang-orang ketiga yang telah diperlakukan tidak adil. Jika begini halnya, apa sebabnya gerangan maka tidak menyebut mereka itu ?

Karena itu kita lihat bahwa Raboceye Dyelo terus main umpet-umpetan yang sudah ia mainkan (sebagaimana akan kita tunujukkan berikut ini) sejak mulai penerbitannya. Dan kemudian perhatikanlah penerapan sungguh-sungguh yang pertama kali ini dari “kebebasan mengkritik” yang dipuji-puji itu. Sebetulnya pentrapan itu segera menjadi bukan hanya ketiadaan segala kritik, melainkan juga ketiadaan pendapat sendiri pada umumnya. Justru Raboceye Dyelo sendiri yang bungkam mengenai Bernsteinisme Rusia seolah-olah ia itu penyakit rahasia (menggunakan ungkapan Starower [28] yang kena) mengusulkan, guna pengobatan penyakit ini, supaya menjiplak kata demi kata resep Jerman yang terakhir untuk pengobatan penyakit itu dalam variasi Jerman. Bukannya kebebasan mengkritik—peniruan yang membudak (lebih buruk lagi: peniruan seperti monyet !). Isi  sosial dan politik yang sama dari oportunisme internasional modern menampakkan diri dalam satu atau lain variasi menurut kekhususan-kekhususan nasionalnya. Di satu negeri grup oportunis sudah sejak lama tampil di bawah panji tersendiri, di negeri lain kaum oportunis tidak mau tahu akan teori dan dalam praktek menjalankan politik kaum radikal-sosialis; di negeri yang ketiga, beberapa anggota partai revolusioner telah lari ke kubu oportunisme dan berusaha keras mencapai tujuan-tujuan mereka tidak dengan perjuangan terbuka untuk prinsip-prinsip dan taktik-taktik baru, ttetapi dengan membejatkan partai mereka secara berangsur-angsur, tidak kentara dan, jika orang boleh mengatakannya, tidak dapat dihukum. Di negeri yang keempat, desertir-desertir yang demikian itu menggunakan cara-cara yang sama dalam kegelapan perbudakan politik dan dalam saling hubungan yang sungguh-sungguh orisinal antara kegiatan “legal” dengan kegiatan “ilegal” dsb, dsb. Berbicara tentang kebebasan mengkritik dan kebebasan Bernsteinisme sebagai syarat untuk mempersatukan kaum sosial-demokrat Rusia, tetapi tidak memberikan analisa bagaimana Bernsteinisme Rusia menyatakan diri dan hasil-hasil khas apa yang telah dibawanya, ini berarti berbicara dengan maksud tidak berbicara apa-apa.

Marilah kita sendiri mencoba, sekalipun dengan beberapa patah kata, mengatakan apa yang tidak hendak dikatakan (atau barangkali bahkan tidak dimengerti) oleh Raboceye Dyelo.

 

C. KRITIK DI RUSIA

Kekhususan utama Rusia dalam hubungan dengan hal yang sedang kita tinjau ialah bahwa awal mula gerakan buruh yang spontan, di satu pihak, dan pembelokan pendapat umum progressif ke arah Marxisme di pihak lain, ditandai dengan kombinasi elemen-elemen yang jelas beraneka-ragam di bawah panji bersama untuk perjuangan melawan musuh bersama juga (pandangan dunia sosial politik yang sudah usang [29]). Kita berbicara tentang bulan madu “Marxisme legal”. Umumnya, ini adalah gejala yang luar biasa ganjilnya yang dalam tahun-tahun 80-an atau awal tahun-tahun 90-an tak seorangpun akan percaya pada kemungkinannya. Di sebuah negeri otokrasi, dimana pers dikungkung sepenuhnya, dan dalam zaman reaksi politik yang hebat dimana tunas ketidakpuasan dan protes politik yang sekecil-kecilnya pun diuber-uber, teori Marxisme revolusioner tiba-tiba menerobos masuk ke dalam literatur yang tersensor, dan meskipun dibentangkan dalam bahasa Esopus (penyair dongeng Yunani pada abad ke-6 sebelum masehi—Red. IP) tetapi dimengerti oleh yang ‘berkepentingan”. Pemerintah telah membiasakan diri memandang hanya teori Narodnaya Wolya-isme (revolusioner) saja yang berbahaya, dengan tidak, sebagaimana biasanya, memperhatikan evolusi internnya dan menyambut gembira setiap kritik yang dilontarkan terhadap teori itu. Tidak sedikit waktu berlalu (menurut perhitungan Rusia kita) sebelum pemerintah menyadari apa yang telah terjadi dan tentara sensor serta gendarme yang canggung itu memergoki musuh baru dan menyergapnya. Sementara itu buku-buku Marxis diterbitkan satu demi satu, majalah-majalah dan surat-surat  kabar  Marxis dikeluarkan hampir semua orang menjadi Marxis, kaum Marxis disanjung-sanjung, orang bermanis-manis dengan kaum Marxis dan penerbit-penerbit buku sangat gembira dengan penjualan buku-buku Marxis yang luar biasa larisnya. Sepenuhnya bisa dimengerti bahwa di antara orang-orang Marxis baru yang tersekap dalam suasana ini akan terdapat lebih dari seorang “pengarang yang menjadi besar kepala……"[30]

Kita sekarang dapat dengan tenang membicarakan periode ini sebagai peristiwa masa silam. Bukanlah rahasia bahwa periode singkat dimana Marxisme bersemarak pada permukaan literatur kita ditimbulkan oleh persekutuan antara orang-orang berpandangan ekstrim dengan orang-orang yang berpandangan sangat moderat. Pada hakekatnya yang tersebut belakangan adalah kaum demokrat borjuis; dan kesimpulan ini (yang begitu menyolok dibenarkan oleh perkembangan “kritis” mereka selanjutnya) muncul pada sementara orang bahkan pada waktu ‘persekutuan” itu masih utuh.[*****]

Kalau demikian halnya, tidaklah tanggung jawab yang paling besar atas “kekalutan” kemudian terletak justru pada kaum sosial-demokrat revolusioner yang masuk persekutuan dengan bakal “kritikus-kritikus” itu ? Pertanyaan ini, bersama-sama dengan jawaban yang mengiyakan, kadang-kadang terdengar dari orang-orang yang berpandangan terlampau kaku. Tetapi orang-orang ini salah sama sekali. Hanyalah mereka yang tidak yakin akan diri sendiri bisa takut mengadakan persekutuan-persekutuan sementara, sekalipun dengan orang-orang yang tidak dapat dipercaya; tak ada satu partai politik pun yang dapat bereksistensi tanpa persekutuan-persekutuan demikian. Dan penggabungan dengan kaum Marxis legal menurut macamnya adalah persekutuan politik pertama yang sungguh-sungguh dari kaum sosial-demokrat Rusia. Berkat persekutuan ini kemenangan yang mengagumkan cepatnya atas Narodisme dapat dicapai, dan ide-ide Marxisme (sekalipun dalam bentuk yang divulgerkan) menjadi sangt tersebar luas. Lagipula persekutuan itu diadakan bukan tanpa “syarat-syarat” sama-sekali. Buktinya: pembakaran kumpulan tulisan Marxis Bahan-Bahan Tentang Masalah Perkembangan Ekonomi Rusia [31] oleh sensor dalam tahun 1895. jika sekiranya persetujuan di bidang literatur dengan kaum Marxis legal dapat diibaratkan persekutuan politik, maka buku itu dapat diibaratkan perjanjian politik.

Perpecahan sudah barang tentu tidaklah timbul karena “ sekutu-sekutu” itu ternyata kaum sosial-demokrat borjuis. Sebaliknya, wakil-wakil dari aliran yang tersebut belakangan adalah sekutu-sekutu sosial-demokrasi yang sewajarnya dan diinginkan karena hal ini menyangkut tugas-tugas demokratisnya, yang dikedepankan oleh situasi dewasa ini di Rusia. Tetapi syarat yang diperlukan untuk persekutuan demikian itu ialah kesempatan penuh bagi kaum sosialis untuk mengungkapkan kepada klas buruh bahwa kepentingan-kepentingannya bertentangan secara bermusuhan dengan kepentingan-kepentingan borjuasi. Akan tetapi Bernsteinisme dan aliran ‘kritis”, kepada siapa mayoritas kaum Marxis legal berpaling, merampas kesempatan ini dan membejatkan kesedaran sosialis dengan memvulgarkan Marxisme, dengan mengkhotbahkan teori peredaan kontradiksi-kontradiksi sosial, dengan menyatakan ide revolusi sosial dan diktatur proletariat sebagai nonsen, dengan mengubah gerakan buruh dan perjuangan klas menjadi trade-unionisme yang sempit dan perjuangan “realistis” untuk reform kecil-kecilan dan berangsur-angsur. Ini sama sepenuhnya dengan semokrasi borjuis yang mengingkari hak sosialisme atas kebebasan dan oleh karenanya juga mengingkari haknya untuk bereksistensi; dalam praktek ini berarti usaha untuk mengubah gerakan buruh yan baru mulai itu menjadi embel-embel kaum liberal.

