Agitasi Politik dan "Sudut Pandang Kelas"

V.I. Lenin (1902)


Diterbitkan: Iskra, No. 16, February 1, 1902.

Sumber: Lenin Collected Works, Foreign Languages Publishing House, 1961, Moscow, Volume 5, pages 337-343.

Penerjemah: Ted Sprague (22 Oktober, 2012)


Mari kita mulai dengan sebuah ilustrasi.

Para pembaca tentunya ingat dengan sensasi yang diciptakan oleh pidato yang dihantarkan oleh M.A. Stakhovich, seorang Marsekal dari Kebangsawanan Gubernia Orel, di sebuah kongres misionari dimana dia mendorong agar kebebasan berpendapat diakui oleh hukum. Media pers konservatif, dipimpin oleh koran Moskovskiye Vedomosti, meluncurkan kampanye hitam terhadap Tuan Stakhovich. Mereka menghujatnya dan bahkan sampai menuduh seluruh kebangsawanan Orel melakukan pengkhianatan besar karena telah memilih Tuan Stakhovich sebagai Marsekal. Sekarang, pemilihan ulang ini sungguh sangat signifikan dan pada tingkatan tertentu mengambil karakter sebuah protes kaum bangsawan terhadap tirani polisi.

Stakhovich, tulis Moskovskiye Vedomosti, “bukanlah seorang Marsekal Bangsawan, dia lebih seperti pembicara pintar …” (No. 348, 1901). Lebih parah lagi bagi kalian tuan-tuan pembela pentungan polisi. Bila sampai para tuan-tuan tanah kita yang riang mulai berbicara mengenai kebebasan berpendapat, maka ini berarti kejahatan-kejahatan para pastor dan polisi sudah sungguh tak terhingga.

“Mengapa kaum intelektual kita yang mendorong dan menyambut dengan tepuk tangan para Stakhovich ikut campur dengan kepercayaan ortodoks kita yang suci dan sikap kita terhadapnya?” Sekali lagi, lebih parah lagi bagi kalian tuan-tuan, para pembela otokrasi, kepercayaan ortodoks, dan nasionalisme. Sungguh sebuah sistem yang sangat baik rejim otokorasi polisi kita, ia bahkan telah merasuki agama dengan semangat sel-penjara sehingga “para Stakhovich” (yang tidak punya kepercayaan yang kuat dalam hal agama, tetapi tertarik, seperti yang akan kita lihat nanti, dalam mempertahankan sebuah agama yang kokoh) menjadi sama sekali tak-acuh (atau bahkan membenci) terhadap kepercayaan “nasional” ini. “ … Mereka mengejek kepercayaan kita sebagai sebuah khayalan!! Mereka mengejek kita karena ‘khayalan’ ini memungkinkan kita menghindari dosa dan melaksanakan tanggungjawab kita dengan tanpa mengeluh, tidak peduli seberapa beratnya mereka; karena kita menemukan kekuatan dan keberanian untuk menghadapi penderitaan dan kemiskinan dan tidak angkuh di saat-saat kesuksesan dan keberuntungan …” Jadi, kepercayaan ortodoks itu baik bagi mereka karena ia mengajari rakyat untuk menghadapi kesengsaraan “tanpa mengeluh”. Sungguh sebuah kepercayaan yang menguntungkan bagi kelas-kelas yang berkuasa! Di sebuah masyarakat dimana segelintir minoritas menikmati kekayaan dan kekuasaan, sementara massa rakyat terus- menerus menderita “kemiskinan” dan “tanggungjawab berat”, sungguh wajar bagi para penindas untuk bersimpati pada sebuah agama yang mengajarkan rakyat untuk bisa menahan “tanpa mengeluh” neraka di muka bumi demi surga di langit. Tetapi dalam serangannya terhadap Stakhovich, koran Moskovskiye Vedomosti berbicara terlalu banyak Begitu banyaknya sehingga tanpa sadar ia mengutarakan kebenaran. Kita baca: “… Mereka tidak sadar kalau para Stakhovich bisa makan enak, tidur pulas, dan hidup bahagia justru karena ‘khayalan’ ini.”

