Menempuh Jalan Rakyat

D.N. Aidit (26 Mei 1952)


Sumber: Menempuh Jalan Rakyat, D.N. Aidit. Jakarta: Yayasan "Pembaruan", 1952. Cetakan kedua. Scan PDF Brosur "Menempuh Jalan Rakyat "

Pidato Kawan D. N. Aidit untuk memperingati ulang tahun PKI yang ke-32, pada 23 Mei 1952. Diucapkan pada malam tanggal 26 Mei di Gedung Pertemuan Umum, Jakarta.


KETERANGAN PENERBIT

Penerbitan “Menempuh Jalan Rakyat” ini adalah cetakan yang ke-II, untuk memenuhi permintaan yang selalu bertambah banyak. Di dalam cetakan ke-II ini, oleh penulisnya sendiri telah diadakan perubahan kecil-kecil di sana-sini. Perubahan-perubahan ini sama sekali tidak membawa perubahan isi, karena hanya berupa perubahan-perubahan susunan kalimat supaya lebih jelas dan mudah dipahamkan.

Penerbit.

Jakarta, Agustus 1952.

 

KATA PENGANTAR

Di waktu-waktu belakangan ini PKI sungguh menjadi pusat perhatian umum. Rakyat dari segala lapisan sangat memperhatikan segala langkah-langkah PKI.

Di tengah-tengah keadaan di mana tingkat penghidupan Rakyat semakin sangat merosot: pemecatan kaum buruh merajalela dan bahaya kelaparan timbul di mana-mana; di tengah-tengah keadaan bahaya kelaparan timbul di mana-mana; di tengah-tengah keadaan di mana gerombolan-gerombolan Darul Islam, Bosch, Smith, dan lain-lain, masih terus-menerus menimbulkan korban harta benda dan jiwa yang tidak sedikit dari Rakyat di desa-desa; di tengah-tengah keadaan di mana tekanan politik imperialisme Amerika semakin keras dan kasar untuk menyeret Indonesia ke dalam persiapan peperangan imperialis yang baru; di tengah-tengah keadaan di mana kesadaran politik dari Rakyat meningkat dengan cepat berkat pengalaman-pengalaman yang pahit di bawah pemerintahan yang terikat oleh KMB; di tengah-tengah semua keadaan ini PKI menunjukkan jalan yang benar kepada Rakyat dan mendorong pemerintah Indonesia untuk menempuh haluan politik luar dan dalam negeri yang baru, yang akan sungguh-sungguh membebaskan Indonesia dari ikatan-ikatan dan tekanan-tekanan imperialisme Belanda-Amerika dan yang akan mengatasi kekacauan-kekacauan dan kesukaran-kesukaran di dalam negeri. Inilah sebabnya maka Rakyat mencurahkan perhatian dan harapannya kepada PKI.

Puncak perhatian Rakyat terhadap PKI ini ditunjukkan di dalam peristiwa peringatan ulang tahun PKI yang ke-32. Di mana-mana resepsi ataupun rapat umum peringatan ulang tahun ini dihadiri oleh ribuan Rakyat. Demikianlah salah satu di antara resepsi peringatan ulang tahun yang sangat meriah adalah resepsi di Jakarta, di mana Kawan D. N. Aidit mengucapkan pidatonya yang membentangkan sekadar sejarah dan politik PKI dengan secara ringkas, tegas, dan terang.

Kemudian datang kepada kita banyak permintaan dari kalangan kaum buruh dan orang-orang progresif, terutama dari mereka yang menghadiri resepsi peringatan ulang tahun itu, supaya pidato Kawan D. N. Aidit dibrosurkan. Atas desakan permintaan ini dan atas pertimbangan kita sendiri, bahwa pidato ini bisa menjelaskan kedudukan dan politik PKI yang sebenarnya, sehingga bisa menangkis fitnahan-fitnahan yang keji terhadap PKI, maka kita terbitkan brosur kecil ini.

Dengan terbitnya brosur kecil ini, yang kita beri nama: “MENEMPUH JALAN RAKYAT”, kita merasa telah menyediakan satu bahan bagi mereka yang hendak sungguh-sungguh mengenal PKI sebagai satu-satunya partai kelas buruh yang sejati di Indonesia.

Penerbit.

Jakarta, Juni 1952.

***

 

Hadirin yang terhormat,

Pertama-tama, atas nama Politbiro CC PKI, saya mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara yang sudah sudi datang dalam malam peringatan ulang tahun PKI yang ke-32 ini.

Kepada wakil kaum buruh, wakil kaum tani, kaum terpelajar dan orang-orang terkemuka yang revolusioner dan progresif, PKI menyampaikan salutnya, berhubung dengan keuletan dan keperwiraan dari golongan-golongan Rakyat yang saudara-saudara wakili dalam perjuangan untuk mencapai Indonesia baru, untuk mencapai kemerdekaan nasional yang sejati, demokrasi, dan perdamaian abadi.

Sebagaimana saudara-saudara sudah mengetahui, pada tanggal 23 Mei tahun ini PKI berumur genap 32 tahun. Bagi dunia kepartaian di tanah air kita ini, umur 32 tahun termasuk umur yang tinggi. Banyak partai-partai atau organisasi-organisasi politik yang berdiri sebelum dan sesudah PKI didirikan, tetapi ia hanya berumur beberapa tahun dan kemudian lenyap. Jadi teranglah, bahwa untuk mencapai usia 32 tahun, PKI mesti mempunyai dasar yang sangat kuat dan keuletan yang luar biasa.

ARTI PEMBENTUKAN PKI 32 TAHUN YANG LALU

Beberapa hari yang lalu, yaitu tanggal 20 Mei, kita habis merayakan Hari Kebangunan Nasional kita yang ke-44. Kita masing-masing mengerti akan arti yang dalam daripada tanggal 20 Mei tahun 1908, yaitu detik sejarah yang sangat penting dalam perkembangan perjuangan Rakyat Indonesia menuju kemerdekaan nasionalnya. Tiap orang Komunis sadar benar akan besarnya arti daripada hari 20 Mei. Sonder permulaan yang dipelopori oleh almarhum Dr. Wahidin Sudiro Husodo (1857 – 1917) 44 tahun yang lalu, perkembangan perjuangan Rakyat Indonesia untuk kemerdekaan nasional yang sejati, untuk demokrasi dan perdamaian dunia, tidak akan secepat sekarang.

Sejak tahun 1908, usaha-usaha dari putera-putera Indonesia untuk mendapatkan teori-teori dan bentuk-bentuk organisasi perjuangan yang mampu membebaskan Indonesia dan Rakyatnya dari penjajahan Belanda, makin lama makin nyata dan mendapatkan bentuk-bentuk yang terang. Pada permulaannya usaha terutama ditujukan pada belajar sebanyak-banyaknya dari buku-buku dan guru-guru orang Barat. Di samping organisasi Budi Utomo, Dr. Wahidin mendirikan dana-dana pelajar, di antaranya terkenal dengan nama “DARMA WARA”. Pemuda-pemuda yang cakap tapi tidak mampu, banyak yang dikirim ke Eropa untuk menuntut pelajaran dari orang-orang Barat. Di luar usaha Dr. Wahidin ini masih banyak lagi pelajar Indonesia yang pergi ke Eropa. Di antara pemuda-pemuda pelajar ini termasuk almarhum almarhum Dr. Rivai (1871 – 1933), dan ia adalah pionir dalam meretas jalan belajar ke Barat. Dr. Rivai adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa intelek Indonesia dapat merenangi ilmu pengetahuan yang diajarkan di Amsterdam, Berlin, Cambridge, dan Paris.

