Brumaire XVIII Louis Bonaparte

Karl Marx (1852)


BAB III

NAIKNYA LOUIS BONAPARTE

Pada tanggal 28 Mei 1849, Majelis Legislatif Nasional bersidang. Pada tanggal 2 Desember 1851, Majelis itu dibubarkan. Periode ini meliputi rentang hidup dari republik konstitusional, atau republik parlementer itu.

Dalam Revolusi Prancis pertama pemerintahan kaum Konstitusionalis disusul oleh pemerintahan kaum Girondis dan pemerintahan kaum Girondis oleh pemerintahan kaum Jacobin. Masing-masing dari partai-partai ini bersandar pada dukungan partai yang lebih progresif. Segera setelah ia membawa revolusi cukup jauh hingga tidak dapat mengikutinya lebih lanjut, lebih-lebih lagi kalau tidak dapat melanjutkannya, maka ia disingkirkan oleh sekutu yang lebih berani yang berdiri di belakangnya dan dikirimlah ia ke guilotin. Revolusi itu dengan demikian bergerak di sepanjang sebuah garis menurun.

Ia merupakan kebalikan dari Revolusi 1848. Partai proletar muncul sebagai embel-embel dari partai demokratik burjuis-kecil. Ia dikhianati dan dijatuhkan oleh yang tersebut terakhir itu pada tanggal 16 April, 15 Mei dan pada hari-hari Juni. Partai demokratik, pada gilirannya, bersandar pada bahu partai republiken burjuis. Kaum republiken borjuis sesegera mereka yakin bahwa mereka telah tegak berdiri sesegera itu pula mereka melempar kawan yang merepotkan itu dan menopang diri mereka sendiri di atas bahu partai Ketertiban. Partai Ketertiban membungkukkan bahunya, membiarkan kaum republiken burjuis itu berjatuhan, dan melemparkan dirinya sendiri ke atas bahu angkatan bersenjata. Ia bermimpi bahwa dirinya masih duduk di atas bahu itu tatkala pada suatu pagi indah ia menyadari bahwa bahu-bahu itu telah mengubah bentuknya menjadi bayonet-bayonet. Setiap partai menendang dari belakang ke yang sedang bergerak maju, dan berccondong ke depan ke arah partai yang mendesak ke belakang. Tidaklah mengherankan bahwa sikap tolol ini kehilangan keseimbangannya dan, setelah memperlihatkan seringai-seringai yang tidak terelakkan, roboh dengan geliatan-geliatan aneh. Revolusi itu dengan demikian bergerak dalam suatu garus menurun. Ia menemukan dirinya dalam keadaan gerakan mundur itu sebelum berikade Pebruari yang terakhir telah dibersihkan dan otoritas revolusioner dibentuk.

Periode yang ada di depan kita terdiri atas kontradiksi-kontradiksi yang paling mencolok dan paling campur-aduk: kaum konstitusionalis yang berkomplot secara terbuka terhadap konstitusi; kaum revolusioner yang menurut pengakuannya adalah konstitusional; sebuah Majelis Nasional yang ingin maha-kuasa dan selalu tetap parlementer; suatu Montagne yang menemukan panggilannya dalam kesabaran dan menghadapi kekalahan-kekalahan sekarang dengan meramalkan kemenangankemenangan di masa depan; kaum royalis yang merupakan patresconscripti [para sesepuh] republik, yang mereka benci, di Prancis; suatu kekuasaan eksekutif yang mendapatkan kekuatannya dalam justrukelemahannya dan kehormatannya dalam kebencian yangditimbulkannya; sebuah republik yang tidak lain dan tidak bukanhanyalah kenistaan gabungtan dari dua monarki, Monarki Restorasi danMonarki Juli, dengan sebuah label kekaisaran –persekutuan-persekutuanyang syarat pertamanya adalah pemisahan/perceraian; perjuanganperjuanganyang hukum pertamanya adalah keragu-raguan; agitasi yangliar, yang tolol atas nama ketenangan, khotbah ketenangan yang palinghikmat atas nama revolusi– semangat tanpa kebenaran, kebenaran tanpasemangat; pahlawan tanpa perbuatan-perbuatan heroik, sejarah tanpaperistiwa; perkembangan yang daya gerak satu-satunya tampaknyakalender itu, membosankan dengan pengulangan-pengulangan selalu daritegangan-tegangan dan relaksasi-relaksasi yang sama; antagonisme-antagonismeyang secara berkala seakan-akan membuat dirinyamencapai klimaks hanya untuk kehilangan ketajaman mereka dan rontoktanpa dapat menyelesaikan diri mereka sendiri; dalih-dalih yangmemperagakan pengerahan-pengerahan dan teror filistin dihadapanbahaya datangnya akhir dunia, dan pada waktu bersamaan intrik-intrikpaling kerdil dan komedi-komedi pengadilan yang dimainkan olehpenebus-penebus dunia, yang dalam laisser aller (membiarkan segala sesuatu mengambil jalannya masing-masing)-nya mengingatkan kita kurang pada Hari Kiamat daripada pada jaman Fronde (Suatu gerakan anti-royalis tahun-tahun 1648-53. –Ed.) –kejenialan resmi kolektif dari Prancis yang dijadikan kenihilan oleh ketololan yang sangat dari seorang individu saja; kehendak kolektif dari bangsa, sesering ia berbicara melalui pemilihan umum, yang mencari pernyataannya yang layak melalui musuh-musuh bebuyutan kepentingan-kepentingan massa, hingga pada akhirnya ia menemukannya dalam kehendak-sendiri suatu filibuster [14]. Jika sesuatu bagian dari sejarah telah dilukiskan kelabu diatas kelabu, inilah dia. Manusia dan peristiwa muncul sebagai kebalikan Schlemihls, sebagai bayangan-bayangan yang telah kehilangan tubuh-tubuhnya. Revolusi itu sendiri melumpuhkan pembawa-pembawanya sendiri dan hanya pada lawan-lawannya memberikan keperkasaan yang bersemangat. Manakala hantu merah, yang selalu disulap dan dilaksanakan oleh kaum kontra-revolusioner akhirnya muncul, ia tidak tampil dengan peci anarki Phrygian di atas kepalanya, melainkan dalam seragam ketertiban, dalam kekuasaan merah [15].