Sewajarnyalah, di bawah keadaan-keadaan demikian itu perpecahan adalah perlu. Tetapi ciri “khas” Rusia menyatakan diri dalam hal bahwa perpecahan ini berarti betul-betul penyingkiran kaum sosial-demokrat dari literatur “legal” yang paling mudah dimengerti dan luas tersebar. Kaum “bekas Marxis” yang mengibarkan panji “kritik” dan yang hampir memegang monopoli untuk “menghancurkan” Marxisme, mengkonsolidasikan diri dalam literatur ini. Teriakan-teriakan: “Lawan keortodoksan” dan “Hidup kebebasan mengkritik” (sekarang diulang-ulang Raboceye Dyelo), segera menjadi mode, dan sensor bersama gendarme pun tak dapat membendung mode ini, ini tampak dari kenyataan diterbitkannya buku Bernstein yang termasyur (termasyur dalam arti Herostratus [32]) dalam tiga edisi Rusia dan dari kenyataan bahwa buku-buku Bernstein, Tuan Prokopowic dan lain-lainnya dianjurkan oleh Zubatov [33] (Iskra No. 10). Di atas pundak kaum sosial-demokratlah sekarang terletak tugas yang memang sudah sulit dan dan yang dibikin menjadi tak terbayangkan lebih sulitnya oleh rintangan-rintangan yang semata-mata dari luar, yaitu tugas berjuang menentang aliran baru itu. Dan aliran ini tidak membatasi diri pada bidang literatur. Pembelokan ke arah “kritik” dibarengi kecenderungan ke arah “ekonomisme” di kalangan pekerja-pekerja praktis sosial-demokrat.

Bagaimana timbul dan tumbuhnya hubungan dan saling ketergantungan secara kritik legal dengan ekonomisme ilegal, soal yang menarik ini dapat menjadi pokok  sebuah artikel sendiri. Di sini kita cukup mencatat adanya secara pasti hubungan ini. Kemasyuran yang sudah selayaknya diperoleh Credo [******] itu justru karena keterusterangannya dalam merumuskan hubungan ini dan membocorkan kecenderungan politik fundamental “ekonomisme”: biarkan kaum buruh melakukan perjuangan ekonomi (akan lebih tepat lagi mengatakan:perjuangan trade-unionis, karena yang tersebut belakangan ini juga mencakup politik buruh yang spesifik), dan biarkan kaum cendekiawan Marxis bersatu padu dengan kaum liberal untuk “perjuangan” politik. Jadi, pekerja trade-unionis “di kalangan rakyat” berarti memenuhi paro pertama tugas ini, dan kritik legal berarti memenuhi paro kedua. Pernyataan ini merupakan senjata yang begitu cemerlang untuk melawan ekonomisme sehingga, seandainya tidak ada Credo itu, ia patut diciptakan.

Credo itu tidak dikarang-karang tetapi disiarkan tanpa persetujuan dan barangkali bahkan bertententangan dengan kehenda penulis-penulisnya. Bagaimanapun juga penulis buku ini, yang ambil bagian dalam menyeret “program” baru ini ke bawah sinar matahari [*******], telah mendengar keluhan dan umpatan bahwa salinan dari ikhtisar pandangan-pandangan pembicara disebarluaskan, diberi nama Credo, dan bahkan disiarkan dalam pers bersama-sama dengan protesnya ! Kita singgung episode ini karena episode ini menyingkapkan ciri yang interesan dari ekonomisme kita: ketakutan pada publisitas. Ini justru ciri ekonomisme pada umumnya dan bukan ciri para penulis Credo itu saja. Ia diperlihatkan oleh pendukung ekonomisme yang paling terus-terang dan jujur, Rabocaya Misl [36] , dan oleh Raboceye Dyelo (yang marah-marah karena dimuatnya dokumen-dokumen “ekonomis” dalam Vademecum [37] dan juga oleh Komite Kiev, yang dua tahun lalu tidak mau memberi izin dimuatnya profession de foi-nya [38] bersama-sama dengan bantahan [********] tertulis terhadapnya, dan oleh banyak dan banyak lagi wakil perorangan ekonomisme.
Rasa takut pada kritik yang diperlihatkan oleh pendukung-pendukung kebebasan mengkritik tak dapat dikatakan semata-mata karena kelicikan (meskipun kadang kala, sudah pasti, kelicikan itu ada sangkut paut dengannya: akan tidak bijaksana membiarkan tunas-tunas yang masih lemah dari aliran baru mendapt serangan-serangan dari lawan!). tidak, mayoritas kaum ekonomis sungguh-sungguh tidak menyetujui (dan menurut hakekat ekonomisme itu sendiri mereka pasti tidak menyetujui) segala perdebatan teori, perbedaan pendapat faksi, soal-soal politik yang luas, rencana-rencana untuk mengorganisasi kaum revolusioner, dsb. “Serahkan itu semuanya kepada orang-orang di luar negeri!” kata salah seorang ekonomis yang agak konsekwen kepada saya suatu hari dan dengan itu dia menyatakan pendapat yang sangat tersebar luas (dan tambahan pula pendapat yang trade-unionis tulen): urusan kita ialah gerakan buruh, organisasi-organisasi kaum buruh di sini, di daerah kita, sedang lain-lainnya adalah isapan jempol kaum doktriner, “penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi”, sebagaimana dinyatakan oleh para penulis surat yang dimuat dalam Iskra No. 12, senada dengan Raboceye Dyelo No.  10.

Sekarang timbul pertanyaan: karena demikian ciri-ciri khas “kritik” Rusia dan Bernsteinisme Rusia, maka apa seharusnya tugas orang-orang yang ingin menjadi penentang oportunisme dalam perbuatan dan bukan dalam kata-kata belaka ? Pertama-tama, mereka seharusnya melakukan usaha untuk memulai lagi pekerjaan teori yang baru saja dimulai pada masa Marxisme legal dan yang sekarang telah jatuh lagi pada pundak aktivis ilegal. Tanpa pekerjaaan demikian itu tidak mungkin ada perkembangan gerakan yang berhasil baik. Kedua, seharusnya dengan aktif tampil berjuang melawan “kritik” legal yang sangat merusak pikiran orang. Ketiga, seharusnya dengan aktif melawan kekalutan dan keragu-raguan dalam gerakan praktis, menelanjangi dan menolak segala percobaan yang secara sedar atau tidak sedar memerosotkan program dan taktik kita.

Bahwasanya Raboceye Dyelo tidak melakukan satu pun dari ketiga hal ini sudah umum diketahui dan selanjutnya kita akan membicarakan secar terperinci kenyataan yang sudah terkenal ini dari berbagai segi. Akan tetapi pada saat ini kita hanya ingin menunjukkan betapa menyoloknya kontradiksi antara tuntutan akan “kebebasan mengkritik” dengan ciri khas kritik dalam negeri kita dan ekonomisme Rusia. Memang, lihatlah naskah resolusi dimana Perserikatan Sosial-Demokrat Rusia Di Luar Negeri menyetujui pandangan Raboceye Dyelo.
“Untuk kepentingan perkembangan ideologi sosial-demokrasi selanjutnya, kita mengakui kebebasan mengkritik teori sosial-demokratis dalam literatur Partai sebagai mutlak perlu selama kritik ini tidak bertentangan dengan watak klas dan watak revolusioner teori ini” (Dua Kongres, hlm. 10)

Dan argumentasinya: resolusi itu “dalam bagian  pertamanya bersesuaian dengan resolusi Kongres Partai di Lubeck tentang Bernstein…..” Karena kesederhanaan jiwanya kaum “Perserikatan” itu tidak melihat testimonium paupertatis (surat keterangan tentang kemiskinan) apa yang mereka berikan kepada diri mereka sendiri dengan kesukaan meniru-niru ini !……” Tetapi….. dalam bagiannya yang kedua, resolusi itu membatasi kebebasan mengkritik jauh lebih banyak daripada yang dilakukan Kongres Partai di Lubeck”.