Tetapi ternyata, bahwa dalam berorientasi ke Barat, dalam mengambil orang-orang Barat, terutama Belanda, sebagai guru dan teladan dalam usaha mencapai persamaan derajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia, orang-orang Barat tidak memberikan pelajaran dan contoh-contoh yang baik. Mereka mengajarkan demokrasi kepada kaum terpelajar Indonesia, tetapi kepada Rakyat Indonesia mereka memaksakan otokrasi kolonialisme. Mereka mengajar kaum terpelajar Indonesia tentang revolusi-revolusi dan tentang keperwiraan bangsa-bangsa Barat dalam perjuangan untuk kemerdekaan tanah airnya. Sebaliknya, orang-orang Indonesia tidak hanya tidak dibantu dalam mewujudkan apa yang mereka pelajari dari Barat, tetapi mereka dilarang mempraktekkannya. Ya, malahan mengucapkan dan menulis perkataan “revolusi” dan “merdeka” mereka tidak dibolehkan.

Segera dirasakan oleh kaum terpelajar Indonesia, bahwa teori-teori yang mereka terima, tidak cocok dengan praktek orang-orang Barat di Indonesia. Orang-orang Barat menghina dan memusuhi murid-muridnya sendiri. Ini menimbulkan perlawanan-perlawanan yang sengit dari kaum terpelajar Indonesia, dan perlawanan-perlawanan ini disambut baik oleh Rakyat banyak, yang lebih terhina dan lebih tertindas lagi.

Salah satu bentuk perlawanan ialah dengan mendirikan “KOMITE BUMIPUTERA” pada tanggal 12 Juli 1913, di bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara, Dr. Ciptomangunkusumo (meninggal tahun 1943) dan kawan-kawannya, yang bertujuan untuk menghantam beleid pemerintah Hindia Belanda yang dengan perbuatan-perbuatannya merendahkan dan menghina bangsa Indonesia. [Bulan November 1913 bangsa Belanda bermaksud merayakan genap 100 tahun lepas dari penjajahan Perancis. Untuk perayaan ini di beberapa daerah diadakan pemungutan uang dari Rakyat. Ini dianggap oleh Ki Hadjar Dewantara, Dr. Ciptomangunkusumo dan kawan-kawannya sebagai penghinaan pada bangsa Indonesia yang sedang dijajah oleh Belanda.]

Tulisan Ki Hajar Dewantara “Als Ik Een Nederlander Was” (“Seandainya Saya Seorang Belanda”), adalah suatu protes yang hebat terhadap kekuasaan Belanda di Indonesia. Perlawanan yang sengit juga nampak dari buah-buah pena Dr. Rivai yang tajam dan jitu.

Tetapi perlawanan di atas belum dipimpin oleh suatu teori yang tepat dan belum diikuti oleh massa Rakyat yang banyak dan terorganisasi. Perlawanan-perlawanan ini tentu mempunyai arti yang besar dalam menggugah semangat perlawanan Rakyat terhadap kolonialisme Belanda dan terhadap imperialisme pada umumnya, tetapi ia akan mudah dipatahkan karena tidak dipimpin oleh teori revolusioner dan tidak ada Rakyat banyak yang terorganisasi yang mendukungnya.

Meletusnya Revolusi Sosialis Oktober tahun 1917 di Rusia dan menangnya revolusi ini memberi inspirasi, kesadaran, dan pandangan baru pada Rakyat Indonesia, terutama pada kaum buruh dan pada sebagian kaum intelektual Indonesia. Revolusi Sosialis Oktober sangat mempengaruhi Perkumpulan Sosial Demokrat Indonesia, yang sudah didirikan pada tahun 1914, di mana di dalamnya tergabung intelektual-intelektual Indonesia dan Belanda. Revolusi Oktober tidak hanya merupakan suluh dan harapan bagi nasion-nasion yang terjajah, tetapi ia juga memberikan pelajaran kepada mereka tentang lahirnya suatu Partai tipe baru, yaitu bentuk tertinggi daripada organisasi kelas dari proletariat yang bersenjatakan Marxisme-Leninisme, yang mempunyai anggota dari kelas pekerja yang paling sadar, yang mempunyai disiplin baja yang sangat kuat, yang memakai metode selfkritik dan yang berhubungan erat dengan massa. Partai ini adalah partainya Lenin, Partai Komunis.

Berdasarkan pengalaman, pelajaran dan kesadaran inilah, atas inisiatif pemimpin-pemimpin revolusioner ketika itu, pada tanggal 23 Mei tahun 1920 Perkumpulan Sosial Demokrat dilebur menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Anggota pengurus yang pertama terdiri dari Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua; sekarang sudah mengkhianati PKI dan perjuangan Rakyat), Bergsma (penulis), Dekker (bendahara), Baars, Stam, Dengah, Sugono, dan lain-lain. Pada akhir bulan Desember tahun itu juga PKI menggabungkan diri pada Komunis Internasionale (Komintern).

Jadi teranglah, bahwa tanggal 23 Mei tahun 1920 mempunyai arti yang sangat penting dalam perjuangan Rakyat Indonesia, terutama dalam usaha mencari teori revolusioner dan Partai revolusioner yang mampu untuk memimpin perjuangan guna menggulingkan kekuasaan imperialisme di Indonesia. Sudah selayaknya proletariat Indonesia dan Rakyat Indonesia berterima kasih kepada proletariat Rusia dan kepada Partai Bolshevik, karena sesudah proletariat Rusia berhasil menggempur benteng reaksi pada tahun 1917, barulah Rakyat Indonesia menjadi terbuka matanya, bahwa imperialisme hanya bisa digulingkan dengan kekerasan, dengan revolusi, dan ia harus dipimpin oleh suatu Partai kelas proletar yang berpedoman pada teori Marxisme-Leninisme.

Berdirinya PKI 32 tahun yang lalu tidak hanya penting bagi kaum Komunis dan kelas buruh Indonesia saja, tetapi ia mempunyai arti nasional yang besar dan adalah hari penting dalam sejarah Kebangunan Bangsa Indonesia yang sudah dimulai pada tahun 1908. Sudah selayaknya PKI berbangga dan bergembira hati merayakan hari ulang tahunnya yang ke-32, karena ini berarti bahwa dari 44 tahun Kebangunan Nasional, PKI ambil bagian yang terpenting selama 32 tahun. Dan jika PKI bisa hidup 32 tahun dalam serangan-serangan taufan kolonialisme dan fasisme, maka sekarang juga sudah dapat kita pastikan, bahwa PKI akan bisa hidup seterusnya dan akan mencapai tujuannya, yaitu hilangnya penindasan atas manusia oleh manusia dan terlaksananya perdamaian dunia yang abadi. Dan ini adalah keyakinan yang bulat daripada tiap-tiap Komunis Indonesia.

PKI DENGAN PARTAI-PARTAI LAIN

 Dalam masyarakat yang berkelas-kelas dan masyarakat di mana sedikit atau banyak ada kesempatan untuk tumbuh partai-partai, maka tidak boleh tidak dalam masyarakat demikian mesti terdapat bermacam-macam partai. Tiap-tiap kelas membikin partainya sendiri sebagai organisasi politiknya. Dan sering kejadian bahwa suatu kelas terbagi lagi dalam golongan-golongan dan tiap golongan membentuk partai politiknya sendiri.

PKI berpendapat bahwa adanya bermacam-macam partai di Indonesia adalah sewajarnya, karena masyarakat Indonesia masih terbagi dalam kelas-kelas dan sedikit atau banyak perkembangan dari partai-partai itu dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Yang harus diusahakan ialah penyederhanaan daripada partai-partai yang ada sekarang, karena menurut buku “Kepartaian Indonesia”, keluaran Kementrian Penerangan RI tahun 1951, di Indonesia ada 27 Partai. Ini terlalu banyak. Dan belum lagi dihitung partai-partai yang belum masuk buku resmi pemerintah tersebut. Banyak di antara partai-partai yang ada itu mempunyai dasar dan tujuan yang sama atau hampir sama. Partai-partai demikian sudah selayaknya mempersatukan diri, dan perkembangan daripada sejarah memang akan mempersatukan mereka.