Kita telah mengetahui bahwa pemerintahan yang dilantik Bonaparte pada tanggal 20 Desember 1848, pada Hari Naik Tahtanya, adalah suatu pemerintahan dari partai Ketertiban, dari koalisi kaum Legitimis dan Orleanis. Pemerintahan Bartot-Falloux ini telah hidup lebih panjang daripada Majelis Konstituante republiken, yang rentang hidupnya telah sedikit atau banyak diakhirinya dengan kekerasan, dan mendapatkan dirinya masih berada di tempat kemudi. Changarnier, jendralnya kaum royalis yang bersekutu, sendiri terus mempersatukan komando umum dari Divisi Tentara Pertama dan dari Garda Nasional Paris. Akhirnya, pemilihan-pemilihan umum telah mengamankan bagi partai Ketertiban suatu mayoritas besar dalam Majelis Nasional. Di sini para utusan dan kawan-sebaya dari Louis Philippe menghadapi suatu gerombolan keramat kaum Legitimis, yang untuknya banyak kartu suara nasion telah diubah menjadi kartu masuk ke atas pentas politik. Para wakil Bonapartis dari rakyat terlalu jarang untuk dapat membentuk sebuah partai parlementer yang independen. Mereka tampil semata-mata sebagai mauvaise queue (embel-embel jahat) dari partai Ketertiban. Demikian partai Ketertiban memiliki kekuasaan pemerintahan, tentara dan lembaga legislatif, singkatnya, keseluruhan kekuasaan negara; ia telah secara moral diperkuat oleh pemilihan-pemilihan umum itu, yang menjadikan kekuasaannya-/pemerintahannya tampil sebagai kehendak rakyat, dan dengan kemenangan serentak dari kontra-revolusi itu di seluruh benua Eropa.

Tidak pernah sebuah partai memulai kampanyenya dengan sumbersumber yang lebih besar atau di bawah pengawasan yang lebih menguntungkan.

Kaum republiken murni yang telah karam itu mendapatkan diri mereka mengerdil menjadi sebuah klik dari kurang-lebih limapuluh orang dalam Majelis Legislatif Nasional, dengan para jendral Afrika Cavaignac, Lamoriciere, dan Bedeau sebagai pemimpin mereka. Namun, partai oposisi yang besar, telah dibentuk oleh Montagne. Partai sosial demokratik telah sendiri memberikan pada dirinya nama baptis parlementer ini. Ia menguasai lebih duaratus dari tujuhratuslimapuluh suara dari Majelis Nasional dan karenanya setidak-tidaknya sama kuatnya seperti salah satu dari tiga faksi partai Ketertiban secara sendiri-sendiri. Inferioritas numerik yang jika dibandingkan dengan seluruh koalisi royalis tampaknya dikompensasi oleh situasi-situasi istimewa. Tidak saja pemilihan-pemilihan umum di departemen-departemen (wilayah) membuktikan bahwa ia telah mendapatkan pengikut yang besar sekali di kalangan penduduk pedesaan. Terhitung dalam barisan-barisannya adalah hampir semua utusan dari Paris; tentara telah mengucapkan suatu pengakuan kepercayaan demokratik dengan terpilihnya tiga orang bintara; dan pemimpin Montagne, Ledru-Rollin, bertentangan dengan semua wakil dari partai Ketertiban, telah diangkat menjadi kawan kesebayaan oleh lima departemen, yang telah mengumpulkan suara mereka untuknya. Mengingat benturan-benturan yang tak-terelakkan dari kaum royalis di antara mereka sendiri dan dari seluruh partai Ketertiban bersama Bonaparte, Montagne dengan demikian tampaknya mempunyai semua unsur keberhasilan di depannya pada tanggal 28 Mei 1849. Dua minggu kemudian ia telah kehilangan segala-galanya, termasuk kehormatannya.

Sebelum kita membahas sejarah parlementer lebih lanjut, beberapa catatan diperlukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan konsepsi yang umum mengenai seluruh watak kurun yang ada di depan kita. Memandangnya dengan mata kaum demokrat, periode Majelis Legislatif Nasional menyangkut yang juga menyangkut periode Majelis Konstituante: perjuangan sederhana antara kaum republiken dan kaum royalis. Gerakan itu sendiri, namun, mereka simpulkan dalam satu semboyan: reaksi –malam, ketika semua kucing berwarna kelabu dan yang memungkinkan mereka menyebutkan kelumrahan-kelumrahan penjaga malam mereka. Dan sesungguhnya, pada pengelihatan pertama partai Ketertiban itu mengungkapkan kesimpang-siuran faksi-faksi royalis yang berbeda-beda yang tidak saja saling berintrik satu-samalain –masing-masing berusaha memajukan calonnya sendiri untuk singgasana dan meniada-kan/menyingkirkan calon dari faksi berlawanan— tetapi juga semuanya bersatu dalam kebencian bersama terhadap, dan serangan bersama atas, republik itu. Menentang komplotan royalis ini, pihak Montagne, muncul sebagai wakil dari republik itu. Partai Ketertiban seakan-akan secara abadi terlihat dalam suatu reaksi, yang ditujukan terhadap pers, asosiasi, dan sejenisnya, tidak lebih maupun tidak kurang daripada di Prusia, dan, seperti di Prusia, dilaksanakan dalam bentuk campur-tangan polisi yang brutal oleh birokrasi, gendarmeri, dan pengadilan-pengadilan. Montagne itu, sendiri, sama disibukkan dalam menangkal serangan-serangan ini dan dengan demikian membela hak-hak abadi manusia sebagaimana setiap yang disebut partai rakyat telah lakukan, kurang-lebih, selama satu-setengah abad. Namun jika orang memperhatikan situasi dan partai-partai itu secara lebih cermat, maka penampilan dangkal ini, yang menyelubungi perjuangan kelas dan fisiognomi periode ini, menghilang.

