Hingar Bingar Kronstadt

Leon Trotsky (1938)

 


Sumber: Hue and Cry Over Kronstadt. Trotsky Internet Archive

Penerjemah: MS (Maret 2007)

Diterbitkan pertama kali: The New International, Volume 4, No. 4 April 1938, halaman 103-106


Sebuah “Front Rakyat” Pencela

Kampanye seputar Kronstadt dilaksanakan dengan semangat yang tak tersurutkan oleh lingkaran-lingkaran kelompok tertentu. Seseorang akan berpikir bahwa pemberontakan Kronstadt terjadi satu hari yang lalu, bukan tujuhbelas tahun yang lalu. Ikut serta dalam kampanye tersebut dengan semangat yang sama dan di bawah slogan yang sama adalah kaum Anarkis, kaum Menshevik Rusia, kaum Sosial Demokrat kiri dari Biro London[1], orang-orang yang bodoh, artikel tulisan Miliukov[2], dan kadang-kadang, media kapitalis besar. Sebuah “Front Rakyat” yang sangat unik.

Hanya kemarin saya membaca artikel di koran mingguan Mexico yang merupakan koran yang Katolik reaksioner dan “demokratik”: Trotsky memerintahkan penembakan 1500 (?) kelasi Kronstadt, kelompok yang tersuci dari yang suci. Kebijakan Trotsky saat berkuasa tidaklah berbeda dengan kebijakan Stalin saat ini. Seperti yang kita ketahui, kaum Anarkis kiri menarik kesimpulan yang sama. Ketika pertama kalinya di dalam press saya menjawab dengan singkat pertanyaan Wendelin Thomas, seorang anggota Komisi Penyelidikan New York, koran Menshevik Rusia segera membela kelasi Kronstadt dan … Wendelin Thomas. Artikel Miliukov juga mempunyai maksud yang sama. Kaum Anarkis menyerang saya dengan semangat yang lebih besar. Semua pihak yang berwenang ini mengklaim bahwa jawaban saya tidak mempunyai nilai apapun. Kekompakan ini sangatlah luar biasa karena di dalam simbol Kronstadt kaum Anarkis membela komunisme anti-negara yang sejati; kaum Menshevik pada saat pemberontakan Kronstadt berpihak secara terbuka pada restorasi kapitalisme; dan Miliukov masih berpihak pada kapitalisme sampai sekarang.

Bagaimana bisa pemberontakan Kronstadt menyebabkan ketidakpuasan yang begitu besar dari kaum Anarkis, Menshevik, dan kaum konter-revolusioner “liberal”, semua pada saat yang sama? Jawabannya sangatlah mudah. Semua kelompok-kelompok ini berminat untuk melemahkan satu-satunya arus revolusioner yang sejati, yang tidak pernah menanggalkan panji-panjinya, tidak pernah berkompromi dengan musuhnya, dan sendirinya mewakilkan masa depan. Untuk alasan inilah di antara pencela “kejahatan” Kronstadt saya banyak kaum bekas revolusioner atau semi-revolusioner, orang-orang yang sudah kehilangan program dan prinsip-prinsip mereka dan merasa perlu untuk mengalihkan perhatian dari degradasi International Kedua atau dari pengkhianatan kaum Anarkis Spanyol. Sampai sekarang, kaum Stalinis tidak bisa bergabung secara terbuka dengan kampanye seputar Kronstadt, tetapi bahkan mereka tentu saja menggosok tangan mereka dengan kepuasan; karena serangan ini ditujukan kepada “Trotskisme”, kepada Marxisme revolusioner, kepada International Keempat!

Mengapa kelompok-kelompok yang beraneka-ragam ini secara khusus menyerang isu Kronstadt? Selama tahun-tahun revolusi, kami berselisih lebih dari beberapa kali dengan Cossasks[3], petani, bahkan dengan lapisan tertentu kaum buruh (kelompok buruh tertentu dari Urals mengorganisasikan resimen relawan untuk tentara Kolchak[4]!). Antagonisme antara buruh sebagai konsumen dan petani sebagai produsen dan penjual roti adalah akar utama konflik-konflik tersebut. Di bawah tekanan kebutuhan dan kemiskinan, kaum buruh sendiri kadang-kadang terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bermusuhan, tergantung dari hubungan yang lebih kuat atau lebih lemah dengan perdesaan. Tentara Merah juga menemukan dirinya di bawah pengaruh perdesaan. Selama tahun-tahun perang saudara, perlu dilakukan lebih dari sekali pelucutan senjata dari resimen-resimen yang merasa tidak puas. Implementasi “Kebijakan Ekonomi Baru” (KEB) meringankan konflik tersebut, tetapi jauh dari melenyapkannya. Sebaliknya, NEP membuka jalan bagi kelahiran kembali kaum kulak (petani kaya) dan menyebabkan kembali perang saudara di pedesaan pada permulaan dasawarsa ini. Pemberontakan Kronstadt hanyalah merupakan satu episode di dalam sejarah hubungan antara kaum proletariat kota dan kaum borjuis kecil pedesaan. Hanyalah mungkin untuk memahami episode ini di dalam hubungannya dengan arus perkembangan umum perjuangan kelas pada waktu revolusi.