PKI tidak akan mencampuri soal-soal internal daripada partai-partai lain, walau untuk mempersatukannya sekalipun. Itu adalah soal daripada partai-partai yang bersangkutan sendiri. Kewajiban PKI ialah mengajak partai-partai apa saja yang sedia dan jujur untuk bekerja sama dengan PKI guna menggalang front persatuan nasional dan front-front persatuan di berbagai kalangan, di kalangan kaum buruh, kaum tani, kaum terpelajar, kaum pecinta dan ahli kebudayaan, kaum wanita, pemuda, pengusaha, dan lain-lain.

Berusaha membentuk front persatuan nasional atau front-front persatuan di segala lapangan antara anggota-anggota dan pengikut-pengikut PKI dengan anggota-anggota dan pengikut-pengikut partai lain, sama sekali tidak berarti PKI akan membiarkan atau tidak mengkritik pikiran-pikiran yang salah dan politik yang keliru dari anggota-anggota, fungsionaris-fungsionaris bawahan, dan pemimpin-pemimpin atasan dari partai-partai itu. Kerja sama yang sehat ialah kerja sama yang disertai saling kritik secara persaudaraan, atau sebagaimana diterangkan dalam Peraturan Dasar Badan Permusyawaratan Partai-Partai (BPP), kerja sama yang “dilakukan atas dasar persaudaraan yang ikhlas”. Barulah dengan demikian PKI bisa berguna bagi anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan yang jujur dari partai-partai lain dalam menggalang front persatuan nasional.

Dan memang banyak bukti menunjukkan, bahwa kepentingan beberapa pemimpin-pemimpin atasan dari banyak partai-partai, langsung bertentangan dengan kepentingan-kepentingan anggota-anggotanya dan fungsionaris-fungsionaris bawahannya. Sebagai contoh, banyak perjanjian-perjanjian dan persetujuan-persetujuan, termasuk KMB, Embargo, Frisco, MSA yang langsung merugikan seluruh Rakyat Indonesia, termasuk anggota-anggota daripada partai-partai yang duduk di dalam pemerintahan. Dengan tidak dirunding yang matang dengan anggota-anggotanya, atau sekurang-kurangnya didengar pendapatnya, berbagai partai menerima ikatan-ikatan luar negeri tersebut. Sebagai contoh lagi, kerja sama antara berbagai partai, misalnya dalam BPP dan dalam mewujudkan Pernyataan Bersama pada Hari Kebangunan Nasional 20 Mei 1952, disambut dengan baik dan hangat oleh anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan dari semua Partai. Tetapi ada saja pemimpin-pemimpin atasan dari berbagai partai yang menekan keinginan yang sewajarnya daripada anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahannya. Sebuah contoh lagi, pemimpin Partai Buruh yang duduk dalam pemerintahan, yang mati-matian memusuhi vaksentral SOBSI dan secara tidak tepat mengaku menjadi wakil kaum buruh, ia membikin peraturan-peraturan, termasuk peraturan No. 16 Tejasukmana, yang menjerat batang leher kaum buruh. Peraturan-peraturan ini bertentangan langsung dengan kepentingan-kepentingan kaum buruh, termasuk anggota-anggota Partai Buruh, yang karena belum mengertinya memasuki partai tersebut. Dalam terus mengusahakan adanya kerja sama dengan partai-partai lain, PKI tidak akan membiarkan keadaan pincang ini berjalan terus, dan akan mengadakan kritik-kritik yang ditujukan kepada mereka yang bertanggung jawab.

PKI DENGAN PARTAI-PARTAI YANG MENGAKU MEMPUNYAI DASAR YANG SAMA DENGAN PKI, YAITU DASAR MARXISME

Sejak tahun 1920, yaitu tahun didirikannya PKI, perkataan Marxisme dan sosialisme telah menjadi sangat populer di kalangan kelas buruh dan Rakyat Indonesia. Sejak itu tiap-tiap Partai yang mau mendapat pengaruh di kalangan Rakyat mesti mencantumkan sosialisme sebagai tujuannya, atau mencantumkan perkataan lain, yang dalam penjelasannya dimaksudkan sosialisme. Sejak PKI didirikan, tiap-tiap perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme dicap sebagai perlawanan “komunis”, walaupun yang berbuat mungkin hanya segolongan intelektual atau segerombolan orang-orang yang fanatik. Demikianlah, orang-orang seperti Ki Hajar Dewantara, Dr. Ciptomangunkusumo, Douwes Dekker, Cokroaminoto, ya, juga Sukarno dan Hatta pernah dicap oleh Belanda sebagai “komunis”.

Sesudah PKI dinyatakan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai partai yang tidak sah, yaitu sesudah mengalami kegagalan pemberontakan tahun 1926 yang perwira itu, partai kaum nasionalis revolusioner yang didirikan kemudian, seperti PNI, Partindo, dan Gerindo, dengan segala kekurangannya pada waktu itu, mengajarkan Marxisme pada pengikut-pengikutnya. Juga partai-partai ini dan anggota-anggota serta pengikut-pengikutnya dicap oleh Belanda sebagai “komunis”. Mereka ditangkap, dipenjarakan, atau dikirim ke tanah pembuangan.

Sekarang ini sudah tidak ada lagi satu Partai yang bisa menarik Rakyat banyak, jika tidak mencantumkan sosialisme atau perkataan lain, misalnya “keadilan sosial”, sebagai tujuannya. Di antaranya ada yang mencantumkan Marxisme sebagai dasarnya. Dan belakangan ini ada pula yang menepuk dada, bahwa ia, pencipta dari peraturan-peraturan yang menjerat leher kaum buruh, adalah pengikut Marx dan Lenin. Dan secara menghina mereka memasang gambar-gambar Marx, Engels, dan Lenin sebagai reklame partainya. Keadaan begini, pemalsuan secara terang-terangan begini, sudah digambarkan oleh Lenin dalam tahun 1913 dengan perkataan: “Dialektika daripada sejarah mengharuskan, bahwa kemenangan-kemenangan teoritis daripada Marxisme memaksa musuh-musuhnya untuk menyelubungi dirinya sebagai Marxis.” Tidak hanya tuan Tejasukmana di Indonesia, tetapi juga Hitler dan Mussolini menamakan dirinya sosialis. Tidak hanya kaum Trotskis di Indonesia, tetapi juga Tito, Clementis, dan Slansky menamakan dirinya komunis.

Apakah artinya semuanya ini? Ini artinya, bahwa di samping perkataan dan pengertian sosialisme makin banyak dikenal dan makin dalam dipahamkan oleh Rakyat Indonesia, ia juga makin lama makin banyak dipergunakan secara tidak tepat dan menertawakan. Ini menunjukkan bahwa juga di Indonesia Marxisme sudah mencapai kemenangan-kemenangan teoritis, sehingga musuh-musuh Marxisme dan musuh-musuh kemanusiaan yang paling berbahaya, terpaksa menyelubungi dirinya sebagai Marxis-Leninis, ya, ada juga yang menamakan dirinya komunis, untuk menutupi segala macam pengkhianatannya terhadap kelas buruh dan terhadap Rakyat. Mereka berbuat seperti Hitler dan Mussolini, seperti Attlee dan Drees, seperti Clementis dan Tito, hanya dan semata-mata untuk menutupi sifat-sifat fasisnya yang kejam dan biadab. Dengan menyebut dirinya Marxis dan sosialis, mereka mengebiri Marxisme atau sosialisme-ilmu.

Apakah kewajiban kaum Komunis terhadap tukang-tukang palsu dan tukang-tukang kebiri ini? Apakah sikap kaum Komunis terhadap pemimpin-pemimpin sosialis kanan, yaitu orang-orang yang mengaku dirinya sosialis tetapi yang menghambakan dirinya pada kepentingan politik imperialis? Tiap-tiap Komunis, tiap-tiap pemimpin buruh dan pemimpin Rakyat yang jujur, wajib melakukan perjuangan yang sengit terhadap pemalsuan-pemalsuan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sosialis kanan. PKI didirikan 32 tahun yang lalu justru dengan maksud supaya PKI menjadi suatu Partai yang bebas dari penyakit-penyakit oportunis, yaitu penyakit dari Internasionale ke-II, dan supaya PKI berjuang sengit melawan tiap-tiap oportunisme di dalam dan di luar Partai, seperti yang diajarkan oleh Lenin dan Partainya.

