Pokok-Pokok Ajaran Tan Malaka (Murbaisme)

Biro Pendidikan Partai Murba (1960)


IV. Strategi dan Taktik

MENUJU REPUBLIK INDONESIA (April 1924)

Kata pengantar, halaman 2:

............ Kekurangan pandangan kasta, kemampuan berorganisasi dan moral revolusioner merupakan faktor-faktor pokok, mengapa kekuatan-kekuatan potensi dalam perhimpunan massa Sarekat Islam tidak dapat ditingkatkan menjadi kekuatan hidup yang revolusioner......

Imperialisme Belanda yang berpandangan sempit, mundur dan biadab, menciptakan di Indonesia pertentangan nasional dan sosial yang tiada dua dinegeri-negeri koloni lainnya di Asia, dimana penduduk-penduduk pribuminya diberikan kemungkinan untuk memajukan diri dibidang sosial dan kebudayaan (Mesir, India, Pilipina, dll). Di Indonesia penjajahan nasinal (Belanda terhadap Indonesia) diperkeras dengan penjajahan kasta (kapitalis memeras buruh). Dinegeri-negeri jajahan lain, dimana terdapat kapital nasional yang besar, penjajahan nasional tidaklah demikian tak terdamaikan seperti di Indonesia, dimana lebih dari pada 99% dari penduduknya hidup dalam keadaan melarat dan sengsara. Dinegeri-negeri koloni lain-lain itu kompromi dapat dilangsungkan antara kapital imperialis dengan kapital nasional. Kompromi ekonomi yang menjadi kenyataan itu, melantunkan dirinya dalam kompromi politik antara penjajah asing dengan yang terjajah. Ketiadaan kapital nasional di Indonesia adalah merupakan sebab pokok, kenapa tiap permintaan dari pihak penjajah untuk berkompromi dengan yang dijajah, mesti gagal, karena tidak mungkin untuk mendasarinya dengan kompromi, ekonomi ........

Bab II, halaman 4:

.................. Dinegeri-negeri kolonial seperti Mesir, India-Inggris dam Pilipina imperialisme yang berguncangan ditunjang oleh borjuis nasional dalam negeri-negeri jajahan tsb. Tapi, di Indonesia tidaklah ada suatu kasta yang berarti, yang akan mampu mendukung dan menegakkan kembali keguncangan imperialisme Belanda.................

.................... Hal. 5: Seperti di India-Inggris dimana telah sejak bertahun-tahun kuat berdiri industri nasional, disana dapat dibangunkan jembatan, mula-mula antara kappital Inggris dan kapital nasional, sesudah itu antara jurang yang dalam antara politik imperialisme dengan politik nasional. Tapi politik imperialisme Belanda sejak permulaannya telah ditujukan untuk menghancurkan industri kecil dan perdagangan kecil nasional, terutama di Jawa. Penghancuran itu terjamin, apabila dengan sadar dipergunakan kapita Tionghoa sebagai “ganjel” diantara rakyat Indonesia dengan Belanda. Seua industri-industri Jawa mampus dimatikan dengan kekerasan, segera setelah tibanya imperialisme Belanda. Dengan itu musnahlah pula kecakapan dan daya-inisiatif orang Jawa, sifat-sifat mana diperlukan untuk membangunkan industri nasiona yang modern berdasarkan persaingan dan (hak) milik pribadi. Karena itu, dengan kemauan yang sebaik-baiknyapun imperialisme Belanda tidak akan menemukan titik-sambungan untuk melaksanakan kompromi ekonomi dengan orang-orang Indonesia. Dan oleh sebab itu sesuatu yang melayang diudara saja...........

Marx berkata: “Proletariat tidak akan kehilangan sesuatu apapun, melainkan belenggu-pengikatnya. Kalimat ini berlaku untuk Indonesia dalam artian yang bahkan lebih luas. Di Indonesia anasir-anasir non-proletariat nyatanya berada dalam keadaan penghidupan yang sama celakanya seperti buruh industri, karena tiada industri dan perdagangan nasional disini. Dalam suatu pertumbuhan antara imperialisme Belanda dengan rakyat Indonesia seseorang rakyat Indonesia tidak akan kehilangan sesuatu apapun. Di Indonesia kita dapat serukan kepada rakyat Indonesia: “Sdr-sdr tidak akan kehilangan apapun, kecuali belenggu-pengikat kalian !!!” .............

Hal. 8: “Politik Ekonomi Baru (N.E.P) sebagaimana gerakan mundur dalam tahun 1921 dinamakan di Rusia, tidak semata-mata terbatas berlaku untuk negeri itu. Juga dinegeri-negeri kapitalis yang termaju, seperti Jerman, Inggris dan Amerika, dimana rakyat untuk 75% terdiri dari pada kaum buruh, maka adanya milik perseorangan dan perdagangan bagi kaum borjuis cilik dan sekelompokan kaum tani, dalam permulaan revolusi, merupakan suatu keharusan! Teristimewa buat Indonesia “Politik Ekonomi baru” tsb, berarti sangat penting. Kapitalisme Indonesia adalah kapitalisme kolonial dan tidaklah tumbuh secara wajar organis dari dalam masyarakat Indonesia sendiri, sebagaimana halnya dengan yang terjadi di Eropa. Kapitalisme Indonesia dipaksakan dengan kekerasan oleh suatu negara imperialisme barat, untuk kebutuhan-kebutuhan barat diatas masyarakat timur  yang feodal ..................

Hal. 8: “Suatu dikatatur proletariat yang murni bagi Indonesia, terlebih-lebih bila masih belum timbul revolusi-dunia, dapat amat mengganggu kehidupan ekonomi. Akibatnya, jumlah terbesar dari rakyat, kaum non-proletaris, dapat diadu-dombakan dengan golongan buruh yang berjumlah kecil disini.

Untuk menjaga kehidupan ekonomi yang baik, maka dalam kemerdekaan nasional di Indonesia diberikan kesempatan kepada kaum non-proletariat (secara terbatas) memiliki hak milik perseorangan dan usaha-usaha kapitalistis. Bahkan lebih dari itu: negara haruslah membantu mereka secara moril dan material untuk meninggikan produksi. Tentu saja perusahaan-perusahaan besar harus segera dinasionalisasikan. Dengan demikian maka kegiatan ekonomi rakyat dikembangkan, tanpa memberikan kesempatan dan kemungkinan, bahwa akan timbul-muncul sesuatu kasta atau kelompokan golongan, yang akan memeras dan menindas kasta atau kelompokan golongan yang lainnya. Dengan demikian dapatlah dijaga dan diperlihara keseimbangan ekonomi diantara proletariat dengan non-proletariat.

Bila keseimbangan ekonomi bisa dipercepat, maka segi politiknya (= keseimbangan politiknya) akan datang sendirinya sedikit-banyaknya secara otomatis. Dengan sendirinya, kasta buruh Indonesia, sebagaimana halnya dengan dibidang ekonomi, pun dibidang politik tidak boleh berlaku terlalu jauh-maju. Sekalipun seandainya saja kasta buruh nantinya lebih banyak jasa dan bagiannya dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional, sekalipun demikian, tidaklah dapat mereka mengabaikan begitu saja kaum non-proletariat tsb. Terlebih-lebih jika kaum non-proletariat itu memiliki saham jasa dalam perjuangan yang sama atau lebih besar dari kasta buruh, tidak mungkin direka-rekakan tentangan sistem soviet buat Indonesia ini. Sebab, tidak pernah boleh kita lupakan, bahwa kasta buruh ini berjumlah sedikit, kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan kaum non-proletariat berjumlah lebih besar dan obyektif adalah revolusioner, dan kecuali itu hampir semuanya merupakan pemilik cilik. Karenanya dalam Indonesia merdeka dengan satu atau cara kepada kaum non-proletariat haruslah diberikan kesempatan untuk mengeluarkan suara mereka.

Segala sesuatunya itu akan lebih baik berlaku, kalau kasta buruh dalam perjuangan kemerdekaan merupakan barisan terdepan dari seluruh rakyat. Dengan itu, maka perusahaan-perusahaan besar akan jatuh ke dalam tangan-kekuasaannya dan seimbang dengan itu, kekuasaan politik yang ada. Suatu perseimbangan politik dengan kaum non-proletariat dengan mudah akan dapat diadakan, hal mana buat Indonesia merdeka merupakan suatu soal yang nilai kepentingannya sungguh tidak terkirakan besarnya ..............  

(Hal. 12): Kepentingan kemerdekaan itu sendiri mensyarakatkan, bahwa juga kaum non-proletariat (kaum tani, pedagang kecil, pengusaha kecil, intellegensia) harus diberikan keuntungan-keuntungan ekonomis, dikala kasta buruh menasionalisasi perusahaan-perusahaan besar. Karena boleh dikatakan tidak ada kapital nasional yang perlu mengkuatirkan politik nasionalisasi dari kasta buruh, dan karena lebih dari 90% rakyat hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan, maka kerja sama antara kasta proletariat dengan non-proletariat sangat mungkin sekali. Dengan mendirikan lebih banyak industri-industri dan koperasi-koperasi negara, dengan bantuan yang sungguh-sungguh oleh negara terhadap kaum non-proletariat, maka perlahan jalan segala yang kecil akan melenyap untuk digantikan oleh perusahaan-perusahaan yang besar, didasarkan kepada syarat teknis yang lebih tinggi, milik umum dan kerja-sama gotong royong. Perusahaan-perusahaan kecil akan harus melihat, bahwa perusahaan-perusahaan negara kita lebih cepat, lebih baik dan lebih murah dapat menghasilkan dari pada mereka. Bilamana merka menyaksikan itu dan menyadarinya, maka secara suka dan rela mereka akan menyerahkan diri kepada perusahaan-perusahaan negara dan meninggalkan perusahaan-perusahaan mereka yang kecil-kecil itu.

Apabila proses ekonomi, ialah peleburan perusahan-perusahaan kecil ke dalam perusahaan-perusahaan negara  yang besar-besar dapat berlangsung secara selaras-damai di Indonesia merdeka, maka politik borjuis cilik lambat-launpun akan melenyaplah pula untuk bertukar dengan politik kasta buruh yang internasional. Adalah jelas, bahwa kaum non-proletariat Indonesia dewasa ini, sekalipun obyektif , tapi dalam politik sangat sempit nasional. Mereka hanya menghancurkan lenyapnya imperialisme, bukannya penghapusan (hak) milik ...............

Dimana kapital nasional tidak ada, disana kasta buruh industri –sebagai kasta termaju dan paling terkonsolidasi –merupakan satu-satunya kasta, yang mampu untuk menciptakan organisasi ekonomi dan politik yang tangguh dan dapat pula memasangkan tujuan yang dirumuskan secara tegas-jelas. Karena kaum non-proletariat di Indonesia tidak menghayati sesuatu kasta tertentu, sulitlah mereka akan merumuskan suatu tujuan kasta yang tertentu, apa lagi memberikan pimpinan yang tegak-tegap terhadap rakyat Indonesia ini. Ini dibuktikan dengan kegagalan-kegagalan dari partai-partai non-proletariat, seperti B.O., N.I.P dan S.I.

Jika kasta proletariat di Indonesia hendak merebut kemerdekaan, maka haruslah mereka mendapatkan dukungan segera dari buruh industri, yang dengan organisasi politiknya yang sadar dan sarekat-sarekat sekerjanya, akan mampu menghancurkan alat-alat ekonomi dan politik dari pada imperialisme.

Juga setelah merebut kemerdekaan nasional, kerja-sama erat dan kuat antara kasta proletariat dan kaum non-proletariat merupakan syarat yang diharuskan. Bila kerja-sama itu terputus, atau lebih buruk lagi, bilamana kaum non-proletariat itu menjadi musuh dari buruh industri, maka kemerdekaan nasional itu hanyalah merupakan jalan menuju keperbudakan nasional yang baru. Tidak jauh dari Indonesia beradalah maling-maling internasional, seperti imperialisme-imperialisme Inggris, Amerika dan Jepang, yang setiap saat menunggukan kesempatan mereka yang sebaik-baiknya untuk memberikan pukulan. Selama Indonesia dari dalam tetap utuh dan bersatu, selama itu pula mereka akan pikir-pikir panjang dulu sebelum menjangkaukan tangannya kemari. Tapi, begitu timbul kericuhan-kericuhan di dalam, akan segeralah mereka mendapatkan jalan untuk buat kesekian kalinya melaksanakan politik devide et empera-nya. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau-pulau yang berada pada tingkat-kebudayaan yang berlain-lainan, merupakan padang petualangan yang bagus buat maling-maling internasional.

Daerah luar Jawa yang lebih bersifat borjuis-cilik dengan baik sekali akan diadu-dombakan dengan pulau Jawa yang bersifat lebih-proletaris. Keadaan seperti yang berlaku di Tiongkok, Mexico, dan Amerika Latin akan merupakan wajah gelanggang perjuangan di Indonesia pula: hasutan-hasutan imperialisme dan perang-saudara yang timbul dari waktu kewaktu.

Yang demikian itu haruslah dapat kita cegah!!! Tentulah tidak dengan wejangan-wejangan kata-kata yang muluk-muluk. Hanya suatu program, yang sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan materiil. Bagi seluruhnya rakyat dan dilaksanakan dengan sejujur-jujurnya dapat membina solidaritas nasional. Suatu solidaritas yang tidak saja akan mampu menggulingkan imperialisme, tapi juga untuk mengusirnya buat selama-lamanya dan pada akhirnya membuka jalan buat kemenangan revolusi ................

.......... Hal. 13: Kecuali dari kebenaran program kita maka sukses kita bergantung pula dari kejituan strategi dan taktik kita di dalam perjuangan. Dua kata ini berhubungan satu dengan lainya dalam hubungannya yang tiada terpisahkan satu dengan lainnya. Taktik adalah sebagian dari strategi. Taktik berhubungan dengan operasi  kita disuatu tempat pada suatu waktu. Strategi adalah jumlah operasi-operasi  kita sepanjang seluruhnya periode tingkat revolusi. Pukulan taktis adalah penggunaan sebagian kekuatan-kekuatan kita atau keseluruhan kekuatan kita tapi hanya untuk sesuatu tujuan yang terbatas. Pukulan strategi adalah pukulan penghabisan, dimana kita melemparkan dan mempertaruhkan segala kekuatan kita untuk memperebutkan kemenangan strategi, ialah: untuk mematah-patahkan hubungan organisasi lawan dan kemudian menghancurkannya. Suatu pukulan taktik harus dilakukan dengan sadar dan dengan persiapan-persiapan dan kesiapan-kesiapan yang sebaik-baiknya. Ia tidak merupakan suatu pukulan yang tersendiri-terpisah, melainkan adalah merupakan persiapan dan bagian dari rangkaian pukulan strategi. Masih harus didahului oleh banyak sekali pukulan-pukulan taktik disini sebelum dapat mulai dipikirkan pukulan strategi.  

Pukulan strategi yang menentukan menjamin kemungkinan-kemungkinan hasil yang lebih baik, jika kita dalam pukulan-pukulan taktik sebelumnya terbukti menunjukkan keberanian, ketangkasan dan keuletan. Itu tidak berarti, bahwa dalam perjuangan kita harus ngotot habis-habisan walaupun bagaimana. Tapi, kita harus tahu untuk mundur, dimana ternyata lawan kuat dan bisa menggunakan kemenangan yang diperoleh, dimana lawan terpukul-kalah disebagian dari medan-pertarungan yang berlangsung! ............

Bilamanakah kita dapat memulai melancarkan pukulan strategi, tidak saja tergantung dari pada mutu organisasi-organisasi kita, tapi juga kepada keadaan politik-ekonomi, baik di dalam maupun di luar negeri. Tapi pukulan strategi itu akan lebih mungkin berhasil, bila kita dapat menyelesaikan setiap aksi politik dan ekonomi sebelumnya dengan sukses. Itu berarti, bahwa kita, jikapun tidak dapat merebut kemenangan sepenuhnya, kita harus dapat sebanyak mungkin menghindari kekalahan, dimana organisasi-organisasi kita akan dapat dilumpuhkan untuk masa yang lama. (Tentulah tidak dengan menghindari pertarungan dan mengajar ilusi kepada kasta buruh seolah-olah dalam masyarakat kapitalis, perjuangan itu dapat dihindari, melainkan dengan persiapan yang bersemangat dan ketangkasan ). Adalah benar, bahwa sesuatu kemenangan politik atau ekonomi dalam masyarakat kapitalis adalah bersifat relatif, tapi kalau kekalahan dari sesuatu organisasi kita mengakibatkan organisasi kita tiada berdaya untuk waktu lama, maka datangnya pukulan strategi sendirinya diperpanjang pula.