Kronstadt berbeda dari gerakan-gerakan dan pemberontakan-pemberontakan kaum borjuis kecil hanya dari efek eksternalnya yang lebih besar. Masalah ini bersangkut paut dengan benteng maritim di bawah Petrograd. Selama pemberontakan, proklamasi-proklamasi diisukan dan siaran-siaran radio diudarakan. Kaum Sosial Revolusioner dan kaum Anarkis, buru-buru dari Petrograd, menghiasi pemberontakan tersebut dengan kata-kata dan sikap-sikap “mulia”. Semua ini meninggalkan jejak-jejak tulisan. Dengan bantuan material “dokumentasi” ini (dalam kata lain, label-label yang keliru), tidaklah sulit untuk membuat legenda mengenai Kronstadt, legenda yang lebih dimuliakan karena pada tahun 1917 nama Kronstadt dikelilingi oleh lingkaran cahaya revolusioner. Tidaklah salah kalau majalah Mexico yang dikutip di atas dengan ironis memanggil kelasi Kronstadt “tersuci dari yang suci”.

Penggunaan otoritas revolusioner Kronstadt merupakan salah satu ciri-ciri istimewa dari kampanye tipuan ini. Kaum Anarkis, Menshevik, liberal, reaksioner mencoba menyuguhkan masalah ini dengan gambaran bahwa pada permulaan tahun 1921 kaum Bolshevik mengarahkan senjatanya terhadap kelasi Kronstadt yang dulu memastikan kemenangan pemberontakan Oktober. Disinilah letak kesalahan dari semua kebohongan ini. Siapapun yang ingin membongkar kebohongan-kebohongan ini sebaiknya pertama-tama membaca artikel yang ditulis oleh saudara J.G. Wright di New International (Februari 1938) (artikel yang dimaksud adalah “The Truth about Kronstadt” – catatan penerjemah). Masalah saya adalah sesuatu hal yang lain: saya bermaksud untuk menjelaskan karakter pemberontakan Kronstadt dari sudut pandang yang lebih umum.

Pengelompokan Sosial dan Politik di Kronstadt

Sebuah revolusi “dibuat” secara langsung oleh minoritas. Akan tetapi, sukses dari sebuah revolusi hanyalah mungkin bila minoritas ini mendapat dukungan, atau setidaknya kenetralan yang bersahabat, dari mayoritas. Perubahan di dalam tahap-tahap yang berbeda dari revolusi, contohnya transisi dari revolusi ke konter-revolusi, secara langsung ditentukan oleh perubahan hubungan politik antara minoritas dan mayoritas, antara vanguard dan kelas.

Di antara kelasi Kronstadt terdapat tiga lapisan politik: kaum proletariat revolusioner, beberapa memiliki masa lalu dan pendidikan yang dalam; kaum mayoritas menengah, sebagian besar adalah dari petani; dan akhirnya, kaum reaksioner, anak-anak dari kulak, pemilik toko kecil, dan pendeta. Pada jaman Tsar, ketertiban di atas kapal perang dan di dalam benteng dapat dipertahankan hanya bila opsir-opsir tinggi, yang beraksi melalui petugas-petugas dan kelasi bawahan yang reaksioner, mempengaruhi lapisan tengah yang luas dengan pengaruh atau teror, dan akibatnya mengisolasi kaum revolusioner, yang sebagian besar adalah tukang mesin, penembak, dan tukang listrik, dalam kata lain sebagian besar adalah pekerja kota.

Arah pemberontakan di kapal perang Potemkim pada tahun 1905 adalah berdasarkan hubungan di antara tiga lapisan tersebut, dalam kata lain berdasarkan perjuangan antara proletariat dan borjuis kecil reaksioner yang ekstreme untuk mempengaruhi lapisan petani menengah yang jumlahnya lebih besar. Siapapun yang tidak mengerti hal ini, yang berjalan di semua gerakan revolusioner di armada-armada, lebih baik tidak berbicara mengenai revolusi Rusia secara umum. Karena revolusi Rusia masih sepenuhnya merupakan perjuangan antara proletariat dan borjuis untuk mempengaruhi kaum petani. Selama periode Soviet, kaum borjuis muncul dengan samaran kaum kulak (lapisan atas dari borjuis kecil), kaum intelektual “sosialis”, dan sekarang di dalam bentuk birokrat “Komunis”. Ini adalah mekanisme dasar revolusi di dalam semua tahapannya. Di dalam armada kapal perang, mekanisme ini lebih tersentralisasi, dan maka dari itu menghasilkan ekspresi yang lebih dramatis.