Kebenaran yang sakral! Karena “khayalan” agama begitu menyebar luas di antara massa, para Stakhovich dan Oblomov[1], dan semua kapitalis kita yang hidup dari kerja yang dilakukan oleh massa rakyat, dan bahkan Moskovskiye Vedomosti, dapat “tidur dengan pulas”. Dan semakin rakyat terdidik, prasangka-prasangka relijius akan semakin luntur dan digantikan dengan kesadaran sosialis, dan semakin dekat pula hari kemenangan bagi kaum proletariat – kemenangan yang akan membebaskan semua kelas tertindas dari perbudakan yang mereka alami di masyarakat moderen ini.

Tetapi setelah sekali keceplosan mengutarakan sebuah kebenaran, Moskovskiye Vedomosti mengutarakan satu lagi kebenaran yang menarik. Mereka jelas salah kalau mengira para Stakhovich “tidak menyadari” pentingnya agama, dan bahwa para Stakhovich menuntut liberalisme karena “mereka bodoh”. Penafsiran seperti ini sangatlah naif dan kekanak-kanakan. Kenyataan bahwa Tuan Stakhovich maju ke depan sebagai pembela seluruh tendensi liberalisme dibuktikan paling baik oleh Moskovskiye Vodomosti sendiri; kalau tidak, mengapa mereka harus meluncurkan kampanye yang begitu besar untuk menjawab sebuah pidato? Mengapa mereka berbicara bukan mengenai Stakhovich tetapi mengenai para Stakhovich, mengenai “para intelektual”?

Kekeliruan Moskovskiye Vodomosti tentu saja adalah sebuah kesengajaan. Koran ini lebih tidak bersedia daripada tidak mampu menganalisa liberalisme dari sudut pandang kelas. Bahwa mereka tidak bersedia, ini jelas. Tetapi ketidakmampuan mereka untuk menganalisa liberalisme dari sudut pandang kelas adalah sesuatu yang jauh lebih menarik bagi kita, karena ini adalah penyakit yang juga diderita oleh banyak kaum revolusioner dan sosialis. Para penulis surat-surat yang diterbitkan di koran Iskra No. 12, yang menuduh kita telah menyimpang dari “sudut pandang kelas” karena kita mencoba mengikuti semua manifestasi kekecewaan dan protes liberal, menderita dari penyakit ini. Begitu juga para penulis Proletarskaya Borba[2] dan sejumlah pamflet “Perpustakaan Buruh Sosial-Demokratik”[3] yang membayangkan kalau rejim otokrasi kita merepresentasikan kekuasaan absolut kaum borjuasi. Begitu juga para Martynov[4], yang ingin membujuk kita agar mencampakkan kampanye yang mengekpsos rejim otokrasi dari semua sisi (yakni agitasi politik yang paling luas) dan mengkonsentrasikan usaha kita terutama ke dalam perjuangan untuk reforma-reforma ekonomi (untuk memberikan sesuatu yang “positif” kepada kelas buruh, dan untuk mengedepankan atas nama kelas buruh “tuntutan-tuntutan konkrit” untuk kebijakan-kebijakan legislatif dan administratif “yang menjanjikan hasil-hasil yang nyata”). Begitu juga para Nadezhdin, yang setelah membaca artikel kita mengenai konflik-konflik statistik, bertanya dengan terkejut: “Oh Tuhan, apa ini? Koran Zemstvo?”