Kaum Legitimis dan Orleanis, seperti telah kita katakan, merupakan dua faksi besar dari Partai Ketertiban. Adakah yang mengikat faksi-faksi ini erat pada calon-calon mereka dan menjaga mereka terpisah satu-sama-lain tidak lain dan tidak bukan adalah fleur-de-lis [16] dan triwarna,[17] Keluarga Bourbon dan Keluarga Orleans, warna-warna yang berbeda-beda dari royalisme –adakah itu semuanya pengakuan kepercayaan (credo) royalisme? Di bawah keluarga Bourbon, pemilikan tanah besar telah memerintah, dengan para pendeta dan budaknya; di bawah Orleans, finans tinggi, industri berskala besar, perdagangan berskala besar, yaitu, kapital, dengan barisan pengacaranya, para profesor, dan para orator yang pintar bersilat-lidah. Monarki yang sah (legitimate) hanya sekedar pernyataan politik dan kekuasaan turun temurun para tuan tanah, sebagaimana Monarki Juli hanyalah pernyataan politik dari kekuasaan yang direbut para parvenu [18] burjuis. Karenanya yang menjadikan kedua faksi itu terpisah bukanlah karena yan disebut azas-azas, tetapi kondisi-kondisi keberadaan material mereka, dua jenis kepemilikan yang berbeda; ialah perbedaan lama antara kota dan desa, persaingan antara kapital dan kepemilikan tanah. Bahwa pada waktu bersamaan kenangan-kenangan lama, permusuhan-permusuhan, kekhawatiran-kekhawatiran dan harapan-harapan, prasangka-prasangka dan ilusi-ilusi, simpati-simpati dan antipati-antipati, keyakinan-keyakinan, kepercayaan dan azas-azas personal mengikat mereka pada keluarga kerajaan yang satu atau yang lainnya, siapa yang menyangkal hal ini? Di atas berbagai bentuk kepemilikan, di atas kondisi-kondisi keberadaan sosial, bangunlah suatu bangunan atas yang menyeluruh dari sentimen-sentimen, ilusi-ilusi, cara-cara berpikir, dan pandangan-pandangan hidup yang terbentuk secara berbeda dan secara khas. Seluruh kelas menciptakan dan membentuk kesemuanya itu dari landasan-landasan materi dan dari hubungan-hubungan masyarakat yang bersesuaian. Sang individu tunggal, yang menderivasi semua itu melalui tradisi dan pendidikan, dapat membayangkan bahwa mereka merupakan motif-motif sesungguhnya dan titik-pangkal kegiatan dirinya. Padahal masing-masing faksi, para Orleanis dan para Legitimis, berusaha membuat dirinya sendiri dan pihak yang lain percaya bahwa yang memisahkan mereka adalah kesetiaan pada kedua keluarga kerajaan itu, kenyataan-kenyataan belakangan membuktikan bahwa adalah lebih karena kepentingan-kepentingan mereka yang berbeda yang melarang dipersatukannya kedua keluarga kerajaan itu. Dan sebagaimana dalam kehidupan perseorangan seseorang membedakan antara yang dipikir seseorang dan yang dikatakan tentang dirinya sendiri dan apa dirinya sesungguhnya adanya dan lakukan, demikian dalam perjuangan-perjuangan bersejarah seseorang masih harus lebih membeda-bedakan ungkapan-ungkapan dan khayalan-khayalan partai-partai dari organisme mereka dan kerpentingan-kepentingan mereka yang sesungguhnya. Konsepsi mereka mengenai diri mereka sendiri dari realitas mereka. Kaum Orleanis dan kaum Legitimis mendapatkan diri mereka berdamping-dampingan di dalam republik itu, dengan klaim-klaim yang sama. Bila masing-masing pihak ingin melaksanakan restorasi masing-masing keluarga kerajaan sendiri terhadap keluarga kerajaan yang lainnya, itu hanya menandakan bahwa masing-masing dari kedua kepentingan besar yang ke dalamnya burjuasi itu terbagi –kepemilikan tanah dan kapital– berusaha memulihkan keunggulannya sendiri dan ketundukan pihak lainnya. Kita berbicara tentang dua kepentingan dari borjuasi, karena kepemilikan tanah besar, sekalipun kegenitan feodalnya dan kebanggaan ras, telah dijadikan sepenuh-penuhnya burjuis oleh perkembangan masyarakat modern. Demikian kaum Tory di Inggris telah lama membayangkan bahwa mereka antusiastik mengenai monarki, gereja, dan keindahan-keindahan Konstitusi lama Inggris, hingga masa berbahaya memeras pengakuan bahwa mereka hanya antusiastik mengenai sewa tanah.