Komposisi politik Soviet Kronstadt merefleksikan komposisi garnisun dan awak kapal. Pada awal musim panas tahun 1917, kepemimpinan soviet-soviet adalah di tangan Partai Bolshevik, yang bersender pada golongan kelasi yang lebih baik dan termasuk di dalam barisan ini adalah kaum revolusioner dari gerakan bawah tanah yang sudah dibebaskan dari penjara kerja paksa. Akan tetapi saya ingat bahwa bahkan pada hari-hari pemberontakan Oktober, kurang dari setengah Soviet Kronstadt adalah kaum Bolshevik. Mayoritas Soviet Kronstadt terdiri dari kaum Sosial Revolusioner (SR) dan Anarkis. Tidak ada kaum Menshevik sama sekali di dalam Kronstadt. Partai Menshevik membenci Kronstadt. Partai SR yang ofisial mempunyai sikap yang sama terhadap Kronstadt. Kaum SR Kronstadt segera pindah menjadi oposisi terhadap Kerensky[5] dan membentuk salah satu pasukan tempur yang kerap disebut SR “kiri”. Mereka mendasarkan diri mereka dari kelompok petani di armada dan garisun pantai. Sedangkan untuk kaum Anarkis, mereka adalah kelompok yang paling beraneka ragam. Di antara mereka adalah revolusioner sejati, seperti Zhuk dan Zhelezniakov, tetapi mereka adalah elemen yang paling dekat hubungannya dengan Bolshevik. Kebanyakan “Anarkis” Kronstadt mewakili kaum borjuis kecil perkotaan dan berdiri di level revolusioner yang lebih rendah daripada kaum SR. Presiden dari soviet tersebut adalah seseorang yang non-partisan, “simpatik terhadap kaum Anarkis”, dan pada hakikatnya adalah seorang pegawai kecil yang tentram yang dulunya patuh terhadap otoritas tsar dan sekarang melayani … revolusi. Absennya Menshevik, karakter “kiri” SR, dan karakter Anarkis borjuis kecil adalah karena tajamnya perjuangan revolusi di armada tersebut dan pengaruh kelompok proletariat dari pelaut-pelaut tersebut yang mendominasi.

Perubahan Selama Tahun-Tahun Perang Saudara

Karakter sosial dan politik Kronstadt, yang bisa didukung dan diilustrasikan dengan fakta-fakta dan dokumen-dokumen, sudah cukup untuk menggambarkan pergolakan yang terjadi di Kronstadt selama perang saudara dan sebagai akibatnya, karakternya berubah drastis. Tepatnya mengenai aspek yang sangat penting ini, penuduh-penuduh yang terlambat ini tidak mengutarakan satu kata pun, sebagian karena kebodohan, sebagian lagi karena maksud buruk.

Benar, Kronstadt menulis sebuah halaman kepahlawanan di dalam sejarah revolusi. Akan tetapi, perang saudara menyebabkan penyusutan populasi Kronstadt dan seluruh armada laut Baltik secara sistematis. Semenjak hari-hari pemberontakan Oktober, detasemen kelasi Kronstadt dikirim untuk membantu Moskow. Detasemen lainnya kemudian dikirim ke Don, ke Ukraina, untuk rekuisisi roti dan mengorganisir kekuatan lokal. Pada awalnya, tampak bahwa Kronstadt tidak ada habis-habisnya. Dari front-front yang lain, saya mengirim lusinan telegram mengenai mobilisasi detasemen baru yang bisa “diandalkan” dari pekerja Petersburg dan kelasi Baltik. Tetapi, semenjak awal tahun 1918, atau setidak-tidaknya pada tahun 1919, front-front tersebut mulai mengeluh bahwa kesatuan baru “orang Kronstadt” tidak memuaskan, rewel, tidak disiplin, tidak bisa diandalkan dalam perperangan, dan merugikan daripada membantu. Setelah likuidasi pasukan Yudenich[6] (pada musim dingin tahun 1919), armada laut Baltik dan garisun Kronstadt kehilangan semua pasukan revolusionernya. Semua elemen di antara mereka yang berguna sama sekali dikirim untuk melawan Denikin[7] di selatan. Bila pada tahun 1917-18 kelasi Kronstadt berdiri di level yang lebih tinggi daripada rata-rata semua Tentara Merah dan membentuk kerangka detasemen pertama Tentara Merah dan juga kerangka rejim Soviet di banyak district, kelasi yang menempati Kronstadt yang “tenteram” sampai pada awal tahun 1921, yang tidak cocok di dalam semua garis depan perang saudara, pada saat ini berdiri di level yang lebih rendah daripada level rata-rata Tentara Merah, dan termasuk di dalamnya adalah persentase yang besar elemen-elemen yang moralnya benar-benar merosot, yang memakai celana bell-bottom yang menyolok dan potongan rambut yang menyolok.