Semua kaum sosialis ini lupa kalau kepentingan-kepentingan otokrasi hanya beririsan dengan beberapa kepentingan tertentu dari kelas-kelas yang berpunya, dan hanya di bawah situasi-situasi tertentu. Sering kali kepentingan otokrasi tidak sama dengan kepentingan kelas-kelas ini secara keseluruhan, tetapi hanya dengan beberapa strata dari kelas-kelas ini. Kepentingan strata borjuasi lainnya dan kepentingan umum seluruh borjuasi, yakni kepentingan dalam mengembangkan kapitalisme secara keseluruhan, niscaya melahirkan oposisi liberal terhadap rejim otokrasi. Misalnya, rejim otokrasi menjamin kaum borjuasi dapat menggunakan bentuk-bentuk eksploitasi yang paling kejam, tetapi di pihak lain otokrasi menaruh seribu halangan bagi perkembangan kekuatan-kekuatan produksi dan perluasan pendidikan, dan oleh karenanya otokrasi membangkitkan oposisi tidak hanya dari kaum borjuasi kecil tetapi juga dari kaum borjuasi besar. Otokrasi menjamin kaum borjuasi perlindungan dari sosialisme, tetapi karena rakyak hak-haknya direnggut, maka perlindungan ini menjadi sebuah sistem negara-polisi yang membangkitkan kemarahan dari semua orang. Apa akibat dari tendensi-tendensi yang antagonistik ini, apa kekuatan relatif dari tendensi-tendensi konservatif dan liberal, semua ini tidak dapat dipelajari hanya dari beberapa thesis umum, karena semua ini tergantung dari fitur-fitur unik situasi sosial dan politik pada momen-momen tertentu. Untuk menentukan ini, kita harus mempelajari situasi secara detil dan memperhatikan secara seksama semua konflik dengan pemerintah, tidak peduli dari strata sosial mana mereka berasal. Justru “sudut pandang kelas” lah yang mengharuskan kaum Sosial Demokrat untuk menaruh perhatian pada kekecewaan dan protes-protes “para Stakhovich”.

Cara berpikir dan aktivitas kaum sosialis yang disebut di atas menunjukkan kalau mereka tak-acuh terhadap liberalisme dan oleh karenanya menunjukkan ketidakpahaman mereka akan thesis dasar Manifesto Komunis, yang merupakan “ajaran suci” Sosial-Demokrasi internasional. Mari kita ingat kata-kata di dalam Manifesto Komunis bahwa kaum borjuasi sendiri lah yang menyediakan materi-materi untuk pendidikan politik kaum proletariat melalui perjuangannya untuk merebut kekuasaan, melalui konflik-konflik dari berbagai strata dan kelompok di dalamnya, dsbnya. Hanya di negeri-negeri yang secara politik bebas kaum proletariat dapat mengakses materi ini dengan mudah (walaupun hanya sebagian saja). Di Rusia yang diperbudak, kita kaum Sosial Demokrat harus bekerja keras untuk mendapatkan “materi” ini untuk kelas buruh, yakni kita sendiri yang harus melaksanakan tugas agitasi politik umum, kampanye publik untuk mengekspos otokrasi. Tugas ini terutama penting di periode-periode gejolak politik. Kita harus ingat bahwa dalam satu tahun kehidupan politik yang penuh gejolak kaum proletar dapat mendapatkan pelatihan revolusioner lebih daripada beberapa tahun kehidupan politik yang tenang.  Untuk alasan ini, kecenderungan kaum sosialis di atas untuk secara sadar atau tidak sadar membatasi cakupan dan isi dari agitasi politik adalah sesuatu yang merugikan.