Kaum royalis dalam koalisi melanjutkan intrik-intrik mereka yang satu terhadap- yang lain di dalam pers, di Ems, di Claremont, di luar parlemen. Di belakang layar mereka mengenakan pakaian khsusus Orleanis dan Legitimis mereka yang lama dan sekali lagi terlibat dalam turnamenturnamen lama mereka. Tetapi di atas pentas publik, dalam kinerjakinerja negara mereka yang mulai sebagai suatu partai parlementer, mereka menolak keluarga-keluarga kerajaan mereka masing-masing dengan sekedar sembah-sembah dan menangguhkan pemulihan monarki hingga waktu tidak terbatas, in infinitum. Mereka melakukan bisnis mereka yang sesungguhnya sebagai partai Ketertiban, yaitu, dengan suatu judul sosial, tidak dengan judul politik, sebagai para wakil dari tatanan dunia burjuis, tidak sebagai ksatria-ksatria dari para puteri yang berkelana berpetualang; sebagai kelas burjuis terhadap kelas-kelas lain, tidak sebagai kaum royalis terhadap kaum republiken. Dan sebagai partai Ketertiban mereka melakukan dominasi yang lebih tidak terbatas dan dominasi lebih keras atas kelas-kelas masyarakat yang lain daripada yang pernah terjadi di bawah Restorasi atau di bawah Monarki Juli, suatu dominasi yang, pada umumnya, hanya mungkin di bawah bentuk republik parlementer, karena hanya dengan bentuk ini kedua pembagian besar dari burjuasi Prancis itu bersatu, dan dengan demikian menempatkan pemerintahan kelas mereka dan bukannya dari rezim faksinya yang berhak-istimewa dalam jadwal mereka. Jika mereka betapapun, sebagai partai Ketertiban, juga menghina republik dan menyatakan kemuakan mereka terhadapnya, hal ini terjadi tidak semata-mata karena kenangan-kenangan royalis. Naluri mengajarkan pada mereka bahwa republik itu, memang benar, menjadikan kekuasaan politik mereka sempurna, tetapi pada waktu bersamaan menggerogoti fondasi sosialnya, karena mereka kini mesti menghadapi kelas-kelas yang ditundukkan dan bergulat dengan mereka tanpa penengahan, tanpa persembunyian yang diberikan oleh mahkota, tanpa dapat mengalihkan kepentingan nasional dengan perjuangan-perjuangan penundukkan mereka di antara mereka sendiri dan dengan monarki. Adalah suatu perasaan kelemahan yang menyebabkan mereka mundur dari kondisi semurninya dari pemerintahan kelas mereka sendiri dan merindukan akan yang sebelumnya yang lebih tidak sempurna, lebih kurang berkembang, dan justru karena itu bentuk-bentuk yang kurang berbahaya dari pemerintahan ini. Sebaliknya, setiap kali kaum royalis dalam koalisi berkonflik dengan sang calon yang menghadapi mereka, dengan Bonaparte, setiap kali mereka percaya kemaha-kuasaan parlementer mereka dibahayakan oleh kekuasaan eksekutif –oleh karenanya, setiap kali mereka mesti memproduksi hak politik mereka pada pemerintahan mereka– mereka maju ke depan sebagai kaum republiken dan tidak sebagai kaum royalis, dari Thiers Orleanis, yang memperingatkan Majelis Nasional bahwa republik itu sekurang-kurangnya telah memecah mereka, pada Berryer Legitimis, yang pada tanggal 2 Desember 1851, sebagai sebuah mimbar yang dibungkus dalam selembar selendang triwarna, mengganggu rakyat yang berkumpul di depan balairung kota dari Arrondisemen Kesepuluh atas nama republik. Sesungguhnya, suatu gema ejekan berseru balik padanya: Henry V! Henry V!

Sedangkan terhadap burjuasi yang bergabung, sebuah koalisi antara burjuasi kecil dan kaum pekerja telah dibentuk, yaitu yang dinamakan partai Sosial-Demokratik. Kaum burjuis kecil mengetahui bahwa mereka telah dipadani secara buruk sekali setelah hari-hari Juni 1848, bahwa kepentingan-kepentingan materi mereka terancam, dan bahwa jaminan-jaminan demokratik yang mesti menjamin efektuasi kepentingan-kepentingan ini dipersoalkan oleh kontra-revolusi. Sesuai dengan itu mereka lebih mendekati kaum pekerja. Di lain pihak, perwakilan parlementer mereka, Montagne itu, yang dikesampingkan selama kediktatoran kaum republiken burjuis, dalam paruh kedua kehidupan Majelis Konstituante telah merebut kembali popularitasnya yang hilang melalui perjuangan dengan Bonaparte dan para menteri royalis. Ia telah mengadakan suatu aliansi dengan para pemimpin sosialis. Pada bulan Pebruari 1849, perjamuan-perjamuan merayakan perujukan itu. Sebuah program bersama telah dirancang, komite-komite pemilihan umum bersama telah didirikan dan calon-calon gabungan diajukan. Pasal revolusioner telah dibatalkan dan suatu giliran demokratik diberikan pada tuntutan-tuntutan sosial dari proletariat; bentuk yang semurninya politik dilepaskan dari klaim demokratik kaum burjuis kecil dan pasal sosial mereka didesakkan ke depan. Demikian itulah lahirnya sosial demokrasi. Montagne yang baru, hasil dari perpaduan ini, mengandung, kecuali beberapa figuran/pemain cadangan dari kelas pekerja dan beberapa sektarian sosialis, unsur-unsur yang sama seperti Montagne lama, tetapi secara bilangan lebih kuat. Betapapun, dalam proses perkembangan itu ia telah berubah bersama dengan kelas yang diwakilinya. Sifat khusus dari sosial-demokrasi dilambangkan dalam kenyataan bahwa lembaga-lembaga republiken-demokratik dituntut sebagai suatu kebutuhan, bukan untuk menyingkirkan kedua ujung, kapital dan kerja upahan, melainkan pelemahan antagonisme mereka dan mentransformasinya menjadi keserasian. Betapapun berbedanya jalan yang disarankan bagi pencapaian ini mungkin adanya, betapapun banyak ia dapat dipangkas dengan faham-faham yang kurang lebih revolusioner, isinya tetaplah sama. Isi ini adalah transformasi masyarsakat dengan suatu cara demokratik tetapi suatu transformasi di dalam batas-batas burjuasi kecil. Hanya, seseorang jangan berpikiran sempit bahwa burjuasi kecil, pada azasnya, ingin memaksakan suatu kepentingan kelas yang egoistik. Ia lebih percaya bahwa kondisi-kondisi khusus emansipasinya adalah kondisi-kondisi umum yang di dalam kerangkanya saja masyarakat modern dapat diselamatkan dan perjuangan kelas itu dihindari. Tepat seperti itu pula jangan orang terlalu membayangkan bahwa para wakil demokratik kesemuanya benar-benar pemilik toko atau kampiun-kampiun pemilik toko yang antusiastik. Menurut pendidikan mereka dan posisi individualnya mereka mungkin sama jauhnya terpisah seperti langit dan bumi. Yang menjadikan mereka wakil-wakil burjuasi kecil adalah kenyataan bahwa di dalam pikiran mereka tidak melampaui batas-batas yang tidak didapatkan yang tersebut belakangan di luar kehidupan, bahwa mereka sebagai konsekuensinya didorong, dalam teori, pada masalah-masalah yang sama dan pemecahanpemecahannya yang kepadanya yang tersebut terakhir itu dalam praktek didorong oleh kepentingan material dan posisi sosial. Ini adalah, pada umumnya, hubungan antatra para wakil politik dan literer dari suatu kelas dan kelas yang mereka wakili.