Dilain pihak, jika salah satu diantara organisasi politik atau ekonomi kita mendapatkan kemenangan taktis, maka tidak hanya organisasi yang bersangkutan itu sendiri yang mengalami akibat-akibatnya yang menguntungkan, tapi pula keseluruhan barisan-barisan  yang ada. Seimbang dengan itu, maka kepercayaan pada pimpinan, keyakinan terhadap kemenangan yang terakhir dan semangat perjuangannya menaik pula ................

Halaman 15: Didalam setiap perjuangan, inisiatif mempunyai nilai yang besar. Pihak pertama-tama mengambil inisiatif memiliki keuntungan yang besar sekali diatas lawannya. Karena dia beraksi terlebih dahulu dan dengan demikian menimbulkan keadaan-keadaan baru pada lawannya. Lawannya dengan demikian tidak dapat memikirkan rencananya secara bebas, tapi terikat oleh keadaan-keadaan baru yang ada itu. Dengan demikian, maka rencana mereka yang menunggu-nunggu dapat dihancurkan oleh pihak yang mengambil inisiatif. Pengambil inisiatif menguasai kemauan dan tindakan-tindakan lawannya yang terpaksa tetap pasif dan menunggukan serangan-serangan sipengambil inisiatif tsb.

Jika kita di dalam perjuangan  kita tidak yang pertama-tama mengambil inisiatif, maka lawanlah yang akan berbuat demikian. Dengan begitu lawan dapat keuntungan untuk mengendalikan kemauan dan tindakan-tindakan kita hingga kita dipaksakan untuk bersikap pasif yang melumpuhkan. Jika seandainya reaksi bermaksud untuk penghancuran terhadap salah satu organisasi politik atau sarekat sekerja kita dan dia yang permulaan ambil inisiatif, maka kita akan merasa tertekan dan bimbang, karena kita tidak tau bagaimana dan bilamana lawan hendak melancarkan kehendaknya itu. Tapi, jika kita hendak menangkisnya dengan mengambil inisiatif terlebih dahulu, maka kecuali keuntungan moril kita akan memiliki keuntungan lain, yaitu, bahwa kita dapat menguasai rencana yang semula dari pihak lawan atau bahkan mungkin dapat menghancurkannya.

Bentuk perjuangan yang merebut inisiatif ialah offensip. Pihak yang melancarkan serangan terlebih dulu, memegang inisiatif ditangannya dan menguasai kemauan dan langkah-langkah dari lawannya.

Bentuk offensip yang terbaik adalah, offensip yang dilancarkan secara defensip. Politik revolusioner kita di Indonesia dilakukan secara defensip. Sekalipun sasaran tujuan kita tidak kurang dari pada penghapusan imperialisme dan kapitalisme kita dipaksakan oleh keadaan untuk melancarkan serangan-serangan kita dalam bentuk pembelaan! Kita mempersiapkan suatu serangan apabila kita mulai diancam dan diserang. Diatas peraturan-peraturan yang reaksioner dari lawan kita dasarkan agitasi kita, protes atau tuntutan-tuntutan, yang mendekati tujuan terakhir kita selangkah demi selangkah.

Pada pukulan terakhir yang menentukan, kita hanya dapat merebut kemenangan, jika kita ambil inisiatif terlebih dulu dan mempertahankan inisiatif itu senantiasa. Agar pukulan yang terakhir menentukan itu dapat mengujudkan tujuan kita, organisasi-organisasi sarekat dan politik kita harus sejak semula dan sekarang memiliki dan menguasai semangat offensip.............

Tujuan dari setiap offensip adalah, dengan mendadak dan dengan kekuatan terpusat sebesar mungkin memukul tempat dan segi pertahanan lawan yang terlemah dengan tujuan untuk mengkorat-karitkan hubungan keorganisasiannya dan pada akhirnya menghancurkannya sama-sekali.

Organisasi-organisasi perjuangan kita yang terpenting, –sarekat massa dan politik, –harus cepat-cepat digiring ketempat-tempat yang diperlukan pada sat-sata, dimana dan bilamana kita dapat memukulkan kerugian-kerugian yang terbesar terhadap musuh, jadi dimana lawan menempatkan kekuatan-induknya............   

Hal. 25: Tiada negeri koloni lain yang begitu diperas seperti Indonesia, karena di tempat-tempat lain itu, seperti Mesir, India dan Pilipina, atau yang setengah jajahan seperti Persia dan Tiongkok, setidak-tidaknya sebagian dari keuntungan tetap berada di dalam kantong-kantongnya borjuis nasional,yang setidak-tidaknya akan dipakai di dalam negeri. Sekalipun seandainya Amerika atau siapa saja kelak meminjamkan berjuta kepada Indonesia atau menanam modalnya di Indonesia krisis ekonominya dengan demikian belum lagi bisa di perbaiki. Karena jutaan uang  tsb saban tahun minta bunga yang  juga jutaan yang harus dihisap dari rakyat pekerja Indonesia yang mengalir keluar negeri pula llagi.

Hal. 26: Dengan kesengsaraan yang semakin memuncak dari rakyat Indonesia maka setiap saat dapat mencetus dan meluas kegiatan-kegiatan ekonomis dan politis dari massa...................

................ Namun kita tidak berilusi, seolah-olah jalan kedepan yang kita lalui adalah pendek dan datar. Gelap, panjang, sulit dan penuh dengan rintangan adalah jalan menuju ke kebebasan. Dikiri-kanan kita telah mendengar bisikan kawan-kawan yang bimbang-ragu: apakah ini akan kita teruskan???

Adalah berat kerja pendidikan diantara massa yang dari abad ke abad, baik dari pemerintah sendiri maupun asing tidak pernah mengalami lain kecuali hinaan dan pukulan-pukulan tongkat. – massa yang menjadikan merangkak-rangkak dan memohon-mohon sebagai kebiasaannya dan yang mencari-cari penyelesaian dari semua persoalan-persoalan penghidupan ke dalam tahayul, ketiada percayaan dan pikiran-pikiran budak.

Adalah berat untuk bekerja mendidik di bawah suatu kekuasaan yang tidak ragu-ragu untuk mebohong, memperkosa hukum-hukum yang dibikinnya sendiri, menginjak-nginjak hak-hak rakyat dan menggunakan cara-cara paksaan yang sekurang ajar-kurang ajarnya suatu kekuasaan yang beruntung memiliki alat-alat penindas yang modern diatas rakyat timur yang penurut.............

Adalah berat melangsungkan perjuangan dengan suatu kekuatan, tiada bersenjata, kehabisan tenaga dan dikelilingi dengan pengkhianatan, berhadapan dengan kekuasaan yang mempunyai tenaga-tenaga emas dan lain-lain alat dan syarat.................

Tapi: Perkasa kuasalah kebenaran ! Kebenaran kita ! Pertentangan antara yang menguasai dengan yang dikuasai, dialektikdari pada perkembangan kapitalisme, adalah merupakan kekuatan-kekuatan yang mendorong-maju dalam perjuangan revolusioner kita, -- kekuatan pendorong yang membangun-tegakkan yang jatuh dan menyengat-semangatkannya kembali dan memberikan kemenangan bagi yang kuat-perkasa.

Kesengsaraan yang semakin mendalam, reaksi yang semakin kurang ajar , justru akan bahkan tambah memperkuat barisan-barisan kita dalam tempo yang lebih cepat lagi dan memperlemah barisan lawan.

KEPADA KAUM INTELEKTUIL KITA BERSERU:

Juga barisan-barisan sdr-sdr akan terkena pedang kesengsaraan. Akan tiba pula waktunya bahwa kapitalisme yang sekarang masih dapat memakai tenaga-tenaga sdr-sdr akan melemparkan sdr-sdr juga sebagai buah jeruk yang telah habis-kering diperas. Penyakit kapitalis, krisis, juga tidak akan dapat sdr-sdr hindari. Juga sdr, seperti juga halnya dengan ribuan rekan-rekanmu di Jepang, India dll, akan ditekan menjadi kasta intellegensia proletariat.

Tidaklah sdr-sdr mendengar teriakan kebebasan yang semakin keras dari pada massa di Indonesia? Tidakkah sdr-sdr menampak massa itu perlahan-lahan melangkah maju kedepan dalam perjuangannya yang mahaberat itu?

Apakah sdr-sdr akan tetap menanti-nanti begitu lama, sampai pembebasan itu nanti hanya sendirian saja dapat diperebutkan oleh massa, sedangkan sdr-sdr toh juga akan ikut-serta mengenyam buah kebebasan itu nanti? Tidak, demikian massa bodoh dan demikian rendah tentulah sdr-sdr tidak apat. Tapi segera, hingga golongan sdr-sdr kelak dengan bangga dapat menyatakan “Sayaikut serta juga memperjuagkan kebebasan ini !”

Dalam badai topan revolusioner yang sedang pasang, sdr-sdr akan mengenal massa Indonesia, segi-seginya yang baik dan segi-seginya yang buruk, kekuatannya dan kelemahan-kelemahannya. Disanalah sdr-sdr akan mendapatkan kesempatan ikut-serta menekan dongkrak revolusioner dengan kesanggupan-kesanggupan moril dan intelektuil sdr-sdr! Disanalah sdr-sdr akan menyadari, betapa bahagianya untuk mengabdikan diri kepada kerja-perjuangan kemasyarakatan dan bertarung untuk dan dengan massa rakyat. Disanalah sdr-sdr akan merasakan betapa mati-kosongnya hidup individual masing-masing untuk diri sendiri-sendiri dari masyarakat kapitalis ........

 

(KUTIPAN-KUTIPAN DARI “MASSA-AKSI” 1926)

KATA PENGANTAR

Ketiadaan kaum modal bumiputera yang sifatnya hampir bersamaan dengan imperialisme Belanda (sama-sama mau menggencet buruh dan tani) menyebabkan immperialisme Belanda sukar sekali membereskan krisis ekonomi di Indonesia. Dimanakah ada di Indonesia tuan-tuan tanah bumiputera seperti di Mesir, India dan Pilipina yang dapat menunjang kaum imperialis untuk membela kepentingan-kepentingan ekonomi mereka? Dan dimanakah ada kaum modal bumiputera yang kuat, yang meminta-minta kekuasaan dalam politik perekonomiannya seperti di India?

Melindungi modal bumiputera sebagiannya bukanlah sama juga artinya dengan melindungi modal bangsa asing? Didalam nisbah sekarang ini nyatalah, bahwa tiap pemerintahan bangsa Indonesia haruslah tunduk kepada kemauan modal asing yang besar-besar. Dan pemerintahan seperti itu tak akan diakui sebagai dari rakyat dan oleh rakyat.

Dengan pendek Indonesia tak mempunyai faktor-faktor ekonomi, sosial maupun intelektuil buat melepaskan diri dari perbudakan ekonomi dan politik di dalam lingkungan imperialisme Belanda.

Indonesia dapat menaikkan ekonominya jika kekuasaan politik ada ditangan rakyat. Dan Indonesia akan mendapat kekuasaan politik tidak dengan jalan lain, melainkan dengan “akal politik yang revolusioner, lagi teratur, dan yang tidak mau tunduk.”

Kalau penjajahan Belanda selama 300 tahun itu tidak berupa perampokan (membunuh industri bumiputera semati-matinya) niscaya derajat kaum intelektuil kita jauh berbeda dari keadaan sekarang! Dan kita tentulah mempunyai semangat kecerdasan (intllegensia) yang menurut asal, didikan dan perasaan menjadi pemuka dari tuan-tuan tanah, industri, saudagar dan pegawai bumiputera. Pun juga akan timbul pergerakan “demokrasi” dan “kemerdekaan nasional” yang “bersifat kerja sama” (kompromis) dengan bangsa Belanda atas pertolongan buruh dan tani seperti di India, Mesir dan Pilipina lebih kurang.

Atas ketiadaan kaum modal bumiputera intellegensia kita tak kuat berdiri. Ia melayang-layang diantara rakyat dengan pemerintah.

(Massa Aksi I-II-III)

Tidak dimaksud bahwa kita selamanya membelakangi Dewan Rakyat. Sebaliknya, bila besok atau lusa kita dapat kesempatan dengan jalan pemilihan yang langsung menduduki Dewan Rakyat, kewajiban kitalah memasukinya. Sungguh kita berbuat keliru dan penakut, bila tidak bertindak begitu. Tetapi belum semenit juga, kita bermaksud mau bekerja bersama di dalam Dewan Rakyat dengan perampok gula, pencuri minyak dan penyamun getah! Kita terpaksa memasukinya akan menentang melakukan aksi opposisi dan menambah keberanian, dan memecahkan topeng dan kita pergunakan Dewan Rakyat sebagai “Pengadilan Rakyat” dan merintangi tindakan pemerintah dari dalam. Dengan berbuat demikian dapat kita sekedarnya mendidik rakyat yang tak boleh menuliskan dan menyebutkan politik di luar Dewan Rakyat itu.

Mempergunakan cara yang sangat bertentangan dengan yang tersebut diatas, kita sanggup anggap satu kebodohan pula, yang lebih banyak merugikan usaha kemerdekaan seperti yang dipikir-pikirkan oleh kebanyakan bangsa kita. Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan “putch” atau “anarkisme” hanyalah impian seorang yang lagi demam. Dan mengembangkan kepercayaan itu diantara rakyat satu perbuatan yang menyesatkan, disengaja atau tidak.

“Putch” itu satu aksi segerombolan kecil yang bergerak diam-diam dan tak berhubungan dengan rakyat banyak. Gerombolan itu biasanya membuat rancangan menurut kemauan dan kecakapan sendiri dengan tidak memperdulikan perasaan dan kesanggupan massa. Ia sekonyong-konyong keluar dari guanya dengan tidak memperhitungkan lebih dulu, apakah saat untuk bermassa-aksi sudah matang atau belum. Dia menyangka, bahwa sekalian lamunannya tentang massa benar sama sekali. Dia lupa atau tak mau tahu, bahwa massa hanya dengan berturu-turut dapat ditarik reaksi politik yang keras (secara modern!) dan pada waktu sengsara serta penuh reaksi yang membabi buta. “Tukang-tukang putch” lupa, bahwa saat revolusi, yakni apabila massa-aksi berubah menjadi pemberontakan bersenjata tak dapat ditentukan “berbulan-bulan” lebih dulu, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh seorang “tukang-tenung”. “Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai-bagai keadaan.” Bila tukang-tukang putch pada waktu yang telah ditentukan oleh mereka sendiri, keluar tiba-tiba (seperti Herr Kapp tukang putch yang termasyur itu), massa tidak akan memberikan pertolongan kepada mereka. Bukan karena massa bodoh atau tidak-memperhatikan, tetapi karena “massa hanya berjuang” untuk kebutuhan yang terdekat dan menurut jalan kepentingan ekonomi.

Tiada satu kemenangan politik hingga sekarang diperoleh oleh massa (bukan oleh segerombolan militer!) jika tidak dengan aksi ekonomi dan politik!.....................

.................... Massa-aksi tak mengenal fantasi hampa seorang tukang putch atau seorang anarkis atau perbuatan berani dari salah seorang pahlawan. Massa-aksi dari orang banyak untuk memenuhi kehendak ekonomi dan politik mereka. Ini disebabkan oleh kemelaratan yang besar (krisis ekonomi dan politik) dan setiap ketika mungkin berubah menjadi kekerasan. Satu partai yang berdasarkan massa-aksi yang tersusun, mesti kuasa membawa massa-aksi yang memecah itu kepelabuhan yang tenang dan aman.

Sebagian dari massa-aksi menunjukkan dirinya dengan “pemogokan atau pembekotan”..........

............ Pembekotan pajak yang dianggap jadi aksi itu di Indoea tak pernah dilakukan, karena kekuatiran borjuasi kepada akibat revolusioner. Di Indonesia pembekotan pajak satu senjata ekonomi politik yang sangat sakti.

Tetapi perbuatan seperti itu berarti “mendurhaka kepada undang-undang”, dan hanya terjadi dalam keadaan-keadaan revolusioner dan di bawah pimpinan satu partai revolusioner yang kuat betul..............

.................. Demontrasi politik ditunjukkan dengan massa yang berbaris disepanjang jalan raya dan digedung rapat, dengan maksudmemajukan protes atau memperkuat penagihan politik dan ekonomi, dan menunjukkan kepada musuh berapa besarnya kekuatan kita. Bila “semboyan dan penagihan” sungguh dituruti oleh massa, demonstrasi politik dapat jadi gelombang hebat, yang makin kuat meruntuhkan benteng-benteng ekonomi dan politik dari kelas yang berkuasa...............