Mari kita juga ingat kata-kata bahwa kaum Komunis mendukung setiap gerakan revolusioner yang melawan sistem yang ada. Kata-kata ini sering kali ditafsir terlalu sempit, dan tidak dianggap sebagai dukungan terhadap oposisi liberal. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa ada periode-periode tertentu ketika setiap konflik dengan pemerintah yang muncul dari kepentingan-kepentingan sosial yang progresif, betapapun kecilnya dapat di bawah kondisi-kondisi tertentu (dimana dukungan kita adalah salah satu kondisi tersebut) meledak menjadi konflik yang besar. Kita hanya perlu mengingat gerakan sosial besar yang berkembang di Rusia dari bentrokan antara para pelajar dengan pemerintah mengenai tuntutan-tuntutan akademik[5], atau konflik yang terjadi di Prancis antara semua elemen-elemen progresif dengan kaum militeris mengenai sebuah pengadilan dimana keputusannya berdasarkan bukti-bukti palsu[6]. Oleh karenanya, adalah tugas wajib kita untuk menjelaskan kepada kaum proletar semua bentuk protes-protes liberal dan demokratik, untuk meluaskannya dan mendukungnya, dengan partisipasi aktif dari kaum buruh, biarpun itu adalah konflik antara Zemstvo dan Kementerian Interior, antara kaum bangsawan dan rejim polisi Gereja Ortodoks, antara ahli statistik dan kaum birokrat, antara kaum tani dan pejabat “Zemstvo”, antara sekte-sekte agama dan polisi, dll., dll. Mereka yang dengan sombong memandang rendah konflik-konflik kecil ini, atau “kesia-siaan” usaha untuk mengobarkan mereka untuk menjadi konflik besar, tidak menyadari bahwa agitasi politik dari semua sisi adalah sebuah fokus dimana kepentingan vital pendidikan politik kaum proletar beririsan dengan kepentingan vital perkembangan sosial secara keseluruhan, dengan kepentingan-kepentingan vital seluruh rakyat, yakni seluruh elemen-elemen demokratis. Adalah tugas kita untuk memahami semua masalah liberal, untuk menentukan sikap Sosial-Demokratik kita terhadapnya, untuk membantu kaum proletar terlibat aktif di dalam penyelesaiannya dan mencapai solusi dengan caranya sendiri, dengan cara proletarian. Mereka-mereka yang menolak terlibat (apapun maksud mereka) pada kenyataannya membiarkan kaum liberal memimpin dan memberikan pendidikan politik kepada kaum buruh, dan menyerahkan hegemoni di dalam perjuangan politik kepada elemen-elemen, yang pada analisa terakhir, adalah pemimpin-pemimpin demokrasi borjuis.

Karakter kelas dari gerakan Sosial-Demokratik tidak boleh membuat kita membatasi tugas-tugas kita hanya untuk kebutuhan-kebutuhan langsung dan segera dari “gerakan buruh yang murni dan sederhana”. Karakter kelas ini harus terekspresikan di dalam kepemimpinan kita di setiap aspek dan manifestasi dari perjuangan pembebasan yang sedang dilakukan oleh proletariat, satu-satunya kelas yang benar-benar revolusioner di masyarakat moderen hari ini. Sosial Demokrasi harus secara konsisten dan teguh menyebarkan pengaruh gerakan buruh ke semua ranah kehidupan sosial dan politik masyarakat hari ini. Ia harus memimpin, bukan hanya di dalam perjuangan ekonomi, tetapi juga di dalam perjuangan politik kaum proletar. Ia tidak boleh sekalipun lupa akan tujuan akhirnya, tetapi harus selalu mempropagandakan ideologi proletariat – yakni teori sosialisme ilmiah, atau Marxisme – menjaganya dari distorsi, dan terus mengembangkannya. Tanpa mengenal lelah kita harus terus memerangi setiap ideologi borjuis, tidak peduli jubah apa yang dipakainya untuk menyamar. Kaum sosialis yang telah kita sebut di atas telah menyimpang dari “sudut pandang kelas” juga karena mereka tak-acuh pada tugas memerangi “kritik terhadap Marxisme”. Hanya orang buta yang tidak bisa melihat bahwa “kritik” ini telah mengakar lebih cepat di Rusia dibandingkan negeri lain, dan telah dilakukan dengan lebih antusias oleh propaganda liberal Rusia dibandingkan orang-orang lain, karena kaum liberal adalah salah satu elemen dari demokrasi borjuasi di Rusia.

