Pelajaran Dari Pemberontakan Moskow

V.I. Lenin (1906)


Sumber: : Lenin Collected Works, Progress Publishers, 1965, Moscow, Volume 11, pages 171-178. Lessons of the Moscow Uprising

Penerjemah: Anonim


Buku Moskow pada bulan Desember 1905 (Moscow, 1906) diterbitkan tepat pada waktunya. Tugas mendesak partai buruh adalah menyerap  pelajaran dari pemberontakan bulan Desember. Sayangnya,  buku  tersebut seperti satu tong madu yang dinodai satu sendok getah: banyak hal yang menarik--disamping ketidaksempurnaannya-- dan  kecerobohan yang luar biasa, serta kesimpulannya yang salah.  Kita  akan  membahas kesimpulan itu di lain waktu. Sekarang kita hanya akan  memusatkan perhatian  pada  pertanyaan-pertanyaan politik menarik dari waktu itu, pelajaran dari pemberontakan Moscow.  

Bentuk-bentuk mendasar dari gerakan Desember di Moscow adalah  perjuangan berupa pemogokan-pemogokan dan  demonstrasi-demonstrasi damai, dan hanya bentuk perjuangan inilah yang  diikuti oleh sebagian  besar  kaum  buruh. Namun  aksi-aksi  pemberontakan  tersebut, jelas-jelas  memperlihatkan  bahwa pemogokan  umum, sebagai suatu bentuk pokok perjuangan dan berdiri  sendiri, sudah ketinggalan jaman; kekuatan-kekuatan tersebut tak terbendung  lagi,  berhasil menghancurkan  ikatan-ikatan sempit yagn melingkupinya dan meningkat menjadi bentuk perjuangan  yang  lebih tinggi,  pemberontakan.  

Dalam  seruannya untuk  melakukan   pemogokan-pemogokan umum, semua partai-partai revolusioner, semua  serikat-serikat  buruh Moskow mengakui dan secara intuitif  merasa  bahwa gerakannya  niscaya akan membesar dan meluas menjadi suatu  pemberontakan  umum. Pada 6 Desember, Soviet-soviet Perwakilan  Buruh mengeluarkan resolusi supaya "berusaha mengubah pemogokan  menjadi suatu  pemberontakan bersenjata". Tetapi, pada kenyataannya,  tak satu  organisasi pun siap melaksanakannya. Bahkan Dewan  Gabungan Kesatuan  Sukarelawan  Pejuang menyatakan (pada 9 Desember)  bahwa pemberontakan  sebagai  sesuatu  yang masih jauh,  dan  terbukti  bahwa mereka  tidak  bisa  mengendalikan  pertempuran  yang terjadi di  jalan-jalan. Organisasi-organisai tersebut telah gagal  mewadahi  perkembangan dan perluasan gerakan.  

Pemogokan terus berkembang menjadi pemberontakan,  terutama sebagai  akibat tekanan kondisi obyektif  yang  tercipta sesudah bulan Oktober. Kini suatu pemogokan umum sudah tidak bisa membuat  pemerintah terkejut: mereka sudah membentuk  satuan-satuan kontra-revolusioner,  dan  sudah siap melaksanakan tindakan militer.  Seluruh  rangkaian revolusi Rusia sesudah Oktober, dan  peristiwa-peristiwa sesudahnya  di  Moscow  pada bulan  Desember  secara  mengejutkan membenarkan  dalil-dalil Marx:  revolusi bergerak  maju  dengan adanya kesempatan penguatan dan semakin bersatunya gerakan  kontra-revolusioner,, misalnya dengan memaksa  lawannya untuk bertahan secara ekstrim, sehingga harus ada perencanaan yang matang untuk melakukan serangan yang lebih ampuh lagi.

Tanggal 7 dan 8 Desember: pemogokan damai, demonstrasi massa damai.  Pada malam tanggal 8: siaga di Aquarium. Pagi hari tanggal  9: kerumunan massa di Strastnaya Square diserang oleh  satuan-satuan serdadu.  Malam harinya,  gedung Fielder diserbu.  Kemarahan  meningkat. Kerumunan massa di jalanan, yang tak teroganisir,  secara spontan dan ragu-ragu, mulai memasang barikade-barikade.