................ Dinegeri yang berindustri sebagai Indonesia “massa-aksi” yakni boikot, mogok, dan demonstrasi, boleh dipergunakan lebih sempurna sebagai senjata yang tajam sekali (di India tak terjadi, sebab bumiputera yang berkapital takut kepada pemogokan umum dan kekuasaan politik dari kaum buruh, ketakutan mereka tak berbeda dengan borjuasi Inggris).

............... Bila satu partai revolusioner berhasil menyuruh kaum buruh yang berjuta-juta meninggalkan pekerjaannya, dan yang bukan buruh tak mau bekerja bersama dan seluruh rakyat berdemonstrasi menuntut hak ekonomi dan politik dengan tidak melemparkan sebutir batu kecilpun kepada pegawai pemerintah, niatnya akibat politik moril dari aksi itu sangat besar artinya. Ia akan mendatangkan keuntungan besar dalam perjuangan politik dan moril, lebih besar dari pada 100 pemberontakan Jambi, atau huru-hara, pembunuhan yang reka-reka dan dikerjakan oleh anggota-anggota “bagian B” dan tukang-tukang putch yang gagah .........

Hak-hak manusia yang asli seperti mogok (menolak penjualan tenaga sendiri), boikot (menolak kerja bersama, membeli atau menjual barang-barang) dan hak berdemonstrasi (mengumumkan cita-cita) akan lenyap selama-lamanya dari bangsa Indonesia, kalau dibelakang tiap-tiap orang Indonesia berdiri serdadu imperialis yang bersenjata.

Kelebihan massa-aksi dari pada putch, ialah dengan yang pertama perjuangan kita selamanya dapat dijaga, sedang dengan yang kedua, kita memperlihatkan diri kepada musuh. Didalam massa-aksi “pemimpin boleh berjalan sekian jauh menurut kepatutan yang perlu diwaktu ini”. Ia selamanya dapat menentukan berapa jauh ia boleh mengadakan tuntutan politik dan ekonomi dengan tidak menanggung kerugian besar (pengorbanan mesti ada dalam tiap-tiap massa-aksi). Dan dengan tidak kehilangan hubungan dengan massa dan antara massa itu sendiri. Dengan pertempuran sekonyong-konyong yaitu tindakan keras tykang-tukang putch, yang disengajanya terhadap musuh, mereka dari awalnya gampang diserang musuh. Pemimpin massa-aksi dengan memegang “peta-perjuangan” ditangannya dapat mempermainkan musuh dengan jalan maju selangkah-selangkah, dan kemudian sekali menggempur habis-habisan.

Massa-aksi membutuhkan pemimpin yang revoluioner, lagi cerdas tangkas, sabar dan cepat menghitung kejadian yang akan datang, dan waspada politik. Juga ia mesti bekerja dengan tenaga nasional yang sudah ada dan tidak mengharapkan kekuatan dalam lamunan. Selanjutnya ia mesti mengetahui tabiat massa yang dipimpinnya (mengetahui waktu dan cara bagaimana reaksi rakyat terhadap kejadian-kejadian politik dan ekonomiu!).

Ia harus pandai pula bersemboyan yang menggemberikan rakyat, sehingga menarik “kemauan massa” berubah menjadi “perbuatan massa”. Selain dari itu kedudukan politik dan ekonomi mesti diketahuinya betul-betul dan pandai mempergunakannya dengan tidak ragu-ragu. Disebabkan kelas yang berkuasa (pemerintah) mempunyai laskar yang lengkap dan senantiasa bersedia, maka kecakapan dan ketangkasan mempimpin dari gerakan modern – pemimpin massa-aksi mesti mempunyai pengetahuan yang praktis, tentang politik dan ekonomi dari negeri serta psychology rakyat dan kemudian pandai menghitung kejadian-kejadian politik yang terjadi. Terlebih lagi pemimpin itu mesti dapat mempergunakan “waktu” dengan lekas dan benar dan mempergunakan sekalian pertentangan di dalam masyarakat kapitalistis juga dalam laskar) yang dapat mendatangkan keuntungan

Jadi kalau “tenaga bodoh” (seperti dizaman feodal) dapat mengadakan putch seorang pemimpin pergerakan massa yang modern harus seorang manusia cerdas dan bijaksana massa (hal. 47 s/d 50).

Sesungguhnya kwaliteit pemimpin itu sendiri yang menyebabkan maka partai-partai borjuis Indonesia “beriring-iringan patah ditengah”. Penganjur-penganjur seperti Dr. A. Rivai dan Dr. Tjipto niscaya akan memegang rol yang jauh berlainan sekali di dalam gerakan kemerdekaan Indonesia, jika sekiranya disini ada kapital besar kepunyaan bumiputera. Lambat laun dengan sendirinya mereka akan sampai kepada program nasional borjuis yang dengan perantaraan satu “organisasi” dan taktik yang cocok, sebagian atau sama sekali dapat diwujudkan.

Karena kapital besar bumiputera tidak ada, program nasional dan organisasi mereka sebagai partai borjuis tak kuat hidup langsung. Mereka dibesarkan oleh pendidikan borjuis secara barat hingga tidak ada hubungannya dengan massa Indonesia, dan tidak berperasaan akan mencari logika untuk mendapat program nasional yang proletaris. Partai borjuis yang didirikan dengan perlahan-lahan lenyap sama sekali, hidup enggan mati tak mau atau “namanya” saja yang hidup terus...............

............. Pekerjaan “illegal” penuh dengan bahaya. Sambil lalu hal itu patut dan mesti juga bisa kita uraikan disini. Pekerjaan legal, dan pekerjaan legal sajalah yang melahirkan organisasi, pembicara, organisator dan pemimpin. Majalah, partai dan pidato-pidato yang legal dapat mendidik bangsa kita yang tercecer itu dengan cara yang berfaedah sekali jadi ahli politik dan menghidupkan pikiran umum revolusioner yang perlu itu. Sebaliknya di dalam satu negeri yang sedang dalam transformasi sebagai Indonesia, pekerjaan illegal mudah sekali terperosok ke dalam anrkisme, huru-hara, atau mempercayai jimat yang sangat merugikan itu. Sekalian yang bersangkutan dengan organisasi dan ideologi yang sudal lama kita peroleh, akan lenyap kembali disebabkan illegaliteit yang tidak pada waktunya. Provokasi lawan, mudah menjatuhkan pemimpin-pemimpin kita yang kurang pengalaman dan menghancurkan organisasi sama sekali.

............... Apakah kita telah matang bekerja di bawah tanah? Pertanyaan seperti itu berulang-ulang timbul dikepala kita. Ini berhubungan dengan soal pernahkah kita mempunyai tenaga yang cukup di dalam partai yang tidak mengindahkan sekalian rintangan setia menjalankan massa-aksi yang teratur. Seterusnya apakah pendidikan Marxistis benar dan cukup lama kita jalankan, hingga kaum buruh kita sudah mempunyai ketetapan Marxistis dan kelemasan Leninistis? Bila hal ini tidak dan belum terjadi niscayanya satu illegaliteit yang dipaksa akan menimbulkan kekacauan dalam seluruh pergerakan revolusioner di Indonesia. Kaum yang bukan revolusioner akan memegang kemudi dan menuntut partai kepada putch atau anarki dan akhirnya hancur sama sekali. Bahaya ini akan sekamin besar karena pemimpin revolusioner yang ulung dan berpengaruh atas massa, sebentar-sebentar dibuang dari Indonesia, sedang sikap reaksi tambah sengit.

Sekarang bukan perlu kepada keberanian semata-mata tetapi terlebih lagi “pengetahuan revolusioner dan kecakapan mengambil sikap revolusioner” (hal. 57-62-63).

 

Kutipan dari Manifesto Jakarta 1945

Strategi & Taktik

Tetapi tiada bisa disimpan di dalam hati saja, bahwa kita sekarang merasa amat malang, karena sampai sekarang belum juga mendapat keterangan yang cukup dan sah tentang keadaan yang sebenarnya terhadap gerakan ekonomi sosial politik dunia tadi.

Tetapi akan lebih malanglah kita kalau, “taksiran” tiada dijalankan sama sekali. Lebih baik mempunyai taksiran yang berdasarkan bukti kurang sempurna, dari tak mempunyai taksiran sama sekali. Bukanlah sesuatu “sikap” mesti didasarkan atas suatu taksiran? Bukanlah pula sikap yang pasti, yang dijalankan serempak, walaupun berdasarkan bukti yang kurang cukup, lebih baik dari pada sikap laksana “pucuk pohon aur” yang terkenal ditiup angin kian kemari, walaupun sikap tadi berdasarkan bukti yang sempurna?

Tentulah sikap yang sempurna itu ialah sikap yang berdasarkan atas bukti yang telah sah serta cukup dan yang dijalankan serempak – serempak dengan teguh tetap. Kebenaran inipun tak perlu dibubuhi komentar. (hal. 1,2).

Keadaan Kini (Agustus 1945)

Nippon akan meninggalkan Indonesia. Dalam tiga tahun di bawah pimpinan Balatentara Nippon, Indonesia mendapat perubahan yang maha hebat. Sejarah Indonesia belum pernah memperlihatkan perusakan semacam itu. Ekonomi yang dahulu berdasarkan imperialisme dalam waktu damai (mendapat bahan-bahan di Indonesia buat Negara Ibu: menjualkan barang pabrik yang didatangkan oleh Negara Ibu di Indonesia, menanam modal di Indonesia) sekarang dibelokkan menjad ekonomi perang, perusahaan barang buat dikirim ke Luar Negeri (gula, getah, teh, kina, kopi, arang, minyak tanah, timah dan lain-lainnya) sekarang dipakai buat keperluan perang.

Banyak perusahaan dikurangi karena hasilnya tak bisa dikirim keluar (teh, kopi, getah, dll) tetapi pula perusahaan lain yang diperluas (besi, baja, mesin, obat-obatan, dll) dan perusahaan baru didirikan (perkapalan). Sosial mendapat pergoncangan luar biasa.

Berjuta-juta tani dijadikan romusha (prajurit pekerja) yang dikirim keseberang atau dikerahkan diseluruh Jawa. Hampir tak ada lagi pemuda atau yang tua kuat yang terlepas dari ikatan disiplin, perusahaan (industri ataupun perusahaan negara, Keibodan). Banyak pula saudagar kecil ataupun bekas jurutulis dan studen yang menjadi majikan, saudagar ataupun tukan catut. Dalam Jabatan Negara pun banyak sekali pekerjaan yang tinggi-tinggi yang dahulu dipegang oleh Belanda saja, dipindahkan ketangan Indonesia. Jadi dalam 3 tahun saja, tani menjelma menjadi prajurit perang dan pekerja, juru tulis dan studen menjadi pedagang, bekas pemimpin pergerakan di “Hindia Belanda” menjadi  pegawai negara tinggi ataupun rendah. Bukan puluhan tahun perlu buat penjelmaan sebesar itu, seperti dimasa damai tetapi cuma dalam tiga tahun saja, inilah pencaroba sosial yang sehebat-hebatnya di dalam sejarah Indonesia.

Dalam keadaan begini, maka pada tanggal 17 bulan 8 tahun 1945 ini, Indonesia menyatakan kemerdekaannya kesekalian umat manusia di dalam dan di luar Indonesia. Negara Indonesia yang merdeka itu ialah sebuah republik kesatuan dan kedaulatannya diakui terletak ditengah rakyat.

Sekutu dan Republik Indonesia

Republik Indonesia tadi tiadalah barang yang direbut dari tangan siapapun juga. Dia didirikan pada saat yang istimewa. Saat yang seolah-olah jatuh dari langit yakni pemegang kekuasaan yang lama akan berangkat (Nippon), tetapi belum berangkat, dan pemegangnya yang baru, akan tiba tetapi belum lagi sampai. Rakyat Indonesia cuma mengambil haknya yang memang haknya sendiri dalam saat yang istimewa. Dia ambil haknya, hak tiap-tiap bangsa. Ketika diambil maka hak itu terlantar saja,  belum direbut oleh yang tidak berhak. Hak itu ialah hak kemerdekaan yang oleh filsafat politik modern sudah diakui sebagai hak mutlaknya, sebagai geboorte-recht (birth-right) sesuatu bangsa, yakni hak hidup, tak lebih dan tak kurang. Selama bangsa Indonesia masih ada di Indonesia ini, maka menurut hukum dia berhak sepenuhnya atas tanah dan kemerdekaannya.

Bangsa Indonesia hidup atau mati bersama dengan tanah dan kemerdekaan tadi. Hak atas tanah dan kemerdekaannya itu tiadalah bisa dipindahkan ketangan bangsa asing atau dibagi pada bangsa asing. Hak ini akan bisa menimbulkan salah satu dari dua akibat: atau

1. Bangsa Indonesia lambat laun akan punah, seperti bangsa Australia asli atau Amerika asli mati kutu, merana dan terdesak seperti bangsa Indonesia di Semenanjung Malaka dan Borneo Utara;

2. Bangsa Indonesia akan bisa terus bertambah atau berkurang tetapi bercerai-berai hidupnya diseluruh pelosok dunia. Memang buat mengambil hak hidupnya kembali, bangsa Indonesia tak perlu malu ataupun minta maap pada siapapun juga. Tetapi apakah sekutu akan mengakui kemerdekaan ini?

Apakah Atlantic Charter akan mengindahkan bangsa Indonesia? Inilah pertanyaan yang akan dijawab oleh sejarah dihari depan. Jawabannya itu sebagian saja terletaknya ditangan sekutu, tetapi sebagian pula, ialah ditangan rakyat Indonesia sendiri.

Susunan Sekutu

Australia yang dalam perang ini terpaksa lebih rapat kepada Amerika dari pada ke Inggris, barangkali kalau diwaktu damai akan lebih asnti asing lagi dari pada yang sudah-sudah.

Sebenarnya proletar Rusialah dalam perang dunia kedua ini yang menahan  pukulan Jerman nazi maha dasyat itu, dengan sekuat-kuatnya dan segiat-giatnya (1941-1944). 3 tahun inilah yang sebenarnya memberi keputusan atas pertanyaan  apakah nazi Jerman atau persekutuan Demokrasi Komunis yang akan menguasai dunia. Dengan kekuatan Rusia, maka kolektivisme, kerja tolong-menolong, pertama kali menyatakan kekuatannya kepada dunia kapitalis dan perseorangan di abad ke 20 ini.

Rusia mempunyai kepentingan sendiri yang cuma bisa diselesaikan oleh Rusia sendiri. Begitu pula adanya Indonesia, ialah mempunyai kepentingan sendiri tang cuma bisa diselesaikan Indonesia sendiri. Seandainya Indonesia, begitu lemah dan menggantungkan dirinya kepada Rusia, maka sifat ini, seandainya Rusia mau menerima, tiada akan memberi hasil yang akan memuaskan Indonesia. Pertama kalinya jaraknya Indonesia dan Rusia amat jauh sekali. Kedua: diantara Rusia dan Indonesia terletak pula daerah Asia bukan bagian Rusia, ialah Hindustan dan Tiongkok 1945. Ketiga: Rusia sekarang dan lama tak akan bisa mengadakan armada yang akan bisa menandingi armada Amerika. Inggris yang sekarang menguasai dunia, apalagi Lautan Hindia dan Lautan Teduh, dan yang mempunyai pengalaman amat banyak sekali disemua lautan samudra. Percobaan Rusia dengan sebenarnya menyokong satu pemerintah Indonesia yang dipimpin dari Moskow, tentulah segera akan membawa akibat yang tiada diingini oleh Rakyat Indonesia sendiri: Inggris dan dan Amerika tentulah akan tampil kemuka dengan armadanya buat membela Indonesia yang begitu penting buat siasat perang dan buat segala bahan perang. Inggris dan Amerika bertumpu pada segolongan Borjuis dan Feodal Indonesia akan memakai Indonesia sebagai medan Peperangan buat mempertahankan kekuasaannya di lautan Hindia dan Lautan Teduh. Indonesia akhirnya akan menjadi jajahan atau jatuh kebawah pengaruhnya salah satu pihak yang menang.

Dititik dari penjuru ini maka dalam suasana dan dalam keadaan seperti sekarang sedikit sekali kemungkinan dimana Rusia akan mencoba mendirikan atau akan membantu dengan sebenarnya satu pemerintah Indonesia yang langsung dipimpin dari Moskow.