Di dalam perjuangan politik, “sudut pandang kelas” menuntut proletariat untuk memberikan dorongan kepada setiap gerakan demokratik. Tuntutan-tuntutan politik demokrasi kelas-buruh tidak berbeda secara prinsipil dengan tuntutan-tuntutan politik demokrasi borjuis. Mereka hanya berbeda dalam tingkatannya. Di dalam perjuangan untuk emansipasi ekonomi, untuk revolusi sosialis, kaum proletariat berdiri di atas prinsip yang berbeda dan kaum proletariat berdiri sendirian (para produsen kecil akan datang membantu hanya setelah ia masuk ke barisannya atau sedang bersiap-siap masuk ke barisannya). Akan tetapi, di dalam perjuangan untuk kebebasan politik, kita punya banyak sekutu yang tidak boleh kita abaikan. Namun, sementara sekutu-sekutu kita di dalam kamp demokrasi-borjuis, dalam berjuang untuk reforma-reforma liberal, akan selalu menengok ke belakang dan mengatur hal-hal agar mereka tetap bisa “makan enak, tidur pulas, dan hidup bahagia” di atas penderitaan orang lain, kaum proletariat akan terus maju sampai garis akhir tanpa menengok ke belakang. Sementara teman-teman R.N.S (penulis pengantar memorandum Witte) terus mengusik pemerintah mengenai hak-hak Zemstvo, atau mengenai konstitusi, kita akan berjuang demi republik demokratis. Namun kita tidak akan lupa bahwa bila kita ingin mendorong seorang ke depan, kita harus terus meletakkan tangan kita di pundak orang tersebut. Partai proletariat harus belajar untuk tahu bagaimana mendorong setiap kaum liberal ketika ia sedang bersiap-siap maju satu inci, dan mendorongnya untuk maju satu meter. Bila dia diam saja, kita akan terus maju tanpa dia atau dengan melangkahinya.

Catatan:

[1] Oblomov adalah nama karakter utama di dalam sebuah novel yang berjudul “Oblomov”, karangan I. Goncharov. Oblomov adalah personifikasi dari rutinitas, stagnasi, dan apati.

[2] Koran Proletarskaya Barba (Perjuangan Proletar) diterbitkan sejak 1899 oleh Kelompok Sosial-Demokratik Ural. Para penulis koran ini, yang berpandangan “Ekonomis”, menyangkal perlunya membentuk sebuah partai politik kelas buruh yang mandiri, dan mereka percaya bahwa sebuah revolusi politik dapat dicapai dengan pemogokan umum, tanpa mempersiapkan organisasi dan massa, dan tanpa pemberontakan bersenjata.

[3] “The Social Democratic Workers’ Library” atau “Perpustakaan Buruh Sosial Demokratik” adalah serangkaian pamflet yang diterbitkan secara ilegal di Vilno dan St. Petersburg pada 1900-01.

[4] Alexander Martynov (1865-1935) adalah seorang Menshevik yang menentang Revolusi Oktober. Pada tahun 1923 dia bergabung dengan Partai Komunis. Bersama Stalin, dia menjadi lawannya Trotsky dan Oposisi Kiri. Dia yang mengembangkan teori blok empat kelas dan teori dua tahap, yang digunakan untuk melawan teori Revolusi Permanen.

[5] Pada musim dingin 1901-02, 30 ribu pelajar melakukan mogok.

[6] Lenin merujuk pada kasus Dreyfus, dimana seorang perwira Prancis, seorang Yahudi, yang pada 1894 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di pengadilam militer, berdasarkan tuduhan fitnah bahwa dia melakukan spionase dan pengkhianatan. Pengadilan yang provokatif ini diorganisir oleh kaum reaksioner. Gerekan untuk mendukung Dreyfus mengekspos korupsi di pengadilan dan menajamkan pertentangan antara kaum republikan dan royalis. Pada 1889 Dreyfus dimaafkan dan dibebaskan. Hanya pada 1906, setelah kasus ini diperiksa kembali, Dreyfus lalu direhabilitasi.