Setelah analisis ini jelaslah bahwa apabila Montagne itu terus-menerus berlomba dengan partai Ketertiban untuk republik itu dan apa yang disebut hak-hak manusia, republik maupun hak-hak manusia bukanlah tujuan akhirnya, tidak lebih daripada sebuah tentara yang hendak orang lucuti senjata-senjatanya dan yang berlawan untuk tetap memiliki/menguasai senjata-senjatanya sendiri.

Segera setelah Majelis Nasional bersidang, secara langsung partai Ketertiban memprovokasi Montagne. Burjuasi kini merasakan keharusan untuk mengakhiri borjuasi kecil demokratik, tepat sebagaimana setahun yang lalu ia telah menyadari keharusan untuk mengadakan perhitungan dengan proletariat revolusioner. Tetapi situasi lawannya berbeda. Kekuatan partai proletar terletak di jalan-jalan, kekuatan borjuasi kecil dalam Majelis Nasional itu sendiri. Oleh karenanya masalahnya ialah memancing mereka keluar dari Majelis Nasional ke jalan-jalan dan membuat mereka menghancurkan kekuatan parlementer mereka sendiri, sebelum waktu dan sitruasi dapat mengkonsolidasikannya. Montagne langsung menyerbu dan masuk ke dalam jebakan itu.

Bombardemen Roma oleh pasukan-pasukan Prancis hanya merupakan umpan yang dilemparkan. Ia melanggar Pasal 5 konstitusi yang melarang Republik Prancis menggunakan angkatan-angkatan militernya terhadap kebebasan suatu rakyat lain. Sebagai tambahan, Pasal 54 melarang sesuatu pernyataan perang oleh kekuasaan eksekutif tanpa persetujuan Majelis Nasional, dan dengan resolusinya tanggal 8 Mei Majelis Konstituante telah menolak ekspedisi Roma. Atas dasar-dasar ini Ledru- Rollin mengajukan sebuah undang-undang tuntutan pertanggungjawaban (impeachment) terhadap Bonaparte dan para menterinya pada tanggal 11 Juni 1849. Dijengkelkan oleh sengatan-sengatan tabuhan Thiers, ia benar-benar membiarkan dirinya naik pitam hingga ancaman bahwa dirinya akan mempertahankan konstituasi dengan cara-cara, bahkan dengan senjata di tangan. Montagne bangkit secara bulat dan mengulangi seruan untuk mengangkat senjata. Pada tanggal 12 Juni Majelis Nasional menolak undang-undang tuntutan pertanggungjawaban itu, dan Montagne meninggalkan parlemen. Peristiwa-peristiwa 13 Juni sudah diketahui: proklamasi yang dikeluarkan oleh satu bagian dari Montagne menyatakan Bonaparte dan menteri-menterinya berada di luar konstitusi; arak-arakan jalanan dari Garda Nasional yang demokratik, yang, dengan tak-bersenjata, bubar ketika berhadapan dengan pasukan-pasukan Changarnier, dsb., dsb. Sebagian dari Montagne melarikan diri keluar negeri; sebagian lain dalam keadaan siap tempur berada didepan Pengadilan Tinggi di Bourges; dan sebuah ketentuan parlementer menaruh yang selebihnya di bawah pengawasan yang bergaya-kepala-sekolah dari Presiden Majelis Nasional. Paris kembali dinyatakan dalam keadaan darurat dan bagian demokratik dari Garda Nasionalnya dibubarkan. Demikian pengaruh dari Montagne dalam parlemen dan kekuatan burjuasi kecil di Paris dipatahkan.

Lyon, manakala 13 Juni telah memberikan sinyal untuk suatu pemberontakan berdarah dari kaum pekerja, adalah, bersamaan dengan lima departemen di sekelilingnya, sama-sama dinyatakan dalam suatu keadaan darurat, suatu kondisi yang telah berlanjut terus hingga saat ini.

Bagian terbesar dari Montagne telah meninggalkan pelopornya dalam keterpurukan, setelah menolak untuk ikut dalam proklamasinya. Pers telah meninggalkannya, hanya dua jurnal yang berani mengumumkan pronunciamento itu. Burjuasi kecil telah mengkhianati wakil-wakil mereka dalam hal agar Garda Nasional berada jauh-jauh saja ataupun, jika mereka muncul, merintangi pembangunan barikade-barikade. Para wakil itu telah memperdaya burjuasi kecil dalam hal bahwa yang dianggap sekutu-sekutu dari tentara itu tidak tampak di manapun. Akhirnya, bukannya mendapatkan suatu peningtkatan kekuatan darinya, partai demokratik telah menjangkiti proletartiat dengan kelemahannya sendiri dan, sebagaimana biasanya dengan perbuatan-perbuatan besar kaum demokrat, para pmimpin mendapatkan kepuasan karena dapat menggugat orang-orang mereka karena telah melakukan disersi, dan memberi orang-orang itu kepuasan karena dapat mendakwa para pemimpinnya dengan mengecohnya.

Jarang sekali suatu aksi telah diumumkan dengan lebih banyak kebisingan daripada kampanye yang akan datang dari kaum Montagne, jarang suatu peristiwa disuarakan dengan kepastian lebih besar atau lebih lama di muka daripada kemenangan demokrasi yang tak-terelakkan. Secara sangat pasti kaum demokrat percaya pada trompet-trompet yang karena keras bunyinya dinding-dinding Jericho telah rubuh. Sesering mereka berdiri di depan benteng-benteng despotisme, mereka berusaha menirukan mukjijat itu. Jika kaum Montagne ingin berjaya dalam parlemen maka ia mestinya tidak mengangkat senjata. Jika ia menyerukan perang di parlemen maka ia mestinya tidak bertindak dengan gaya parlementer di jalan-jalan. Jika demonstrasi damai dimaksudkan dengan sungguh-sungguh, maka adalah suatu kegilaan jika tidak menyadari bahwa itu akan diberi suatu sambutan seperti-perang. Jika suatu perjuangan sesungguhnya yang diniatkan, maka adalah suatu gagasan yang ganjil untuk meletakkan senjata yang dengannya ia mestinya dilakukan. Namun ancaman-ancaman revolusionber dari borjuasi kecil  dan para wakil demokratik mereka hanyalah usaha-usaha untuk mengintimidasi si antagonis. Dan ketika mereka menghadapi suatu jalan buntu, manakala mereka telah secukupnya membahayakan diri mereka sendiri hingga menjadikannya keharusan untuk mengaktifkan ancaman-ancaman mereka, maka ini dilakukan dalam suatu gaya yang mendua arti dimana tiada yang terlalu banyak baginya untuk dipakai sebagai cara dan mencari-cari alasan untuk menyerah kalah. Tawaran yang meraung-raung yang mengumumkan perlombaan itu berakhir dalam suatu gertakan kecut-hati segera setelah perjuangan itu harus dimulai, para pelakunya berhenti menganggap diri mereka sendiri aux serieux, dan aksi itu ambruk sama-sekali, bagaikan sebuah gelembung yang kena
tusuk.