Kaum Komunis yakin, bahwa perjuangan untuk mempersatukan kelas buruh hanya mungkin berhasil apabila kaum sosialis kanan, yang bertanggung jawab atas terpecahnya kelas buruh, sudah tidak dipercayai lagi dan sudah ditendang oleh kaum buruh. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Lenin tentang perjuangan terhadap kaum sosialis kanan dalam serikat buruh: “Perjuangan ini mesti dilakukan dengan tidak mengenal ampun dan harus dilakukan terus-menerus ......................... sampai kepada suatu tingkat di mana pemimpin-pemimpin daripada oportunisme dan sosial-sovinisme yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi, sudah sama sekali tidak dapat kepercayaan lagi dan sudah dilemparkan dari serikat buruh.”

Dalam gerakan buruh Indonesia sudah banyak bukti, bahwa kaum sosialis kanan adalah pemecah gerakan buruh. Mereka adalah agen-agen majikan yang menempatkan dirinya di tengah-tengah kaum buruh. Perpecahan di kalangan kaum buruh perkebunan, buruh gula, buruh tekstil, buruh minyak, buruh penerbangan, dan lain-lain adalah hasil daripada pekerjaan pemalsu-pemalsu Marxisme, yaitu majikan daripada Partai Sosialis Indonesia, Partai Buruh, dan pengikut-pengikut trotskis Tan Malaka dengan Sobrinya.

Tiap-tiap Marxis, di manapun ia berada di seluruh dunia ini, adalah pejuang perdamaian dan demokrasi serta penggalang front persatuan nasional yang terbaik. Adakah mereka, orang-orang yang mengaku Marxis dari Partai Sosialis Indonesia, atau orang-orang yang mengaku Marxis dan Leninis dari Partai Buruh, berbuat demikian? Tidak, sama sekali tidak.

Kaum sosialis kanan bukan hanya tidak aktif memperkuat gerakan perdamaian dunia, tetapi mereka mencemoohkan gerakan perdamaian, dan politik mereka sehari-hari praktis menjadi embel-embel dari politik perang Amerika. Dengan melewati kongres-kongres dan konferensi-konferensi sosialis internasional, dan dengan melewati saluran ICFTU, yang kedua-duanya adalah instrumen Kementrian Luar Negeri Amerika, mereka menghubungkan aktivitasnya dengan aktivitas reaksioner di seluruh dunia, terutama aktivitas untuk menimbulkan perang dunia yang baru.

Mereka bukan hanya tidak membela demokrasi dengan sungguh-sungguh, tetapi mereka ambil bagian aktif dalam usaha-usaha memfasiskan sistem negara Indonesia. Ketika Provokasi Agustus (1951) sedang mengamuk, tuan Tejasukmana dari Partai Buruh dan pemimpin-pemimpin PSI memainkan rol yang sangat penting dalam menghancurkan gerakan buruh. Dengan sangat bernafsu tuan Tejasukmana dari Partai Buruh, dan pemimpin-pemimpin sosialis kanan dari PSI, menerkam kesempatan itu sebagai saat yang baik baginya untuk mengharu-biru dan menghancurkan gerakan buruh serta menghancurkan Partai Komunis Indonesia. Mereka mengobrak-abrik front persatuan nasional, mereka melakukan intimidasi-intimidasi supaya orang-orang progresif menjauhi Partai Komunis Indonesia.

Kaum sosialis kanan bukan hanya tidak aktif menggalang front persatuan nasional, sebagai jaminan yang terpenting untuk melepaskan Indonesia dari penjajahan Amerika dan Belanda, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari perang dunia dan dari kesengsaraan, tetapi mereka malah mencemoohkan tiap-tiap usaha yang bermaksud menghimpun tenaga nasional dan memperkuat front persatuan. Mereka mengisolasi dirinya dalam lingkungannya sendiri yang kecil serta aktif merintangi terwujudnya persatuan nasional. Mereka tidak memperkuat Badan Permusyawaratan Partai-Partai dan mereka tidak menandatangani Pernyataan Bersama pada Hari Kebangunan Nasional 20 Mei 1952. Apakah bedanya mereka, pemimpin-pemimpin sosialis kanan, dengan pemimpin-pemimpin Partai Masyumi dan pemimpin-pemimpin partai konservatif lainnya? Pada hakikatnya, mereka adalah setali tiga uang?

Kenyataan yang nampak sekarang, bahwa kaum sosialis kanan mulai lebih bergiat, harus menjadi perhatian tiap-tiap Komunis, tiap-tiap pemimpin buruh dan pemimpin Rakyat yang jujur. Bukti di seluruh dunia sudah cukup banyak yang menyatakan, bahwa kaum sosialis kanan adalah pembantu imperialis Amerika dalam memecah gerakan buruh, dalam menjajah Rakyat-Rakyat yang belum merdeka dan dalam mempersiapkan perang dunia yang baru. Dalam persiapan perangnya, imperialis Amerika tidak cukup hanya menguasai ekonomi dan pemerintah negeri-negeri lain, tetapi ia juga berusaha memasuki gerakan-gerakan buruh negeri-negeri itu, dan dengan demikian ia mencoba membikin lumpuh gerakan buruh dengan jalan mengadakan korupsi dalam serikat buruh, menimbulkan kekacauan-kekacauan dan perpecahan. Untuk ini kaum sosialis kanan adalah pembantu imperialis Amerika yang nomor wahid.

Jadi jelaslah, bahwa perjuangan untuk perdamaian, untuk demokrasi, untuk kemerdekaan nasional dan sosialisme, tidak mungkin berhasil jika perjuangan ini tidak disertai dengan perjuangan yang sengit melawan kaum sosialis kanan atau kaum oportunis pada umumnya, yang memalsu dan mengebiri Marxisme. Atau sebagaimana pernah dikatakan oleh Lenin: “Perjuangan melawan imperialisme adalah semboyan-kosong belaka apabila tidak disertai perjuangan melawan oportunis.”

Tetapi kaum Komunis akan melakukan kekeliruan yang sangat besar jika tidak membikin perbedaan antara anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan dengan semua atau beberapa pemimpin-pemimpin atasan dari partai-partai borjuis. Kaum Komunis harus memperhatikan kenyataan, bahwa anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan daripada partai-partai ini pada umumnya adalah demokratis dan progresif, dan tidak mempunyai tujuan-tujuan tersembunyi seperti pemimpin-pemimpin atasannya. Dan di kalangan pemimpin-pemimpin atasan sendiri sering ada pertentangan-pertentangan yang tempo-tempo tajam dan tempo-tempo kurang tajam. Dan mereka sering berebutan jika ada “keuntungan”, yang berupa uang atau kedudukan.

Oleh karena itulah tiap-tiap Komunis harus dengan ulet dan tidak henti-hentinya mengajak anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan dari Partai Sosialis Indonesia, dari Partai Buruh, dari Partai Murba, dan partai-partai lainnya, untuk membentuk front persatuan nasional atau front-front persatuan di pabrik-pabrik, di desa-desa, atau d mana saja ada kemungkinan. Dan sekali lagi dijelaskan, bahwa berusaha membentuk front persatuan antara anggota-anggota dan pengikut-pengikut Partai lain, sama sekali tidak berarti PKI akan membiarkan atau tidak mengkritik pikiran-pikiran yang salah dan politik yang keliru dari anggota-anggota, fungsionaris-fungsionaris bawahan, dan pemimpin-pemimpin atasan dari partai-partai tersebut.

