Di Ambang Batas

V.I. Lenin (1915)


Diterbitkan di Sotsial-Demokrat No. 48, 20 November, 1915

Sumber: At the Uttermost Limit. Lenin Collected Works Vol. 21. Moscow, Progress Publishers, 1974. hal. 421-422.

Penerjemah: Ted Sprague (3 Juli, 2020)


Transformasi individu-individu dari Sosial-Demokrat radikal dan Marxis revolusioner menjadi sauvinis-sosial adalah sebuah fenomena umum di semua negeri-negeri yang tengah berperang. Luapan sauvinisme begitu besar sehingga di semua sisi luapan ini menyeret sejumlah kaum Sosial-Demokrat sayap-Kiri yang pengecut atau sudah kedaluwarsa. Parvus, yang telah menunjukkan dirinya sebagai seorang petualang semenjak Revolusi Rusia [1905], kini telah mencapai ambang batas, kali ini di jurnal kecilnya, Die Glocke[1]. Dengan rasa puas-diri yang sungguh tidak tahu malu, dia telah menaungi kaum oportunis Jerman di bawah ketiaknya. Dia abaikan gagasan-gagasan yang dulunya dia banggakan, dan dia telah melupakan perseteruan antara tendensi revolusioner dengan tendensi oportunis, dan sejarah mereka dalam gerakan Sosial-Demokratik internasional. Dengan kelincahan seorang kolumnis yang yakin telah direstui oleh kaum borjuasi, dia menepuk Marx di pundaknya, “mengoreksi” Marx, tanpa satupun kritik yang jujur ataupun cermat. Dia memperlakukan Engels dengan kebencian terbuka, dan membela kaum pasifis dan internasionalis Inggris, serta kaum nasionalis dan patriot ekstrem Jerman. Mengecam kaum patriot-sosial Inggris, yang dia kutuk sebagai kaum sauvinis dan kacung borjuasi, dia pada saat yang sama memuji kaum patriot-sosial Jerman sebagai kaum Sosial-Demokrat revolusioner dan merangkul dekat Lensch, Haenisch, Grunwald.[2] Dia menyanjung-nyanjung Hindenburg[3], dengan meyakinkan para pembacanya bahwa “Staf Jendral Jerman telah mengambil posisi mendukung revolusi di Rusia”, dan menerbitkan pujian-pujian yang menghamba pada “pengejawantahan jiwa rakyat Jerman” ini, “sentimen revolusionernya yang luar biasa”. Dia menjanjikan Jerman transisi damai ke sosialisme melalui sebuah aliansi antara kaum konservatif dan sebagian kaum sosialis, dan melalui “kartu ransum roti”. Layaknya pengecut picik, dia dengan congkak setengah-setuju dengan Konferensi Zimmerwald[4], dan pura-pura tidak tahu bahwa dalam manifesto Zimmerwald termaktub kritik terhadap semua corak sauvinisme-sosial, dari varietas Parvus dan Plekhanov, sampai Kolb dan Kautsky.

Di semua enam edisi jurnal kecilnya, tidak ada sejumput pun pemikiran yang jujur atau argumen yang serius atau artikel yang tulus. Jurnalnya tidak lebih dari rawa kotor sauvinisme Jerman yang dikedoki dengan baliho yang dicat kasar, yang mengklaim mewakili kepentingan Revolusi Rusia! Wajar saja kalau rawa kotor ini mendapat sanjungan dari kaum oportunis semacam Kolb dan para editor koran Chemnitz Volksstimme.[5]

Tn. Parvus begitu lancang mengumumkan ke khalayak ramai bahwa “misinya adalah menjadi mata rantai ideologi yang menghubungkan proletariat bersenjata Jerman dengan proletariat revolusioner Rusia.” Kita hanya perlu mengekspos kalimat yang jenaka ini untuk diolok-olok oleh kaum buruh Rusia. Bila koran Prizyv milik Tn. Plekhanov, Bunakov, dkk., telah memenangkan persetujuan dari kaum sauvinis dan Khvostov[6] di Rusia, maka jurnal Tn. Parvus Die Glocke adalah organ apostasi dan penjilat di Jerman.

Dalam hubungannya dengan ini, satu lagi aspek dari perang hari ini yang harus kita catat. Senapan mesinnya tidak hanya tengah membunuh oportunisme dan anarkisme, tetapi perang ini sendiri tengah membuka topeng para petualang dan pengkhianat sosialisme. Sejarah telah memulai pembersihan awal dalam gerakan sebelum pecahnya revolusi sosialis, dan bukan selama revolusi, dan ini menguntungkan kaum proletariat.


Catatan Kaki:

[1] Die Glocke (Lonceng) – sebuah jurnal yang diterbitkan setiap dua minggu di Munich dan lalu di Berlin pada 1915-1925 oleh Parvus (Alexander Gelfand), seorang sauvinis-sosial, anggota Partai Sosial-Demokrat Jerman dan agen imperialisme Jerman.

[2] Paul Lensch, Konrad Haenisch, dan Max Grunwald adalah anggota Partai Sosial Demokrat Jerman yang mendukung keterlibatan Jerman dalam Perang Dunia Pertama, dan memelintir Marxisme sebagai pembenaran untuk Perang ini. Lensch dan Haenisch mengajukan gagasan “Sosialisme Perang”, dimana dia melihat perang dunia ini sebagai berkah bagi gerakan sosialis karena ini mendorong negara untuk melakukan perencanaan ekonomi dan nasionalisasi ekonomi, dan dengan demikian Perang Dunia ini akan mentransformasi Jerman menjadi negara sosialis. Menurutnya sosialisme tidak dicapai lewat perjuangan kelas, tetapi lewat rekonsiliasi nasional.

[3] Paul von Hindenburg 1947-1834) adalah Jendral Jerman yang memimpin angkatan bersenjata Jerman selama Perang Dunia I, dari 1916-1918. Dia kemudian menjabat sebagai Presiden Jerman pada 1925-1934. Pada Januari 1933, dia menunjuk Adolf Hitler sebagai Kanselir Jerman.

[4] Konferensi Zimmerwald adalah konferensi yang diselenggarakan oleh kaum Sosial-Demokrat yang menentang Perang Dunia Pertama. Konferensi ini diselenggarakan pada 5-8 September, 1915, di Zimmerwald, Swiss, dan dihadiri oleh 38 delegasi dari berbagai kelompok Sosial Demokrat di Eropa, termasuk Lenin, Trotsky, Zinoviev, Radek, dll.

[5] Volksstimme (Suara Rakyat) – organ penerbitan Partai Sosial Demokratik Jerman, diterbitkan di Chemnitz sejak 1891.

[6] Aleksey Khvostov (1872-1918) adalah politisi Rusia yang menjabat sebagai Menteri Interior pemerintahan Tsar pada 1915-1916.