Kemerosotan moral yang disebabkan oleh kelaparan dan spekulasi sudah meningkat pesat secara umum pada akhir perang saudara. Yang kerap disebut “pengangkut karung” (spekulator kecil) sudah menjadi penyakit sosial, mengancam untuk mencekik revolusi. Tepatnya di Kronstadt dimana garisun tidak melakukan apa-apa dan memiliki semua yang dibutuhkan, kemerosotan moral ini mengambil dimensi yang lebih besar. Ketika kondisi kelaparan Petrograd menjadi sangat kritis, lebih dari sekali Biro Politik mendiskusikan kemungkinan untuk mendapatkan “pinjaman internal” dari Kronstadt, dimana stok pangan yang lama masih ada. Akan tetapi, delegasi dari Petrograd menjawab: “Kamu tidak akan mendapatkan apapun dari mereka dengan kebaikan. Mereka melakukan spekulasi kain, batu bara, dan roti. Saat ini di Kronstadt, semua macam kebusukan sudah menampilkan kepalanya.” Inilah situasi yang sebenarnya. Tidak seperti angan-angan yang manis setelah kejadian tersebut.

Masih harus ditambahkan bahwa mantan kelasi dari Latvia dan Estonia yang takut dikirim ke garis depan dan yang bersiap-siap untuk menyebrang ke tanah air borjuis mereka yang baru, Latvia dan Estonia, sudah bergabung dengan armada laut Baltic sebagai “relawan”. Elemen-elemen ini pada hakikatnya bermusuhan dengan kewenangan Soviet dan menunjukkan permusuhan ini secara penuh di hari-hari pemberontakan Kronstadt … Selain elemen-elemen yang disebut di atas, ada ribuan buruh Latvia, yang kebanyakan adalah bekas buruh tani, yang menunjukkan kepahlawanan yang tidak pernah terlihat sebelumnya di semua garis depan perang saudara. Maka dari itu, kita tidak boleh menyamakan buruh Latvia dengan “kaum Kronstadt”. Kita harus mengenal perbedaan-perbedaan sosial dan politik.

Akar Sosial dari Pemberontakan

Masalah dari seorang pelajar yang serius adalah memahami, berdasarkan kondisi objektif, karakter sosial dan politik dari pemberontakan Kronstadt dan pengaruhnya di dalam perkembangan revolusi. Tanpa ini, “kritik” tereduksi menjadi ratapan sentimentil seperti para pencinta kedamaian Alexander Berkman[8], Emma Goldman[9], dan peniru-peniru terbaru mereka. Orang-orang lemah lembut ini tidak mempunyai pengertian sedikitpun mengenai kriteria dan metode penilitian ilmiah. Mereka mengutip proklamasi-proklamasi pemberontak tersebut seperti pendeta saleh yang mengutip Kitab Suci. Terlebih lagi, mereka mengeluh bahwa saya tidak mempertimbangkan “dokumen-dokumen” tersebut, dengan kata lain, injil dari Makhno[10] dan rasul-rasul lainnya. Untuk “mempertimbangkan” dokumen-dokumen tersebut bukan berarti mengartikan mereka secara harfiah. Marx mengatakan bahwa tidaklah mungkin untuk menilai partai atau orang dari apa yang mereka ucapkan mengenai diri mereka sendiri. Karakter dari sebuah partai lebih banyak ditentukan oleh komposisi sosial partai tersebut, masa lalunya, hubungannya dengan kelas-kelas dan strata-strata yang lain, daripada oleh deklarasi lisan dan tulisan partai tersebut, terutama pada waktu perang saudara yang kritis. Contohnya, bila kita mulai mengartikan proklamasi-proklamasi dari Negrin, Companys, Garcia Oliver, dan Company sebagai emas murni, maka kita harus mengakui mereka sebagai kawan baik sosialisme. Akan tetapi dalam kenyataannya mereka adalah musuh pengkhianat sosialisme.