Sebaliknya pula Rusia akan lebih merdeka sikapnya terhadap Indonesia yang berdasarkan kedaulatan nasional, yakni terhadap Indonesia yang mendirikan pemerintahan yang berdasarkan atas kemauan Rakyat Indonesia sendiri dan tiada dibantu oleh Negara manapun juga di luar Indonesia.

Rusia yang mempusakai dasarnya komunisme yang akan membantu kemerdekaan jajahan sekarang bisa melaksanakan dasarnya itu dengan jalan yang tak kurang arti dan akibatnya, ialah dengan jalan diplomasi itu. Pengakuan republik Indonesia dalam suasana internasional sekarang ini adalah satu bantuan yang sebesar-besarnya. Bantuan yang lebih dari pada itu tiada akan menguntungkan Rusia dan pasti akan mencelakakan republik Indonesia merdeka sendiri. Marilah kita sebentar menoleh ke Tiongkok, yang banyak sekali menderita akibatnya politik imperialisme dan akibatnya perang dunia kedua ini. Negara begitu luas dengan penduduk yang begitu ramai, pintar dan rajin yang lama sebelum perang dunia kedua ini dalam kakacauan disebabkan oleh perang saudara yang berulang-ulang sangat membutuhi modal dan mesin.

Modal Tionghoa yang ada di Indonesia adalah saru perkara yang bisa mempertemukan republik Tiongkok merdeka dengan republik Indonesia merdeka.  Tiongkok butuh akan modal Tionghoa yang ada di Indonesia dan Indonesia akan banyak mendapat bahagia kalau modal Tionghoa itu dipindahkan dari Indonesia, bersama dengan sebagian besar Tionghoa yang berpengalaman yang dibutuhkan oleh Tiongkok baru. Dengan pemufakatan Tiongkok dan Indonesia dan bantuan dari kedua belah pihak bisa diadakan tindakan yang akan amat menguntungkan Indonesia dan Tiongkok keduanya. Selain dari pada kepentingan bersama seperti tersebut diatas keduanya sedang mempertahankan diri terhadap imperlialisme asing: kalau dipikirkan pula Tiongkok dan Indonesia mempunyai  bentuk negara  ialah bentuk republik yang berdasarkan kedaulatan rakyat maka sepantasnyalah kedua Negara itu bermufakat dan bersekutu menghadapi musuh bersama.

Akhirnya dalam perhubungan Tiongkok dan Indonesia mesti diperhatikan bahwa perasaan Tiongkok terhadap Indonesia tiadalah sama dengan perasaan HOAKIAU (Tionghoa seberang) umumnya terhadap Indonesia. Mereka di Tiongkok mempunyai pandangan yang lebih jauh dan hati yang lebih lapang, dalam dunia diplomasi; hal ini tiada kurang penting dari hal lain-lain kerapatan diplomat satu Negara dengan diplomat lain Negara karena banyak bersamaan faham, perasaan dan adat tingkat laku tak sedikit artinya dalam daya upaya merapatkan negara yang merdeka dari masing-masing wakil tsb. Demikian sekedar penyelidikan yang jauh dari pada sempurna tentang sekutu yang akan berhadapan dengan kita.

Sebagai kesimmpulan dari penyelidikan diatas dan yang jauh dari sempurna itu, maka mungkin sekali Inggrislah dengan bantuan mulut dari pihak Belanda yang akan mengambil tindakan yang agresif atau ceroboh terhadap Indonesia buat kapitalis dan imperialis Inggris Republik Indonesia Merdeka, apalagi mengingat semenjanjung Malaka dan Borneo Utara adalah satu perkara penting buat pembangunan British Empire dan mempertahankan diri dan muka sebagai first-power atau negara kelas 1.

Indonesia Setelah Perang Dunia II Ini

Amat kekurangan benda yang berupa mesin, perkakas, mas intan pakaian dan lain-lain. Tetapi masih kaya dalam bahan tersimpan, hasil bumi yang keluar.  Selama buminya ada, iklim dengan sungai dan danaunya ada selama itulah pula rakyat Indonesia masih satu rakyat yang terkaya dimuka bumi  ini walaupun kekayaan terpendam saja. Semiskin-miskinnya Indonesia dalam hal mesin dalam masa depan, dengan kepandaian yang sudah diperoleh, ia akan bisa mengadakan hasil yang tiada bernilai harganya dipasar dunia, seperti minyak tanah, arang, emas, timah, hula, getah, kina, teh, kopi, kopra dll, dan sebagainya.

Dengan jualan barang tersebutndiluar negeri republik Indonesia dengan aman dan sentosa akan bisa mendapat mesin yang dibutuhkan. Dengan rencana 3,4 atau 5 tahun Indonesia lambat launnya bisa mendirikan Industri berat sebagai jaminan yang pasti buat kemerdekaannya.

Kemerdekaan modern itu terutama berdasarkan industri berat (pembikinan tanur besi, baja, auto, kereta, kapal laut dan udara, minyak dan lain-lainnya). Sebaliknya industri berat berdasarkan kemerdekaan pula; tak bisa diadakan industri berat kalau Indonesia diambat-ambat buat menimbulkan industri yang dirasanya penting buat penghidupan dan pertahanannya.

Indonesia merdeka boleh mendirikan ‘tarif wall’ (dinding pajak), buat melindungi ‘Infant insdustry’-nya (industri bayi).

Seperti bayi manusia atau pohon kecil, mesti dilindungi dari angin dan panas yang terik, begitu pulsa industri bayi mesti dilindungi dari pemasukan barang-barang luar negeri yang bisa menjadi saingan kelak. Sesudah industri bayi tadi teguh karena pengalaman manusia sudah cukup maka perlindungan itu bisa dilenyapkan. Indonesia yang mempunyai bahan yang banyak siafat dan bilangan, lalu lintas yang paling bagus (sungai dan lautan) disamping pekerja yang dilatih dari zaman Pajajaran (pandai) sampai kezaman majapahit dan akhirnya dizaman belanda, kalau sesudah beberapa tahun sudah cukup pengalaman tak perlu takut akan persaingan dengan negara manapun juga dimuka bumi ini. Baru kemerdekaan itu aman sentosa.

Barulah pula ‘ tariff wall’ bisa dirubah.

Pertahanan Indonesia Merdeka

Adalah juga perkara yang penting buat mempertahankan Indonesia dihari depan. Pertama: persatuan yang teguh tegap diantara semua golongan rakyat. Persatuan itu mesti tahan uji terhadap serangan dari dalam dan dari luar negeri. Persatuan itu bisa diselenggarakan oleh satu partai saja apalagi dimasa pancaroba yang istimewa. Pemerintah negarayag berdasarkan satu partai itu lebih lekas bisa mengambil tindakan yang perlu ataupun mengadakan koreksi  (pembetulan)  yang amat perlu. Persatuan rakyat itu juga bisa diselenggarakan oleh pergabungan lebih dari satu partai. Walaupun lebih berdasarkan kerakyatan, lebih sukar pula dikendalikan, karena berlainan aliran didalamnya. Memang dimasa pancaroba yang maha hebat diktatur satu partai terhadap rakyat Murbalah sistem yang sebaik-baiknya. Tetapi mesti diambil tindakan supaya dikatatur satu partai terhadap rakyat Murba itu jangan beralih menjadi diktatur seorang atas partai.

Dalam partai diantara anggota dan anggota mestinya ada semua kesempatan buat mengadakan kata mufakat yang berdasarkan kemerdekaan buat berfikir dan mengusul dan disiplin dalam hal mengambil suatu putusan dan menjalankan putusan itu. Kedua: kemerdekaan yang penuh bulat kini juga. Ini sama arti dengan persatuan. Kemerdekaan itu boleh diumpamakan suatu besi berani yang menggetar gerakan jiwanya rakyat Murba, yang tidur lena itu.

Tetapi supaya getar gerakannya itu terus tetap, kemerdekaan itu seperti juga persatuan tadi mesti didasarkan ats keperlluan rakyat Murba sehari-hari. Jiwa Murba akan terus tetap menggetar dan bergelora, kalau jasmani Murba  terpelihara, (makanan, pakaian, dan perumahan). Buat memenuhi keperluan rakyat Murba yang sekarang memang dalam segala kekurangan itu. Negara Indonesia harus menjalankan ekonomi teratur dengan rencana dengan kebulatan hati, tekad dan kegiatan, kebulatan tenaga serta akhirnya dengan segera.

Kemerdekaan penuh yang bisa menjalankan dan merencanakan ekonomi teratur itulah, yang bisa menjamin kekalahannya republik Indonesia.

Ketiga: jangan dibolehkan modal asing mengganggu kemajuan perusahaan Indonesia. Hal ini pasti akan terjadi kalau modal asing dibolehkan lagi menyewa tanah dan menguasai bahan Indonesia. Berapapun bagusnya rencana dan berapapun giat dijalankan semala negara asing dengan perantaraan modal di Indonesia bisa mempengaruhi jalannnya produksi dan distribusi kita, maka rencana yang bagus itupun akan mampus juga. Dengan suka-cita kita akan menukar hasil perusahaan kita dengan mesin luar negeri tetapi tanah, produksi, distribusi mesti dikuasai oleh negara Indonesia. Keempat: ekonomi mesti dikendali (diatur) dan negara mesti menjalankan rencana. Produksi dan distribusi liar, sesuka masing-masing orang dengan tak memakai perhitungan lebih dahulu, mesti ditolak dengan keras.

Kalau produksi dan distribusi dilepaskan ketangan satu dua orang kapitalis Indonesia yang kurang pengalaman dan pandangan Internasional yang tidak pula memperdulikan keperluan rakyat Murba, maka tak akan lama perekonomian dan akhirnya politik Indonesia yang bebas akan terlepas lagi ketangan asing ! Lebih lagi dari Amerika Selatan dan Tiongkok sebelum perang ini, modal Indonesia yang dipercayakan kepada kapitalis Indonesia itu akan segera menjadi bola sepak dan sepak bola imperliasme asing. Bolehlah dikatakan satu kebahagian buat Indonesia sekarang yang rakyatnya tiada mempunyai golongan kapitalis yang kuat yang bisa mempengaruhi dalam politiknya negara. Tiadalah susah buat Indonesia Merdeka buat memimpin majikan bumiputera kedaerah kolektivisme dan ekonomi teratur, yang mengatur hak milik, penghasilan, pembagian hasil, upah dan hidup sekeluarga.

Sifat Proletaris

Karena buruh perusahaan besarlah kelak yang penting sekali, diantara beberapa golongan rakyat, dalam daya-upaya membangunkan republik Indonesia dengan industri beratnya, maka buruh itulah pula yang mesti diinsyafkan dan disusun dari sekarang.

Mereka yang menduduki cabang perindustrian yang penting, sendirinya kelak akan menjadi golongan yang penting dalam satu masyarakat berdasarkan sama rata dan keadilan. Keinsyafan mereka akan kedudukan yang penting, dalam masyarakat dihari depan itulah pula kelak akan menimbulkan tekad, keberanian dan kegiatan yang menyala-nyala dihati mereka menentang usaha dan tindakan Imperlisme asing merubah Indonesia merdeka kembali ke derajat jajahan. Mereka kaum pekerja yang dengan kulit dan tulangnya merasakan perekonomian imperialisme, tentulah tiada ingin mau diisap olehnya dan ditindas kembali.

Mereka inilah pelopor rakyat yang akan giat mempertahankan republik Indonesia dan mengisi republik itu dengan kemakmuran dan keadilan.

Pertahanan Rakyat Murba

Siasat pegerahan rakyat Murba buat memperjuangkan kekuasaan negara sudah diterangkan dalam NAAR DE REPUBLIK INDONESIA 9tahun 1924) oleh Tan Malaka. Siasat yang berdasarkan Murba itu masih amat sedikit dimengerti di Indonesia. Gerakan di Indonesia umumnya menganggap perebutan kekuasaan itu sebagai usaha militer semata-mata (putch). Persiapan susunan tertutup hampir sama sekali dipusatkan kepada bentukan satu pasukan yang kelak tiba-tiba akan menyerbu keluar buat merebut kekuasaan politik dengan cara militer. Gerakan semacam itu terhadap satu susunan negara yang diatur oleh imperialisme modern nisacaya akan kandas sama sekali. Perebutan bisa berhasil, kalau benar seluruhnya atau sebagian terbesar rakyat jelata sudah mempunyai keinsyafan politik sedam-dalamnya, ikhlas berkorban mencapai idamannya, serta tahan ujian dalam aksi yang sukar, berbahaya dan lama. Keinsyafan yang dalam serta kemauan laksana baja itu tiadalah diperoleh dengan jalan propaganda secara mengomong saja, melainkan dengan agitasi yang berisi bukti yang senyata-nyatanya dan dengan pengalaman rakyat Murba dalam aksi politik (demonstrasi) dan ekonomi (pemogokan). Pengalaman rakyat Murba itu, perlusekali dan bisa diperoleh dalam aksi memperbaiki kehidupan sehari-hari (minta tambah gaji, mengurangkan pajak).

Pimpinan yang mengerti, cerdik, berpandangan jauh mesti mengerti, wataknya dan sifatnya tiap-tiap tingkat juga, sudah dan juga akan dijalani rakyat Murba tadi. Buat mengerti watak dan sifatnya tiap-tiap tingkat yang hatus dilalui oleh rakyat Murba itu perlu diketahui hasrat, idaman, kemauan dan impian tiap-tiap golongan rakyat Murba itu. Murba tani berlainan hasrat dan kemauannya dengan pedagang dan juru tulis kantor.

Dalam kaum pekerja sendiri ada pula bermacam-macam hasrat, paham dan kemauan menurut bagian pekerjaan, didikan dan sususan hidup masing-masing. Begitu pula dalam golongan tani dan pedagang, semuanya itu bisa diketahui dengan memakai cara berfikir yang berdasarkan MATERIALISME DAN DIALEKTIKA  (lihat kitab MADILOG oleh Tan Malaka tahun 1924). Kalau satu pimpinan rakyat Murba mengerti betul akan hasrat dan kemauan tiap-tiap golongan dalam rakyat Murba yang bergerak itu, maka pimpinan tadi bisa pula mengambil tindakan juga sesuai dengan tingkatan aksi juga sudah tercapai.  Seandainya seluruhnya rakyat Indonesia bisa dikerahkan sampai tercapai kemerdekaan nasional, maka pada titik ini rakyat akan berpecah dua. Golongan borjuis tak akan mau terus lagi, karena kemauan mereka buat memajukan modal kebangsaan saja. Merdeka buat mereka berarti kemerdekaan buat mengembangkannya modal kebangsaan belaka. Kalau dalam Indonesia merdeka modal itu sudah jatuh ketangan mereka, maka mereka sudah sampai kepada hasratnya. Mereka akan tidak mau ditarik terus buat mendirikan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Kalau mereka ditarik juga maka boleh jadi sekali akan berbalik melawan rakyat Murba. Dari sifat revolusioner (mencapai kemerdekaan nasional) mereka akan bertukar menjadi kontra-revolusioner (melawan pekerja yang berdasarkan kolektivisme). Kalau mereka merasa lemah berhadapan dengan pekerja bangsa sendiri maka mereka tak akan segan menerima ataupun memanggil pertolongan dari luar negeri ialah kaum borjuis pula. Dalam batinnya kapitalis nasional itu bersifat internasional juga.

Seperti dalam hakekatnya pekerja dalam sesuatu negara itu bersifat internasional juga. Tetapi disebabkan oleh batasan negara yang ditentukan oleh politik dan sejarah masing-masing negara, diperdalam pula oleh perbedaan bangsa, bahasa dan kebudayaan masing-masing maka borjuis dan pekerja-pekerja masing-masing negara terikat kepada faham negara dan pandangan ke negara masing-masing. Pada tingkat mencapai kemerdekaan nasional, maka golongan borjuis bersetumpu kepada rakyat Murba. Tetapi kalau kemerdekaan nasional sudah tercapai dan pekerja mau terus ketingkat kolektivisme, maka golongan borjuis akan bersetumpu pada tani besar, pedagang tengan dan besar, sebagian golongan intelek, dan pekerja yang belum insyaf. Kalau terdesak, maka mereka akan menerima pertolongan imperialis, walaupun demikian sifat dan hasratnya borjuis tengan dan kecil itu, partai pekerja seperti kita tak boleh dan tak bisa mengabaikan mereka dalam tiap-tiap tingkat perjuangan. Mereka harus ditarik ke dalam medan perjuangan. Dalam perjuangan akan mencapai kemerdekaan nasional itu akan ternyata kegiatan dan keberanian tani kecil, pedagang kecil dan sebagian intelek borjuis itu. Mereka adalah satu pasukan yang perlu buat merebut kemerdekaan nasional itu.