Tanggal 10 Desember: satuan-satuan artileri mulai menyerang  barikade-barikade  dan kerumunan massa di jalanan.  Barikade-barikade dipasang secara lebih teliti, dan tak lagi terpisah-pisah, tapi skalanya massal. Hampir seluruh warga kota  tumpah di  jalan-jalan  dan seluruh pusat-pusat  kota  dikelilingi  oleh barikade-barikade.  Dalam  beberapa  hari,   unit-unit sukarelawan secara gerilya melakukan pertempuran melawan serdadu, dengan  pantang menyerah   membuat  serdadu kelelahan dan memaksa  Dubasov (gubernur militer  Moskow, pent)  meminta  bala bantuan. Baru  pada  15  Desember,  pasukan pemerintah bisa menguasai kota secara penuh, dan, tanggal 17  Desember, Resimen Semenov  berhasil  menyerbu   distrik  Presnya,  benteng terakhir dari pemberontakan.

Dari pemogokan dan demonstrasi menjadi barikade yang terpencar-pencar.  Dari barikade yang terpencar meningkat menjadi  barikade yang  menyeluruh dan melakukan pertempuran di jalan-jalan melawan  serdadu. Melampaui   pimpinan-pimpinan  organisasinya,  perjuangan   massa proletariat  meluas dari suatu pemogokan  menjadi  pemberontakan. Ini adalah hasil sejarah terbesar dari Revolusi Rusia yang  dicapai  bulan Desember  1905; dan seperti semua hasil  sejarah,  ia  harus dibayar  dengan sejumlah besar pengorbanan.  Pergerakan  meninggi dari  pemogokan  umum politis ke tahap yang lebih  tinggi.  Ia  memaksa  kaum reaksioner  pada  batas perlawanannya, dan berarti juga semakin dekatlah waktunya karena revolusi juga akan terseret untuk mematangkan alat-alat  penyerangannya.  Kaum reaksioner tidak bisa bertindak lebih  jauh  ketimbang membom  barikade-barikade,  rumah-rumah, dan kerumunan  massa  di jalan-jalan. Tetapi revolusi bisa bergerak lebih jauh lagi melampaui unit-unit gerilya kota Moskow, ia dapat, dan dapat lebih meluas dan mendalam.  Dan revolusi sedang bergerak maju sejak Desember. Syarat-syarat krisis revolusioner  sudah menjadi lebih lengkap--pisau itu harus diasah  lebih tajam lagi.

Kaum  proletariat  lebih cepat sadar ketimbang  para  pemimpinnya bahwa kondisi obyektif sedang berubah dan perlunya peralihan  dari pemogokan ke pemberontakan. Sebagaimana biasa,  praktek lebih maju ketimbang teori. Suatu pemogokan dan demonstrasi  yang damai  tiba-tiba tidak mampu memuaskan buruh:_ mereka  bertanya: Apa tindakan kita selanjutnya ? Dan mereka menuntut aksi yang lebih tegas.  Instruksi-instruksi  untuk memasang  barikade-barikade sampai  ke distrik  tersebut begitu terlambat,  ketika barikade-barikade  sudah  dipasang  di sekeliling kota.  Kaum buruh dalam jumlah besar bekerja untuk itu, tetapi  ini juga tidak memuaskan mereka; mereka ingin tahu,  apa tindakan selanjutnya -- mereka menuntut tindakan yang lebih tegas lagi. Dalam bulan Desember, kita, para pimpinan  Sosial-Demokrasi proletariat,  layaknya  panglima  perang  yang  mengirim  pasukan  dengan  cara yang aneh hingga sebagian besar pasukan tidak  ambil bagian dalam pertempuran. Massa kaum buruh menuntut, tetapi tidak menerima instruksi perlunya aksi massa yang tegas.

Jadi,  tidak  ada pandangan yang lebih picik ketimbang Plekhanov, yang diikuti oleh semua kaum oportunis, yang mengatakan bahwa pemogokan belum  waktunya dan seharusnya tidak dimulai, dan " mereka  tidak  seharusnya membawa senjata".  Sebaliknya,  kita  harus mempersenjatai diri  lebih kuat, energik dan agresif; kita harus menjelaskan kepada massa bahwa mustahil membatasinya sekedar menjadi pemogokan damai, dan pertempuran  bersenjata yang tanpa takut dan pantang menyerah harus dilancarkan. Dan kini  kita  harus akui secara terbuka dan  mempublikasikan bahwa  pemogokan politik  saja  tidak cukup; kita harus melancarkan  agitasi  seluas mungkin pada massa dalam kerangka perlunya pemberontakan bersenjata dan tidak mengaburkan masalah ini dengan  pembicaraan soal "tahap-tahap  awal" atau  menutup-nutupinya dengan berbagai cara. Kita sudah mengkhianati diri sendiri maupun rakyat jika kita  menjauhkan massa dari pentingnya mengambil tindakan, perang berdarah yang habis-habisan,  sebagai  tugas mendesak  dari  aksi  revolusioner mendatang. 

