KOMUNISME "SAYAP KIRI"

SUATU PENYAKIT KANAK-KANAK

V.I. Lenin (1920)


V

Komunisme “Sayap kiri” di Jerman. Pemimpin-pemimpin, partai, klas, massa.

Kaum Komunis Jerman yang harus kita bicarakan sekarang tidak menyebut dirinya  kaum “Kiri” tetapi, kalau saya tidak salah, “kaum oposisi prinsipiil” [24] . Tetapi bahwa mereka cukup mempunyai semua tanda “penyakit kanak-kanak ke kiri-kirian” akan terlihat dari apa yang akan dibentangkan selanjutnya.

Sebuah brosur yang ditulis dari sudut pendirian oposisi ini, yang berkepala “Perpecahan Dalam Partai Komunis Jerman (Liga Spartakus)”, dan diterbitkan oleh “grup setempat di Frankfurt di Main” membentangkan hakekat pandangan-pandangan oposisi ini dengan sangat jitu, tepat, terang dan singkat. Beberapa kutipan akan cukup untuk memperkenalkan pembaca dengan hakekat pendirian mereka:

“ Partai Komunis adalah partai perjuangan yang paling teguh ……….”

“…….. Secara politik, masa peralihan ini” (antara kapitalisme dan Sosialisme) “adalah masa diktatur proletariat……”

“………Timbul pertanyaan: Siapakah yang harus menjadi pembawa diktatur ini: Partai  Komunis  atau  klas  proletar? ………. Secara prinsipil kita harus berikhtiar untuk mencapai diktatur Partai Komunis, ataukah diktatur klas proletar?………"

(Semua huruf miring menurut aslinya)

Selanjutnya penulis brosur terbut menuduh “CC” Partai Komunis Jerman karena “ CC” ini mencari jalan-jalan untuk koalisis dengan Partai Sosialis-Demokratis Merdeka Jerman, karena “soal mengakui dalam prinsip segala cara perjuangan politik”, termasuk parlementarisme, dikemukakan oleh “CC” itu hanya untuk menyembunyikan ikhtiar-ikhtiarnya yang ebenarnya dan yang pokok untuk membentuk persekutuan dengan kaum Merdeka. Dan brosur itu seterusnya mengatakan:

“ Pihak oposisi telah memilih jalan lain. Ia berpendapat bahwa soal kekuasaan Partai Komunis dan diktatur Partai hanyalah soal taktik. Bagaimanapun juga, kekuasaan Partai Komunis adalah bentuk yang terakhir dari sebarang kekuasaan partai. Secara prinsipiil, kita harus berikhtiar untuk mencapai diktatur klas proletar. Dan semua tindakan partai, organisasinya, cara-cara perjuangannya, strategi dan taktiknya harus diarahkan untuk tujuan ini. Karena itu, orang harus menolak sekeras-kerasnya segala macam kompromi dengan partai-partai lain, segala macam pembalikan ke bentuk-bentuk perjuangan parlementer, yang telah menjadi usang menurut sejarah dan politik, setiap politik bermanuver dan kompromi”. “Cara-cara perjuangan revolusioner yang khusus proletar harus ditekankan dengan keras. Bentuk-bentuk organisasi baru harus diciptakan atas dasar yang seluas-luasnya dan meliputi lapangan yang seluas-luasnya supaya dapat menarik kalangan-kalangan dan lapisan-lapisan proletar yang sebesar-besarnya, yang harus tampil dalam perjuangan revolusioner di bawah pimpinan Partai Komunis. Pusat perhimpunan bagi semua elemen revolusioner haruslah Persatuan Buruh, yang didasarkan atas organisasi-organisasi pabrik. Di dalamnya harus bergabung semua kaum buruh yang mengikuti semboyan: Tinggalkan serikatburuh-serikatburuh! Di dalamnya akan diorganisasi  proletariat yabg berjuang dalam barisan-barisan tempur yang seluas-luasnya. Pengakuan terhadap perjuangan klas, sistim Sovyet dan diktatur sudah cukup sebagai syarat penerimaan anggotanya. Seluruh pendidikan politik selanjutnya bagi massa yang berjuang dan orientasi politik mereka dalam perjuangan merupakan tugas Partai Komunis, yang berdiri di luar Persatuan Buruh tersebut ..”

"….. Jadi, sekarang dua Partai Komunis dijajarkan berhadaphadapan satu sama lain:

"Y a n g  s a t u  ---- p a r t a i  p e m i m p i n-p e m i m p i n , yang berusaha untuk mengorganisasi perjuangan revolusioner dan memimpinnya dari atas, dengan menjalankan kompromi-kompromi dan parlementerisme supaya menciptakan situasi-situasi yang akan memungkinkan untuk masuk ke dalam pemerintah koalisi yang akan memegang diktatur di dalam tangannya.