Pada tahun 1917-18, kaum buruh revolusioner memimpin massa petani, bukan hanya di armada-armada, tetapi di seluruh negara. Para petani menyita dan membagi-bagikan tanah kebanyakan di bawah kepimpinan para tentara dan kelasi yang tiba di daerah mereka. Rekuisisi roti barulah dimulai dan sebagian besar adalah dari tuan tanah dan para kulak. Para petani menerima rekuisisi ini sebagai kejahatan yang sementara. Akan tetapi, perang saudara berlangsung selama tiga tahun. Kota tidak memberikan apapun kepada desa dan mengambil hampir semuanya dari desa, terutama untuk kebutuhan perperangan. Para petani berpihak pada “kaum Bolshevik” akan tetapi menjadi semakin bermusuhan dengan “kaum Komunis”. Bila pada periode yang sebelumnya kaum buruh memimpin para petani untuk maju ke depan, sekarang para petani menyeret kaum buruh ke belakang. Hanya karena perubahan suasana hati inilah Tentara Putih dapat menarik sebagian petani dan bahkan setengah-petani-setengah-buruh Ural ke pihak mereka. Suasana hati ini, yaitu sikap bermusuhan terhadap kota, menyuburkan gerakan Makhno yang menyita dan menjarah kereta-kereta yang diperuntukan bagi pabrik-pabrik dan Tentara Merah, merusak rel kereta api, menembak kaum Komunis, dan sebagainya. Tentu saja Makhno menyebut usaha-usaha tersebut sebagai perjuangan Anarkis untuk melawan “negara”. Dalam kenyataannya, ini adalah perjuangan pemilik properti kecil yang marah melawan kedikdaturan proletariat. Gerakan serupa timbul di beberapa distrik yang lain, terutama di Tambovsky, dibawah panji-panji “Sosial Revolusioner”. Akhirnya, yang disebut detasemen petani “hijau” aktif di beberapa daerah. Mereka tidak ingin mengakui kaum Merah ataupun kaum Putih, dan menolak partai-partai kota. Kaum “Hijau” kadang-kadang bertemu dengan kaum Putih dan menerima serangan yang berat dari mereka, akan tetapi mereka tentu saja tidak mendapatkan belas kasihan dari kaum Merah. Seperti halnya kaum borjuis kecil yang tergiling secara ekonomi di antara kaum kapitalis besar dan proletariat, detasemen petani tersebut juga hancur lebur di antara Tentara Merah dan Tentara Putih.

Hanya orang yang betul-betul dangkal bisa melihat di dalam kelompok Makhno atau di dalam pemberontakan Kronstadt sebuah perjuangan antara prinsip abstract Anarkisme dan “sosialisme negara”. Sebenarnya, gerakan-gerakan ini merupakan guncangan kaum petani borjuis kecil yang tentu saja bermaksud untuk membebaskan dirinya dari kapital, tetapi pada saat yang sama tidak setuju untuk berada di bawah kediktaturan proletariat. Kaum borjuis kecil ini tidak tahu secara konkrit apa yang mereka kehendaki, dan karena posisinya mereka tidak bisa tahu. Karena inilah mereka menutupi kebingungan dari permintaan dan harapan mereka dengan panji-panji Anarkis, populis, dan kaum “Hijau”. Menempatkan diri mereka di seberang proletariat,mereka mencoba untuk memutarbalikkan roda revolusi dengan mengibarkan panji-panji tersebut.

Karakter Konter-Revolusi dari Pemberontakan Kronstadt

Tentu saja tidak ada tembok tinggi yang memisah lapisan sosial dan politik yang berbeda di Kronstadt. Masih ada di Kronstadt sejumlah buruh dan teknisi yang mempunyai kualifikasi untuk menjaga mesin-mesin. Akan tetapi bahkan mereka ini dipilih dengan metode seleksi negatif dimana mereka dianggap tidak dapat diandalkan secara politik dan tidak banyak berguna di dalam perang saudara. Beberapa “pemimpin” pemberontakan ini datang dari elemen-elemen tersebut. Akan tetapi, kondisi yang sepenuhnya alami dan tidak terelakkan ini, yang beberapa pencela merujuk dengan bangga, tidak merubah sedikitpun karakter anti-proletariat dari pemberontakan ini. Kecuali bila kita membohongi diri kita sendiri dengan slogan-slogan bohong, label-label tipuan, dll, kita akan melihat bahwa pemberontakan Kronstadt adalah tidak lebih dari pada sebuah reaksi bersenjata kaum borjuis kecil terhadap kesukaran revolusi sosial dan kerasnya kediktaturan proletariat.

Inilah makna sebenarnya dari slogan Kronstadt, “Soviet tanpa Komunis”, yang dengan segara ditangkap bukan hanya oleh kaum SR tetapi juga oleh kaum borjuis liberal. Sebagai seorang wakil dari kapitalisme yang bijak, Profesor Miliukov mengerti bahwa untuk membebaskan soviet-soviet dari kepemimpinan Bolshevik akan berarti kehancuran soviet-soviet itu sendiri dalam waktu yang dekat. Pengalaman soviet-soviet Rusia selama dominasi Menshevik dan SR, dan bahkan lebih jelasnya adalah pengalaman soviet-soviet Jerman dan Austria di bawah dominasi kaum Sosial Demokrat, membuktikan hal tersebut. Soviet-soviet Sosial Revolusioner (SR)-Anarkis hanya akan berperan sebagai jembatan dari kediktaturan proletariat ke restorasi kapitalis. Mereka tidak bisa memainkan peran yang lain, apapun “ide” mereka tentang partisipasi mereka. Maka dari itu, pemberontakan Kronstadt memiliki karakter konter-revolusi.