Jadi, resolusi Perserikatan itu ditujukan terhadap kaum Bersnteinis Rusia ? Jika tidak, menunjuk kepada Lubeck adalah sepenuhnya nonsen ! Tetapi tidaklah tepat mengnatakan bahwa resolusi itu “membatasi kebebasan mengkritik”. Dalam menerima resolusi Hanover mereka, orang-orang Jerman, pasal demi pasal, menolak justru amandemen-amandemen yang diajukan oleh Bernstein, sedang dalam resolusi Lubeck mereka, mereka memperingatkan Bernstein sendiri, dengan menyebutkan dia dalam resolusi itu. Tetapi penjiplak-penjiplak kita yang “bebas” itu sepatah kata pun tidak menyebutkan secara khusus satu manifestasi pun dari “kritik” Rusia dan ekonomisme Rusia; dengan tidak menyebutkannya, maka penyebutan saja tentang watak klas dan watak revolusioner teori memberikan kelonggaran yang jauh lebih luas bagi salah tafsir, terutama apabila Perserikatan itu tidak mau menyamakan “apa yang dinamakan ekonomisme itu” dengan oportunisme (Dua Kongres, hlm. 8, Pasal I). Tetapi semua ini sambil lalu. Yang pokok ialah bahwa sikap kaum oportunis terhadap kaum sosial-demokrat revolusioner di Jerman dan di Rusia bertentangan sama sekali. Di Jerman, seperti kita ketahui, kaum sosial-semokrat revolusioner setuju mempertahankan apa yang ada: program dan taktik lama yang sudah diketahui secara umum dan telah dijelaskan dalam segala detailnya oleh pengalaman berpuluh-puluh tahun. “Para kritikus” ingin mengadakan perubahan-perubahan dan karena para kritikus ini merupakan minoritas kecil, dan karena mereka sangat takut-takut dalam usaha-usaha revisionisnya, maka orang dapat mengerti alasan-alasan mayoritas dalam membatasi diri pada penolakan mentah-mentah terhadap “pembaharuan-pembaharuan”. Tetapi di negeri kita di Rusia para kritikus dan kaum ekonomis setuju mempertahankan apa yang ada: “para kritikus” menghendaki supaya kita terus menganggap mereka sebagai kaum Marxis dan menjamin bagi mereka “kebebasan mengkritik” yang mereka nikmati sepenuhnya (karena, sebetulnya, mereka tidak pernah mengakui hubungan kepartaian [*********] apapun juga, dan lagi pula kita tidak pernah mempunyai badan Partai yang diakui umum yang dapat “membatasi” kebebasan mengkritik, sekalipun dengan nasehat); kaum ekonomis menginginkan supaya kaum revolusioner mengakui “hak penuh gerakan masa kini” (Raboceye Dyelo No. 10, hlm. 25), yaitu mengakui “keesahan” eksistensi apa yang ada; mereka menginginkan supaya para “ideologis” tidak berusah “membelokkan” gerakan dari jalan yang “ditentukan oleh saling pengaruh unsur-unsur materiil dengan lingkungan materiil” (“Surat” yang dimuat dalam Iskra No. 12); menginginkan supaya orang mengakui sebagai hal yagn dikehendaki melakukan perjuangan “yang hanya mungkin dilakukan oleh kaum buruh di bawah keadaan sekarang”, dan sebagai satu-satunya perjuangan yang mungkin adalah perjuangan yang “sesungguhnya mereka lakukan saat pada saat sekarang” (Lampiran Khusus Rabocaya Misl [39] , hlm. 14). Sebaliknya, kita kaum sosial-demokrat revolusioner tidak puas dengan pemujaan kepada spontanitas ini, yaitu kepada pemujaan kepada apa yang ada “pada saat sekarang”; kita menuntut pengubahan taktik yang berlaku dalam tahun-tahun belakangan ini; kita menyatakan bahwa “sebelum kita dapat bersatu, dan supaya kita bisa bersatu, terlebih dahulu perlu menarik garis pemisah yang tegas dan pasti” (dari pengumuman tentang penerbitan Iskra [40]). Pendek kata orang-orang Jerman mempertahankan apa yang ada dan menolak perubahan; kita menuntut perubahan dan menolak pemujaan kepada dan pendamaian dengan apa yang ada.

Perbedaan-perbedaan “kecil” ini tidak terlihat oleh penjiplak-penjiplak “bebas” resolusi Jerman.

 

D.ENGELS TENTANG ARTI PENTING PERJUANGAN TEORI

“Dogmatisme, doktrinisme”, “pembatuan Partai—hukuman yang tak terelakkan atas pencupetan pikiran secara kekerasan”—inilah musuh-musuh yang terhadapnya pembela-pembela “kebebasan mengkritik” dalam Raboceye Dyelo secara ksatria mengangkat senjata. Kita gembira sekali bahwa soal ini telah masuk acara dan kita hanya akan mengusulkan untuk menambahnya satu pertanyaan lagi:
Siapakah yang menjadi hakim ?

Di hadapan kita terletak dua pengumuman penerbit. Yang satu, Program Organ Berkala Perserikatan Sosial-Demokrat Rusia—“Raboceye Dyelo” (cetakan ulang dari Raboceye Dyelo No. 1). Lainnya pengumuman tentang dimulainya lagi penerbitan-penerbitan  grup Pembebasan Kerja. [41] Kedua-duanya bertanggal 1899, ketika “krisis Marxisme” sudah lama jadi pembicaraan. Dan apa yang kita jumpai ? Dalam pengumuman yang pertama akan sia-sia saja orang mencari sesuatu petunjuk mengenai gejala ini, atau suatu pernyataan yagn tegas tentang pendirian yang hendak diambil oleh organ baru tersebut mengenai soal ini. Mengenai pekerjaan teori dan tugas-tugas mendesak sekarang sepatah kata pun tidak disebut-sebut, baik dalam program ini maupun dalam lampiran-lampirannya yang diterima oleh Kongres ke-III Perserikatan tersebut dalam tahun 1901 (Dua Kongres, hlm. 15-18). Selama seluruh masa ini dewan redaksi Raboceye Dyelo tidak mau tahu tentang soal-soal teori, meskipun kenyataannya soal-soal ini merisaukan semua orang  sosial-demokrat di seluruh dunia.

Sebaliknya, pengumuman lainnya pertama-tama menunjukkan berkurangnya minat pada teori dalam tahun-tahun belakangan ini, dengan mendesak menuntut “perhatian yang waspada terhadap segi teori dari gerakan revolusioner proletariat” dan menyerukan “kritik yang tak kenal ampun terhadap kecenderungan-kecenderungan Bernsteinis dan kecenderungan-kecenderungan anti-revolusioner lainnya” dalam gerakan kita. Nomor-nomor Zarya yang telah terbit menunjukkan bagaimana program ini telah dilaksanakan.

Jadi, kita lihat bahwa kata-kata muluk yang menentang pembatuan pikiran, dsb, itu menyembunyikan sikap acuh tak acuh terhadap dan ketidakberdayaan dalam pengembangan pikiran teori. Kasus kaum sosial-demokrat Rusia dengan menyolok sekali menggambarkan gejala umum di seluruh Eropa (yang sudah lama dicatat juga oleh kaum Marxis Jerman) bahwa kebebasan mengkritik yang termasyur itu bukanlah berarti penggantian satu teori dengan teori lainnya, melainkan bebas dari segala teori yang integral dan dipikirkan baik-baik; ia berarti eklektisisme dan ketiadaan prinsip. Mereka yang sedikit saja mengenal keadaan sebenarnya gerakan kita, tidk bisa melihat bahwa tersebarnya secara luas Marxisme dibarengi dengan penurunan tertentu taraf teori. Tidak sedikit orang dengan pendidikan teori yang sangat sedikit dan bahkan sama sekali tidak mempunyai pendidikan teori masuk gerakan karena arti praktisnya dan sukses-sukses praktisnya. Kita dapt menilai dari sini betapa tidak bijaksananya Raboceye Dyelo ketika, dengan lagak seperti pemenang, mengutip kata-kata Marx: “Setiap langkah gerakan yang nyata lebih penting daripada selusin program" [42]. Mengulangi kata-kata ini dalam masa kekacauan teori adalah sama dengan meneriakkan “Selamat hari lahir !” kepada iring-iringan pemakaman. Dan lagi kata-kata Marx ini diambil dari suratnya tentang Program Gotha, dimana Marx dengan tajam mencela eklektisisme dalam perumusan prinsip-prinsip: jika harus bersatu, tulis Marx kepada pemimpin-pemimpin partai, maka adakanlah persetujuan-persetujuan guna memenuhi tujuan-tujuan praktis gerakan, tetapi jangan memperkenankan adanya tawar-menawar mengenai prinsip, jangan memberikan “konsesi” dalam soal-soal teori. Inilah pikiran Marx, tetapi di kalangan kita terdapat orang-orang yang berusah keras—atas nama Marx—meremahkan arti penting teori !