"Y a n g l a i n n y a  -- p a r t a i  m a s s a ,  yang menunggu pasangnya gelombang perjuangan revolusioner dari bawah, yang mengetahui dan menggunakan untuk perjuangan itu hanya satu cara yang terang menuju tujuan, dan yang menolak semua cara parlementer serta oportnuis; cara yang satu-satunya ini yalah menggulingkan burjuasi dengan tidak bersyarat supaya sesudah itu mendirikan diktatur klas proletar guna terlaksananya Sosialisme…..”

"…. Di sana, diktatur pemipin-pemimpin; di sini, diktatur massa! Itulah semboyan kita”.

Demikianlah ketentuan-ketentuan terpenting yang mencirii pandangan-pandangan pihak oposisi dalam Partai Komunis Jerman.

Sebarang Bolsyewik yang dengan sadar ambil bagian dalam, atau telah mengikuti dari dekat, perkembangan Bolsyewisme sejak tahun 1903, dengan segera akan mengatakan sesudah membaca pertimbangan-pertimbangan ini: “Sungguh, suatu konsepsi rombengan yang kolot dan yang sudah dikenal lama! Sungguh, suatu kekanak-kanakan yang ‘Kiri’!”

Tetapi marilah kita periksa pertimbangan-pertimbangan ini dengan sedikit lebih saksama lagi.

Cara mengemukakan soalnya saja – “diktatur Partai  atau diktatur klas? Diktatur (Partai) pemimpin-pemimpin, atau diktatur (Partai) massa?” – sudah membuktikan kekusutan fikiran yang paling mustahil dan tak tertolong lagi. Orang-orang ini berusaha mati-matian untuk menemukan sesuatu yang sangat luarbiasa, dan, dalam usaha supaya kelihatan pintar, mereka malah menjadi buah tertawaan. Setiap orang tahu bahwa massa terbagi atas klas-klas; bahwa massa dapat dipertentangkan terhadap klas-klas hanya ketika orang mempertentangkan  mayoritas yang amat luas pada umumnya, tidak pandang pembagian menurut kedudukannya dalam sistim produksi sosial, terhadap golongan yang mempunyai kedudukan  khusus dalam sistim produksi sosial; bahwa biasanya, dan dalam kebanyakan hal, setidak-tidaknya di negeri-negeri beradab yang modern, klas-klas itu dipimpin oleh partai-partai politik; bahwa partai-partai politik, menurut kebiasaan umum, dikemudikan oleh grup-grup yang sedikit banyaknya stabil dari orang-orang yang paling berwibawa, paling berpengaruh dan berpengalaman, yang dipilih untuk kedudukan yang paling bertanggungjawab dan yang disebut pemimpin-pemimpin. Semua ini adalah ABC. Semua ini adalah sederhana dan jelas. Untuk apa sebagai gantinya dikeluarkan suatu karut-marut, sesuatu bahasa-dunia baru? Di satu pihak, orang-orang ini rupanya menjadi bingung karena ternyata dalam keadaan sulit, ketika peralihan kedudukan partai secara tiba-tiba dari legal ke ilegal mengacaukan hubungan-hubungan yang biasa, normal dan sederhana antara pemimpin-pemimpin, partai dan klas-klas. Di Jerman, seperti juga di negeri-negeri Eropa lainnya, orang-orang sudah menjadi terlalu biasa dengan keadaan legal, denganpemilihan “pemimpin-pemimpin” secara merdeka dan selayaknya pada kongres-kongres partai yang teratur, dengan cara yang enak untuk menguji susunan klas dari partai-partai melalui pemilihan-pemilihan parlementer, rapat-rapat massa, pers, sentimen-sentimen serikatburuh-serikatburuh dan organisasi-organisasi lainnya, dan sebagainya. Ketika, sebagai ganti yang sudah biasa ini, karena perkembangan yang menggelora dari revolusi dan perang sipil,  orang-orang terpaksa beralih dengan cepat-cepat dari kedudukan legal ke ilegal dan sebalinya, menghubungkan yang dua itu, dan menjalankan cara-cara yang “tidak enak” dan “ tidak demokratis” dalam memilih, atau membentuk, atau mempertahankan “grup-grup pemimpin” – orang-orang itu menjadi bingung dan mula-mula mereka-reka suatu kemustahilan yang ajaib. Mungkin beberapa anggota Partai Komunis Belanda yang mempunyai nasib tidak baik karena dilahirkan di sebuah negeri kecil, di mana tradisi-tradisi dan syarat-syarat kedudukan legal terutama terjamin dan terutama stabil, dan yang belum pernah menyaksikan peralihan dari kedudukan legal kepada yang ilegal, menjadi kalut, bingung, dan membantu menciptakan re-rekaan yang bukan-bukan ini.