Dari sudut pandang kelas, yang tetap merupakan kriteria fundamental politik dan sejarah, sangatlah penting untuk membedakan kelakuan Kronstadt dari kelakuan Petrograd pada hari-hari yang kritis tersebut. Seluruh lapisan kepemimpinan buruh Petrograd juga sudah ditarik keluar dari Petrograd (dikirim ke garis depan medan perang – catatan penerjemah). Kelaparan dan cuaca dingin meliputi ibu kota yang kosong ini, dan mungkin lebih parah daripada Moskow. Sebuah periode gagah berani dan tragis! Semua orang lapar dan kesal. Semua orang tidak puas. Di pabrik-pabrik terdapat ketidakpuasan. Organisator-organisator bawah tanah yang dikirim oleh SR dan Tentara Putih mencoba untuk menautkan pemberontakan militer dengan gerakan buruh yang tidak puas.

Koran Kronstadt menulis mengenai barikade-barikade di Petrograd, mengenai ribuan orang yang dibunuh. Press di seluruh dunia memproklamasikan hal yang sama. Sebenarnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Pemberontakan Kronstadt tidak menarik buruh-buruh Petrograd. Pemberontakan tersebut memuakkan mereka. Permisahan ini mengikuti garis kelas. Kaum buruh Petrograd segara merasa bahwa pemberontak Kronstadt berdiri di sisi yang berseberangan – dan mereka (buruh Petrograd – catatan penerjemah) mendukung kekuasaan Soviet. Isolasi politik Kronstadt merupakan sebab dari ketidakpastian internalnya dan kekalahan militernya.

Kebijakan Ekonomi Baru dan Pemberontakan Kronstadt

Victor Serge[11], yang tampaknya mencoba untuk membuat sebuah sintesa anarkisme, POUMisme[12], dan Marxisme, sangat disayangkan ikut campur tangan dengan polemik mengenai Kronstadt. Di dalam pendapatnya, implementasi KEB satu tahun lebih awal bisa mencegah pemberontakan Kronstadt. Mari kita akui hal tersebut. Akan tetapi, saran seperti ini sangat mudah diajukan setelah peristiwa tersebut terjadi. Seperti yang Victor Serge ingat, adalah benar bahwa saya sudah mengajukan proposal untuk transisi ke KEB semenjak tahun 1920. Akan tetapi, saat itu saya sama sekali tidak yakin akan keberhasilannya. Bukanlah rahasia bagi saya bahwa obat ini dapat menjadi lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri. Ketika pemimpin-pemimpin partai lainnya tidak setuju dengan proposal saya, saya tidak mencari dukungan dari anggota partai, guna menghindari mobilisasi borjuis kecil melawan kaum buruh. Pengalaman 12 bulan ke depan diperlukan untuk meyakinkan partai mengenai perlunya kebijakan yang baru. Tetapi, hal yang luar biasa adalah bahwa semua kaum Anarkis di seluruh dunia menilai KEB sebagai … pengkhianatan komunisme. Tetapi sekarang pendukung Anarkis mencela kita karena tidak mengimplementasikan KEB satu tahun lebih awal.

Pada tahun 1921, lebih dari sekali Lenin mengakui secara terbuka bahwa pembelaan yang keras kepala terhadap metode Komunisme Militer oleh partai Bolshevik sudah menjadi sebuah kesalahan yang besar. Akan tetapi, apakah ini akan merubah sesuatu? Apapun sebab langsung atau jangka panjang dari pemberontakan Kronstadt, pemberontakan tersebut pada hakikatnya merupakan bahaya yang mematikan bagi kediktaturan proletariat. Hanya karena revolusi proletariat berbuat kesalahan politik, mestikah revolusi proletariat tersebut melakukan bunuh diri untuk menghukum dirinya?

Atau mungkin pemberontakan tersebut dapat ditenangkan cukup dengan memberitahukan pelaut Kronstadt tentang dekrit KEB? Ilusi! Pemberontak tersebut tidak memiliki program yang sadar dan mereka tidak bisa memiliki itu karena sifat dasar borjuis kecil. Mereka sendiri tidak mengerti dengan jelas bahwa apa yang dibutuhkan oleh ayah dan saudara mereka adalah perdagangan bebas. Mereka merasa tidak puas dan kebingungan tetapi mereka tidak melihat jalan keluar. Elemen kanan yang lebih sadar, yang beraksi di belakang layar, menginginkan restorasi rejim borjuis. Tetapi mereka tidak mengutarakan hal tersebut secara terbuka. Sayap “kiri” tersebut menginginkan likuidasi disiplin, “soviet yang bebas”, dan pembagian kebutuhan yang lebih baik. Kebijakan KEB hanya bisa menenangkan petani secara bertahap, dan setelah mereka, kelompok militer dan armada laut yang tidak puas. Akan tetapi, waktu dan pengalaman dibutuhkan untuk hal ini.