Tanpa teori revolusioner tak mungkin ada gerakan revolusioner. Tidak cukup hanya bertahan pada pikiran ini pada waktu pengkotbahan oportunisme yang sedang mnjadi mode itu berpadu dengan kegila-gilaan pada bentuk-bentuk aktivitas praktis yang sesempit-sempitnya. Tetapi bagi kaum sosial-demokrat Rusia arti penting teori itu bertambah besar karena tiga keadaan lagi yang sering dilupakan, yaitu: pertama, karena kenyataan bahwa Partai kita baru saja berdiri, wajahnya baru saja terbentuk dan ia masih jauh daripada meyelesaikan perhitungan dengan aliran-aliran pikiran revolusioner lain yang mengancam akan membelokkan gerakan dari jalan yang benar. Sebaliknya, justru masa belakangan ini saja ditandai dengan kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non sosial-demokratis (sebagaimana sudah lama Akselrod memperingatkan memperingatkan kaum ekonomis). Di bawah syarat-syarat demikian ini, apa yang sepintas kilas tampaknya suatu kesalahan yang “tak penting” bisa membawa akibat yang sangat menyedihkan, dan hanya orang-orang yang cupet bisa memandang perdebatan-perdebatan faksi dan pembedaan secara keras di antara berbagai corak warna sebagai tidak pada waktunya atau berlebih-lebihan. Hari depan sosial-demokrasi Rusia untuk masa bertahun-tahunyang akan datang mungkin bergantung pada pengokohan satu atau lain “corak warna” itu.

Kedua, gerakan sosial-demokratis menurut intisarinya adalah gerakan internasional. Ini berarti bukan hanya bahwa kita harus memberantas chauvinisme nasional. Ini berarti juga bahwa gerakan yang sedang mulai di sebuah negeri yang masih muda dapat berhasil baik hanya jika ia menerapkan pengalaman negeri-negeri lain. Tetapi untuk menerapkan pengalaman ini tidaklah cukup hanya mengetahuinya atau semata-mata menyalin resolusi-resolusi yang terakhir. Untuk ini dibutuhkan kecakapan memperlakukan pengalaman ini secara kritis dan mengujinya secara bebas. Setiap orang yang menyadari betapa besar pertumbuhan dan bercabang-cabangnya gerakan buruh modern akan mengerti betapa banyak dibutuhkan cadangan kekuatan teori dan pengalaman politik (dan juga pengalaman revolusioner) untuk melaksanakan tugas ini.

Ketiga, tugas-tugas nasional sosial-demokrasi Rusia adalah sedemikian rupa, yang belum pernah dihadapi oleh partai sosialis lain mana pun juga di dunia ini. Nanti kami akan membicarakan kewajiban-kewajiban politik dan organisasi yang dipikulkan pada kita oleh tugas membebaskan seluruh rakyat dari penindasan otokrasi. Sekarang ini kami hanya ingin menunjukkan bahwa peranan pejuang pelopor dapat dilakukan hanya oleh partai yang dibimbing oleh teori yang paling maju. Sedang guna memperoleh sedikit pengertian yang konkrit tentang  apa arti kalimat ini, hendaklah pembaca mengingat pendahulu-pendahulu sosial-demokrasi Rusia seperti Herzen, Belinski, Cernisyevski dan kelompok orang-orang revolusioner cemerlang pada tahun 70-an; hendaklah pembaca renungkan arti internasional yang diperoleh literatur Rusia sekarang, hendaklah pembaca…..tetapi cukuplah sekian!

Baiklah kita kutip apa kata Engels dalam tahun 1874 mengenai arti penting teori dalam gerakan sosial-demokratis. Engels mengakui bukan dua bentuk perjuangan besar sosial-demokrasi (politik dan ekonomi), sebagaimana lazim di kalangan kita, melainkan tiga, dengan menempatkan perjuangan teori setaraf dengan dua perjuangan yang pertama itu. Anjuran-anjurannya kepada gerakan buruh Jerman yang telah menjadi kuat dalam praktek dan politik, begitu mengandung pelajaran dilihat dari sudut masalah-masalah dan perdebatan-perdebatan dewasa ini, sehingga kami berharap pembaca tak akan menyesali kami karena panjangnya bagian yang kami kutip dari kata pendahuluannya pada brosur Der deutsche Bauernkrieg [**********] , yang sudah lama menjadi barang unik besar bibliografi.

“Kaum buruh Jerman mempunyai dua keunggulan penting dibanding kaum buruh Eropa lainnya. Pertama, mereka termasuk rakyat Eropa yang paling teoritis dan mereka masih mempunyai rasa teori yang sudah hampir lenyap sama sekali pada apa yang dinamakan klas-klas “terpelajar” di Jerman. Tanpa filsafat Jerman yang mendahuluinya, terutama filsafat Hegel, maka sosialisme ilmiah Jerman—satu-satunya sosialisme ilmiah yang pernah ada—tak akan lahir. Tanpa rasa teori ini di kalangan kaum buruh, sosialisme ilmiah ini tak akan merasuk ke dalam darah daging mereka sebagaimana halnya kita lihat sekarang. Betapa tak berhingganya keunggulan ini dapat dilihat, di satu pihak, dari sikap acuh tak acuh terhadap segala teori, yang menjadi salah satu sebab pokok mengapa gerakan buruh Inggris maju begitu perlahan-lahan meskipun bagus sekali organisasi dari satu-satu serikat buruh; dan di pihak lain, dari kekalutan dan kegoyangan yangtelah ditimbulkan oleh Proudhonisme, dalam bentuk aslinya, di kalangan orang-orang Perancis dan Belgia dan, dalam bentuk yang dikarikaturkan lebih jauh oleh Bakunin, di kalangan orang-orang Spanyol dan Italia.

Keunggulan kedua ialah bahwa orang-orang Jerman hampir yang paling belakangan ikut serta dalam gerakan buruh. Sebagaimana sosialisme teori Jerman tak akan melupakan bahwa ia bersandar pada Saint-Simon, Fourier dan Owen—tiga ahli pikir yang, kendatipun segala kefantastisan dan segala utopisme ajaran-ajaran mereka, termasuk ahli pikir terbesar dari segala zaman dan yang secara zenial meramalkan kebenaran-kebenaran yang tak terhitung banyaknya, yang ketepatannya sekarang sedang kita buktikan secara ilmiah—maka demikian juga gerakan praktis kaum buruh Jerman sekali-kali jangan  melupakan bahwa ia telah berkembang di atas dasar gerakan Inggris dan Perancis, bahwa ia dapat begitu saja menggunakan pengalaman mereka yang dibeli dengan mahal dan sekarang dapat menghindari kesalahan-kesalahan mereka yang pada masa itu dalam banyak hal tak dapat dihindari. Tanpa teladan serikat-serikat buruh Inggris dan perjuangan-perjuangan politik kaum buruh Perancis, tanpa dorongan maha besar yang terutama diberikan oleh Komune Paris, dimana kiranya kita berada sekarang?

Perlu diberikan pengakuan kepada kaum buruh Jerman bahwa mereka telah menggunakan keuntungan-keuntungan dari posisi mereka dengan kecakapan yang jarang terdapt. Untuk pertama kalinya sejak adanya gerakan buruh, perjuangan dilakukan secara berencana dari ketiga seginya yang dikoordinasi dan dihubungkan satu sama lain: dari segi teori, politik dan ekonomi-praktis (perlawanan terhadap kaum kapitalis). Justru dalam serangan yang, boleh dikatakan, dipusatkan ini terletak kekuatan dan tak terkalahkannya gerakan Jerman.