Di pihak lain, kita melihat pemakaian kata-kata “massa” dan “pemimpin-pemimpin” yang sekarang menjadi “mode”, yang samasekali tidak difikir-fikirkan dan tidak ada sangkut-pautnya. Orang telah banyak mendengar dan tertanan di dalam fikirannya serangan-serangan terhadap “pemimpin-pemimpin”, di mana pemimpin-pemimpin dipertentangkan terhadap “massa”; tetapi orang itu tidak berhasil untuk memikirkan sangkut-pautnya dan mendapat pengertian yang jelas tentang persoalannya.

Perbedaan antara “pemimpin” dan “massa” menjadi sangat jelas dan tajam di semua negeri pada akhir dan sesudah perang imperialis. Sebab pokok gejala ini sudah berkali-kali diterangkan oleh Marx dan Engels dalam tahun-tahun 1852-1892 dengan contoh Inggeris.  Kedudukan monopoli dari Inggeris menyebabkan timbulnya dari “massa” “aristokrasi buruh” yang setengah filistin dan oportunis. Pemimpin-pemimpin aristokrasi buruh ini selalu menyeberang ke pihak burjuasi dan secara langsung atau tidak langsung diongkosinya. Marx mendapat kehormatan dibenci oleh bajingan-banjingan ini karena ia dengan terang-terangan mencap mereka sebagai pengkhianat-pengkhianat. Imperialisme modern (abad ke XX) menciptakan kedudukan monopoli yang istimewa bagi beberapa negeri yang jau, dan hal ini melahirkan di mana-mana dalam Internasionae II tipe pemimpin-pemimpin pengkhianat, oportunis, sosial-sovinis, yang membela kepentingan-kepentingan lapangan kerja mereka sendiri. Hal ini memisahkan partai-partai oportunis dari “massa”, yaitu, dari lapisan-lapisan terluas Rakyat pekerja, dari mayoritas mereka, dari kaum buruh yang terendah upahnya. Kemenangan proletariat revolusioner  tidaklah mungkin tanpa memberantas kejahatan ini, tanpa menelanjangi, memberi malu dan menendang keluar pemimpin-pemimpin oportunis dan pengkhianat sosial ini, itulah politik yang telah mulai dijalankan oleh Internasional III [25].

Berbicara mengenai ini hingga sampai mempertentangkan,  p a d a   u m u m n y a, diktatur massa terhadap diktatur pemimpin-pemimpin adalah suatu kemustahilan dan ketololan yang menggelikan. Yang terutama lucu yalah, bahwa kenyataannya, sebagai ganti pemimpin-pemimpin lama yang berpandangan manusia umum mengenai soal-soal biasa, dalam kenyataannya ditonjolkan (dengan berkedok semboyan: “Enyahlah pemimpin-pemimpin!”) pemimpin-pemimpin baru yang ngobrol tentang sesuatu yang penuh  kekalutan, yang bukan-bukan hingga ajaib. Demikianlah halnya dengan Lauffenber, Wolffheim, Horner, Karl Schröder, Friederich Wendel dan Karl Erler [*] di Jerman. Percobaan-percobaan Erler untuk membikin “lebih mendalam” soal tersebut, dan untuk menyatakan bahwa partai-partai politik pada umumnya tidak perlu dan bersifat “burjuis”, adalah puncak kemustahilan sedemikian hingga orang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Nah, sungguh-sungguh, sesuatu kesalahan kecil selalu dapat dijadikan kesalahan besar hingga mengerikan jika ia dialasi secara mendalam, dan jika ia “diwujudkan sampai pada akhirnya”.