Yang paling lucu dari semua ini adalah argumen bahwa tidak pernah ada pemberontakan, bahwa pelaut-pelaut tersebut tidak membuat ancaman, bahwa mereka “hanya” merebut benteng dan kapal perang. Tampaknya kaum Bolshevik bergerak menyebrang es dengan dada yang terbuka untuk menyerbu benteng tersebut hanya karena karakter mereka yang jahat, kecenderungan mereka untuk memprovokasi secara sengaja, kebencian mereka terhadap kelasi Kronstadt, atau kebencian mereka terhadap doktrin Anarkis (yang boleh kita bilang bahwa pada saat itu tidak ada satu orang pun yang peduli). Apakah ini bukan sebuah ocehan yang kekanak-kanakan? Tidak terikat pada waktu dan tempat, pengkritik bodoh ini mencoba (17 tahun kemudian!) menganjurkan bahwa semuanya akan berakhir dengan baik bila saja revolusi (yang dimaksud disini adalah Bolshevik – catatan penerjemah) meninggalkan kelasi pemberontak tersebut sendiri. Sayangnya, konter-revolusi sedunia tidak akan meninggalkan mereka sendiri. Logika dari perjuangan tersebut akan memberikan mayoritas di benteng tersebut kepada kaum ekstrimis, dengan kata lain kepada elemen yang paling konter-revolusi. Kebutuhan perbekalan akan memaksa benteng tersebut untuk tergantung secara langsung pada borjuis asing dan agen-agen mereka, kaum emigran Putih. Semua persiapan yang diperlukan untuk menuju ke hal tersebut sudahlah dibuat. Di bawah kondisi yang serupa, hanya orang-orang seperti kaum Anarkis Spanyol dan orang-orang POUM akan menunggu secara pasif, mengharapkan akhir yang bahagia. Untungnya, kaum Bolshevik datang dari metode berpikir yang berbeda. Mereka memandang bahwa adalah tugas mereka untuk mematikan api tersebut secepatnya setelah api tersebut menyala, dengan demikian akan mengurangi korban ke jumlah yang minimum.

“Kaum Kronstadt” Tanpa Sebuah Benteng

Pada hakikatnya, para pengkritik yang suci ini adalah lawan dari kedikdaturan proletariat dan oleh sebab itu mereka adalah musuh revolusi. Dari sini terpaparlah semua rahasia. Adalah benar bahwa beberapa dari mereka mengakui revolusi dan kediktaturan – dalam kata-kata. Tetapi ini tidak membantu. Mereka berharap untuk sebuah revolusi yang tidak akan menghasilkan kedikdaturan atau untuk sebuah kediktaturan yang bersahabat tanpa menggunakan kekerasan. Tentu saja, ini merupakan sebuah kediktaturan yang sangat “menyenangkan”. Akan tetapi, ini membutuhkan beberapa syarat: sebuah perkembangan massa pekerja yang setara dan yang sangat tinggi. Tetapi di dalam kondisi tersebut, kediktaturan tidak akan dibutuhkan. Beberapa Anarkis, yang sebenarnya adalah guru liberal, berharap bahwa dalam seratus atau seribu tahun kaum buruh akan mencapai level perkembangan yang sangat tinggi sehingga pemaksaan akan terbukti tidak diperlukan lagi. Secara alami, bila kapitalisme mampu mencapai level perkembangan tersebut, tidak ada alasan untuk menumbangkan kapitalisme. Juga tidak diperlukan sebuah revolusi dengan kekerasan ataupun kedikdaturan yang merupakan konsekwensi yang tidak terelakkan dari sebuah kemenangan revolusioner. Akan tetapi, membusuknya kapitalisme meninggalkan ruang yang sempit untuk ilusi-ilusi humanitarian-pacifis.

Kelas buruh, tidak termasuk massa semi-proletariat, tidaklah homogen secara sosial ataupun politik. Perjuangan kelas menghasilkan sebuah vanguard yang menyerap elemen-elemen terbaik dari kelas tersebut. Sebuah revolusi mungkin terjadi bila vanguard tersebut mampu memimpin mayoritas proletariat. Akan tetapi ini tidak berarti hilangnya kontradiksi internal di antara buruh. Di puncak tertinggi revolusi, kontradiksi-kontradiksi internal tersebut akan melemah, tetapi hanya untuk tampil lebih tajam di periode yang baru. Begitulah jalannya revolusi dalam keseluruhannya. Begitulah jalannya Kronstadt. Ketika simpatisan-simpatisan kiri mencoba untuk menandai rute yang berbeda untuk Revolusi Oktober, setelah revolusi tersebut kita hanya bisa meminta mereka dengan penuh hormat untuk menunjukkan kepada kita dimana dan kapan prinsip-prinsip agung mereka mendapatkan konfirmasi di dalam praktek, atau setidaknya di dalam tendensi? Dimanakah tanda-tanda yang membuat kita berharap untuk kemenangan prinsip-prinsip tersebut di masa depan? Tentu saja, kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah jawaban.