Karena posisi yang menguntungkan ini, di satu pihak, dan karena kekhususan-kehususan kepulauan dari gerakan Inggris dan penindasan gerakan Perancis dengan kekerasan, di pihak lain, maka kaum buruh Jerman pada saat ini telah ditempatkan di barisan depan perjuangan proletar. Berapa lama peristiwa-peristiwa akan mengizinkan mereka menempati kedudukan terhormat ini tidak dapat diramalkan. Tapi baiklah kita berharap bahwa selama menempati kedudukan tersebut mereka akan memenuhi kewajiban-kewajiban yang dipikulan kepada mereka oleh kedudukan itu dengan sepatutnya. Untuk itu dituntut usahayang dilipatduakan dalam segala bidang perjuangan dan agitasi. Terutama adalah kewajiban para pemimpin untuk memperoleh pengertian yang senantiasa semkin jelas tentang semua soal teori, untuk kian lama kian membebaskan diri dari pengaruh kata-kata tradisional warisan pandangan dunia lama, dan selalu mengingat bahwa sosialisme, sejak ia menjadi ilmu, menuntut supaya ia diperlakukan sebagai ilmu, yaitu supaya ia dipelajari. Perlu menyebarluaskan dengan ketekunan yang terus meningkat di kalangan massa buruh pengertian yang jernih yang diperoleh demikian itu dan memadukan dengan semakin kokoh organisasi partai maupun organisasi serikat buruh…..

"Jika kaum buruh Jerman maju secara demikian, mereka justru tidak berjalan berbaris di depan gerakan—sama sekali bukan untuk kepentingan gerakan ini bahwa kaum buruh sesuatu negeri berbaris maju di depannya—namun demikian akan menduduki tempat terhormat dalam deretan pejuang; dan mereka alkan siap dengan bersenjata lengkap apabila ujian-ujian berat yang tak diduga-duga ataupun peristiwa-peristiwa besar menuntut dari mereka keberanian yang lebih besar, tekad dan enerji yang lebih besar"[43].

Kata-kata Engels itu ternyata bersifat ramalan. Beberapa tahun kemudian buruh Jerman mengalami percobaan-percobaan berat yang tak diduga-duga dalam bentuk Undang-Undang Anti Sosialis. Dan kaum buruh Jerman benar-benar menghadapinya dengan bersenjata lengkap dan berhasil keluar dari ujian-ujian ini dengan kemenangan.

Proletariat Rusia pasti akan menghadapi ujian-ujian yang tak terhingga lebih beratnya, ia pasti akan berjuang melawan raksasa, dan dibandingkan raksasa ini Undang-Undang Anti Sosialis di negeri konstitusional itu nampak sebagai orang kate saja. Sekarang sejarah menghadapkan kita pada tugas terdekat yang merupakan tugas yang paling revolusioner dari semua tugas terdekat yang dihadapi proletariat negeri manapun juga. Pelaksanaan tugas ini, yaitu menghancurkan benteng yang terkuat bukan hanya dari rekasi Eropa melainkan juga (sekarang boleh dikatakan) dari reaksi Asia, akan menjadikan proletariat Rusia pelopor proletariat revolusioner internasioanl. Dan kita berhak untuk mengharapkan memperoleh gelar terhormat ini yagn telah didapat oleh pendahulu-pendahulu kita, kaum revolusioner tahun-tahun 70-an, jika kita berhasil menjiwai gerakan kita yang seribu kali lebih luas dan lebih mendalam dengan tekad tulus ikhlas dan enerji yang sama.


Catatan:

[*] Sambil lalu, dalam sejarah sosialisme modern, barangkali ini merupakan gejala satu-satunya dan yang menurut sifat khasnya luar biasa menggembirakannya, yaitu bahwa persengketaan-persengketaan di antara berbagai aliran di dalam sosialisme untuk pertama kali telah berubah dari persengketaan nasional menjadi persengketaan internasional. Dulu, perdebatan-perdebatan antara kaum Lassalean dengan kaum Eisenacher [7], antara kaum Guesdis dengan kaum Possibilis[8], antara kaum Fabian[9] dengan kaum sosial-demokrat, dan antara kaum Narodnaya Wolya-is[10] dengan kaum sosial-demokrat, tetap merupakan perdebatan-perdebatan nasional semata-mata, yang mencerminkan kekhususan-kekhususan nasional semata-mata dan dapat dikatakan berlangsung di bidang yang berbeda-beda. Pada waktu sekarang ini (sekarang hal ini sudah nampak jelas) kaum Fabiah Inggris, kaum ministerialis Perancis, kaum Bernsteinis Jerman dan kaum kritikus Rusia[11]—semuanya itu termasuk satu keluarga, semua mereka itu sanjung-menyanjung, saling berguru, dan bersama-sama tampil menentang Marxisme “dogmatis”. Barangkali dalam pertempuran pertama yang benar-benar internasional melawan oportunisme sosialis ini, sosial-demokrasi internasional revolusioner akan menjadi cukup kuat guna mengakhiri reaksi politik yang sudah lama berkuasa di Eropa ?

[7] Kaum Lassalean dan kaum Eisenacher—dua partai dalam gerakan buruh Jerman dalam tahun-tahun 60-an dan awal-awal tahun 70-an abad ke-19. Kaum Lassalean—pendukung-pendukung dan pengikut-pengikut Ferdinand Lassalle. Liga Umum Buruh Jerman, didirikan oleh Lassalle dalam tahun 1863, merupakan inti gerakan. Dengan mengakui kemungkinan pengubahan kapitalisme menjadi sosialisme secara damai dengan bantuan perhimpunan-perhimpunan kaum buruh yang  disokong oleh negara kapitalis, kaum Lassallean mengkhotbahkan perjuangan untuk hak pilih umum dan aktivitas parlementer secara damai sebagai pengganti perjuangan revolusioner klas buruh. Marx dengan tajam mengkritik kaum Lassallean dan menunjukkan bahwa mereka “selama beberapa tahunmerupakan penghalang bagi pengorganisasian proletariat dan berakhir dengan menjadi tidak lebih daripada suatu alat dalam tangan polisi”. Marx memberikan penilaian mengenai pandangan-pandangan teori kaum Lassallean dan taktik-taktik mereka dalam karya-karyanya Kritik Terhadap Program Gotha, Apa yang dinamakan Perpecahan Dalam Internasionale dan dalam surat-menyurat dengan Engels. Kaum Eisenacher—pendukung-pendukung Marxisme. Berada di bawah pengaruh ideologi K. Marx dan F. Engel. Di bawah pimpinan Wilhelm Liebknecht dan August Bebel, mereka mendirikan Partai Buruh Sosial-Demokrat Jerman dalam Kongres di Eisenach pada tahun 1869. Di antara kedua partai itu terjadi pertarungan yang sengit. Di bawah pengaruh kebangkitan gerakan buruh dan menghebatnya repressi pemerintah, pada tahun 1875 dalam Kongres Gotha kedua partai berfusi menjadi satu Partai Buruh Sosialis Jerman dimana kaum Lassallean mewakili sayap oportunis.
Lenin mengkarakterisasi kaum Lassallean dan kaum Eisenacher dalam artikelnya “August Bebel” yang ditulis dalam bulan Agustus 1913.

[8] Kaum Guesdis dan kaum Possibilis—dua aliran dalam gerakan sosialis Perancis, yang muncul dalam tahun 1882 sesudah terjadi perpecahan dalam Partai Buruh Perancis. Kaum Guesdis—pendukung-pendukung Jules Guesde. Mereka mewakili aliran kiri, aliran Marxis, yang mempertahankan politik revolusioner bebas proletariat. Dalam tahun 1901 kaum Guesdis mendirikan Partai Sosialis Negeri Perancis. Kaum Possibilis—aliran borjuis kecil, aliran reformis yang berusaha membelokkan proletariat dari metode-metode perjuangan revolusioner . Kaum Possibilis mengusulkan dibatasinya aktivitas-aktivitas klas buruh pada apa yang “mungkin” di bawah kapitalisme. Dalam tahun 1902, bersama-sama dengan grup reformis lainnya, kaum Possibilis mendirikan Partai Sosialis Perancis. Partai Sosialis Negeri Perancis dan Partai Sosialis Perancis berfusi menjadi satu partai pada tahun 1905.  Selama perang imperialis 1914-1918 Jules Guesde, bersama dengan semua pimpinan Partai Sosialis Perancis, mengambil pendirian sosial-sovinis.