Menolak sifat kepartaian dan disiplin partai – demikianlah buah hasilnya pada pihak oposisi. Dan ini sama saja dengan melucuti samasekali proletariat untuk kepentingan burjuasi. Ini adalah sama saja dengan mencerai-beraikan, ketidak teguhan, ketidak sanggupan burjuis kecil untuk sabar, bersatu dan beraksi secara teratur rapi, hal mana, kalau terus dibiarkan, pasti meneraka-jahanamkan sebarang gerakan proletar  revolusioner. Dari sudut pandangan Komunisme, menolak sifat kepartaian berarti mencoba meloncat dari saat menjelang keruntuhan kapitalisme (di Jerman), bukan ketingkat yang terendah, atau ke tingkat tengah, tetapi ke tingkat Komunisme yang tertinggi. Kami di Rusia (dalam  tahun ketiga semenjak tergulingnya burjuasi) menempuh langkah-langkah pertama  dalam peralihan dari kapitalisme ke Sosialisme, atau tingkat terendah dari Komunisme. Klas-klas masih ada, dan tetap ada di mana-mana untuk bertahun-tahun lamanya sesudah perebutan kekuasaan oleh proletariat. Barangkali di Inggeris, di mana tidak ada kaum tani (tetapipun ada majikan-majikan kecil!), masa ini mungkin lebih pendek. Menghapuskan klas-klas berarti tidak hanya mengusir tuantanah-tuantanah dan kaum kapitalis – hal ini kita laksanakan relatif dengan mudah – itu juga berarti menghapuskan kaum produsen kecil barangdagangan; tetapi mereka  t i d a k   b i s a  d i  s i n g k i r k a n, atau dihancurkan; kita harus hidup bersama dengan mereka; mereka dapat (dan harus) dibentuk kembali dan dididik  kembali hanya dengan perkerjaan organisasi yang sangat lama, pelan-pelan dan hati-hati. Mereka mengepung proletariat dari segenap penjuru dengan spontanitas burjuis kecil, yang menyerap, melacuri  proletariat dan selalu menyebabkan timbulnya kembali di kalangan proletariat ketidaktabahan, perpecahan, individualisme burjuis kecil, berubahnya kegairahannya menjadi kesedihan. Sentralisasi dan disiplin yang paling keras dibutuhkan di dalam partai politik proletariat untuk melawan ini, supaya rol mengorganisasi dari proletariat (dan itu adalah rolnya yang terutama) dapat dijalankan dengan tepat, dengan berhasil dan dengan jaya. Diktatur proletariat adalah perjuangan, yang berdarah dan tidak berdarah, dengan kekerasan dan secara damai, militer dan ekonomi, pendidikan dan administratif, melawan kekuatan-kekuatan dan tradisi-tradisi lama. Kekuatan kebiasaan jutaan dan puluhan juta massa merupakan suatu kekuatan yang paling ngeri. Tanpa suatu partai yang membesi dan terbaja dalam perjuangan, tanpa suatu partai yang mendapat kepercayaan dari semua yang jujur dalam satu klas, tanpa suatu partai yang mengindahkan dan mempengaruhi perasaan hati massa, tidaklah mungkin untuk melakukan perjuangan yang demikian itu dengan berhasil. Seribu kali lebih mudah menaklukkan burjuasi besar yang terpusat daripada “menaklukkan” berjuta-juta pemilik kecil; tetapi mereka, dengan aktivitas mereka yang biasa, sehari-hari, yang tidak terlihat, tidak tertangkap, dan mendemoralisasi, mencapai hasil-hasil yang justru dibutuhkan oleh burjuasi dan yang menuju kepada pemulihan burjuasi. Barangsiapa yang melemahkan, bagaimanapun juga kecilnya, disiplin baja partai proletariat (terutama sekali selama diktaturnya), pada hakekatnya membantu burjuasi menentang proletariat.