Sebaiknya kalau mereka diabaikan, apalagi kalau dimushui, maka boleh dikatakan mustahil bisa merebut kemerdekaan nasional. Lebih mustahil pula membangunkan negara berdasarkan kolektivisme. Dengan sadar atau tidak, mereka dalam perjuangan nasional itu, akan bisa dijadikan perkakas oleh imperialisme dan dengan pertolongan borjusi nasional membasmi semua gerakan kaum pekerja yang revolusioner, berdasarkan kolektivisme.

Ikhtisar Pengerahan rakyat Murba

1. Karena rakyat terdiri tas berjenis-jenis golongan, maka hasrat dan kemauan dalam rakyat juga berlain-lainan. Makin dekat tiap-tiap golongan itu kepada tujuan perjuangan, makin susut kegiatannya bergantung kalau hasrat (ideal) sesuatu golongan sudah tercapai dan dipaksa meneruskan perjuangannya, maka golongan itu boleh jadi sekali akan membalik melawan bangsanya sendiri dan menerima pertolongan asing.

2. Pengerahan rakyat (Murba) seluruhnya buat mencapai tingkat kemerdekaan nasional sampai ketingkat kolektivisme adalah perkara yang perlu sekali dijalankan. Tetapi harus diadakan segala persiapan buat meneruskan rakyat Murba bergerak, sesudah tinkat kemerdekaan nasional dan konconya yang terbuka atau tersembunyi dalam dan luar negeri.

3. Tipu muslihat kelas (teknik dan strategy kelas)amat sulit dan berseluk-beluk. Ia selalu berubah menurut tempo dan tempat. Dalam kalangan Murba itu kawan sekarang, bisa menjadi musuh dikeesokan hari. Dalam perjuangan itu tingkat pemogokan ekonomi dihari ini besok boleh bertukar menjadi pemogokan ekonomi yang mengandung politik. Demonstrasi damai dihari ini besok bertukar menjadi demonstrasi yang lebih keras dengan pemogokan. Mogok dan demonstrasi damai bisa menjadi berubah demonstrasi sabot, gerilya, terus menerus sampai kemerdekaan nasional dan sosial tercapai. Partai pekerja yang menuju kolektivisme harus mengetahui tiap-tiap golongan yang berjuang: sifatnya, tingkat perjuangan yang sudah dicapai serta tindakan yang mesti diadakan pada tiap-tiap tingkat itu.

4. Keulungan satu partai pemimpin Murba, tiadalah terletak pada keberanian semata-mata. Keberanian partai saja yang tiada disertai oleh perhubungan yang rapat dengan Murba dan pengetahuan dalam atas jiwanya Murba adalah satu rombongan kecil yang sanggup bekerja, tetapi sesudah berkorban  tak dapatlah hasil yang sepatutnya dan secukupnya. Mereka karena terburu oleh nafsu sendiri saja, tiada disertai oleh nafsu Murba, jadi mudah dihancurkan oleh musuh. Partai Murba tulen jatuh dan berdiri dalam Murba. Ia bergerak serentak dan serempak dengan Murba dan di dalam Murba.

5. Pemimpin tentara perang membutuhkan satu kader opsir serta pengetahuan terkhusus tentang siasat perang. Lagi pula pengetahuan teristimewa tentang pimpinan, latihan dan persenjataan sesuatu tentara perang. Pemimpin Murba membutuhkan suaru kader pemimpin, ialah partai dan pengetahuan terkhusus tentang siasat revolusi, yakni siasat kelas. Lagi pula pengetahuan istimewa tentang pimpinan, latihan dan persenjataan Murba. Pada suatu peperangan tekniklah yang memberi putusan yang terakhir tetapi pada suatu revolusi, baikpun nasional ataupun sosial jiwa Murbalah (massa-psycology) yang memberi putusan terakhir. Buat mempelajari jiwa Murba itu ilmu materialisme dan dialektikalah yang akan memberi pertolongan.

6. Dalam keadaan persenjataan republik Indonesia seperti sekarang yang dalam keadaan serba kurang itu, maka senjata kita harus dipusatkan pada senjata diplomasi terhadap keluar negeri dan pergerarakan rakyat Murba di dalam negeri. Perjuangan senjata ialah sekedar untuk memperkuat perjuangan ekonomi, politik dan diplomasi. Semboyan kita 75% senjata batin dan 25% senjata lahir.

7. Kecerdikan dan ketetapan hati ialah perkara yang terpenting buat pimpinan Murba. Persatuan dan disiplin adalah kunci kekuatan Murba.

(Manifesto Jakarta 1945)

 

Kutipan-Kutipan Thesis (Halaman-halaman 17, 18, dan 19)

Dalam hal strategi kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah jangka dan bikin satu lingkaran (circel) dengan radius (straal) 1500 mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam Annam, Filipina, seluruhnya republik Indonesia dan Australia. Itulah yang kita pernah namai Asilia (Asia-Australia). Menurut  ahli barat penduduk di Asilia itu termasuk ke dalam satu bangsa. Sepintas lalu kelihatan abhwa bagian bumi ini dikuasai oleh iklim yang sama dan musim yang sama (musson). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi perekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan disini, ialah kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategi. Dengan Singapura sebagai pusat maka menurut kekuatannya terbang pesawat dimasa perang dunia ke II. Asilia terletak dalam ‘flying radius’ (lingkaran terbang). Lingkaran teknik atom (yang berada di Australia) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Asilia.

Nyatalah disini, bahwa Inggris menganggap Asilia dalam hal strategi, sebagai satu unit, kesatuan. Jepang tentu tak ketinggalan. Ini hari Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 februari 1942, besoknya Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang).

Seluruh Asilia dinamainya selatan. Sri Wijaya dan majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan daerah Asilia itu dalam segala-gala.

Gerakan politik, diplomasi dan strategi Sri Wijaya dan Majapahit juga dengan segala keinsyafan ditujukan kearah kesatuan daerah Asilia itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya dinamai Huanna (bahasa Hokkian). Sekarang kalau kita, rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan republik Indonesia sekarang dan dihari depan, maka tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (Majapahit) apalagi oleh paham yang sudah masak 1500 tahun lampau (Sri Wijaya). Berbahaya selalu keadaan republik Indonesia dalam ekonomi dan strategi kalau kita tidak insyaf akan artinya politik dan strategi Raffles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Asilia, adalah effecti dikuasai oleh armada Inggris. Ditangan imperialisme Inggrislah sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh Asilia. Imperialisme Inggris dan Belanda dan Perancis sebagai boneka para sultan atau raja dan sebagian dari intelegensia sebagai kaki tangan maka dimasa damai dia engendali politik-ekonomi Asilia. Dengan Singapura sebagai pusat armada dan pesawat, serta australian putih dan ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?), maka imperialisme Inggris diwaktu perang berniat menguasai seluruhnya Asilia (Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Rep. Ind Merdeka 100% mestibertentang dengan imperialisme Inggris. Diwaktu damai kepentingan ekonomi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentang dengan kepentingan ekonomi penjajah Inggris . dalam masa perang Singapura akan mengancam Indonesia merdeka, yang tiada mau diboneka0kan oleh imperialisme Inggris. Real politik, politik sebenarnya (bukan impian) memaksa Indonesia pada satu pihak berhadapan muka dengan imperialis Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak yang akan memaksa Indonesia Merdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner dalam lingkaran Asilia, flying radius, buat ditumbuhkan kepada imperialisme Inggris.

Kita percaya bahwa taktik-strategi yang cerdas, organisasi yang plastis (cat seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran dan ketetapan hati, kita sanggup berhadapan muka dengan imperiliasme Inggris singa ompong itu.

Maka berhubung dengan kesemuanya diataslah pula, semua percobaan diplomat ulung di Indonesia ini yang berusaha memisahkan Belanda dari Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan belanda adalah seorang cerdik yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya dengan ekornya. Semujur-mujurnya si diplomat ulung tadi dia Cuma bisa menghindarkan dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si cerdik itu dia pasti akan masuk lebih dalam dirangkungan buaya tadi.

Adalah tiga syarat yang terutama, kalau seseorang ingin hendak menjalankan diplomasi bersandar kepada devide et empera itu dalam keadaan revolusioner sekarang. Pertama kali kekuatan diri sendiri dan kepercayaan atas diri sendiri semestinya ada cukup. Kedua diplomasi ini mesti bersifat revolusioneryang ada dalam negara. Ketiga, diplomasi devide et empera, yang revolusioner itu mesti ditujukan kepada bangunan musuh yang mengandung pertentang sesungguhnya, ialah pertentang keperluan (ekonomi). Kalau seorang diplomat Indonesia yang revolusioner mengemukakan, pertentang tajam dalam hal keperluan penting (vital interest) antara Inggris dan Amerika, bahkan dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentang itu terus akan berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional, kita tak akan menyangkal (membantah). Memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan MINIMUM PROGRAM berlaku dalam suasana pertentang hebat diantara gabungan kapitalisme dan imperialisme asing, yang berada di Indonesia dijaman Belanda.

Dalam revolusi atau peperangan, maka rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional seperti sekarang, terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan diantung sendiri, pada kecerdasan, keberanian, dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walaupun hanya bambu runcing saja. Disamping kepercayaan dan tindakan berdasarkan kekuataan diri sendiri yang sebenarnya, barulah kita berusaha meluaskan lapangan perjuangan kedaerah yang memberi kemungkinan memberi hasil (Asilia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati dan pertolongan indirek (pemogokan) dari suara umum (publik-opinion) di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Semata-mata menyandarkan paham, organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak atau kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang iniigin menamai diri seorang revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang nyata, siapa yang revolusioner diwaktu revolusi dan siapa yang revolusioner diwaktu damai: si pembelalang di dalam gelap, si penggertak dari sebalik gunung (halaman-halaman 17, 18, dan 19).

............................... SAAT itu pada instansi, tingkat terakhirnya, ialah ketika kita mempunyai kekuatan sebesar-besarnya dan musuh sekecil-kecilnya. Pada saat itulah bisa dilakukan pukulan terakhir  (strategic-blow).

Maksud pukulan terakhir itu ialah dengan cepat, sekonyong-konyongnya dan dengan kekuatan sebesar-besarnya menerkam rantai lemahnya tentara musuh dengan maksud memutuskan rantai organisasinya serta akhirnya menghancur-leburkan seluruhnya tentara musuh itu.

Dinegara jajahan yang kapitalistis, maka PARTAI KASTA PEKERJA pada tingkat pertama memimpin REVOLUSI ANTI-IMPERIALISME buat mendirikan NEGARA DEMOKRATIS, serta selanjutnya menurut keadaan dalam dan luar negara mendorong ke revolusi sosial, ialah seberapa bisa pula.

Taktik strategi perjuangan dinegara setengah feodalistis dan setengah kapitalistis dan di negara jajahan itu amat kompleks, sulit dan berhubungan dengan itu PARTAI KASTA PEKERJA, mestinya amat plastis sanggup menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan tingkatnya (phase) revolusi dengan tiada bolehmelupakan ke-revolusionerannya. Bagaimana memimpin golongan yang sekarang revolusioner(borjuis tengahan dan bawahan ) dan besoknya sebelum atau sesudahnya mencapai KEMERDEKAAN DEMOKRATIS, bisa dengan sekejap mata membalik menjadi kontra-revolusioner, inilah persoalan yang sukar dalam keadaan begini.

Dalam perjuangan maju mundur itu, dengan teman seperjuangan (kaum borjuis atas, tengah dan bawah) yang sekarang kawan, besoknya bisa menjadi lawan itu, maka DISIPLIN PARTAI itu mestinya tegap seperti baja. Putusan yang diambil dengan persetujuan bulat, SUARA LEBIH dalam perundingan demokratis, serta masak-masak, mesti dijalankan oleh seluruhnya PARTAI bahkan oleh SUARA KURANG pun (minority)..................... Perhatikanlah SUARA LEBIH DAN PERUNDINGAN DEMOKRATIE ! (hal. 36).

................... Sekarang saja (May 1946) sesudah rakyat Indonesia 3 ½ tahun lamanya menyaksikan dengan matanya sendiri kerendahan watak budipekerti, bahkan moralnya belanda memakai agama dan provinsialisme, bahkan nasionalisme dan sosialsime buat meruntuhkan republik Indonesia dan mengembalikan Indonesia ke status penjajahan .....................

TUNTUTAN YANG NYATA DAN SEMBOYAN

Membentuk tuntutan politik dan ekonomi yang nyata dan dirasa oleh rakyat umumnnya dan kelas proletariat khususnya, adalah satu perbuatan yang amat sulit. Cuma mereka yang sudah faham betul tentang dasarnya filsafat MATERIALISME DIALEKTIS dan cukup paham tentang SEJARAH KEBUDAYAAN, PENGHIDUPAN dan JIWANYA RAKYAT INDONESIA-lah yang bisa membentuk TUNTUTAN POLITIK EKONOMI sera SEMBOYAN  yang nyata dan terasa itu yang bisa menggetarkan JIWA seluruhnya rakyat mMurba berjuang itu, memperteguh imannya dan menimbulkan keikhlasan berkorban.

SEMBOYAN yang tepatlah yang menggetarkan jiwa rakyat perancis dalam asa pemberontakan tahun 1789, terhadap feodalisme, yang mendorong mereka berkorban menanam KEMERDEKAAN dan PERSAUDARAAN diseluruhnya benua Eropa.

SEMOYAN dan TUNTUTAN yang konkrit, yang terasa, yang dibentuk oleh satu PARTAI PROLETARIAT, yang sudah lolos dalam beberapa ujian MASSA AKSI, besar-kecil, politik dan ekonomi, PARTAI YANG CAKAP bijaksana mencocokkan semboyan dan tuntutan itu dengan JIWANYA proletariatt mesin dan tani di Rusia pada tiap-tiap PHASE perjuangannya itulah pada perkara yang maha penting dalam revolusi di Rusia.

Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah revolusi-nasional demokratis yang sempurna kelak sudah berlaku dan kemerdekaan 100% tercapai,maka MAXIMUM PROGRAM yakni SOSIALISME 100% akan segera dijalankan. Mungkin apa tidaknya SOSIALISME 100% bisa dijalankan, adalah sama sekali tergantung pada kekuatan lahir batin Indonesia sendiri dan keadaan disekitar Indonesia.

Memeriksa dan menguraikan kemungkinan sekitar Indonesia akan memakan banyak tempo dan tempat. Tetapi semua kemungkinan kita dilatkan, seperti berikut: pertama perang dunia ke 3 timbul. Dalam hal ini,............ tentulah sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan sosialsime dalam suasana peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa kemungkinan terlibat atau tidaknya Indonesia dalam perang dunia ke 3 itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian beberapa lama sesudahnya kemerdekaan 100%tercapai. Dalam hal ini persoalan sosialisme di Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari pada waktu peperangan. (Thesis, hal. 23)

Thesis – Tahun 1946, 10/VI (HAL. 3 S/D 9)

Disekitarnya Pertentang

Pertentang yang menyolok mata dalam beberapa hal ikhwal kehidupan manusia dalam masyarakat sosialisme di Rusia dan dalam masyarakat kemodalan, seperti di Amerika, Inggris, dll, ialah:

1. Dalam hal politik

Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi ditahun 1917, maka pemerintah negara berdasarkan dikataturnya kaum proletar, dalam arti proletar mesin dan tanah di bawah impinan partai komunis, yang ber-anggota beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas eluruh penduduk Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan umum yang baru lalu partai komunis dengan anggota dan calonnya sudah menjadi beberapa juta dan jumlah pemilih sudah hampir 100 juta orang. Kekuasaan tetap ditangannya pekerja dalam pabrik, tambang dan pertanian.

Di Dunia kemodalan:

sLm mAyRkT, SIMn KWKUan (birokrasi), kekayaan dan kebudayaan dipegang oleh kaum borjuis (bankir, pabrikant, saudagar dengan para pembantunya progesor, pembesar negara, pangreh praja, jurnalis, pendeta dsb), maka pemilihan umum itu Cuma berarti memmindahkan kekuasaan negara tangannya satu golongan kaum borjuis ketangan golongan borjuis yang lain. Dengan perkakas pemerintah yang berupa birokrasi, dibantu oleh alat propaganda yang kuat, maka beberapa biji kaum kapitalis itu bisa memaksakan kemauannya atas seluruh rakyat. Dalam masyarakat kapitalistis, maka demokrasi itu adalah satu kedok.