[9] Kaum Fabian—anggota-anggota Perkumpulan Fabian yang reformis dan oportunis. Perkumpulan ini didirikan di Inggris dalam tahun 1884 oleh sekelompok intelektual borjuis. Perkumpulan ini menggunakan nama jenderal Romawi Fabius Cunctator (“Pengulur”), yang termasyur karena taktiknya menunggu dan menghindari pertempuran-pertempuran menentukan. Perkumpulan Fabian, sebagaimana dikatakan Lenin, merupakan “pernyataan yang paling selesai dari oportunisme dan politik buruh liberal”. Kaum Fabian berusaha membelokkan proletariat dari perjuangan klas dan mengkotbahkan peralihan secara damai dari kapitalisme ke sosialisme dengan jalan reform-reform kecil.  Selama perang dunia imperialis (1914-1918) kaum Fabian mengambil pendirian sosial-sovinis.

[10] Kaum Narodnaya Wolya-is--- dari kata Narodnaya Wolya (Kemerdekaan Rakyat), sebuah perkumpulan rahasia Narodnik yang didirikan dalam tahun 1879 untuk perjuangan revolusioner melawan otokrasi tsar. Narodnaya Wolya dihancurkan oleh pemerintah tsar segera sesudah anggota-anggotanya membunuh Alexander II pada tanggal 1 (13) Maret 1881.  Sesudah itu mayoritas kaum Narodnik meninggalkan perjuangan revolusioner melawan tsarisme, mulai mengkhotbahkan perdamaian, keakuran dengan otokrasi tsar. Epigoni (penerus-penerus yang kurang baik daripada pendahulu-pendahulunya—Red. IP) Narodnaya ini – kaum Narodnik liberal tahun-tahun 80-an dan 90-an abad ke-19—sesungguhnya menyatakan kepentingan-kepentingan kaum kulak.
Tentang penilaian aktivitas-aktivitas Narodnaya Wolya, lihat Bab I, Sejarah PKUS (B), Kursus Singkat.

[11] Kaum Kritikus Rusia—Struwe, Bulgakov dan lain-lain yang tampil menentang Marxisme revolusioner dalam literatur yang terbit secara legal.

[12] Menurutmitologi Romawi, Yupiter adalah kepala dewa-dewa, sedang Minerva adalah dewi pelindung kerajinan tangan, ilmu dan seni, dewi pelindung guru dan dokter. Dikatakan bahwa Minerva muncul dengan mengenakan topi baja dan baju besi, pedang di tangan, dari kepala Yupiter. Cara kelahirannya ini telah digunakan secara populer untukmelukiskan seseorang atau gejala yang sempurna sejak awal mula.

[13] Karl Marx, 18 Brumaire Dari Louis Bonaparte

[14] Gendarme—anggota polisi politik di Rusia tsar

[15] Dari dongeng Iwan Andreyewic Krilov “Dua Tong”. Tong yang satu kosong dan bergelontangan di atas gerobak dengan bunyi yang demikian memekakkan sehingga orang yang lewat semua berusaha menjauhkan diri dari jalan.

[16] Perserikatan Kum Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri—didirikan di Jenewa dalam tahun 1894 atas inisiatif grup Pembebasan Kerja. Mula-mula grup Pembebasan Kerja ini memimpin Perserikatan dan mengedit penerbitan-penerbitannya. Elemen-elemen oportunis (“kaum muda”, kaum “ekonomis”) kemudian berdominasi dalam Perserikatan. Pada bulan November 1898 dalam Kongres Pertama Perserikatan, grup Pembebasan Kerja menolak mengedit penerbitan-penerbitan Perserikatan. Pemutusan hubungan yang definitif dengan Perserikatan  dan pemisahan diri grup Pembebasan Kerja terjadi bulan April 1900 dalam Kongres kedua Perserikatan ketika grup Pembebasan Kerja dan pengikut-pengikutnya meninggalkan kongres dan mendirikan organisasi yang berdiri sendiri yaitu grup sotsial-Demokrat.

[17] Zarya (Fajar)—majalah ilmu-politik Marxis yang diterbitkan oleh dewan redaksi Iskra di Stuttgart dalam tahun 1901-1902.
Dalam Zarya dimuat artikel-artikel Lenin berikut: “Catatan-Catatan Sambil Lalu”,”Persekutor-Persekutor Zemstwo dan Hannibal-hannibal Liberalisme”, empat bab pertama dari “Masalah Agraria Dan Pengkritik-Pengkritik Marx” (dengan judul “Tuan-Tuan ‘Pengkritik’ Mengenai Masalah Agraria”), “Tinjauan Dalam Negeri” dan “Program Agraria Sosial-Demokrasi Rusia”. Semuanya terbit empat nomor: No. 1 dalam bulan April 1901 (sebenarnya pada tanggal 23 Maret menurut almanak baru), No. 2-3 dalam bulan Desember 1901, dan No. 4 dalam bulan Agustus 1902.

[**]Perbandingan antara kedua aliran di kalangan proletariat revolusioner (revolusioner dan oportunis) dengan kedua aliran di kalangan borjuasi revolusioner dalam abad ke-18 (kaum Yakobin, terkenal sebagai Gunung, dan kaum Girondis) dibuat dalam tajuk rencana Iskra No. 2 (Februari 1901). Penulis artikel ini ialah Plekhanov. Baik kaum kadet[18], maupun kaum Bezzaglavtsi[19] dan kaum Menshevik sampai kini sangat suka berbicara tentang Yakobinisme dalam soal sosial-demokrasi di Rusia, tetapi mereka lebih suka tinggal bungkam mengenai, atau….melupakan keadaan bahwa Plekhanov menggunakan konsepsi ini untuk pertama kali terhadap sayap kanan sosial-demokrasi. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907—Red)

[18] Kaum Kadet (Partai Konstitusional-Demokrat)—partai borjuis yang terpenting di Rusia, partai borjuis monarkis-liberal. Partai ini didirikan dalam bulan Oktober 1905. dengan berkedok demokrasi dan dengan menamakan diri partai “kemerdekaan rakyat”, kaum Kadet berusaha menarik kaumtani di pihak mereka. Mereka berusaha keras mepertahankan tsarisme dalam bentuk monarki konstitusional. Kemudian kaum Kadet menjadi partai borjuasi imperialis. Setelah kemenangan Revolusi Sosialis Oktober, kaum Kadet mengorganisasi komplotan dan pemberontakan kontra-revolusioner menentang Republik Soviet.

[19] Bezzaglavtsi—organisator-organisator dan orang-orang yang turut menerbitkan majalah Bez Zaglawiya (Tanpa Judul) yang diterbitkan di Petersburg dalam tahun 1906.  Mereka itu ialah S. N. Prokopowic, E. D. Kuskowa, W. Y. Bogucarski, dll. Bezzaglavtsi secara terbuka mengaku sebagai pengikut-pengikut revisionisme, mendukung kaum Menshevik dan kaum liberal dan menentang politik bebas proletariat. Lenin menamakan Bezzaglavtsi Kadet-Kadet Menshevik atau kaum Mensheik Kadet.

[20] Ilowaiski, D.I. (1832-1920)—ahli sejarah, pengarang banyak buku pelajaran resmi tentang sejarah yang luas digunakan di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan di Rusia sebelum revolusi. Ilowaiski menafsirkan sejarah sebagai terdiri terutama dari perbuatan-perbuatan tsar-tsar dan jenderal-jenderal, dan menerangkan proses sejarah dengan faktor-faktor yang sekunder dan kebetulan.

[21] Undang-Undang Anti Sosialis—diberlakukan di Jerman dalam tahun 1878.  Menurut Undang-Undang ini semua organisasi partai sosial-demokrat, semua organisasi massa buruh dan pers dilarang, literatur sosialis disita dan kaum sosial-demokrat dikejar-kejar. Undang-undang itu dicabut pada tahun 1890 karena tekanan gerakan massa buruh.