Persatuan kelas buruh dan persatuan seluruh Rakyat hanya dapat tercapai dengan perjuangan yang terus-menerus, yang ulet dan yang bijaksana. Di satu pihak kaum Komunis harus mengadakan perjuangan-perjuangan yang sengit dan penelanjangan-penelanjangan yang tidak setengah-setengah terhadap pemimpin-pemimpin sosialis kanan yang ngotot, dan di pihak lain dengan tidak henti-hentinya berusaha meyakinkan anggota-anggota dan fungsionaris-fungsionaris bawahan dari partai-partai lain akan keperluan adanya front persatuan nasional dan front-front persatuan di kalangan kaum buruh, kaum tani, kaum terpelajar, ahli-ahli dan penggemar kebudayaan, kaum wanita, pemuda, dan sebagainya. Dengan demikian ini, PKI akan berjasa dalam menunjukkan kepada kaum buruh dan Rakyat, siapakah sosialis yang sesungguhnya/dan siapakah musuh dari sosialisme-ilmu. Dengan demikian PKI akan mendorong pemimpin-pemimpin yang jujur dari partai-partai lain untuk berbuat jujur seterusnya, dan akan mendorong pemimpin-pemimpin yang ragu untuk menghilangkan keragu-raguannya dan segera menempuh jalan yang benar. Jelas bahwa kaum Komunis sama sekali tidak memusuhi anggota-anggota Partai lain, tetapi sebaliknya mengajak menjalankan pengabdian yang sungguh-sungguh pada kepentingan Rakyat.

PKI DENGAN DEMOKRASI

 Musuh-musuh kemanusiaan sering mengatakan, bahwa kaum Komunis mau menghapuskan demokrasi dan mau mendirikan diktator perseorangan atau diktator Partai. Ini adalah bohong, dan adalah fitnahan dari orang-orang yang sudah kehilangan akal dalam mencegah kemajuan sosialisme dan demokrasi. Dari fitnahan ini dengan sendirinya orang bisa menarik kesimpulan yang keliru sama sekali dari apa yang sebetulnya diinginkan oleh PKI.

Jika dikatakan bahwa PKI menghendaki diktator daripada Rakyat atas musuh-musuh Rakyat, maka inilah yang benar dan inilah yang dikehendaki oleh PKI. Bukan diktator perseorangan, bukan diktator Partai, dan bukan diktator golongan kecil atas golongan besar. Diktator atau kekuasaan yang dikehendaki PKI ialah diktator atau kekuasaan oleh lebih dari 90 % penduduk atas penduduk yang kurang dari 10 %. Yang kurang dari 10 % ini ialah kaum reaksioner yang terdiri dari kaum imperialis, kaum tuan tanah besar, dan kaum komprador atau agen-agen imperialis yang terdiri dari orang-orang asing maupun orang-orang Indonesia sendiri. Kenapa PKI menghendaki diktator Rakyat Indonesia atas musuh-musuh Rakyat?

Pengalaman perjuangan Rakyat Indonesia selama 44 tahun, yaitu sejak tahun 1908, mengajarkan supaya Rakyat Indonesia melakukan diktator atas musuh-musuhnya. Hak berbicara dari musuh-musuh Rakyat, dari kaum reaksioner, yaitu kaum imperialis, tuan-tuan tanah besar, dan agen-agennya yang terdiri dari orang-orang asing maupun orang-orang Indonesia sendiri, harus dihapuskan. Hanya Rakyat, yaitu kaum buruh, kaum tani, borjuasi kecil, dan borjuasi nasional yang mempunyai hak berbicara. Dalam kategori Rakyat juga termasuk kaum intelektual dan ahli-ahli kebudayaan yang mengabdi kepentingan Rakyat. Sistem demokrasi yang dikehendaki oleh PKI ialah sistem demokrasi yang dilaksanakan di antara Rakyat; kepada Rakyat diberikan hak berbicara, hak bersidang dan berkumpul. Hak memilih hanya diberikan kepada Rakyat dan tidak diberikan kepada kaum reaksioner. Jika digabungkan kedua-duanya ini, yaitu diktator terhadap kaum reaksioner dan demokrasi bagi Rakyat, maka menjadilah ia diktator daripada demokrasi Rakyat, atau singkatnya: diktator demokrasi Rakyat.

Ada orang berkata: “Kalau begitu PKI sangat kasar, PKI berbuat provokatif dan menyinggung perasaan mereka yang bersangkutan. Kalau begitu kaum reaksioner akan marah besar dan akan menghancurkan PKI.” Memang benar, bahwa tiap-tiap perbuatan PKI adalah kasar bagi kaum reaksioner, menyinggung perasaan mereka, dan membikin marah mereka. Tetapi terhadap Rakyat sikap dan perbuatan PKI adalah baik. PKI tidak pernah kasar terhadap Rakyat dan tidak pernah menyinggung perasaan Rakyat. PKI berbuat kasar atau tidak kasar, menyinggung perasaan atau tidak menyinggung perasaan, kaum reaksioner tetap marah besar dan tetap mau menghancurkan PKI dan perjuangan Rakyat Indonesia. Kemarahan kaum reaksioner bisa diatasi, tidak dengan bermanis-manis atau bercumbu-cumbuan dengan mereka, tetapi dengan mengalahkan mereka. Dan yang bisa mengalahkan mereka hanyalah Rakyat, dan oleh karena itu Rakyat wajib mengetahui bahwa kaum reaksioner adalah musuh Rakyat, dan kaum reaksioner hanya bisa ditindas untuk selama-lamanya dengan diktator daripada demokrasi Rakyat. Diktator demokrasi Rakyat tidak ditujukan kepada perseorangan, tetapi ditujukan kepada kaum reaksioner serta agen-agennya yang berada di luar dan di dalam negeri.

Jadi teranglah, bahwa omongan dari musuh-musuh kemanusiaan, yang mengatakan PKI mau mendirikan diktator perseorangan atau diktator Partai adalah fitnahan semata-mata. Dalam pernyataan PKI bulan Maret 1951 dijelaskan, bahwa PKI menghendaki adanya pemerintahan koalisi di Indonesia, yaitu pemerintahan yang terdiri dari Partai-Partai, golongan-golongan, dan orang-orang tak berpartai yang demokratis. “Dengan pemerintahan koalisi ini”, demikian pernyataan itu selanjutnya, “kita mengakhiri diktator satu atau beberapa partai dan menjalankan pemerintahan yang demokratis”. Pengalaman Rakyat Indonesia tahun yang lalu membuktikan, bahwa diktator daripada satu atau beberapa partai, telah menimbulkan bencana yang sangat besar dengan dijalankannya Provokasi Agustus oleh pemerintah Sukiman-Wibisono-Subardjo.

Penting juga di sini disebutkan, bagaimana sikap PKI terhadap agama di dalam pemerintahan demokrasi Rakyat. Dalam Program Umum PKI dijelaskan, bahwa Republik Demokrasi Rakyat yang dituju oleh PKI ialah republik yang menjamin kebebasan beragama. Yang ditentang oleh PKI ialah tiap-tiap usaha imperialis yang mempergunakan agama untuk memecah belah persatuan nasional, seperti yang sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh van der Plas dan agen-agennya di Indonesia sampai saat ini. Atas dasar pendirian ini pula, dan sesuai dengan pendirian berbagai golongan agama di Indonesia, PKI tidak menyetujui adanya dominasi (kekuasaan) agama yang satu atas agama yang lain.

PKI DENGAN KAUM PENGUSAHA NASIONAL DAN KAUM TANI SEDANG

Ada pemimpin-pemimpin partai politik yang mengatakan keheranannya mengapa PKI sekarang tidak bermaksud melikuidasi kaum pengusaha nasional (borjuis nasional). Bukankah, menurut orang-orang itu, kaum pengusaha nasional juga kapitalis dan jika dibiarkan mereka akan menjadi kapitalis-kapitalis monopoli dan akan sama berbahayanya dengan kapitalis monopoli asing? Oleh karena itu kita tidak boleh memberi kesempatan hidup pada mereka dan mulai sekarang juga mereka harus kita tindas.