2. Dalam hal bahan

Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam bahan kodrat seperti arang, minya tanah dan listrik, hampir semuanya bahan logam, seperti besi, mas, perak, platina dll. Hampir semuanya bahan pemakaian, seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti, dan akhirnya makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur, Soviet Rusia tak begitu membutuhkan bahan dari luar.

Inggris Cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari semua pelosol dunia, besi tak cukup, mesti didatangkan dari luar. Timah dari Malaya. Hampir semua logam yan lain-lain tak terdapat di Inggris. Kapas kurang halus dari Hindustan. Yang halus dari Sudan (Mesir). Getah dari Malaya. Cuma +  40% barang makanan bisa dihasilkan di negara Inggris sendiri. Sebagian besar dari daging atau gandum mesti didatangkan dari luar (Argentina,Australia, Hindustan, dll).

Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang mengandung hampir semuanya jenis bahan timah dan getah yang tidak ada di Amerika Serikat bisa diperoleh di Amerika Selatan. Cuma boleh jadi sekali minyak telah sudah hampir kering dipompa dari kandungan Amerika Serikat. Kapitalis Amerika sudah hampir insyaf akan hal itu.  Sebab itulah maka standart Oil Co. mempertajam hidungnya mencium-cium dimana ada minyak dan sudah lama mempereat cengkeramannya pada kebanyakan sumber minyak di luar Amerika. Getah dan timahpun adalah persoalan terpenting buat perindustriam terpenting di Amerika Serikat ialah perindustrian oto dan pesawat terbang.

3. Dalam hal perburuhan

Dengan hancur luluhnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat produksi ditangan masyarakat buat masyarakat, dengan lenyapnya hasrat mencari untung, lenyapnya dasar produksi yang anarkistis dan lenyapnya kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah seperti di dunia kapitalistis, maka kedudukan rakyat di Soviet Rusia tidak lagi bertinggi berendah, kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan mereka sama sebagai sesama pekerja.

Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena terbawa oleh pengaruh lama dan pengaruh kapitalisme disekitar Soviet Rusia. Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan, tetapi perbedaan itu makin lama makin berkurang, selama penghisapan tenaga kaum buruh oleh majikan tiada berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari untung oleh beberapa biji kapitalis yang berlomba-lomba, melainkan buat keperluan masyarakat seluruhnya menurut satu perhitungan, selamanya itulah pula krisis dan pengangguran tetap (permanent unemployment) tak akan dikenal di sosialistis Rusia.

Sekaya-kayanya Amerika (dan Inggris) dan selama penghasilan Cuma buat memburu untung sebesar-besarnya oleh beberapa ahli kapitalis dengan jalan berlomba-lomba mempertinggi teknik, mengurangi gaji buruh dan mengurangkan banyaknya buruh dipakai maka kedudukan rakyat dalam garis besarnya adalah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi berendah dan kedudukan yang mengancam dan terancam.

Kaum buruh ialah bagian pendudukan yang terbesar dalam masyarakat itu, selalu terancam oleh pengangguran. Adapun pengangguran itu adalah suatu penyakit yang tetap terkandung oleh masyarakat kapitalisme. Penyakit pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum kapitalis sendiri lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co.

Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di Amerika Serikat mengenai kurang lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2 juta orang.

4. Dalam hal pertanian

Dengan lenyapnya Latifundia (tanah ningrat) yang sering ratusan K.M persegi luasnya dan lenyapnya kasta kaum ningrat di Rusia, maka lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum ningrat atas tenaganya buruh tanah dan lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam arti lama. Dengan kemajuan kolektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi (pemakaian mesin) maka timbullah kaum pekerja tanah disamping pekerja pabrik dan tambang.

Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah) bertukar menjadi kedudukan pekerja terhadap pekerja sama rata.

Di Amerika dan Inggris penghisapan dan penindasan farmers (tuan tanah) besar dan menengah terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang hidup dengan gajinya semata-mata masih merajalela. Seperti buruh mesin maka buruh tanah di Amerika, Inggris dll, masih menderita tindasan dan penghisapan dan masih terancam oleh pengangguran yang mengenai jutaan manusia pada waktu yang tetap pasti datanganya.

5. Dalam hal kebangsaan

 Di Soviet Rusia perbedaanbentuk badan, besar tubuh, warna kulit dan perbedaan bahasa dan kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan manusia lainnya tiada lagi menimbulkan pertentang, pembencian dan permusuhan. Soviat Rusia sanggup memusatkan semua persamaan diantara satu golongan manusia dengan golongan manusia yang lain, umpamanya dalam keperluan hidup (politik dan ekonomi). Sanggup pula memberi keoonggaran pada perbedaan, umpamanya tentang bahasa dan kebudayaan. Dengan memakai bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar buat seluruhnya Soviet Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih, Turkis, Mongolia memakai dan memajukan bahasanya sendiri dalam satu federasi besar atas sistem sosialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap.

Pertentangan majikan dan buruh yang melekat pada sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangasa dan bangsa, dalam sesuatu masyarakat kapitalisme. Dalam negara Amerika Serikat yang membanggakan demokrasi dan kemerdekaan itu, ada tempat dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh bangsa negro. Bangsa yang malang ini acap kali menderita serangan kejam, yang termasyur di dunia dengan perkataan ‘lynch’, ialah pukul sampai mati, kalau ada orang hitam yang melanggar atau disangka melanggar kehormatannya (perempuan) bangsa kulit putih. Orang berwarna di Afrika Selatan amat dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih baik dalam ekonomi politik ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam kereta kendaraan sering tertulis ‘for white men only’, Cuma buat orang putih saja.

Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Shanghai di kebun umum, ‘Chinese and dogs are not allowed’, Tionghoa dan anjing dilarang masuk.

Kemungkinan pertentangan.

Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan anatara kapitalisme dengan sosialisme itu, logikanya, bisa menimbulkan 4 kemungkinan. 1e. Kapitalisme menang sosialisme lenyap, 2e. Keduanya sosialisme dan kapitalisme bersama-sama masyarakat manusia hilang lenyap, 3e. Kapitalisme dan sosialisme berkompromis, 4e. Sosialisme menang sempurna.

Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan sosialsime akan lenyap sama sekali, tidaklah mungkin. Sekarangpun dinegara kapitalisme yang sekuat-kuatnya, sosialsime adalah satu faktor, satu kekuatan yang tiada bisa dibatalkan. Di Amerika atau Inggris adalah undang-undang perburuhan yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum buruh mendirikan kumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke Dewan Perwakilan sudah lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris dll, negara kapitalistis.

Bahwa sosialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyarakat manusia akan lenyap dari muka bumi, tiadalah perlu banyak dirundingkan. Kemungkinan itu memang ada. Umpamanya kalau negara sosialistis dan serikatnya berperang habis-habisan dengan negara kapitalistis dan serikatnya memakai senjata yang tiada lagi mengindahkan pri kemanusiaan, tetapi kemungkinan ini beralasan pula atas kemungkinan, bahwa manusia itu sudah tak berakal dan berkemanusiaan llagi. Dengan perkataan lain: manusia itu bukan manusia lagi.

Lebih mungin hal 3, bahwa kapitalisme dan sosialsime akan berkompromis, atau dengan jalan ambil-mengambil, atau sebagai dua sistem yang bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga yang berdamai atas dasar hormat-menghormati.

Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa pula berlaku, pertama: Pada satu pihak dunia sosialistis cukup mempufyai bahan buat perindustriannya buat menjamin penghidupan yang cukup tinggi buat penduduknya dan teknik yang cukup kuat buat pertahanan masyarakatnya terhadap serangan  dunia kapitalistis yang mungkin terjadi. Pada lain pihak dunia kapitalistis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan pabrik, pasar buat menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya. Karena modalnya dan pabriknya kaum kapitalis senantiasa bertambah besar, dan senantiasa bertambah besar itu adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak, tetapi pada pihak lain jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya kapitalisme di dunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia kapitalisme bisa terus hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa bertempur dengan dunia sosialisme atau akan eletus oleh kegembungan diri sendiri.

Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokan umum di dunia kapitalistis di waktu damaipun, akan menambah impati kaum proletar di negara kapitalistis terhadap negara sosialistis yang tak mengenal penyakit krisis, pengangguran dan pemogokan umum semacam itu.

Sebaliknya pulsa kebusukan negara kapitalistis itu akan menambah cemburu, kecurigaan dan kebencian kaum kapitalis di negara kapitalistis terhadap kemakmuran dan ketentraman sosial dari negara sosialistis itu. Apa lagi di waktu revolusi dalam salah satu negara kapitalistis atau dimasa peperangan imperialistis, susahlah buat negara sosialistis dan negara kapitalis buat menjauhi peperangan satu sama lainnya.

Kedua: Pembagian hasil diantara kaum kapitalis dan kaum buruh, yang berupa untung dll, (termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum borjuis serta buat kaum proletar, haruslah semakin lama semakin mendekati sama rata dengan tidak melalui jalan revolusi. Tetapi kesulitan penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperbolehkan, alau tidak mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas buruh berarti memperkecil untung buat kaum borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bunga uang buat meminjam modal itu sendirinya naik. Sendirinya pula harga barang pemakaian sehari-hari naik. Sendirinya pula, akhitnya upah yang diperbesar tadi dibatalkan oleh harga barang keperluan buruh sehari-hari naik itu. Kenaikan upah itu tak berguna. Kaum buruh perlu berusaha kembali menaikkan upahnya dengan jalan pemogokan. Lagi pula kalau upah buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan dan memakai mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka terpaksa pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab masih baru yang cepat kuat tadi membutuhkan sedikit orang saja. Dengan begitu timbullah pula pengangguran. Semua percobaan buat menaikan upah dengan jalan pemogokan dari pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi banyak pekerja (pengangguran) dengan jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalis, ialah bunga api yang seaktu-waktu bisa membakar minyak tanah revolusi dalam masyarakat kapitalisme.

Ketiga: Kedudukan negara penjajah dan negara terjajah (seperti Inggris dan Hindustan) mesti dengan secara damai pula mendekati keadaan dua negara merdeka. Tetapi buat negara penjajah ini berarti kehilangan pasar buat membeli saham yang tetap murah, kehilangan pasar tempat menjual hasil pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetap aman buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen buat negara terjajah itu berarti mengendali harga bahannya dan dimana bisa memakai bahannya itu untuk pabriknya sendiri. Selainnya dari pada itu memakai pasar dalam negaranya sendiri buat menjual hasil pabriknya sendiri dan kalau perlu dengan menolak sama sekali masuknya atau mempajaki barang pabrik negara asing yang bisa menjadi saingan buat hasil pabriknya sendiri. Akhirnya dimana ada kesempatan negara dulunya terjajah, tetapi sekarang merdeka tulen (andaikata secara kapitalistis itu), tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam modalnya sendiri. Pada tingkat permulaan mungkin sesuatu negara baru merdeka itu mau dan perlu memakai modal asing, tetapi dalam tempo sedikit saja modal asing itu akan takut dan ngeri sendiri melihat kemajuan dan persaingan hebat dari negara baru itu. Umumnya Asia dan Afrika mempunyai banyak bahan dan tenaga yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia berarti buat kapitalisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan perdagangan yang kalau diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebelum perang dunia II, adalah seperti perbandingan gajah dengan lalat.

Keempat: Ketiganya almarhum negara fasis, yakni Jerman, Italia dan Jepang tetap bisa dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan kekuatan dan persatuan kokoh antara bekas sekutu, ialah Inggris-Amerika dan Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi dan menekan ketiga negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu longgar, maka akan bangunlah kembali negara bekas fasis yang akan mendapatkan bermacam-macam jalan buat menimbulkan kembali perlawanan membalas dendam. Sekarang belum lagi negara memang berunding dengan negara-kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu, sudah timbul percekcokan hebat antara 3 negara-menang yakni, Inggris, Amerika dan Rusia.

Boleh jadi kalau perundingan sudah dimulai akan timbul pertentangan malah permusuhan yang hebat, yang tak bisa dipadamkan. Sekarang pun sudah  terdengar-dengar kabar, bahwa masing-masing negara-menang akan mengurus perdamaian dengan bagian negara-kalah yang didudukinya saja. Dengan begitu, maka negara-kalah akan berupa terbagi-bagi. Tetapi begitu pula negara-menang. Jikalau negara-menang itu, terbagi-bagi, maka akan terbukalah jalan buat mereka negara-kalah dengan jalan tertutup, setengah terbuka dan akhirnya terang-terangan bersatu-diri dan mengadakan perlawanan seperti dilakukan oleh Jerman itu kelak akan dipimpin oleh partai fasis pula atau oleh bentuk lain, bolehlah diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi sudahlah beberapa kali sejarah Jerman membuktikan, bahwa bangsa Jerman tak bisa dikangkangi dikendali oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan kemerdekaan, daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya.

Mengingat kesulitannya 4 perkara ini sebagai syarat buat negara sosialistis dan negara kapitalistis mengadakan kompromis, maka keadaan berkompromis itu adalah seolah-olah surga yang mesti didapat setelah melalui jembatan rambut menyeberangi api neraka.

Kemungkinan terakhir, ke 4 ialah: Kemenangan sempurna pada pihak sosialisme atas kapitalisme. Ini tiada akan berarti, bahwa peninggalan-peninggalan kapitalisme akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positive-result) yang dibawa olehkapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam sesuatu perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan oleh sosialisme. Kemenangan sosialis yang semprna berarti, bahwa sosialismelah sistem yang akan diakui dan dijalankan diseluruh dunia. Dalam garis besarnya ini berarti:usaha mencocokkan produksi dan distribusi dengan cara teratur (rational), kerja bersama (cooperation), dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran tiap-tiap anggota masyarakat yang bekerja diseluruh dunia. Akan lenyaplah cara menghasilkan menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitalis, buat mencari untung seorang diri. Akan hilanglah perlombaan menjual murah dan mencari untung besar dan berhubung dengan itu, hilanglah pengangguran, krisis imperialisme, peperangan dan penjajahan.

Alasan buat kepastian kemenangan sosialisme atau kapitalisme adalah bermacam-macam, diantaranya adalah:

Pertama: Dalam hal Politik

Dalam masyarakat kapitalistis, maka beberapa biji kapitalis dengan hartanya membikin birokrasi dan penyewa kaki-tangannya buat menindas dan menghisap golongan tertindash dalam masyarakat, ialah pekerja otak, mesin dan tanah. Dalam masyarakat sosialistis, maka harta perseorangan yang mengacaukan masyarakat itu sudah dimiliki oleh masyarakat buat kemakmuran tiap-tiap anggota masyarakat.

Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik tiada lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalis buat kepentingan dirinya sendiri, melainkan oleh semua yang bekerja.

Kedua: Dalam hal Ekonomi

Dalam masyarakat kapitalistis pendapat baru (teknik) dipakai buat pemukul perusahaan saingan. Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih banyak, lebih bagus dan lebih murah. Tetapi sebaliknya sering pula mesin baru oleh satu monopoli, terus dibuang atau dipendam karena takut, kalau mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya menggooncangkan pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka sebagian besar kaum buruh kehilangan upah. Jadinya mereka tidak sanggup membeli apa-apa walaupun mesin baru mengadakan barang yang bagus dan murah. Kalau barang tak laku, pabrik terpaksa pula ditutup. Masyarakat sosialistis, yang tidak berdasarkan concurrentie itu, melainkan berdasarkan perhitungan atas apa dan berapa keperluannya masyarakat itu, akan bergembira kalau seseorang anggotanya mendapatkan mesin baru buat memperbanyak, mempercepat dan memperbagus hasilnya. Syahdan keperluan dan keinginan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah keperluan makan tertutup, orang mau pakaian. Sesudah keduanya tertutup, orang mau kendaraan. Seterusnya orang mau berjalan-jalan, bunyi-bunyian dll. Makanan dan minumanpun ada bermacam-macam tingkatnya, dari yang perlu buat hidupseperti nasi, sampai ke goreng ayam, perkedel dll. Pakaian: dari celana karung sampai mori, palmbeach dsbnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta angin sampai ke oto dan pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai radio. Demikianlah seterusnya, dari yang paling perlu sampai ke setengah mewah dan mewah. Berhubung dengan tidak ada batasnya keinginan manusia itu maka tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik dan temannya, ialah ilmu. Produksi bisa membumbung setinggi-tingginya.

Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam masyarakat kapitalistis tak ada kecocokan antara produksi dan distribusi. Barang-barang dihasilkan oleh beberapa biji kapitalis, dengan tak merembukkan banyak dan sifat barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemudian barang tadi dijual dipasar dan dibeli oleh yang mampu saja. Mungkin barang itu kurang, kalau kemampuan si pembeli ada. Celakanya kalau barang itu kekurangan, maka harganya naik, untungnyabesar. Dalam hal ini beberapa biji kapitalis yang sama-sama menghasilkan barang yang kurang tadi, dengan tidak berembuk satu sama lainnya  memperbanyak barang sekuat-kuatnya. Tiba-tiba barang itu  melimpah, harganya merosot. Untung kecil, hilang berganti menjadi kerugian. Pabrik terus ditutup dan pengangguran timbul. Dalam masyarakat sosialistis, makabanyak dan sifatnya barang yang akan dihasilkan dihitung lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya hasil semua (pabrik, tambang, kebon) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan lebih dahulu dengan keperluan dan haknya anggota masyarakat yang bekerja. Banyak hasil pemakaian hasil tiadalah diombang-ambingkan oleh kekuatan membeli seseorang anggota masyarakat lagi, melainkan didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah keperluan masing-masing anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang sosialistis perhitungan itu masih berdasarkan upah orang yang kerja, atau sebagian atas upah dan sebagian atas keperluan manusia umpamanya. Dalam masyarakat komunisme penghasilan (produksi) berdasarkan: tiap-tiap orang kerja menurut kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan tiap-tiap orang yang mengambil hasil menurut keperluannya.

Ketiga: Dalam hal Diplomasi

Dalam masyarakat dunia kapitalistis maka negara yang kapitalistis yang kaya dan kuat dalam kemiliteran dan teknik bisa memaksakan kemauannya sendiri atas negara yang lemah buat dijadikan jajahan : ialah pasar tetap buat membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan modalnya. Pemaksaan itu (imperialisme) menimbulkan peperangan dengan negara lemah tadi atau dengan negara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti itu atau lantaran takut kalau negara perampas bermula akan bertambah kuat dan bertambah berbahaya buat dirinya sendiri.

Dalam masyarakat dunia sosialistis, semua bahan dunia bisa dihitung dan dikumpulkan oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia itu. Barang bahan itu bila diperoleh dari sesuatu negara yang punya, dengan penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang membutuhkan barang bahan itu.  Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli bahan dan menjual barang pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung dan bunga uang, maka hilanglah pula alasan dan dasar yang terpenting buat peperangan.

Keuntungan masyarakat sosialistis dalam hal sosial, kebudayaan dll, amat terlampau banyak. Tetapi kelebihan kekokohan masyarakat sosialistis dalam hal politik, ekonomi dan diplomasi seperti diuraikan diatas tadi sudah cukup memberi jaminan bahwa masyarakat sosialistis pasti menang. Sejarah masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh ekonomi, teknik dan politiknya menggantikan yang lebih lemah; masyarakat feodal menggantikan masyarakat budak dan masyarakat kapitalistis menggantikan masyarakat feodalistis. Sekaranglah jamannya buat masyarakat sosialistis menggulingkan masyarakat kapitalistis. Atau dunia terpaksa kembali menjunjung undang-undang rimba (the law of the jungle) dalam pergaulan satu negara dengan yang lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik perang (bom atom) maka bertambah cepatlah pula masyarakat kapitalistis itu didorong oleh undang-undang rimba itu ke perang dunia ke III sampai hancur lebur semuanya masyarakat kita manusia.

 

Gerpolek: 17 MEI 1948

(Hal. 11, 12 44 dan 45)

Rakyat Indonesia tiadalah bisa memperoleh jaminan bagi hidupnya dengan mendapatkan hak politik, ialah kedaulatan dan kekuasaan politik semata-mata, bilamana kapitalis asing masih terus merajalela disini ......................

Revolusi Indonesia, bukanlah revolusi nasional semata-mata, seperti diciptakan beberapa gelintir orang Indonesia, yang maksudnya Cuma membela atau merebut kursi buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada semuanya bangsaasing, baik musuh atau sahabat,

Revolusi indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan-ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja.perang kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.

Baru kalau disamping kekuasaan politik 100% berada lebih kurang 60% kekuasaan atas ekonomi modern ditangan Murba Indonesia, barulah revolusi-nasional itu ada artinya. Barulah ada jaminan hidup bagi Murba Indonesia. Barulah pula kaum Murba akan giat bertindak menghadapi musuh dan mengorbankan jiwa raganya buat memperoleh masyarakat baru bagi diri dan turunannya ......

................ Tetapi jika pemerintah Indonesia kembali dipegang oleh kaki tangan kapitalis asing, walaupun bangsa Indonesia sendiri dan 100% perusahaan modern berada ditangan kapitalis-asing, seperti di zaman Hindia Belanda maka revolusi nasional itu berarti membatalkan proklamasi dan kemerdekaan nasional dan mengembalikakn kapitalisme dan imperialisme internasional....

............. Perbaikan perekonomian rakyat Indonesia haruslah diperbaiki dengan pertolongan rakyat sendiri dan watak rakyat sendiri. Tani, buruh, perdagangan Indonesia sendiri harus campur dalam merencanakan produksi (penghasilan), distribusi (pembagian) serta pertukarangan barang. Tidak cukup selusin atau lebih orang yang bertitel ini atau itu saja memikirkan begini atau begitu buat kaum buruh dan tani, zonder membawa kaum buruh dan tani itu sendiri ke dalam kincir produksi dan distribusi. Tetapi buruh dan tani Indonesia Cuma baru akan giat berkerja, kalau mereka merasakan sendiri faedahnya rencana ekonomi yang begini atau begitu ......

............. Penyakit perekonomian rakyat Indonesia sudah sampai begitu mendalam disebabkan oleh wabah kapitalisme Belanda selama 350 tahun dan wabah kapitalisme-militarisme Jepang 31/2 tahun. Penyakit perekonomian rakyat tak bisa diobati pil dan puyer lagi, melainkan harus disembuhkan oleh operasi, oleh pembedahan.

Terutama sekali perekonomian, rakyat Indonesia baru dapat diselenggarakan dalam republik yang merdeka 100%, yang sekurang-kurangnya 60% memiliki dan menguasai produksi, distribusi upah, export dan import. (Lihat Rencana Ekonomi oleh Tan Malaka) ............

V. Organisasi

“Menuju republik Indonesia” (April 1924)

Disiplin revolusioner mempunyai persamaan dengan disiplin militer dalam hal, bahwa putusan mesti dilaksanakan. Tapi kedua disiplin itu berbeda dalam hal, bahwa disiplin revolusioner itu bukanlah “ketaatan-mati”. Sedangkan Komando Pusat Militer tidak menghendakkan dari para prajurit, bahwa mereka mesti mengerti perintah yang dikeluarkan, maka bagi Pusat Pimpinan Revolusioner adalah syarat yang pertama-tama bahwa para anggota harus dengan sempurna mengerti sepenuhnya tentang putusan yang mereka mesti kerjakan itu ! Tidak saja arti dari putusan itu tapi setiap anggota juga mesti memahami keharusan untuk pengabdian ikhlas terhadap pelaksanaan dan penyelesaian putusan tsb, sekalipun itu seandainya bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Sesuatu putusan revolusioner didapatkan setelah perundingan yang masak-masak dari persoalannya. Dalam perundingan tsb, setiap anggota mempunyai hak yang sepenuh-penuhnya untuk mengeluarkan pendiriannya dan memperrahankannya dan menentang pendapat anggota lainnya yang disetujuinya dengan tiada pandang bulu, atau menyokong pendapat yang disetujuinya sendiri. Pada pungutan suara ada hak padanya untuk memberikan suaranya secara bebas, sehingga dia dapat menggunakan pengaruh dirinya sepenuh-penuhnya atas setiap putusan partai yang diambil. Tapi, seandainya, sekalipun setelah dia ber-oposisi, tapi jumlah anggota yang terbanyak mengambil suatu putusan yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri, maka dia harus tunduk pada putusan yang diambil itu dan sebagai anggota ataupun pemimpin dia harus menjalankan putusan tsb. Dengan pengabdian yang tulus dan ikhlas.

Jika tidak demikian tidaklah mungkin dihimpun dan dipusatkan kekuatan yang bulat-padu dan massal revolusioner dari partai. Sesuatu partai dimana setiap anggotanya tetap bersitegang-leher bergantung kepada pendapat masing-masing sendiri-sendiri saja dan mensabot pelaksanaan dari putusan partai, tidak akan memiliki daya dan kekuatan sesuatu apapun. (dikutip dari halaman 19).

Massa Aksi 1926

Hal. 46

Disiplin & Demokrasi

............... Pertukaran susunan negara feodalistis dengan kapitalistis yang cepat dan tidak menurut kemauan alam menyebabkan bangsa Indonesia berubah cepat caranya berfikir. Tetapi perubahan cara berfikir ini biasanya tercecer oleh perubahan ekonomi. Umunya bangsa kita hidup dengan penghidupan lahir modern di zaman kapitalistis, tapi caranya berfikir masih kuno, masih tinggal di zaman dahulu seperti menganut Mahabrata, pelbagai kepercayaan dan tahayul kepada hantu, jin, kesaktian gaib, batu keramat dll, masih terus seperti kanak-kanan dan berfikiran fantastis.

Sebagaimana perbedaan tingkat dalam industrialisasi demikian pulalah perbedaan fikiran penduduk di berbagai daerah Indoonesia. Kita tunjukkan saja perbedaan kemajuan fikiran antara penduduk Jawa dan saudara-saudara kita di Halmahera atau antara saudara-saudara di Surabaya dan Semarang yang sadar itu dengan penduduk desa yang tidak berindustri. Dimana kapitalisme tumbuh serta berurat dan berakar, dimana mulailah hidup rasionalisme dan fikiran yang sehat serta lenyaplah dengan perlahan-lahan kepercayaan kepada segala tahayul dan sulap. Jadi psykologi dan ideologi jiwa dan akal rakyat Indonesia sejalan dengan kecerdasan kapitalisme yang senantiasa berubah-rubah. Yang lama lenyap dan yang baru menjadi cerdas.

Sukar sekali membawa sekalian perbedaan fikiran yang sedang dalam transformasi itu kepada satu cita-cita yang sama membangun dan tak berubah. Karena itu pekerjaan yang berat sekali bagi kaum revolusioner akan membawa seluruh rakyat Indonesia kepada garis-garis yang sesuai dan selaras dengan aksi-aksi Marxistis. Ia mudah tergelincir menjadi tindakan cari untung, anarki dan mempercayai jimat-jimat........

Satu partai revolusioner telah gabungan orang-orang yang bersamaan pandangan dan perbuatannya dalam revolusi. Dan sebaik-baiknya perbuatan revolusioner tiap-tiap anggota bersamaan satu dengan lainnya dan dipusatkan.

Buat menghidangkan sesuatu perasaan yang kurang baik dari tiap-tiap anggota partai mestilah tiap-tiap orang diberi hak bersuara mengemukakan dan mempertahankan keyakinannya dengan seluas-luasnya. Dan sesuatu keputusan partai mestilah dianggap sebagai hasil  permusyawaratan dan pertimbangan bersama-sama yang matang dari seluruh anggota. Tiap-tiap permusyawaratan hendaknyalah dijalankan dengan secara demokratis yang sesungguhnya. Tiap-tiap tanda yang berbau demokrasi dan aristokrasi mesti dicabut hingga keakar-akarnya. Tetapi birokrasi dan aristokrasme dalam partai tak dapat dihapuskan dengan “maki-makian” atau dengan meninju meja tetapi, dengan membiasakan bertukar fikiran yang merdeka dan kerja bersama-sama dari semua anggota. Tiap-tiap keputusan partai mesti diambil menurut suara yang terbanyak. Jika satu keputusan sudah diterima oleh suara yang terbanyak mestilah suara yang tersedikit meskipun bertentangan dengan keyakinannya “tunduk” kepada putusan dan dengan jujur menjalankan keputusan itu. Jika tidak begitu niatnya tak akan pernah satu partai mencapai tenaga yang revolusioner. Putusan yang “setengah betul”, tetapi dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan lebih baik dari pada keputusan yang “bagus sekali” tetapi dikhianati oleh seluruh anggota.

Partai mesti mempunyai “peraturan besi”, barulah ia kuasa memusatkan perbuatan partai. Partai mesti mempunyai alat-alat revolusioner untuk memeriksa dan memperbaiki sekalian perbuatan anggota. Belum lagi mencukupi, bila seorang “mengakui setuju” dengan sesuatu keputusan atau peraturan partai. Ia mesti “membuktikan dengan perbuatan” bahwa ia menjalankan keputusan itu dengan betul dan setia terhadap partai. Perbuatan itu biasanya berupa seperti mencari kawan, dalam surat-surat kabar partai, kursus, serikat pekerja dan mengerjakan administrasi dan organisasi partai. Jika ia tak memenuhi hal itu atau “terbukti”, bahwa ia tidak setiap kepada partai, mestilah dijalankan disiplin. Lebih baik ia keluar dari partaidari pada ia merusak partai atau memberikan teladan busuk kepada anggota-anggota yang lain, sebagai seorang revolusioner pemalas.

Tujuan politik, ekonomi dan sosial yang revolusioner dari satu partai untuk sesuatu negeri yang tertentu dan jalan yang ditempuh bersama, diterangkan dengan “program nasional” yang revolusioner. Ialah penunjuk jalan bagi partai dan mesti diakui, dijalankan, dipertahakan dan di-kembang-kembangkan oleh tiap-tiap anggota. Perihal program nasional kita dan sifat-sifatnya yang umu sudah cukup.

Tugas dan organisasi Partai.

Partai itu menjalankan tujuan dan pelopor (Van-guarde) pergerakan di segala tingkatan revolusi. Penglihatannya lebih jauh dan senantiasa berjuang dibarisan depan sekali da karena itu ia menjadi “kepala dan jantung” yang revolusioner...........

..................... Yang berjuang dinegeri-negeri kolonial itu terutama sekali kaum buruh dan tani revolusioner.

Di Indonesia borjuasi bumiputera tak dapat memimpin, moril dan materiil. (hal. 51-52).

Agitasi itu mesti didasarkan kepada penghidupan massa yang sebenarnya. Tak cukup dengan meneriakkan kemerdekaan saja. Kita harus menunjukkan kemerdekaan dengan alasan yang sebenarnya. Kita harus menerangkan semua penderitaan  rakyat sehari-hari seperti gaji, pajak, kerja berat, kediaman bobrok, perlakuan orang atas yang menghina dan kejam. Seorang agitator yang cakap setiap waktu harus sedia memecahkan sekalian soal yang bersangkutan dengan penghidupan materiil Pak Kromo dengan benar dan revolusioner. Juga harus senantiasa bersedia menarik dan memimpin pak-pak kromo itu kepada aksi politik dan ekonomi yang memperbaiki kebutuhan materiil mereka. Tak boleh kita harapkan, masssa akan masuk ke dalam perjuangan karena didorong cita-cita saja.

Massa (di timur atau di barat) hanya berjuang sebab kebutuhan materiil yang terpenting. Dengan perjuangan ekonomi seperti pemogokan atau pemboikotan serta ditunjang oleh demontrasi politik, kita akan membawanya kepada tujuan yang penghabisan !

Segala agitasi mestilah  cocok dengan keadaan ditiap-tiap daerah daerah. Penerangan terhadap seorang buruh industri tak boleh disamakan dengan seorang tani, sebab keduanya mempunyai kebutuhan materiil yang berlainan. Seorang tani di Jawa pun tak boleh disamakan dengan seorang petani di Sumetera sebab keduanya mempunytai soal-soal tanah dan ekonomi yang berlainan.

Jika agitasi itu benar nyata dan mengenal segala kebutuhan rakyat yang tergencet-gencet pada tiap-tiap daerah di Indonesia dan bilamana program tuntutan dan semboyan-semboyan kita “sungguh” difahamkan, dan dirasai oleh seluruh lapisan penduduk dan jika pemimpin partai liat, tangkas  dan cerdas mempergunakan sekalian pertentangan yang ada di dalam masyarakat Indonesia, niatnya perhubungan yang perlu “dengan” pengar uh yang diingini “atas” dan akhirnya kepercayaan yang dibutuhkan “dari” massa didapat oleh partai ......................