Tiada partai yang melebih-lebihkan kebutuhan-kebutuhannya lebih daripada partai demokratik, tiada yang menipu dirinya sendiri lebih memandang-enteng situasi itu. Karena satu bagian dari tentara telah memberikan suaranya, kaum Montagne kini yakin bahwa tentara akan memberontak untuknya. Dan pada kejadian apa? Pada suatu kejadian yang, dari sudut pandang pasukan-pasukan, tiada mempunyai arti lain kecuali bahwa kaum revolusioner berpihak pada para prajurit Roma melawan prajurit Prancis. Sebaliknya, ingatan kembali pada Juni 1848 masih terlalu segar untuk memungkinkan sesuatu kecuali suatu keengganan mendalam di pihak kaum proletariat terhadap Garda Nasional dan suatu kecurigaan yang mendalam pula akan pemimpin-pemimpin demokratik di pihak para pemimpin perkumpulan rahasia. Untuk membereskan perbedaan-perbedaan itu, harus ada kepentingankepentingan besar bersama yang dipertaruhkan. Pelanggaran suatu paragraf abstrak dari konstitusi tidak akan memenuhi kepentingankepentingan ini. Tidakkah konstitusi itu telah berulang-kali dilanggar, menurut jaminan para demokrat itu sendiri? Tidakkah jurnal-jurnal yang paling populer telah mengecapnya sebagai kerja tambal-sulam yang
kontra-revolusioner? Tetapi si demokrat, karena dirinya mewakili burjuasi kecil –yaitu, suatu kelas peralihan, di mana kepentingtan-kepentingan dua kelas secara serempak saling menumpulkan – membayangkan dirinya sendiri diangkat di atas antagonisme kelas pada umumnya. Para demokrat itu mengakui bahwa suatu kelas yang berhak istimewa menghadapi mereka, tetapi mereka, bersama dengan seluruh selebihnya nasion, merupakan rakyat. Yang mereka wakili adalah hak-hak rakyat, yang menjadi perhatian mereka adalah kepentingan-kepentingan rakyat. Sesuai dengan itu, manakala suatu perjuangan sedang akan terjadi mereka tidak perlu memeriksa kepentingan-kepentingan dan posisi-posisi kelas-kelas yang berbeda-beda itu. Mereka tidak perlu mengkaji sumber-sumber mereka sendiri secara terlalu kritikal. Mereka hanya perlu memberikan sinyal itu dan rakyat, dengan semua sumbernya yang tiada habis-habisnya, akan menyerang para penindas itu. Kini, jika didalam kinerja kepentingan-kepentingan mereka ternyata tidak menarik dan daya mereka impoten, maka kesalahan-kesalahan itu terletak pada kaum sofis yang jahat, yang memecah rakyat yang tidak dapat dibagi itu menjadi berbagai kubu yang bermusuhan, ataupun tentara telah terlalu dikasari dan dibutakan untuk memahami bahwa tujuantujuan murni demokrasi adalah hal yang terbaik baginya, atau seluruh keadaan telah dirusak/dikaramkan oleh suatu rincian dalam pelaksanaannya, atau kalau tidak begitu maka suatu kejadian yang tidak diduga-duga sebelumnya kali ini telah merusak permainan itu. Betapapun juga, si demokrat keluar dari kekalahan yang paling tidak terhormat tepat sama bersihnya sebagaimana ia tidak mengetahui apapun ketika ia memasuki ‘permainan’ itu, dengan keyakinan yang baru yang tidak-bisa-tidak diperolehnya, bukan bahwa dirinya sendiri dan partainya harus melepaskan sudut-pendirian lama, melainkan, sebaliknya, bahwa kondisi-kondisi harus mematang untuk cocok bagi dirinya.

Oleh karenanya orang jangan membayangkan kaum Montagne telah khususnya merana, sekalipun telah dicincang dan diremukkan, dan dinistakan oleh ketentuan parlementer baru. Jika 13 Juni telah menyingkirkan pemimpin-pemimpinnya, ia segera memberi ruang, di lain pihak, bagi orang-orang yang berkaliber lebih rendah, yang dipuji-puji oleh kedudukan baru ini. Jika impotensi mereka dalam parlemen tidak perlu diragu-ragukan lagi, mereka kini berhak untuk membatasi aksi-aksi mereka pada ledakan-ledakan kejengkelan moral dan deklamasi yang menggertak-gertak. Jika partai Ketertiban berpura-pura melihat terwujud pada mereka, sebagai wakil-wakil resmi terakhir dari revolusi, semua teror anarki, maka mereka dalam kenyataan dapat semakin lebih hambar dan rendah-hati. Namun, mereka menghibur diri mereka sendiri, demi 13 Juni dengan ucapan bersungguh-sungguh: tetapi jika mereka berani menyerang pemilihan umum, yah, —kita akan membuktikan kepada mereka dari apa kita ini berasal! Nous verrons! [Akan kita lihat!]