Begitulah  pelajaran pertama dari peristiwa Desember. Pelajaran  lain  adalah soal watak pemberontakan tersebut,  metode-metode yagn digunakannya, dan bagaimana kondisinya sehingga  serdadu bisa berpihak ke rakyat. Kekacauan pandangan yang sangat ekstrim mengenai hal  ini ada pada  sayap Kanan Partai kita. Mereka mengatakan bahwa  mustahil melawan  serdadu  modern; serdadunyalah yang harus  revolusioner. Tentu saja, jika revolusi tidak berwatak massa dan mempengaruhi  serdadu, tidak ada pertanyaan lagi tentang perjuangan yang serius. Bahwa kita perlu bekerja di  kalangan  serdadu, tak perlu dikatakan  lagi.  Tetapi  jangan mimpi mereka akan bergabung dengan kita dalam sekali pukul karena bujukan atau karena kesadaran mereka sendiri. Pemberontakan Moskow membuktikan betapa menyimpang dan cacatnya pandangan ini. Fakta memperlihatkan bagaimana  gelombang serdadu yagn ragu-ragu ini, yang tak terelakkan  dalam gerakan rakyat sejati, dibawa  ke pertarungan  nyata-nyata melawan serdadu ketika perjuangan revolusioner semakin genting. Pemberontakan Moskow secara persis adalah contoh perjuangan  yang  melelahkan bagi serdadu dalam  pertarungan  yang terjadi antara kaum revolusioner dan reaksioner. Dubasov  sendiri menyatakan bahwa dari 15.000 serdadu garnisun  Moskow, hanya  5000 yang  terpercaya. Pemerintah memperlakukan mereka dengan  beragam cara-cara  keras : menghimbau, memuji, menyogok,  memberi  hadiah dll,  menipu  mereka dengan vodka,  mengancam,  mengurungnya  dan melucutinya dan mereka yang dicurigai dihabisi dengan kejam.  Dan kita harus mengakui, secara terbuka dan tulus, bahwa dalam hal ini  kita ketinggalan  dari pemerintah. Kita gagal menggunakan kekuatan serdadu yang ragu-ragu itu pada pihak  kita dengan langkah yang aktif, berani, sepenuh daya dan agresif  sebagaimana yang dilakukan pemerintah. Kita telah  bekerja di  kalangan  serdadu dan kita akan  melipatgandakan  usaha  kita digaris  depan secara ideologis  "memenangkan" mereka.  Tapi  kita akan terbukti sebagai orang sombong yang malang jika kita melupakan bahwa  pada saat pemberontakan akan ada juga perjuangan fisik untuk serdadu-serdadu tersebut.

Hari-hari  di bulan Desember, kaum proletariat  Moskow  memberi pelajaran yang luar biasa tentang bagaimana secara ideologi "menang atas"  mereka. Contohnya, 8 Desember di Strastnaya  Square, ketika kerumunan massa dikepung oleh satuan Cossack, didekati dan diyakinkan  agar mereka berbalik. Atau 10 Desember, di distrik  Presnya, ketika dua orang buruh gadis, membawa bendera merah diantara 10.000 kerumunan massa,  maju ke depan menemui serdadu Cossack dan berteriak: "Bunuh  kami  ! Kami tak akan menyerahkan  bendera !"  Dan  serdadu Cossack malu lalu mundur, diiringi teriakan massa : "Hidup Cossack, Hidup Cossack!" Contoh keberanian dan heroisme ini harus disimpan dalam-dalam di benak kaum proletariat.

Tetapi  ini contoh lagi bagaimana kita tertinggal oleh  Dubasov.  Pada  tgl.  9 Desember  serdadu  berpawai  sepanjang  jalan Bolshaya  Serpukhosvskaya sambil menyanyikan  lagu Marseillaise  dalam perjalanannya  bergabung dengan satuan-satuan  pemberontak.  Kaum buruh  mengirim  wakilnya menemui mereka. Malakov (Komandan Militer Moscow, pent.), sendiri mengejar mereka. Kaum buruh  sudah terlambat, Malakov sudah menemui mereka lebih dulu. Ia memberikan pidato yang menyentuh,  membuat  serdadu mundur dan  akhirnya  dikepung  oleh serdadu Tsar dan mengancam mereka agar kembali ke barak dan mengurung mereka. Malakov berhasil mendekati mereka sedang kita  tidak, meskipun dalam dua hari 150 ribu orang turun ke jalan atas  seruan kita, yang bisa dan harus diorganisir mematroli kota dan jalan-jalan.  Malakov mengepung serdadu-serdadu itu  dengan pasukannya, sementara kita gagal  mengepung  Malakov dengan lemparan-lemparan bom. Seharusnya kita  bisa dan  harus lakukan ini; Pers demokratik (Iskra Lama)  menunjukkan  bahwa penghancuran pejabat-pejabat sipil dan militer  adalah tugas utama kita selama pemberontakan. Apa yang terjadi di  jalan Bolshaya  Serpukhoskaya  nampaknya  mengulangi  ciri-ciri   pokok peristiwa  di  depan barak-barak Newizhskiye dan  Krutitskiy  dan ketika  kaum buruh berusaha "mengalahkan" resimen  Ekaterinoslav, dan  pada saat delegasi dikirim menemui para pembelot di  Alexandrov  dan  ketika satuan artileri Rostov dalam  perjalanannya  ke Moskow  berbalik, dan ketika para pembelot dilucuti  di  Kolomna, dll.  Selama  saat-saat pergolakan kita  terbukti  berat  sebelah dalam menangani serdadu-serdadu pembelot.  