Di samping soal pemimpin-pemimpin, partai, klas, massa, kita harus membicarakan serikatburuh-serikatburuh yang “reaksioner”. Tetapi terlebih dahulu saya memberanikan diri untuk memberikan beberapa keterangan kesimpulan yang didasarkan atas pengelaman Partai kami. Dalam Partai kami selalu ada serangan-serangan  terhadap “diktatur pemimpin-pemimpin”: pertama kali saya mendengar serangan-serangan serupa itu, saya ingat, dalam tahun 1895, ketika, secara resmi, belum ada partai tetapi ketika suatu grup pusat mulai dibentuk di Petersburg dan ditujukan untuk melakukan peimpinan atas grup-grup distrik [27] . Pada Kongres ke-IX Partai kami (April 1920) muncul suatu oposisi kecil yang juga menentang “diktatur pemimpin-pemimpin” , menentang “oligarki”, dan sebagainya. Karena tidak ada hal yang mengherankan, yang baru,  yang menakutkan dalam “penyakit kanak-kanak” dari “Komunisme Sayap Kiri” di kalangan orang-orang Jerman. Penyakit itu tidak menimbulkan sesuatu bahaya, dan sesudah itu keadaan tubuh malah menjadi lebih kuat. Sebaliknya, pada kami, pertukaran yang cepat dari pekerjaan legal menjadi ilegal, yang menyebabkan sangat perlunya “menyembunyikan”, menyelubungi secara sangat rahasia  justru staf umum, justru pemimpin-pemimpin, kadang-kadang menimbulkan gejala-gejala  yang sangat berbahaya sekali. Yang paling celaka yalah bahwa dalam tahun 1912 agen provokator Malinovski dapat memasuki Comite Central kaum Bolsyewik. Dia mengkhianati berpuluh puluh kawan yang paling baik dan paling setia, menyebabkan mereka mendapat hukuman kerjapaksa dan mempercepat kematian banyak di antara mereka. Bahwa dia tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi adalah karena kami mempunyai hubungan yang tepat antara pekerjaan legal dan ilegal. Sebagai anggota Comite Central Partai dan wakil dalam Duma, Malinovski terpaksa, supaya mendapat kepercayaan dari kami, membantu kami dalam mengeluarkan harian-harian yang legal, yang sekalipun di bawah kekuasaan tsar juga mampu melakukan perjuangan menentang oportunisme dari kaum Mensyewik dan mempropagandakan azas-azas Bolsyewisme yang diperluas dalam bentuk yang sepatutnya. Sedang dengan satu tangan Malinovski mengirimkan berpuluh-puluh kaum Bolsyewik yang terbaik ke hukuman kerjapaksa dan liang-kubur, dia terpaksa dengan tangan lainnya membantu dalam mendidik berpuluh-puluh ribu kaum Bolsyewik yang baru dengan perantaraan pers yang legal. Bagi kawan-kawan di Jerman (begitu juga di Inggeris, Amerika, Perancis dan Italia) yang dihadapkan pada tugas mempelajari bagaimana melakukan pekerjaan  revolusioner  di  dalam  serikatburuh-serikatburuh  reaksioner,  akan  berguna   sekali  untuk memikirkan kenytaan ini dengan sungguh-sungguh. [**]

Di banyak negeri, termasuk negeri-negeri yang termaju,  sekarang ini   burjuasi  pasti mengirimkan agen-agen provokator ke dalam partai-partai Komunis dan akan terus melakukan itu.Salah satu cara untuk memberantas bahaya ini yalah menghubungkan pekerjaan ilegal dengan pekerjaan legal secara mahir.

[*] Tulisan Karl Erler, “Pembubaran Partai”, dalam Kommunistische Arbeitzeitung  [26] (Suratkabar buruh Komunis) Hamburg, 7 Pebruari 1920, No. 32 memuat:”klas buruh tidak dapat mengahncurkan negara burjuis tanpa menghancurkan    demokrasi burjuis, dan ia tidak dapat menghapuskan demokrasi burjuis tanpa menghancurkan partai-partai”.
Orang yang paling berfikiran kalut di  antara kaum sindikalis dan kaum anarkis di negeri-negeri Latin bisa mendapat “kepuasan “ dari kenyataan bahwa orang-orang Jerman yang serius, yang rupanya menganggap dirinya sebagai kaum Marxis    (K.Erler dan K. Horner menunjukkan secara sangat serius  dengan artikel-artikel mereka  dalam suratkabar tersebut bahwa  mereka menganggap dirinya kaum Marxis yang serius, dan ngobrol tentang sesuatu yang tak masuk akal dan terutama menggelikan, dengan memperlihatkan ketidakmengertian tentang ABC Marxisme), telah melantur begitu jauh hingga menyatakan hal-hal yang tidak sesuai samasekali. Hal mengakui Marxisme saja tidak menyelamatkan orang dari kesalahan-kesalahan. Orang-orang Rusia tahu betul-betul akan hal ini, karena di negeri kami Marxisme sering sekali telah menjadi “mode”.

[**] Malinovski adalah seorang tawanan perang di Jerman. Ketika dia kembali ke Rusia yang berada di bawah kekuasaan kaum Bolsyewik, dia dengan segera dibawa ke muka pengadilan dan ditembak mati oleh kaum buruh kami. Kaum Mensyewik menyerang kami dengan sengitnya karena kesalahan kami --- karena kenyataan, bahwa seorang agen provokator telah menjadi anggota Comite Central Partai kami. Tetapi ketika kami, di bawah pemerintahan Kerenski, menuntut ditangkap dan diadilinya Rodzianko, Ketua Duma, karena sejak sebelum perang dia telah tahu bahwa Malinovski adalah seorang agen provokator, dan tidak memberitahukan hal ini kepada kaum Trudowik [28] dan kaum buruh di dalam Duma, baik kaum Mensyewik maupun kaum Sosialis-Revolusioner yang duduk bersama dengan Kerenski tidak menyokong tuntutan kami itu, dan Rodzianko tetap leluasa dan dengan tak mendapat rintangan pergi menggabungkan diri dengan Denikin.