[***] Pada waktu Engels memberikan pukulan-pukulannya kepada Duhring, cukup banyak wakil kaum sosial-demokrasi Jerman condong kepada pandangan-pandangan Duhring, dan tuduhan-tuduhan seperti ketajaman, ketidaktoleranan, polemik-polemik yang tidak bersifat bersahabat, dsb, bahkan dilontarkan kepada Engels di muka umum dalam Kongres Partai. Most dan kawan-kawannya (dalam Kongres tahun 1877) mengajukan saran supaya melarang dimuatnya artikel-artikel Engels dalam Vorwarts[22] karena artikel-artikel itu tidak menarik perhatian mayoritas terbesar pembaca, dan dan Walteich menyatakan bahwa pemuatan artikel-artikel ini telah menimbulkan kerugian besar bagi Partai, bahwa Duhring juga telah berbuat jasa kepada sosial-demokrasi: “Kita harus menggunakan setiap orang untuk kepentingan Partai, dan jika para profesor itu mau berpolemik, berpolemiklah, tetapi Vorwarts seklai-kali bukanlah tempat melakukan polemik-polemik demikian itu” (Vorwarts No. 65, 6 Juni 1877). Sebagaimana orang tahu, ini juga contoh pembelaan terhadap “kebebasan mengkritik” dan para kritikus legal kita serta kaum oportunis yang ilegal, yang begitu suka menyebut-nyebut contoh orang-orang Jerman, patut merenungkan contoh ini!

[22] Vorwarts (Maju)—surat kabar harian, organ sentral Partai Sosial-Demokrat Jerman. Ia mulai diterbitkan pada tahun 1876 dengan Wilhelm Liebknecht sebagai redakturnya. Dalam kolom-kolomnya Friedrich Engels berjuang menentang semua manifetasi oportunisme. Pada paro kedua 90-an, setelah wafatnya Engels, Vorwarts mulai secara sistematis memuat artikel-artikel kaum oportunis yang mendominasi Partai Sosial-Demokrat Jerman dan Internasionale II.  Selama Perang Dunia I Vorwarts mengambil pendirian sosial-sovinisme. Ia terbit di Berlin hingga tahun 1933.

[23] Kaum Katheder-Sosialis (kaum Sosialis Mimbar)—suatu aliran dalam ekonomi-politik borjuis, yang timbul di Jerman dalam tahun-tahun 70-an dan 80-an abad ke-19. dari mimbar universitas wakil-wakil aliran ini dengan kedok sosialisme mengkhotbahkan reformisme liberal-borjuis. Kaum Katheder Sosialis menyatakan bahwa negara borjuis berdiri di atas klas-klas, sanggup mendamaikan klas-klas yang bermusuhan, secara bernagsur-angsur melaksanakan “sosialisme” tanpa menyentuh kepentingan-kepentingan kaum kapitalis dan, sedapat mungkin memperhitungkan tuntutan-tuntutan kaum pekerja. Di Rusia pandagan-pandangan kaum Katheder-Sosialis itu dikotbahkan oleh kaum “Marxis legal”.

[24] Nozdryov—tokoh dalam buku Gogol Jiwa-Jiwa Mati, pemilik tanah, pengacau dan bajingan. Gogol menamakan Nozdryov seorang tokoh “sejarah” karena di mana dia muncul di situ dia meninggalkan “sejarah” pengacauan.

[25] Resolusi Hannover—resolusi mengenai “serangan-serangan terhadap pandangan-pandangan dasar dan taktik partai”, diterima oleh Kongres Partai Sosial-Demokrat Jerman yang diselenggarakan di Hannover pada tanggal 27 September- 2 Oktober (9-14 Oktober) 1899. diskusi mengenai soal ini dalam Kongres dan diterimanya sebuah resolusi khusus diharuskan oleh kenyataan bahwa kaum oportunis, yang dipimpin Bernstein, menganjurkan revisi atas teori Marxis dan menuntut ditinjaunya kembali politik dan taktik revolusioner sosial-demokrasi. Resolusi Hannover itu menolak tuntutan kaum revisionis tetapi di dalamnya tak terdapat kritik atau pemblejetan terhadap Bernsteinisme. Pendukung-pendukung Bernstein juga memberikan suara setuju kepada resolusi tersebut.

[26] Resolusi Lubeck—diterima dalam Kongres Partai Sosial-Demokrat Jerman di Lubeck, 22-28 September 1901.  Pokok persoalan dalam Kongres itu ialah perjuangan melawan revisionisme, yang pada waktu itu telah mengambil bentuk sebagai sayap kanan Partai dengan program dan organ persnya sendiri, sozialistiche Monatsbejte (Bulanan Sosialis). Pemimpin kaum revisionis, Bernstein, yang lama sebelum Kongres telah menganjurkan revisi terhadap sosialisme ilmiah, dalam pidatonya di depan Kongres menuntut “kebebasan mengkritik” Marxisme. Kongres menolak rancangan resolusi yang diajukan oleh pendukung-pendukung Bernstein dan menerima sebuah resolusi yang meskipun secara langsung memperingatkan Bernstein, tidak menetapkan prinsip bahwa pandangan-pandangan Bernsteinis bertentangan dengan keanggotaan dalam partai klas buruh.

[****] Perlu dicatat bahwa mengenai Bernsteinisme dalam Partai Jerman Raboceye Dyelo selalu membatasi diri hanya pada menceritkan fakta-fakta dan sam-sekali “menahan diri tidak”menyatakan pendapatnya sendiri mengenai fakta-fakta ini. Lihat, misalnya, laporan-laporan tentang Kongres Stuttgart[27] dalam No. 2-3 hlm. 66, di mana semua perbedaan pendapat disederhanakan menjadi perbedaan-perbedaan pendapat mengenai “taktik” dan hanya dikonstatasi saja bahwa mayoritas terbesar tetap setia kepada taktik-taktik revolusioner yang dulu. Atau ambil No. 4-5 (hlm. 25 dan selanjutnya) hanya penceritaan pidato-pidato yang diucapkan dalam Kongres Hanover dengan pemuatan kembali resolusi yang diajukan oleh Bebel. Penjelasan tentang dan kritik terhadap pandangan-pandangan Bersnstein ditunda lagi (seperti halnya dalam No.2-3) untuk dibicarakan dalam “artikel khusus”. Cukup aneh, dalam No. 4-5 (hlm. 33) kita baca: “……pandangan-pandangan yang dibentangkan oleh Bebel mendapat dukungan dari mayoritas besar dalam Kongres”, dan beberapa baris dibawahnya: “…… David mempertahankan pandangan-pandangan Bernstein….Pertama-tama dia mencoba menunjukkan bahwa….. Bernstein dan teman-temannya bagaimanapun juga”, (sic!) (demikianlah!—Red) “berdiri di atas dasar perjuangan klas….” Ini ditulis dalam bulan Desember 1899, dan dalam bulan September 1901 Raboceye Dyelo, rupanya karena sudah kehilangan kepercayaanakan kebenaran pandangan Bebel, mengulangi pandangan-pandangan David sebagai pandangannya sendiri!

[27] Kongres StuttgartPartai Sosial-Demokrat Jerman, yang dilangsungkan pada tanggal 21-26 September (3-8 Oktober) 1898, adalah kongres yang untuk pertama kali mendiskusikan soal revisionisme dalam gerakan sosial-demokratis Jerman.  Dalam Kongres diumumkan pernyataan Bernstein yang tidak hadir. Dalam pernyataannya itu dia menguraikan dan membela pandangan-pandangan oportunisnya, yang dulu sudah dibentangkan dalam sejumlah artikel. Di kalangan lawan-lawan Bernstein dalam Kongres tidak terdapat kesatuan pendirian. Satu golongan (Bebel, Kautsky dan lain-lainnya) menganjurkan perjuangan ideologi menentang Bernstein dan kritik terhadap kesalahan-kesalahannya, tetapi tidak setuju mengambil tindakan-tindakan organissi terhadapnya. Satu golongan lagi, minoritas yang dipimpin oleh Rosa Luxemburg, lebih tegas menentang Bernsteinisme.

[28] Starower—nama samaran A. N. Potresov, anggota dewan redaksi Iskra; kemudian menjadi seorang Menshevik.

[29] Pandangan dunia sosial-politik yang sudah usang—maksudnya Narodisme.

[30] Pengarang Yang Menjadi Besar Kepala—judul salah satu dari cerita-cerita awal Maxim Gorki.

[*****] Yang dimaksud di sini ialah artikel K. Tulin (Lenin—Red) yang ditulis untuk menentang Struwe (Lihat Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4. Jilid I, hlm. 315-484—Red). Artikel itu disusun dari sebuah risalah yang berjudul “Refeksi Marxisme Dalam Literatur Borjuis”. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907—Red)

[31] Yang Lenin maksudkan ialah Kumpulan Bahan-Bahan yang Mengkarakterisasi Perkembangan Ekonomi Kita, yang dicetak secara legal dalam jumlah 2000 eksemplar pada bulan April 1895. kumpulan itu berisi artikel Lenin (dengan nama samaran K. Tulin) “Isi Ekonomi Narodisme Dan Kritik Terhadapnya Dalam Buku Tuan Struwe (Pencerminan Marxisme Dalam Literatur Borjuis)’ yang ditujukan untuk menentang kaum “Marxis legal” (lihat W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid I, hlm. 315-484)

[32] Herostratus adalah seorang Yunani di Asia Kecil.  Untuk memperoleh nam untuk diri sendiri, ia membakar Kuil Armetis, sebuah gedung artistik Yunani kuno yang termasyur, pada tahun 356 sebelum Masehi.