......... Kekuatan-kekuatan partai yang revolusioner tidak dapat diperoleh dengan pembicaraan-pembicaraan akademistis di dalam partai atau menggunakan kesempatan saja terhadap bangsa kita yang sengsara dan dihina-hinakan, tetapi dengan senantiasa mendorongkan partai itu ke dalam perjuangan ekonomi dan politik yang besar ataupun yang menciptakan “disiplin” yang diingini dan memberi pengaruh yang tak dapat ditinggalkan tas dan kepercayaan yang dibutuhkan dari: massa, dan lain dari itu kelihatan, kecerdasan dalam perjuangan. Itulah syarat-syarat yang akan membawa kita ke kemenangan. Bagaimana sekalipun rupa organisasi itu di dalam satu koloni seperti Indonesia kaum buruhlah yang paling aktif dan radikal. Organisasi tak boleh menghalang-halangi keaktifan itu. Sebaliknya ia mesti tahu mempergunakannya dan dapat menghidup-hidupkannya. Organisasi itu semestinya jadi gabungan dan  pemusatan segala keaktifan kaum buruh.

Semestinya diikhtiarkan supaya kaum buruh sebanyak-banyaknya duduk dalam partai dan memegang pimpinan. Partai revolusioner kita akan bertenaga untuk hidup yang sebesar-besarnya dan sesehat-sehatnya  bilamana benih-benih partai ditanam pada tiap-tiap pusat industri.

Jika satu partai revolusioner sungguh ingin menjadi pemimpin massa di Indonesia terlebih dulu partai itu sendiri  harus dipimpin sebaik-baiknya. Organisasi partai ialah kesimpulan dari beberapa susunan partai. Dengan [erkataan lain boleh dikatakan jadi “tali nyawa” dari partai, jadi yang “seperlu-perlunya”, misalnya seperti penyusunan, latihan, pendidikan bagi pemimpin dan anggota-anggotanya. Tambahan pula partai mesti berhubungan rapat dengan masa terutama dalam saat yang penting, dengan segala golongan rakyat dari seluruh kepulauan Indonesia. Dengan tidak berhubungan seperti itu, takkan ada pimpinan yang revolusioenr. (hal. 54/56)

Kutipan-Kutipan Thesis, 10/VI 1946

Golongan apakah yang lebih pantas lagi dalam masyarakat buat menjalankan perubahan masyarakat kapitalistis itu menjadi masyarakat sosialistis (anti-kapitalistis) selainnya dari pada golongan yang sehari-hari diisap dan ditindas dalam pekerjaannya dalam semua perusahaann kapitalistis? Dalam perusahaan kapitalistis, yang menghasilkan barang besar-besaran dengan alat mesin modern dan administrasi secara modern pulalah terdapat proletariatt modern. Disinilah proletariatt diikatkan pada mesin modern, diorganisir dan di disiplin secara modern, scientific menurut ilmu.

Didalam perusahaan modern inilah sesuatu partai pekerja harusnya mencari cara buat dijadikan motive force, kodrat penggerak revolusi sosial. Tingkat pertama yang baiknya ditempuh oleh pekerja-Murba dalam dunia organisasi ialah pakbon. Sebagian (tak semuanya) pekerja yang insyaf akan keadaan hidupnya mempersatukan diri buat maksud yang sama (lama kerja, hak mogok dll). Dari pakbon sebagai organisasi buruh tingkat pertama inilah partai pekerja seharusnya mencari calon buat anggota-anggotanya. Dari anggota pakbon-lah disaring para anggota partai pekerja, ialah pelopor, kodrat-penggerak, motive-force dalam revolusi sosial. Tak pula perlu banyak asal saja cerdas, jujur, aktiv dan bisa memimpin atau mempengaruhi seluruhnya pakbon tadi.

Syahdan dalam gerakan rakyat berperang, maka kita lihat pertama kader-opsir, yang memimpin tentara tetap. Disekitarnya tentara-tetap di bawah pimpinan kader-opsir itu kita lihat reserve dan seluruhnya rakyat.

Memang para saudagar kecil bangsa Indonesia terdesak oleh saudagar asing. Majikan perusahaan kecil Indonesia (perusahaan batik umpamanya terdesak majikan perusahaan asing). Semuanya pedagang kecil, tukang warubg kecil, sampai penjual sate dan gado-gado, disampingnya warga-kota yang kecil seperti jurutulis, tukang, intelegensia-miskin, yang semuanya kita namai saja warga-miskin, terdesak sungguh oleh kapital asing. Tetapi tiada langsung terdesaknya. Mereka berada di luar kebun, tambang, pabrik, kereta dan perkapalan asing. Mereka tiada diikat oleh mesin, administrasi, organisasi dan disiplinnya kalau mereka dijadikan motive-force dalam gerakan revolusioner. Setengah atau satu lusin diantara mereka yang cerdas, jujur dan berani, yang terikat oleh filsafat materialisme dialektis dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat tentulah patut diterima di dalam partai. Tetapi umumnya mereka warga-miskin ini berhasrat dan berfilsafat hidup yang berlainan dari pada proletariatt modern. Memasukkan mereka terlampau banyak ke dalam partai niatnya akan memperlemah dasar tujuan partai majority, lebih dari setengahnya banyak warga kecil dala, partai mudah membelokkan partai kelapangan anarkisme atau opportunisme, putsch atau kontra-revolusi. Majority sebagian besar dari pada anggota sesuatu partai pekerja buat menjaga kesehatannya partai itu harus terdiri dari proletariat-industri. Para pekerja industri beratlah yang sepatutnya mendapat perhatian pertama buat dijadikan anggota partai pekerja.

Indonesia belum sampai ketingkat perindustrian-berat dan baru berada pada permulaan industri enteng, seperti perusahaan kain, kertas, tinta dan pena. Tetapi perkebunan, pertambangan, pengangkutan, serta perdagangan sudah dijalankan secara modern sekali dan mempunyai sifat internasional. Kepada perusahaan yang paling modern mesinnya, yang paling up to date (baru) administrasinya, yang paling penting hasilnya buat dalam dan luar Indonesia dan akhirnya kepada buruh yang paling banyak terpusat, paling tersusun-terdisiplin, jadinya mereka yang paling merasa pula isapan dan tindas-menindaslah perhatian dan usaha yang pertama seharusnya ditujukan.

Perusahaan lain-lainnya pun mesti mendapat perhatian sepenuh-penuhnya pula. Perusahaan itu, ialah perusahaan besi dan bengkel seperti bengkel manggarai di Jakarta. Haruslah pula dimasuki ratusan kebun modern dan pabrik kecil-kecil dimana-mana. Perusahaan kereta api, perkapalan, kantor, sekolah. (hal.31-32)..............

Menurut filsafat materialisme yang bersandar pada dialektisme, pertentangan, maka pikiran revolusioner itu melantun (terugkaatsen, rebound) kembali kepada matter, kebendaan, seperti penghidupan, produksi, distribusi: akhirnya kepada staat dan politik. Pada tingkat pertama keadaan hidup mempengaruhi jiwa (psychology). Pada tingkat kedua jiwa tadi hendak mempengaruhi, bahkan membentuk baru keadaan hidup, membongkar staat dan produksi-distribusi (ekonomi) lama dan membangunkan yang baru. Jiwa semacam ini dinamai revolusioner.

Ringkasnya dimusim krisislah bisa diharapkan tentara revolusioner yang besar, giat-berlatih secara massa-aksi seperi mogok: demonstrasi yang mempunyai maksud yang pasti-terbatas disertai oleh tuntutan pasti-terbatas pula (clear-cut-aim). Dalam latihan itu kelak bisa ternyata beberapa jauhnya rakyat Murba yang beraksi itu bisa dipimpin dengan selamat, ialah supaya pengorbanan bisa sekecil-kecilnya dan hasil yang diperoleh adalah sebesar-besarnya. (hal.35)

Disiplin itu mudah dijalankan kalau memang sebagian besar anggotanya sendiri terdiri dari proletariat industri modern yang sudah paham benar atas materialisme dialektis. Susah atau mustahil dijalankan kalau sebagian besar anggotanya terdiri dari borjusi kecil (tengah-cilik & non Murba lain-lain).

Lebih mudah disuruh maju diwaktu krisis, kalau terlampau banyak ber-anggota warga-miskin, yang umumnya condong kepada fasisme atau anarkisme itu. Lebih mudah disuruh mundur diwaktu kemakmuran, kalau terlampau banyak ber-anggota warga miskin dan tengah, karena mereka umumnya condong kepada opportunisme (hal. 36) – lihat & pahamkan: keterangan istilah Murba.

Dari “Uraian Mendadak” – 7 NOVEMBER 1948

(Hal. 26, 27, 28, 29 dan 31)

Partai. Sifat “ Partai Murba” ialah menggalan rakyat Murba. Dan saudara sekalian, yang akan menjadi kader, yang bekerja buat dan untuk Murba, dari Murba. Saudara yang akan memimmpin gerakan seluruh Murba di Indonesia buat melanjutkan perjuangan kita. Jadi bukan kader terpisah dari Murba, yang terpisah dari rakyat, tetapi yang di tengah-tengah Murba. Maka harus ada kontak rapat dengan Murba, ialah buruh dan tani.

Apabila kita mendapat kepercayaan penuh, baru kita bisa menamakan diri “ Partai Murba”. Apa syarat buat mendapat kepercayaan, autoriteit Murba buruh dan tani? Dengan membawa isme-isme saja dan berdebat-debat habis-habisan saja, kita belum lagi menjadi pemimpin Murba. Kita terjun kebawah. Dari bawah kembali keatas buat merundingkan apa pengalaman kita di bawah. Kalau kita tidak bisa mendapat kontak jiwa dengan jiwa, kita tidak akan mendapat kepercayaan: kita tidak bisa menjalankan disiplin; tidak bisa menasehati Murba; Murba tak mau dipanggil, kalau diserang musuh, karena kita tiada mendapat kepercayaan penuh dari Murba.

Buat mendapatkan kepercayaan penuh itu, haruslah kita senantiasa berhubungan dengan Murba, sepaya mengerti benar-benar kepentingan Murba sehari-hari, walaupun rupanya perkara kecil saja.

Soal tempat: Kita namakan partai kita Partai Murba. Tetapi  kalau pusat atau markasnya akal-kita berada ditengah-tengah rombongan rumah yang indah permai di dalam kota, atau kita cuma berdebat tentang isme-isme itu saja antara penduduk kota terpelajar dan hidup makmur saaja, kita tidak akan mendapat kontak dengan kaum Murba.

Jadi supaya kita sehari-hari bisa mendapat kontak dengan Murba, kita perlu campur dan berkumpul dengan mereka. Kalau kita membimbing kaum Murba mesin, maka carilah pabrik dimana Murba menggerakkan mesin buat hidupnya sehari-hari. Pergilah kekebun atau bekerjalah dikebun. Tempat itu yang kita cari. Jangan tempat terasing menghindarkan pergaulan dengan mereka itu.tidak bisa kita selami jiwa mereka, tidak bisa kita ketahui soal hidup mereka itu, kalau tidak bisa mendapat kepercayaan dan perkataan kita akanmelajang diatas  kepala mereka. Mungkin kita bisa membikin mereka ketawa atau menangis, tetapi tidak bisa menggerakkan mereka, mundur kalau terpaksa, maju kalau perlu.

Tempat Murba ialah dibengkel, dipabrik,dipelabuhan, dimana-mana  kaum gembel berkumpul dan juga kaum intelek, juga diantara mereka yang sekarang menjadi gembel, buat mengadakan propaganda dan agitasi.

Soal illegal dan legal! Kalau negara menjamin demokrasi dan menjamin hak berkumpul, mengadakan pers, tidak melarang atau menyerobot pabrik kertas atau mengangkapi orangnya, karena kalimat yang tidak enak didengar oleh yang berkuasa, selama demokrasi itu berjalan ditas rel, kita pun akan menghormatinya. Tetapi kalau cuma tinggal diatas kertas saja, maka kitapun akan mengambil sikap menurut keadaan. Illegal dan legal, ialah soal bagaimana keadaan, bagaimana suasana dalam negara, bagaimana sifat undang-undang yang ada. Maka kalau semua belum terang walaupun terang tertulis, tetapi belum terang dijalankan, karena pelbagai alasan, maka kita berjalan seperti amphibi, berjumpa air seperti kapal, berjumpa darat seperti tank. Dalam keadaan demokrasi borjuis pun kita harus siap dengan kesanggupan kerja-illegal. Jadi soal legal dan illegal bukanlah soal kita sendiri semata-mata, melainkan juga soal dari lain pihak, soal tata-negara dan pelaksanaan undang-undang yang ada dalam negara. Dan kalau kita dalam keadaan semacam itu mesti mengadakan persiapan dan kalau perlu berjalan di bawah tanah, maka itu bukan salah kita, tetapi karena keadaan berjuang, dipaksakan oleh siasatnya perjuangan. Jangan dianggap illegal berbisik-bisik dalam gelap, bagaimana mengamuk dan mengadakan putch, berbisik-bisik bagaimana mengumpulakan tenaga dan membikin putch, tetapi walaupun berjalan di bawah tanah tetap berhubungan dengan Murba.

Tidak boleh kita lepas dari Murba, setiap waktu mengetahui kemauan dan semangat Murba. Jadi tidak berarti merangkak-rangkak di bawah tanah berbisik-bisik.......................

..............................Agitasi dan Propaganda: Artinya bukan pula menghasut terus-menerus. Memang orang bisa dihasut sampai marah dan sampai memukul, tetapi orang bisa membalik memukul diri kita sendiri. Kalau tak ada yang dipukul lagi mungkin kita sendiri yang kelak menjadi sasaran. Terutama kalau tak ada wujud yang lebih mulia. Kita bisa perdalam keyakinan itu atas dasar-dasar kehidupan sehari-hari. Kalau pergi ketempat buruh bbekerja di kereta api umpamanya, kita dasarkan propaganda kita atas penghidupan Murba-kereta api itu pula dll. Tak perlu kita mulai dengan mendewa-dewakan pemimpin ini atau  itu. Cukuplah, kalau prinsip, cara-cara bekerja ataupun semangat serta sifat jujur-konsekuen salah seorang pemimpin yang dihormati. “ Berapa gaji, berapa orang keluarga, berapa kebutuhan sehari-hari, dan apa kekurangannya.” Inilah yang kita kemukakan. Dengan uraian atau pertanyaan yang sederhana berdasarkan pengalaman sehari-hari kita meningkat keatas melalui jenjang logika dan dialektika. Dengan demikian kita bisa menerangkan akibatnya blokade Belanda, politik infiltrasi Belanda dan politik adu-domba. Begitulah pula kita bisa sampai kepada akibatnya perjanjian Linggarjati dan Renville. Akhirnya kita sampai kepada politiknya partai ini atau itu, isme ini atau itu. Sendirinya kita akan sampai usul cochran.

Kita membikin agitasi buat membangunkan pengertian, membangunkan keyakinan, memberikan jalan melalui organisasi dan mementingkan organisasi: Bersatu kita teguh, berpecah kita jatuh. Dengan organisasi kita bisa menggerakkan Murba.

Kunjungilah kaum Murba. Janganlah bosan memberi pertolongan atau penerangan, juga  kepada Murba-bura huruf. Kita memerlukan perhubungan (kontak). Dan kontak berarti bersama-sama menyelesaikan persoalan penghidupan sehari-hari. Perlihatkan perhatian penuh kepada kaum Murba. Berikanlahbantuan lahir-bathin kepada mereka dimana perlunya. Saudara sendiri mengerti apa artinya ramah-tamah bagi kaum Murba Indonesia. Pakailah semua kesempatan buat mengadakan kontak dengan sikap ramah-tamah dan semangat tolong-menolong.

Andaikata saudara berada pada suatu desa atau kampung yang terdiri dari 30 rumah. Bentuklah satu komite kecil untuk pembagian pekerjaan. A 10 rumah, B 10 rumah, dan C 10 rumah. Sekali seminggu atau lebih, datangilah rumah-rumah itu dan tanyakan keperluan penduduknya. Persoalkanlah keperluan hidup mereka sehari-hari. Mungkin akhirnya saudara sampai kepada minimum dan maximum program, kepada Linggarjati dan Renville.

Rundingkanlah dan putuskanlah dalam komite tadi segala sesuatu sebeumnnya saudara menjumpai mereka yang membutuhkan petunjuk. Pelajarilah apa yang dibutuhkan oleh rakyat Murba. Periksalah dimana terdapat barang yang berlebihan dan yang kekurangan diantara barang kepentingan hidup seperti beras, sayur, garam, minyak, pacul, parang dll