Pikiran-pikiran di atas adalah pikiran-pikiran yang sangat berbahaya, pikiran yang tidak berdasarkan kenyataan dan pikiran kaum pengecut. Karena mereka, kaum pengecut itu, tidak mampu atau tidak mau memukul modal monopoli asing, nafsu mereka mau mereka lampiaskan untuk menghancurkan pengusaha-pengusaha nasional yang lemah dan tidak berdaya karena persaingannya dengan modal monopoli asing. Mereka membikin kawan menjadi lawan, dan tidak ada perbuatan yang lebih bodoh daripada itu. Kaum pengusaha nasional dirugikan oleh imperialisme. Lihatlah misalnya betapa hebatnya mereka dirugikan oleh politik embargo dan politik keuangan pemerintah Indonesia yang dikendalikan oleh imperialis Amerika dan Belanda. Oleh karena itu mereka harus menjadi kekuatan front persatuan melawan imperialisme. Program PKI sekarang, yaitu program demokrasi Rakyat, sama sekali tidak bermaksud melikuidasi mereka dengan jalan menasionalisasi perusahaan-perusahaan mereka. Malah program demokrasi Rakyat mau memberi kedudukan yang stabil pada mereka untuk memperbesar tenaga produktif masyarakat, sebagai syarat menuju masyarakat sosialis. Justru program demokrasi Rakyat bertujuan mempertahankan hak milik perseorangan dari pengusaha-pengusaha nasional. Jadi adalah bertentangan sama sekali dengan keterangan-keterangan kaum reaksioner yang mengatakan, bahwa PKI menghendaki hapusnya hak-milik perseorangan sehingga tiap-tiap orang tidak boleh mempunyai apa-apa lagi. Tetapi apakah yang benar? Yang benar ialah, bahwa justru imperialismelah yang terus-menerus melikuidasi kaum pengusaha nasional, agar dengan demikian mereka bisa memusatkan atau memonopoli seluruh kehidupan ekonomi di dalam tangan kliknya sendiri.

Juga terhadap kaum tani sedang, program demokrasi Rakyat tidak bermaksud melikuidasi mereka. Dalam Program Agraria PKI diterangkan, bahwa maksud yang pokok dalam perubahan tanah ialah menghapuskan tanah tuan tanah besar, untuk mewujudkan masyarakat tani merdeka atau tani sedang, sebagai syarat penting untuk mengembangkan ekonomi nasional yang modern. Tujuan yang terakhir dari perubahan tanah bukanlah hanya menolong Rakyat tani yang miskin dengan memberikan tanah dan alat-alat bekerja, karena dengan ini saja kaum tani tidak akan tertolong dari kemiskinan dan kebodohan. Tujuan yang terakhir ialah untuk membebaskan tenaga produktif di desa dari cengkraman sistem milik tanah tuan tanah, agar dapat mengembangkan produksi pertanian, dan dengan demikian terbukalah jalan untuk industrialisasi, sebagai syarat untuk menuju sosialisme.

Jadi juga dilihat dari Program Agraria PKI, adalah bertentangan sekali dengan keterangan kaum reaksioner yang mengatakan, bahwa PKI menghendaki hapusnya hak milik perseorangan sehingga tiap-tiap orang tidak mempunyai apa-apa lagi. Tetapi apakah yang benar? Yang benar ialah, bahwa kaum tani Indonesia, karena politik imperialis yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia, sebagian besar tidak mempunyai tanah atau tidak cukup mempunyai tanah untuk dikerjakan, dan berangsur-angsur tanah-tanah yang sudah kurang ini berpindah tangan dari tani miskin dan tani sedang ke tangan sejumlah kecil lintah darat. Jadi, justru dengan politik pemerintah yang reaksioner, hak milik perseorangan atas tanah dari kaum tani kecil dan tani sedang dilikuidasi, dan mereka akhirnya hidup lebih sengsara.

PKI DENGAN UNI SOVIET DAN NEGARA-NEGARA DEMOKRASI RAKYAT

Musuh-musuh kemanusiaan suka menuduh bahwa PKI adalah “agen Moskow” atau “agen RRT”. Ini adalah tuduhan yang sangat rendah, apalagi jika datangnya dari pemimpin-pemimpin Partai Sosialis dan Partai Buruh atau partai-partai lainnya, yang sonder bantuan politik dan bantuan-bantuan lain dari imperialis Amerika tidak bisa memegang rol yang berarti dalam masyarakat. PKI adalah partai yang demokratis dan secara demokratis pula tiap-tiap politik Partai ditentukan oleh PKI sendiri, dengan tiada sedikitpun dicampuri oleh orang luar. Tuduhan bahwa PKI agen negara itu atau negara ini, hanya menunjukkan cara berpikir pemimpin-pemimpin partai borjuis yang kolot yang sudah biasa menjadi agen dan tengkulak negara asing, terutama tengkulak Amerika dan Belanda.

Ada lagi yang mengatakan, bahwa PKI memilih salah satu pihak, bahwa PKI memihak sosialisme dan demokrasi Rakyat. Ini benar sekali, dan PKI sama sekali tidak akan menyangkalnya, malahan akan lebih menjelaskannya. Dalam segala hal PKI memihak. Dalam pertentangan antara kolonialisme Belanda dengan bangsa Indonesia, PKI memihak satu pihak, yaitu pihak bangsa Indonesia. Dalam pertentangan antara fasisme Jepang dengan Rakyat Indonesia, PKI memihak satu pihak, yaitu pihak Rakyat Indonesia. Dalam pertentangan antara Rakyat Indonesia dengan imperialis Amerika, PKI memihak satu pihak, yaitu pihak Rakyat Indonesia. Dalam pertentangan antara Rakyat Indonesia dengan pemerintah klik Sukiman, PKI memihak Rakyat Indonesia. Dalam pertentangan antara demokrasi dan fasisme, PKI memihak demokrasi. Dalam pertentangan antara sosialisme dan demokrasi Rakyat di satu pihak dengan imperialisme dunia di pihak lain, PKI memihak sosialisme dan demokrasi. Dalam pertentangan antara damai dan perang, PKI memihak satu pihak, yaitu pihak damai. PKI tidak mencoba-coba untuk berada di antara dua pertentangan ini, PKI tidak mencoba-coba untuk duduk di antara dua kursi. PKI tidak netral dan tidak mencari jalan ketiga. Netralitas hanyalah kamuflase belaka dan jalan ketiga tidak ada.

Ada orang berkata: “Kalau bersikap demikian kita tidak akan dapat bantuan internasional, dan oleh karena itu kita akan hancur.” Kita bertanya, bantuan internasional yang mana? Bantuan imperialis Amerika atau Inggris? Hingga sekarang yang berkuasa di Amerika dan Inggris ialah kaum imperialis. Apakah mereka mau memberi bantuan pada suatu negeri yang melawan imperialis? Kalau ada negeri asing mau menjual barang-barang kepada Indonesia, itu bukanlah bantuan, tetapi perdagangan biasa, karena mereka mau dapat untung. Perdagangan dengan negeri mana saja pun harus diadakan, asal atas dasar saling menguntungkan dan tidak ada ikatan-ikatan politik. PKI menentang usaha-usaha dari negeri imperialis yang membikin diskriminasi dalam perniagaan, dan juga PKI menentang usaha-usaha yang hendak menghalangi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan negara sosialis dan demokrasi Rakyat.

Ada lagi orang berkata, bahwa kemenangan Rakyat Indonesia bisa tercapai sonder bantuan internasional. Pengalaman revolusi Rakyat Indonesia tahun 1945 – 1948 menunjukkan, bahwa perjuangan Rakyat Indonesia mendapat kekuatan yang sangat hebat dari aksi-aksi dan bantuan-bantuan lain dari kaum buruh dan Rakyat Australia, India, Mesir, Amerika, Nederland, dan sebagainya, serta bantuan-bantuan wakil Ukraina dan Uni Soviet di PBB. Sonder bantuan internasional ini, Revolusi Indonesia akan lebih mudah dihancurkan oleh Amerika, Belanda, dan Inggris. Oleh karena itu, bantuan internasional adalah sangat penting bagi perjuangan Rakyat Indonesia. Dan bantuan internasional yang sungguh-sungguh hanya bisa kita dapat dari negara-negara dan dari Rakyat yang satu tujuan dengan Rakyat Indonesia, yaitu tujuan menghancurkan imperialisme. Negara Amerika, Belanda, dan Inggris yang dikuasai oleh imperialis adalah musuh-musuh Rakyat Indonesia, oleh karena itu kita tidak mungkin mendapat bantuan dari negara-negara itu.