Peristiwa-peristiwa  bulan  Desember meneguhkan  dalil  Marx yang sengaja dilupakan oleh kaum oportunis yaitu bahwa  insureksi merupakan  seni  dan prinsip penentu seni ini  adalah  melancarkan serangan  yang  terarah dan tegas.  Kita  tidak  mengambil kebenaran  ini. Kita sendiri tidak cukup belajar dan juga  tidak mengajari massa soal seni ini, tata cara menyerang dengan segala resikonya.  Kita harus benar-benar kita harus mengusahakan  hal  ini  dengan seluruh tenaga kita. Tidak cukup hanya mengurusi masalah slogan-slogan  politik;  juga  sangat penting mengambil bagian dalam masalah pemberontakan  bersenjata. Mereka  yang  menentang ini, yang tidak siap  dengan  ini,  harus dibuang  dari jajaran penyokong revolusi, dianggap sebagai musuh, pengkhianat, atau pengecut; ketika tiba saatnya, kejadian-kejadian dan  syarat-syarat perjuangan  akan memaksa kita memilah mana kawan dan  mana  lawan berdasarkan  prinsip  ini. Bukan hal yang pasifisme (perdamaian) yang  harus  kita teriakkan, bukan "menunggu" sampai serdadu-serdadu tersebut "datang sendirii". Kita harus meneriakkan dari atap rumah kita perlunya serangan yang berani dan  bersenjata,  perlunya membasmi komandan-komandan serdadu  musuh, dan pertarungan yang pantang menyerah atas serdadu-serdadu yang ragu.  

Pelajaran terbesar ketiga yang diberikan oleh  pemberontakan Moskow  adalah soal taktik dan organisasi dari  kekuatan-kekuatan pemberontak. Taktik militer tergantung pada level teknik militer. Kebenaran pokok ini ditunjukkan oleh Engels dan dittujukan bagi semua kaum Marxist. Teknik militer dewasa ini bukan lagi seperti  paruh abad ke-19. Adalah gila menghadapkan kerumunan massa dengan satuan-satuan  artileri dan mempertahankan barikade hanya dengan  revolver. Kautsky benar ketika menulis bahwa kini saatnya,  setelah Moskow, untuk merevisi kesimpulan-kesimpulan Engels, dan bahwa Moskow melahirkan "taktik-taktik barikade baru". Taktik ini adalah taktik perang gerilya. Organisasi  yang diperlukan adalah yang mobile dan berupa unit-unit kecil, unit yang terdiri dari sepuluh orang, tiga, bahkan 2 orang. Kita sering mendengar  orang-orang Sosial-Demokrasi yang berdehem mendengar unit-unit lima atau tiga orang.  Tetapi itu adalah cara yang murahan untuk menghindari  pertanyaan baru dalam  taktik dan organisasi yang dihasilkan oleh pertempuran  di jalan-jalan yang dipaksakan oleh teknik militer modern. Pelajarilah  secara seksama jalannya pemberontakan Moskow, tuan-tuan  dan anda  akan paham kaitan antara "unit lima orang"  dengan  masalah "taktik barikade baru".