[33] Zubatov--  kepala polisi rahasia Moskow, juga penggerak “sosialisme polisi” di Rusia. Zubatov mendirikan organisasi-organisasi buruh gadungan di bawah perlindungan gendarme dan polisi, dalam usaha untuk membelokkan kaum buruh dari gerakan revolusioner.

[******] Credo—lambang keyakinan, program, uraian tentang pandangan dunia.—Red.

[*******] Yang dimaksud ialah Protes Tujuh Belas Orang [34] terhadap Credo. Penulis buku ini ambil bagian dalam menyusun protes ini (akhir tahun 1899). Protes dan Credo itu disiarkan di luar negeri dalam musim semi tahun 1900. (Lihat Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 149-163—Red) Sekarang ketahuan dari artikel yang ditulis oleh Nyonya Kuskowa (saya rasa dalam Biloye[35]) bahwa dialah penulis Credo itu, dan bahwa Tuan Prokopowic telah memainkan peranan yang paling menonjol di kalangan kaum “ekonomis” di luar negeri pada waktu itu. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907.—Red)

[34]”Protes Kaum Sosial-Demokrat Rusia” ditulis oleh Lenin dalam tahun 1899 di pembuangan. Ia ditujukan untuk menentang Credo—manifesto dari sekelompok orang “ekonomis” (S. N.  Prokopowic, E. D. Kuskowa dan lain-lainnya yang kemudian menjadi orang-orang Kadet). Sesudah menerima satu kopi Credo melalui saudara perempuannya, A. I. Yelizarowa, Lenin menulis protes keras yang bersifat pemblejetan. Protes tersebut didiskusikan dan dengan suara bulat disetujui oleh rapat dari 17 orang buangan politik Marxis, yang diselenggarakan Lenin di desa Yermakovskoye, Distrik Minusinsk. Orang-orang buangan di distrik Turukhansk dan di Orlowo (Propinsi Wyatka) belakangan menyetujui protes tersebut.
Lenin mengirimkan sebuah kopi protes itu kepada grup Pembebasan Kerja di luar negeri, di mana pada awal tahun 1900 dimuat G. W. Plekhanov dalam tulisannya Vademecum (Pedoman) Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo.

[35] Biloye (Masa Lampau)—majalah bulanan mengenai masalah-masalah sejarah yang diterbitkan  di Petersburg pada tahun 1906-1907. pada tahun 1908 namanya diganti menjadi Minuvsyiye Godi (Tahun-Tahun Lampau), dan kemudian majalah itu dilarang oleh pemerintah tsar. Penerbitan bulanan itu dilanjutkan lagi di Petrogard dalam bulan Juli 1917 dan terus berjalan sampai tahun 1926.

[36] Rabocaya Misl (Pikiran Buruh)—surat kabar kaum “ekonomis” yang terbit dari bulan oktober 1897 sampi Desember 1902.  Semuanya terbit 16 Nomor: No. 3- No. 11 dan no. 16 di Berlin, dan nomor-nomor lainnya di Petersburg. Di edit oleh K. M. Takhtarov dan lain-lainnya. Lenin mengkritik pandangan-pandangan yang dibentangkan oleh Rabocaya Misl sebagai variasi Rusia dari oportunisme internasional dalam sejumlah tulisannya, terutama dalam artikel-artikelnya dalam Iskra dan dalam Apa Yang Harus Dikerjakan ?

[37] Vademacum Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo—judul kumpulan bahan-bahan dan dokumen-dokumen yang disusun dan diberi kata pengantar oleh G. W. Plekhanov dan diterbitkan oleh grup Pembebasan Kerja di Jenewa dalam tahun 1900. ia memblejeti pandangan-pandangan oportunis Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri dan dewan redaksi organnya, majalah Raboceye Dyelo.

[38] Profession de foi—berarti suatu kepercayaan atau program yang membentangkan pandangan dunia tertentu.  Di sini yang dimaksud surat sebaran yang menguraikan pandangan-pandangan oportunis Komite Kiev yang dikeluarkan pada akhir tahun 1899. mengenai banyak hal surat surat sebaran ini identik dengan Credo kaum “ekonomis” yang terkenal itu. Dokumen ini dikritik oleh Lenin dalam artikelnya “Tentang Profession de foi” (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 263-273).

[********] Sejauh pengetahuan kita, susunan Comite Kiev telah berubah sejak itu.

[*********] Tidak adanya hubungan kepartaian yang terbuka dan tradisi Partai itu saja sudah merupakan perbedaan yang begitu penting antara Rusia dan Jerman sehingga semestinya memperingatkan semua orang sosialis yang bijaksana terhadap penjiplakan secara membuta. Dan berikut ini adalah contoh sampai seberapa jauh berlakunya “kebebasan mengkritik” di Rusia. Tuan Bulgakov, kritikus Rusia, mencela kritikus Austria, Hertz, dengan mengatakan: “Walaupun bebas kesimpulan-kesimpulannya, namun Hertz dalam hal ini (mengenai koperasi-koperasi) rupanya tetap terlampau terikat pada pendapat-pendapat Partainya, walaupun tidak sependapat mengenai hal-hal detailnya, dia tidak berani meninggalkan prinsip umum” (Kapitalisme Dan Agraria, Jilid II, hlm. 287). Warga negara suatu negara yang diperbudak di bidang politik, dimana 999 dari 1000 orang penduduk dirusak sampai ke tulang sumsum mereka oleh pembudakan politik dan ketidakmengertian sama sekali tentang kehormatan Partai serta hubungan kepartaian, dengan angkuh mencela seorang warga negara suatu negara konstitusional karena terlampau “terikat pada pendapat Partai”! Organisasi-organisasi ilegal kita tiada lain kecuali menyusun resolusi-resolusi tentang kebebasan mengkritik……

[39] Lampiran Khusus “Rabocaya Misl”—brosur yang diterbitkan oleh dewan redaksi surat kabar “ekonomis” Rabocaya Misl dalam bulan September 1899. brosur itu, dan terutama artikel ‘Kenyataan-kenyataan Kita” yang dimuat dengan bertanda-tangan R. M. dengan blak-blakan memaparkan pandangan-pandangan oportunis kaum “ekonomis”. Lenin mengkritik brosur ini dalam artikelnya “Aliran Mundur Dalam Sosial Demokrasi Rusia” (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 234-262 dan Jilid 5, hlm. 333-340, 368, 378).

[40] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 329.

[41] Grup Pembebasan Kerja—grup Marxis Rusia yang pertama, diorganisasi oleh G. W. Plekhanov di Jenewa dalam tahun 1883. dalam Kongres ke-II PBSDR pada bulan Agustus 1904, grup ini menyatakan bubar. Grup ini telah berbuat banyak untuk menyebarkan Marxisme di Rusia. Ia menerjemahkan karya-karya Marxis seperti; Manifesto Partai Komunis oleh Marx dan Engels, Kerja Upahan dan Kapital oleh Marx, dan Perkembangan Sosialisme Dari Utopi Menjadi Ilmu oleh Engels, menerbitkannya di luar negeri dan secara ilegal menyebarkannya di Rusia. Plekhanov beserta grupnya memberi pukulan serius pada Narodisme. Tetapi grup itu membuat beberapa kesalahan serius yang merupakan proyeksi bakal pandangan-pandangan Menshevik dari Plekhanov dan anggota-anggota lain grup itu.

[42] Karl Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, BPBA, Moskow, 1951, Jilid II, hlm. 15.

[**********] Dritter Abdruck. Leipzig, 1875. Verlag der Genossenschafts-buchdruckerei. (Perang Tani Di Jerman, edisi ke-3, Leipzig, 1875. Penerbit Kooperatif.—Red)

[43] Lenin mengutip dari Karya Engels Kata Pendahuluan Perang Tani Di Jerman (Karl Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, Moskow, 1951, Jilid I, hlm. 590-591)


KATA PENGANTAR BAB II: SPONTANITAS MASSA DAN KESADARAN KAUM SOSIAL DEMOKRAT