Sebuah revolusi mempunyai hukum-hukumnya sendiri. Dulu kala, kita memformulasikan “pelajaran Oktober” yang tidak hanya memiliki pengaruh di Rusia tetapi juga memiliki pengaruh di dunia internasional. Tidak ada orang lain yang bahkan mencoba untuk menganjurkan “pelajaran” yang lain. Revolusi Spanyol adalah konfirmasi negatif dari “pelajaran Oktober”. Dan pengkritik yang paling besar tersebut tidak bersuara atau ragu. “Front Rakyat” pemerintahan Spanyol mencekik revolusi sosialis dan menembak kaum revolusioner. Para Anarkis ikut serta di dalam pemerintahan ini, atau, ketika mereka didorong keluar, mereka tetap mendukung para pengeksekusi. Dan sementara itu, kawan asing dan pengacara mereka menyibukkan diri mereka dengan pembelaan … pemberontakan Kronstadt melawan Bolshevik yang kejam. Sunggu sebuah distorsi yang memalukan!

Perselisihan seputar Kronstadt saat ini berkisar sekitar poros kelas yang sama seperti pemberontakan Kronstadt itu sendiri, dimana kelompok reaksioner dari kelasi Kronstadt mencoba untuk menumbangkan kediktaturan proletariat. Sadar akan ketidakmampuan mereka di atas arena politik revolusioner saat ini, kaum borjuis kecil yang bodoh dan kaum eklektik mencoba untuk menggunakan episode Kronstadt yang sudah tua ini untuk berjuang melawan Internasional Keempat. “Kaum Kronstadt” ini akan dihancurkan pula – benar, tanpa menggunakan senjata karena mereka beruntung tidak memiliki sebuah benteng.


Catatan Penerjemah:

[1] Biro London juga dikenal dengan nama International Revolutionary Marxist Centre, sebuah asosiasi internasional partai-partai sosialis-kiri yang dibentuk pada tahun 1932

[2] Pavel Miliukov, profesor sejarah di Universitas Moskow, anggota Dumas ketiga dan keempat, dan pemimpin partai Cadet. Seorang anti-Bolshevik yang membantu Tentara Putih untuk menyerang Rusia.

[3] Cossasks adalah kelompok prajurit petani atau prajurit semi-nomadik dari Slavik Timur, mereka melayani Czar selama perang dunia pertama, dan sebagai imbalannya menerima tanah dan kebebasan dari pajak.

[4] Alexander V. Kolchak adalah pemimpin Tentara Putih selama perang saudara di Rusia.

[5] Alexander Kerensky adalah perdana menteri Pemerintahan Provisional Rusia yang kemudian ditumbangkan oleh Revolusi Oktober.

[6] Nikolai Nikolaevich Yudenich adalah seorang jendral pasukan konter-revolusi selama perang saudara Rusia. Pada bulan Oktober 1919, pasukan Yudenich menyerang Petrograd, Trotsky kemudian mengorganisir pertahanan kota Petrograd dan mengalahkan pasukan Yudenich yang kemudian dilucuti senjatanya pada tahun 1920.
 
[7] Anton Ivanovic Denikin, seorang Letnan Jendral pasukan Tentara Putih.

[8] Alexander Berkman adalah seorang Anarkis yang menjadi oposisi Bolshevik. Pada tahun 1922, dia menulis “The Kronstadt Rebellion” (Pemberontakan Kronstadt) yang kerap menjadi rujukan bagi orang-orang yang membela pemberontakan Kronstadt.

[9] Emma Goldman adalah seorang Anarkis-Feminis, partner dekat Alexander Berkman, yang juga menjadi oposisi Bolshevik. Selama tinggal di Rusia, dia menulis “My Disillusionment in Rusia” (Kekecewaan saya di Rusia) dan “My Further Disillusionment in Rusia” (Kekecawaan saya yang selanjutnya di Rusia) dimana dia mengkritik Bolshevik, termasuk di dalamnya adalah masalah pemberontakan Kronstadt. Menanggapi tulisan Trotsky “Hue and Cry Over Kronstadt” (Hingar Bingar Kronstadt), Emma menulis tanggapan “Leon Trotsky Protests Too Much” (Leon Trotsky Terlalu Banyak Protes).

[10]  Nestor Makhno, seorang Anarko-komunis dari Ukraina yang memimpin tentara petani dan menolak untuk berpihak pada Bolshevik.

[11] Victor Serge, 1890-1947, adalah seorang Anarkis dulunya, yang kemudian bergabung dengan Bolshevik pada tahun 1919. Dia lalu bergabung dengan Oposisi Kiri pada tahun 1923 melawan Stalin, sebagai akibatnya dikeluarkan dari partai Bolshevik pada tahun 1928 dan dipenjara. Pada akhirnya dia menjadi rivalnya Trotsky karena perbedaan politik.

[12] POUM, Partido Obrero de Unificación Marxista, atau Partai Buruh Unifikasi Marxis, adalah salah satu partai komunis di Spanyol yang menjadi oposisi Stalinisme.