Keadaan dunia sekarang sudah begitu rupa, sehingga apa-apa yang terjadi di satu negeri mesti mempengaruhi keadaan negeri-negeri lain. Uni Soviet adalah negeri yang pertama, yang dapat membebaskan diri dari sistem imperialisme dunia dan yang dapat membangun sistem sosialis. Bertambah kuatnya Uni Soviet berarti bertambah lemahnya kapitalisme di negeri-negeri lain, dan ini berarti bantuan besar bagi Rakyat di seluruh dunia dalam perjuangan menghancurkan imperialisme di negerinya masing-masing.

Oleh karena itulah, PKI berpendirian, bahwa Rakyat Indonesia harus berorientasi ke Uni Soviet yang sosialistis, dan bukan berorientasi ke Amerika yang imperialistis. Ini tidak berarti, bahwa bentuk negara daripada Uni Soviet, yaitu sistem Soviet, mesti diikuti oleh semua negeri, termasuk Indonesia. Sama sekali tidak demikian. Sebaliknya, tiap-tiap bangsa akan melalui jalannya sendiri menuju ke sosialisme, berdasarkan perkembangan daripada keadaan nasionalnya, keadaan politik, ekonomi, dan kebudayaannya. Pengalaman perjuangan Rakyat di Eropa Timur, di Tiongkok, dan lain-lain sesudah perang dunia kedua menunjukkan, bahwa kelas buruh bisa memenuhi kewajiban sejarahnya dalam negara Rakyat yang demokratis, di mana parlemen dan badan-badan negara lainnya diperbarui, artinya diberi isi yang benar-benar demokratis serta disusun sesuai dengan keinginan Rakyat.

PKI DENGAN KEPENTINGAN NASIONAL DAN KEPENTINGAN TANAH AIR

Di negeri kita orang suka mengutip salah satu ucapan almarhum Presiden Quezon dari Filipina, yang maksudnya supaya kesetiaan kepada partai harus dihentikan di mana kesetiaan pada tanah air dimulai. Ucapan ini mungkin ada gunanya bagi Quezon sendiri dan bagi partai-partai yang tidak mencintai tanah air. Bagi PKI sendiri ucapan ini tidak berarti apa-apa kecuali menunjukkan bahwa partai presiden Quezon adalah bukan partai yang mengabdi dan mencintai tanah air.

Sebagaimana sudah dibuktikan oleh sejarahnya selama 32 tahun, PKI adalah Partai yang mengabdi tanah air, mengabdi kepentingan nasional dan kepentingan Rakyat. Dalam aksi-aksi kaum buruh dan kaum tani, PKI tidak memihak kepentingan-kepentingan kapitalis asing, tetapi memihak dan mengabdi kepentingan kaum buruh dan kaum tani yang seluruhnya adalah bangsa Indonesia. Jadi PKI mengabdikan diri pada kepentingan bangsa, kepentingan nasional. PKI menuntut dibatalkannya perjanjian-perjanjian KMB, Frisco, MSA, dan sebagainya karena perjanjian-perjanjian ini merugikan kepentingan nasional. PKI menentang adanya intervensi Amerika dalam politik negara Indonesia, karena ini melanggar kedaulatan negara Indonesia. Jadi jelaslah, bahwa bukan PKI yang a-nasional, tetapi justru penuduh-penuduh dan musuh-musuh kemanusiaan itulah yang mengorbankan kepentingan nasional untuk kepentingan-kepentingan penjajah dan kapitalis asing.

Bagi kaum Komunis, pengabdian kepada Partai, kepada kepentingan nasional, kepada kepentingan tanah air, dan kepada Rakyat adalah satu dan tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Jika seorang Komunis tidak mengabdi kepentingan nasional, kepentingan tanah air, dan kepentingan Rakyat, berartilah bahwa ia tidak mengabdi kepentingan Partai, dan ia bukan seorang Komunis yang baik. Jika seorang Komunis berhenti mengabdi kepentingan Partai, maka hilang kemungkinan baginya untuk mengabdi kepentingan nasional dan kepentingan Rakyat secara baik. Bagi seorang Komunis jalan yang sebaik-baiknya dan yang sesempurna-sempurnanya untuk mengabdi kepentingan nasional dan kepentingan Rakyat ialah jalan melalui Partai Komunis.

Tiap-tiap Komunis adalah patriot, dan jika ada seorang patriot yang bukan Komunis, maka bagi patriot yang demikian itu sewaktu-waktu pintu PKI terbuka untuk menerimanya menjadi anggota.

Ada orang berkata: “Tapi orang Komunis hanya tahu beroposisi saja terhadap pemerintahnya sendiri.” Ini sama sekali tidak benar. Selama tahun 1945 – 1948 Indonesia diperintah oleh pemerintah-pemerintah yang revolusioner. Dengan pemerintah-pemerintah ini imperialis Belanda kita lawan. Pada waktu itu PKI adalah pembela yang setia dari pemerintah. Jika di Indonesia ada pemerintah revolusioner lagi, PKI akan berdiri di barisan paling depan untuk membelanya.

Yang ditentang oleh PKI ialah pemerintah yang tidak mengabdi kepentingan nasional tetapi malah menghambakan diri pada kepentingan eksploitasi dan kepentingan perang dari negeri-negeri imperialis, terutama imperialis Amerika. Apakah PKI bersedia untuk sewaktu-waktu menghentikan oposisinya jika pemerintah Indonesia tidak lagi menjalankan politik yang merugikan kepentingan nasional dan tidak lagi menghambakan diri pada kepentingan eksploitasi dan kepentingan perang imperialis? Tentu saja PKI bersedia. Dalam peringatan hari ulang tahun PKI yang ke-31, jadi bulan Mei tahun yang lalu, PKI sudah menyerukan, bahwa: “PKI sewaktu-waktu bersedia menghentikan oposisinya, asal pemerintah Indonesia dengan jujur dan sungguh-sungguh menjalankan politik perdamaian dan mau membatalkan persetujuan KMB.” Apakah ini tidak menunjukkan kesediaan PKI untuk bekerja dengan pemerintah Indonesia yang mana saja, yang mau berjuang untuk perdamaian dunia dan untuk melepaskan ikatan negeri-negeri imperialis dalam bentuk apapun? Juga terhadap kabinet Wilopo, PKI menyatakan kesediaan memberikan sokongannya, asal kabinet ini menjalankan haluan politik baru, yaitu politik yang berdasarkan perdamaian dan demokrasi.

PKI DENGAN PERDAMAIAN DUNIA

 Dunia sekarang diliputi oleh satu pertanyaan vital: perang atau damai. Pertanyaan ini dijawab oleh Kawan Stalin, dalam interview-nya dengan wartawan “Pravda” pada permulaan tahun 1951, bahwa “juga pada waktu sekarang ini perang itu tidak bisa dipandang sebagai tak dapat dielakkan”, dan bahwa “Uni Soviet akan terus menjalankan politik mencegah perang dan mempertahankan perdamaian dengan teguh”. Keterangan Kawan Stalin ini adalah jawaban yang jitu terhadap tuduhan-tuduhan yang menyesatkan dari penghasut-penghasut perang yang ditujukan kepada Uni Soviet.

Musuh-musuh kemanusiaan mengatakan, bahwa Uni Soviet mau menguasai dunia dengan mengadakan perang. Dan dikatakan lebih lanjut, bahwa kaum Komunis di Indonesia yaitu anggota-anggota PKI, adalah alat yang akan membantu Uni Soviet menaklukkan bangsa Indonesia di bawah kekuasaan Soviet.