Sejauh yang bersangkutan dengan kaum Montagnard yang lari keluar negeri, cukuplah dinyatakan di sini bahwa Ledru-Rollin, karena nyaris dalam dua pekan telah berhasil menghancurkan secara tidak dapat tertolong lagi partai sangat berkuasa yang dirinya sendiri menjadi pemimpinnya, kini mendapatkan dirinya sendiri terpanggil untuk membentuk sebuah pemerintah Prancis in partibus; yang hingga batas di mana tingkat revolusi telah tenggelam dan para orang besar resmi Prancis yang sosoknya di kejauhan menjadi lebih seperti-cebol, telah tersingkir dari pentas aksi, tampak bertumbuh dalam ketokohannya; bahwa ia dapat berfungsi sebagai calon republiken untuk tahun 1852, dan bahwa ia telah menerbitkan selebaran-selebaran berkala kepada kaum Wallachian dan orang-orang lain yang di mana para despot Benua (daratan Eropa) diancam dengan tindakan-tindakan dirinya dan para sekutunya. Adakah Proudhon sepenuhnya salah ketika berteriak pada tuan-tuan ini: Vous n’etes que des blagueurs [ kalian cuma pembualpembual belaka]?

Pada tanggal 13 Juni partai Ketertiban tidak saja telah mematahkan kaum Montagne, ia telah melaksanakan penundukan konstitusi pada keputusan-keputusan mayoritas Majelis Nasional. Dan ia memahami republik itu sebagai berikut: bahwa burjuasi memerintah di sini dalam bentuk-bentuk parlementer, tanpa, seperti dalam suatu monarki, menghadapi setiap rintangan seperti kekuasaan veto eksekutif atau hak untuk membubarkan parlemen. Ini adalah sebuah republik parlementer, sebagaimana Thiers mengistilahkannya. Tetapi kalau pada tanggal 13 Juni burjuasi telah mengamankan kemaha-kuasaannya di dalam gedung parlemen, tidakkah ia menciderai parlemen itu sendiri, seperti terhadap otoritas eksekutif dan rakyat, dengan kelemahan yang tak-dapat-disembuhkan dengan mengusir/membuang bagiannya yang paling tenar? Dengan menyerahkan sejumlah besar utusan secara begitu saja atas tuntutan pengadilan-pengadilan, ia menghapuskan kekebalan parlementernya sendiri. Ketentuan-ketentuan yang menghina yang kepadanya ia menundukkan kaum Montagne memegahkan Presiden Republik secara sama seperti ia merendahkan para utusan individual dari rakyat. Dengan mencap suatu pemberontakan untuk melindungi piagam konstitusional itu sebagai suatu tindakan anarki yang bertujuan mensubversi masyarakat, ia memustahilkan kemungkinan seruan untuk memberontak kalau-kalau otoritas eksekutif melanggar konstitusi sehubungan dengan hal itu. Dan dengan ironi sejarah, jendral yang membombardir Roma atas perintah Bonaparte, dan dengan demikian memberikan kesempatan seketika bagi pemberontakan konstitusional tanggal 13 Juni, justru Oudinot itulah mestinya dengan dimohon-mohon dan tak-henti-hentinya ditawarkan oleh partai Ketertiban pada rakyat sebagai jendral atas nama konstitusi terhadap Boinaparte pada tanggal 2 Desember 1851. Seorang pahlawan lain dari 13 Juni, Vieyra, yang disanjung dari mimbar Majleis Nasional atas kebrutalan-kebrutalan yang dilakukannya di dalam kantor-kantor surat-kabar demokratik dengan memimpin suatu gerombolan Garda Nasional yang menjadi pesuruh lingkaran-lingkaran keuangan yang berkuasa –Vieyra yang sama ini telah diresmikan ke dalam komplotan Bonaparte dan ia menyumbang banyak sekali dalam melucuti Majelis Nasional pada saat sekaratnya dari sesuatu perlindungan apapun oleh Garda Nasional.

13 Juni masih mempunyai makna lain lagi. Kaum Montagne ingin memaksakan penggugatan terhadap Bonaparte. Kekalahannya, oleh karenanya, merupakan suatu kemenangan langsung bagi Bonaparte, kemenangan pribadinya atas musuh-musuh demokratiknya. Partai Ketertiban memperoleh kemenangan itu; Bonaparte tinggal ‘menguangkannya’. Dan itu dilakukannya. Pada tanggal 14 Juni sebuah proklamasi dapat dibaca di dinding-dinding kota Paris di mana Presiden, dengan enggan-enggan, berlawanan dengan kehendaknya, seakan-akan dipaksa oleh kekuatan besar peristiwa-peristiwa, keluar dari penyendirian dirinya yang bagaikan dalam biara itu dan, bersikap sebagai kebajikan yang disalah-mengerti, berkeluh-kesah mengenai fitnah-fitnah para lawannya dan, sambil seakan-akan mengidentifikasikan dirinya dengan perjuangan untuk ketertiban, lebih mengidentifikasikan perjuangan untuk ketertiban itu dengan pribadinya sendiri. Lagi pula, Majelis Nasional telah, memang benar, kemudian menyetujui ekspedisi terhadap Roma itu, tetapi Bonaparte yang telah mengambil inisiatif itu. Setelah melantik Pendeta Agung Samuel di Vatikan, ia dapat berharap memasuki Tuileries sebagai Raja David. Ia telah membujuk para pendeta ke pihaknya.

Pemberontakan 13 Juni terbatas, seperti kita ketahui, pada suatu arak-arakan jalanan secara damai. Tiada karangan-bunga perang karenanya untuk dimenangkan terhadapnya. Sekalipun begitu, pada masa semiskin ini dalam hal pahlawan dan kejadian, partai Ketertiban mengubah peperangan tak-berdarah ini menjadi sebuah Austerlitz kedua. Mimbar dan pers memuji tentara sebagai kekuataan ketertiban, sebagai bandingan dengan massa populer yang mewakili impotensi anarki, dan mengagung-agungkan Changarnier sebagai bentengnya masyarakat, suatu kebohongan yang akhirnya diyakininya sendiri. Namun, dengan sembunyi-sembunyi korps yang tampaknya meragukan itu dipindahkan dari Paris, resimen-resimen yang telah menunjukkan sentimen-sentimen paling demokratik dalam pemilihan-pemilihan umum dibuang dari Prancis ke Aljazair; jiwa-jiwa yang bergolak di kalangan pasukan-pasukan dipindahkan ke detasemen-detasemen kerja keras/paksa; dan akhirnya pengisolasian pers dari barak-barak dan pengisolasian barakbarak dari masyarakat burjuis telah secara sistematik dijalankan.