Moskow  mendorong maju ini, tapi gagal memperluasnya, menerapkannya  sampai sejauh mungkin, dengan massa yang lebih besar. Terlalu sedikit sukarelawan gerilya kota,  slogan menyerang  secara tegas juga tidak diberikan kepada  massa  buruh dan mereka tidak menerapkannya; detasemen gerilya terlalu beragam  wataknya, senjata dan metodenya banyak yang tidak memadai, kecakapan memimpin massa tidak berkembang. Kita harus perbaiki semua ini  dengan cara belajar dari pengalaman pemberontakan Moskow, dengan  menyebarkan pengalaman ini ke massa dan mendorong usaha-usaha  kreatif untuk meluaskan pengalaman itu. Sementara itu perang gerilya  dan teror massa yang tanpa henti terjadi di seluruh Rusia sejak Desember,  pastilah membantu massa belajar dalam membenahi taktik  yang benar dalam pemberontakan. Kaum Sosial-Demokrat harus mengakui  pentingnya dan memasukkan teror massa ini dalam taktiknya, dan tentu saja mengorganisir dan  mengendalikannya, mendudukkannya  di  bawah kepentingan dan syarat-syarat gerakan klas pekerja dan perjuangan revolusioner secara umum, sambil memberantas tanpa ampun "premanisme"  dalam  perang gerilya ini  yang dengan bagus dan secara gagah  dan tanpa ampun dijalankan  oleh  kawan-kawan kita selama pemberontakan Moskow dan oleh kaum Letts selama hari-hari pendirian republik Letts yang terkenal itu.

Dewasa  ini  terdapat perkembangan-perkembangan  baru  dalam teknik miiter. Perang dengan Jepang menghasilkan granat  tangan. Pabrik-pabrik senjata ringan telah menjual senapan-senapan otomatik  ke  pasar. Kedua senjata ini berhasil  digunakan  oleh  kaum revolusioner Rusia, tetapi pada tingkatannya masih jauh dari  memadai. Kita bisa dan harus memanfaatkan kemajuan teknik, melatih satuan-satuan buruh membuat bom dalam jumlah yang besar,  membantu mereka dan unit-unit tempur kita, guna memperoleh  pasokan  bahan peledak, mesiu dan senapan  otomatik. Bila massa kaum buruh  ambil  bagian dalam pemberontakan di kota-kota, bila massa mulai menyerang  kubu-kubu musuh,  dan  bila pertarungan yang gigih dan  terlatih  membimbangkan para serdadu, setelah orang-orang Duma,  Sveaborg  dan Kronstads  semakin lebih bimbang dari sebelumnya-- dan jika kita memastikan keiktusertaan  kaum pedesaan dalam perjuangan umum--  maka kemenangan akan menjadi milik  kita dalam pemberontakan bersenjata seluruh Rusia nanti. 

Karena itu, mari kita, bekerja lebih serius dan menuntaskan tugas-tugas kita secara gigih, sambil  menguasai pengalaman dari hari-hari besar revolusi Rusia. Basis dari pekerjaan kita adalah pemahaman yang tepat atas kepentingan-kepentingan klas dan syarat-syarat perkembangan bangsa pada tahap sekarang ini.  Kita sedang menggalang,  dan akan terus menggalang sejumlah besar kaum  proletariat,  kaum tani dan serdadu dengan slogan  penggulingan  rejim Tsar, dan menyusun majelis rakyat oleh pemerintahan  revolusioner. Jadi,  dasar dan isi pokok pekerjaan kita adalah memperdalam  dan memperluas  pemahaman  politik massa. Tetapi, jangan  kita  lupa, bahwa,  sebagai  tambahan atas tugas umum,  yang terus-menerus  dan mendasar,  saat-saat sekarang di Rusia di samping tugas lain didesakkan, tugas-tugas yang khusus dan istimewa.  Jangan sampai kita menjadi filistin dan pengkhianat, jangan kita  lari dari  tugas-tugas khusus saat ini,  tugas khusus yang diberikan bentuk-bentuk perjuangan (garis miring dari pent), dengan kutipan-kutipan tak bermakna atas tugas-tugas  tetap  kita,  yang tidak berubah, tanpa  kenal waktu  dan tempatnya.  

Kita  harus  ingat bahwa perjuangan massa makin  dekat.  Pastilah ini  akan  berupa  pemberontakan bersenjata. Ia harus  sebisa  mungkin berjalan seiring.  Massa harus tahu bahwa mereka sedang memasuki perjuangan  bersenjata,  berdarah  dan  habis-habisan.  Kesediaan untuk  mati harus menjadi sikap di kalangan mereka dan inilah yang  akan menjamin  kemenangan.  Serangan terhadap  musuh  harus  dilakukan dengan  kekuatan penuh; menyerang, bukan bertahan, harus  menjadi slogan  massa; pembasmian musuh-musuh rakyat menjadi tugas  pokok mereka; serdadu pembelot akan didorong ke dalam partisipan aktif. Pada  saat-saat  yang penting ini partai  kaum  proletariat sedar ini harus menunaikan kewajibannya sepenuh-penuhnya.  


Proletary, No.2, Agustus, 1906