Memang benar bahwa perang dunia sekarang masih mengancam dunia. Tetapi perang itu tidak disiapkan oleh Uni Soviet atau oleh negara-negara demokrasi Rakyat. Sejarah membuktikan, bahwa bukan Uni Soviet yang menyebabkan pecahnya dua perang dunia, yaitu perang dunia pertama dan kedua, dan bukan Uni Soviet yang menyebabkan adanya perang-perang kolonial di mana-mana.

Siapakah yang menjadi sebab meletusnya perang dunia pertama tahun 1914 – 1918? Bukan Uni Soviet, dan Uni Soviet ketika perang dunia pertama meletus belum lahir. Tetapi negara-negara imperialis yang berebutan untuk menguasai dunia.

Siapakah yang menjadi sebab meletusnya perang dunia kedua tahun 1940 – 1945? Bukan Uni Soviet. Tetapi negara imperialis Jerman, Italia, dan Jepang, dan dengan secara tidak langsung didorong oleh klik-klik imperialis dari negara-negara lain.

Dan siapakah yang menjadi sebab daripada perang-perang kolonial yang sekarang mengamuk di Korea, di Vietnam, di Malaka, dan lain-lain? Bukan Uni Soviet. Tetapi imperialis-imperialis Amerika, Inggris, Perancis, dan lain-lain. Indonesia dua kali mengalami perang kolonial. Selama dua kali perang kolonial tidak pernah kelihatan prajurit Tentara Merah Soviet atau Tentara Rakyat Tiongkok di Indonesia. Jadi siapakah yang sudah mengadakan dua kali perang kolonial terhadap Rakyat Indonesia? Bukan Uni Soviet. Tetapi imperialis Belanda dengan dibantu oleh imperialis-imperialis Amerika dan Inggris.

Selama perang dunia melawan fasisme, antara Uni Soviet, Amerika, dan Inggris telah dibikin persetujuan-persetujuan yang dimaksudkan untuk menjamin perdamaian di dunia, untuk menjamin perkembangan demokrasi di negeri-negeri fasis yang sudah ditaklukkan dan untuk menjamin kerja sama antara negeri-negeri sekutu. Persetujuan-persetujuan itu ialah persetujuan Yalta, Teheran, dan Postdam. Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah memperkuat persetujuan-persetujuan yang sudah ada itu.

Tetapi apakah yang kita lihat sekarang? Amerika dan komplotannya tidak menaati persetujuan-persetujuan yang sudah ditandatanganinya selama perang dunia kedua. Amerika tidak menjamin perkembangan demokrasi di Jepang, di Jerman Barat, dan di Italia. Tetapi sebaliknya, Amerika menghidupkan kembali fasisme di negeri-negeri itu, malahan ditambah lagi dengan menghidupkan kembali fasisme di Spanyol, di Turki, di Yugoslavia Tito, dan lain-lain. Di Amerika sendiri kaum imperialis dengan giat memfasiskan sistem negara, menangkapi dan membunuh kaum demokrat.

Bertentangan dengan politik perang Amerika yang agresif, kubu sosialisme dan demokrasi Rakyat yang dipelopori oleh Uni Soviet menjalankan politik perdamaian secara konsekuen dan prinsipil. Bertentangan dengan sistem kapitalis, sistem sosialis tidak membutuhkan koloni dan daerah tempat menanam modal, karena sistem sosialis tidak membenarkan perlombaan mencari untung secara kapitalis. Produksi sosialis semata-mata ditujukan kepada kebutuhan Rakyat negeri sendiri dan kepada pertukaran secara damai dengan negeri-negeri lain atas dasar persamaan dan saling menguntungkan.

Kaum Komunis berpendapat, bahwa perkembangan imperialisme tidak sama di seluruh dunia, dan oleh karena itu kemenangan sosialisme di semua negeri secara sekaligus adalah tidak mungkin, tetapi sebaliknya berpendapat, bahwa sosialisme di satu negeri atau di beberapa negeri sendiri-sendiri adalah mungkin sekali, walaupun di negeri-negeri lain kapitalisme masih ada. Dari sinilah pula keterangannya mengapa negeri-negeri yang sistem politik dan sosial ekonominya berlainan, mengapa negeri sosialis dan negeri kapitalis mungkin dan perlu hidup berdampingan secara damai. Untuk menjaga perdamaian di dunia, negara sosialis dan negara-negara demokrasi Rakyat dengan konsekuen bersedia untuk berunding, untuk mengadakan kerja sama, dan mengadakan hubungan dagang dengan semua negeri atas dasar tidak campur tangan dalam soal-soal negeri lain. Adanya perdamaian, adanya kerja sama dan hubungan dagang atas dasar persamaan dan saling menguntungkan adalah sangat penting bagi Uni Soviet dan negara-negara demokrasi Rakyat untuk membikin bangunan-bangunan perdamaian yang bisa menjamin terlaksananya sosialisme dan komunisme.

Jadi teranglah, bahwa kaum Komunis sama sekali tidak membutuhkan perang. Dan kaum Komunis Indonesia sama sekali tidak membutuhkan Tentara Merah Uni Soviet dan Tentara Rakyat Tiongkok untuk mewujudkan cita-citanya di Indonesia. Kaum Komunis di seluruh dunia, juga kaum Komunis Indonesia, hanya membutuhkan perdamaian, karena hanya dalam perdamaian sosialisme dan komunisme dapat dibangunkan. Kaum Komunis Indonesia berkeyakinan, bahwa perdamaian dapat dipertahankan dan diperkuat dengan aksi-aksi massa Rakyat, yaitu sebagaimana dikatakan oleh Kawan Stalin, apabila “bangsa-bangsa memegang masalah mempertahankan perdamaian dalam tangannya sendiri dan mempertahankannya mati-matian”.

Keinginan untuk damai adalah sangat besar pada Rakyat Indonesia. Pengalaman pendudukan fasis Jepang dan pengalaman dua perang kolonial Belanda lebih meyakinkan Rakyat Indonesia lagi akan kebenaran perjuangan untuk perdamaian. Semangat perdamaian ini pula yang membikin Rakyat Indonesia di waktu yang akhir-akhir ini sangat menentang politik imperialis Amerika. Politik-politik Amerika yang tidak senonoh, yang antara lain berwujud Embargo, Frisco, dan MSA, telah menimbulkan semangat anti-Amerika yang bernyala-nyala di dada putera-putera Indonesia yang terbaik. PKI yakin, bahwa perjuangan Rakyat untuk mencapai perdamaian abadi pasti akan mengalahkan persiapan-persiapan perang Amerika. PKI berseru kepada tiap-tiap putera Indonesia supaya secara aktif membela cita-cita perdamaian yang luhur, yang mulia, dan yang suci.

Hadirin yang terhormat,

Itulah beberapa segi-segi yang terpenting daripada politik dan perjuangan PKI sekarang. Alangkah gembiranya kami malam ini, karena bisa mengemukakan hal-hal di atas. Kami akan lebih bergembira lagi, apabila seruan-seruan kami di atas, seruan untuk menggalang dan memperkuat front persatuan nasional, seruan untuk membela demokrasi, dan seruan untuk membela perdamaian dunia, mendapat sambutan dari hadirin. Inilah jalan yang benar, jalan Rakyat, dalam menuju Indonesia Baru. Kami yakin, bahwa seruan-seruan ini adalah pernyataan yang sewajarnya daripada keinginan-keinginan Rakyat sendiri. Oleh karena itu seruan-seruan ini pasti akan menimbulkan kekuatan yang hebat di dalam perjuangan-perjuangan kita selanjutnya.

Hidup front persatuan nasional, cegah tiap-tiap perpecahan!

Hidup demokrasi, cegah fasisme!

Hidup perdamaian, hancurkan usaha-usaha perang!

Hidup Indonesia, tolak intervensi Amerika dan Belanda!

Hidup Uni Soviet dan negara-negara demokrasi Rakyat!

Hidup Kawan Stalin, kampiun perdamaian dunia!