Di sini kita telah mencapai titik-balik yang menentukan dalam sejarah Garda Nasional Prancis. Pada tahun 1830 ia menentukan dalam penumbangan Restorasi. Di bawah Louis Philippe setiap pemberontakan gagal di mana Garda Nasional itu berdiri di pihak pasukan-pasukan. Ketika pada hari-hari Pebruari 1848 ia menunjukkan suatu sikap pasif terhadap pemberontakan dan suatu sikap serupa terhadap Louis Philippe, ia menyatakan dirinya kalah dan memang benar-benar kalah. Demikian keyakinan berakar bahwa revolusi tidak dapat menang tanpa Garda Nasional itu, maupun jika tentara menentangnya. Inilah ketakhayulan tentara dalam hal kemaha-kuasaan sivil. Hari-hari Juni tahun 1848, ketika seluruh Garda Nasional, dengan pasukan-pasukan dalam barisan, menindas pemberontakan itu, telah memperkuat ketahayulan itu. Setelah dimulainya jabatan Bonaparte, posisi Garda Nasional hinggta suatu batas diperlemah oleh dipersatukannya secara tidak-konstitusional, dalam pribadi Changarnier, komando pasukan-pasukannya dengan komando Divisi Tentara ke Satu.

Tepat sebagaimana komando Garda Nasional tampak di sini sebagai suatu atribut dari komandan militer tertinggi, demikian Garda Nasional sendiri tampak hanya sebagai suatu tambahan pasukan-pasukan. Akhirnya, pada tanggal 13 Juni kekuasaannya dipatahkan, dan tidak saja dengan sebagian pembubarannya, yang sejak waktu ini secara berkala diulangi di seluruh Prancis, hingga sekedar pecahan-pecahannya saja yang tersisa. Demonstrasi 13 Juni adalah, di atas segala-galanya, suatu demonstrasi dari Garda-garda Nasional yang demokratik. Mereka tidak, nyatanya, mengangkat senjata, tetapi telah mengenakan seragamnya terhadap tentara; justru dalam seragam ini, namun, terletak jimatnya. Tentara meyakinkan dirinya sendiri bahwa seragam ini adalah sepotong kain wol seperti yang lain-lainnya. Sihir itu telah ditangkal. Pada hari-hari Juni 1848, burjuasi dan burjuasi kecil telah bersatu seperti Garda Nasional dengan tentara melawan proletariat; pada tanggal 13 Juni 1849, burjuasi membiarkan Garda Nasional burjuis kecil dibubarkan oleh tentara; pada tanggal 2 Desember 1851, Garda Nasional dari burjuasi sendiri telah menghilang, dan Bonaparte sekedar mencatat kenyataan ini ketika ia berikutnya menanda-tangan dikrit pembubarannya. Dengan demikian burjuasi sendiri telah menghancurkan senjata terakhirnya terhadap tentara; saat burjuasi kecil tidak lagi berdiri di belakangnya sebagai suatu vasal, melainkan di depannya sebagai seorang pemberontak, ia harus menghancurkannya karena pada umumnya ia tidak-bisa-tidak menghancurkan semua alat-alat pertahanannya terhadap absolutisme dengan tangannya sendiri sesegera ia sendiri telah menjadi mutlak.

Sementara itu, partai Ketertiban merayakan direbutnya kembali suatu kekuasaan yang seakan hilang pada tahun 1848, hanya untuk didapatkan kembali, dibebaskan dari kekangan-kekangannya, pada tahun 1849, dirayakan dengan cercaan-cercaan terhadap republik dan konstitusi, kutukan-kutukan atas semua revolusi masa datang, kini dan masa lalu, termasuk yang telah dibuat oleh para pemimpinnya sendiri, dan dalam undang-undang yang dengannya pers telah dibungkam, asosiasi dihancurkan, dan keadaan darurat diatur sebagai sebuah institusi organik. Majelis Nasional kemudian berkumpul dari pertengahan Agustus hingga pertengahan Oktober, setelah mengangkat sebuah komisi permanent untuk periode ketidak-hadirannya. Selama reses ini kaum Legitimis berintrik dengan Ems, kaum Orleanis dengan Claremont, Bonaparte dengan jalan tur-tur kepangeranan, dan Dewan-dewan Departemental merundingkan suatu revisi atas konstitusi: insiden-insiden yang secara teratur berulang-jadi dalam reses-reses berkala dari Majelis Nasional dan yang aku sarankan didiskusikan hanya manakala semua itu menjadi peristiwa-peristiwa. Di sini dapat sekedar dinyatakan, sebagai tambahan, bahwa adalah tidak-sopan bagi Majelis Nasional untuk menghilang dari panggung selama selang-selang waktu lama dan hanya meninggalkan seorang tokoh tunggal, yang menyedihkan lagi pula, untuk dipandang sebagai pimpinan republik, yaitu Louis Bonaparte, sedang demi kehebohan publik partai Ketertiban pecah berantakan menjadi bagianbagian komponen royalisnya dan mengikuti keinginan-keinginannya yang penuh konflik akan restorasi. Sama seringnya seperti suara kebingungan parlemen mereda selama reses-reses ini dan lembaganya bubar dalam bangsa itu, menjadilah jelas tanpa sedikitpun keraguan bahwa hanya satu hal yang masih kurang untuk melengkapi bentuk sesungguhnya dari republik ini: menjadikan reses yang tersebut terdahulu permanen dan menggantikan tulisan yang tersebut belakangan, Liberté, Egalité, Fraternité, dengan kata-kata yang tidak mendua-arti: infantri, kavalri, artileri!


[14] Filibuster = Usaha menggagalkan penetapan undang-undang dengan pidato-pidato yang amat panjang.

[15] Red Breeches = celana merah = kekuasaan merah.

[16] Semanggi

[17] Triwarna – bendera Prancis biru-putih-merah.

[18] Orang yang asal-usulnya tidak jelas yang telah memperoleh kekayaan, atau kedudukan. Misalnya, orang kaya baru.