Kerja Upahan dan Kapital

Karl Marx (1847)


BAB II

Oleh apakah harga suatu barang-dagangan ditentukan?

Oleh persaingan antara pembeli dan penjual, oleh hubungan permintaan dengan persediaan, tuntutan dengan penawaran. Persaingan, dengan mana harga suatu barang-dagangan ditentukan, ialah bersegi-tiga.

Barang-dagangan yang sama ditawarkan oleh berbagai penjual. Dengan barang-barang yang mutunya sama, maka siapa yang menjual paling murah sudah tentu mendesak lainnya ke luar dari lapangan dan menjamin penjualan terbesar bagi dirinya sendiri. Jadi, para penjual saling memperebut satu sama lain, penjualan, pasar. Mereka masing-masing ingin menjual, menjual sebanyak-banyaknya dan, kalau dapat, menjual sendirian, dengan mengucilkan penjual-penjual lainnya. Karenanya, yang satu menjual lebih murah dari yang lain. Akibatnya, persaingan terjadi di antara para penjual, hal ini menekan ke bawah harga barangdagangan-barangdagangan yang mereka tawarkan.

Tetapi persaingan juga terjadi di antara para pembeli, dan hal ini sebaliknya menyebabkan barang dagangan-barang dagangan yang ditawarkan itu meningkat harganya.

Akhirnya, persaingan terjadi antara pembeli dengan penjual; yang pertama ingin membeli semurah mungkin, yang kedua ingin menjual semahal mungkin. Hasil dari persaingan antara penjual dengan pembeli ini akan tergantung pada bagaimana perhubungan antara kedua pihak yang bersaing yang tersebut di atas, yaitu apakah persaingan lebih berat di dalam massa pembeli atau di dalam massa penjual. Industri membawa kemedan dua massa yang berlawanan satu sama lain, yang masing-masingnya melakukan pertempuran juga di dalam barisannya sendiri, di antara pasukan-pasukannya sendiri. Tentara yang pasukan-pasukannya paling sedikit pukul memukul satu sama lain, memperoleh kemenangan atas massa yang berlawanan.

Marilah kita umpamakan ada 100 bal kapas di pasar dan pada waktu itu juga ada pembeli-pembeli untuk 1000 bal kapas. Dalam hal ini, maka permintaan sepuluh kali lipat besarnya dari penawaran. Perdaingan akan sangat sengit di antara para pembeli, masing-masing dari mereka mau mendapatkan satu, dan kalau dapat semua, dari seratus bal itu bagi dirinya sendiri. Contoh ini bukannya perumpamaan yang sembarangan. Dalam sejarah perdagangan, kita pernah mengalami periode-periode kegagalan panen kapas, sewaktu beberapa orang kapitalis saja secara persekutuan berusaha membeli, bukan seratus bal, tetapi seluruh persediaan kapas dunia. Karena itu, dalam contoh tersebut, seorang pembeli akan berusaha menghalau lainnya dari lapangan dengan menawarkan harga yang relatif lebih tinggi bagi tiap-tiap bal kapas. Para penjual kapas, yang melihat bahwa pasukan-pasukan massa musuh sedang menjalankan perjuangan sesengit-sengitnya di antara mereka sendiri dan bahwa penjualan ke seratus bal mereka semuanya sudah pasti sama sekali, akan sangat berhati-hati untuk tidak pecah di antara mereka sendiri dan menekan ke bawah harga kapas pada saat lawan-lawan mereka bersaing satu sama lain untuk menaikkan harga itu. Jadi, perdamaian dengan tiba-tiba terwujud didalam massa penjual. Mereka menghadapi pembeli bagaikan satu orang, berpeluk tangan secara berfilsafat, dan permintaan-permintaan mereka akan tak kenal batas, kalau penawaran-penawaran dari pembeli-pembeli yang paling berkeras dan bernafsupun tidak mempunyai batas-batasnya yang sangat tertentu.

Oleh sebab itu, jika persediaan suatu barang-dagangan lebih rendah ketimbang permintaan akan barang-dagangan itu, maka hanya terjadi persaingan sedikit, atau sama sekali tidak, di antara para penjual. Sebanding dengan berkurangnya persaingan ini, maka persaingan bertambah di antara para pembeli. Akibatnya ialah kenaikan yang sedikit atau banyak agak besar dalam harga-harga barang-dagangan.

Sudah diketahui umum bahwa lebih kerap terjadi hal yang sebaliknya dengan akibat yang sebaliknya. Kelebihan besar persediaan atas permintaan; persaingan sesengit-sengitnya di antara para penjual; kekurangan pembeli; penjualan barang-barang dengan harga banting.

Tetapi apakah artinya naik atau turunnya harga; apakah artinya harga yang tinggi dan yang rendah? Sebutir pasir adalah tinggi bila diteropong melalui mikroskop, dan menara adalah rendah bila dibanding dengan gunung. Dan jika harga ditentukan oleh hubungan antara penawaran dan permintaan, maka apakah yang menentukan hubungan antara penawaran dan permintaan?

Marilah kita berpaling kepada burjuasi pertama yang kita jumpai. Ia tidak akan berpikir sekejappun, tetapi bagaikan Iskandar Zulkarnain yang kedua, akan memotong simpul metafisis ini dengan daftar perkalian. Jika produksi barang-barang yang saya jual itu telah makan biaya 100 mark, demikian ia akan memberitahu kita, dan jika saya mendapatkan 110 mark dari penjualan barang-barang ini, dalam waktu setahun tentu–maka itulah laba yang sehat, jujur dan sah. Tetapi jika saya mendapat dalam pertukaran 120 atau 130 mark, itulah laba yang tinggi; dan jika saya mendapat sebanyak 200 mark, itu akan merupakan suatu laba yang luar biasa, yang sangat besar. Maka apakah yang bagi borjuasi menjadi ukuran untuk laba? Biaya produksi barang dagangannya. Jika ia dalam pertukaran barang-dagangan ini menerima sejumlah barang-dagangan lain yang biaya produksinya lebih sedikit, dia rugi. Jika ia dalam pertukaran barang-dagangan menerima sejumlah barang-dagangan lain yang produksinya telah makan biaya lebih banyak, ia mendapat untung. Dan ia menghitung naik atau turunnya laba menurut berapa derajat nilai tukar barang-dagangannya itu berada di atas atau di bawah nol– biaya produksi.

Jadi kita telah melihat bagaimana hubungan yang berubah-ubah dari penawaran dan permintaan mengakibatkan harga kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Jika harga suatu barang dagangan naik banyak karena penawaran tidak cukup atau karena permintaan bertambah dengan tidak sepadan, maka harga salah suatu barang-dagangan lain harus turun secara sebanding, sebab harga barang-dagangan hanya menyatakan dalam uang perbandingan pertukaran barang-dagangan lain dengan barang dagangan itu. Jika, misalnya, harga dari satu meter kain sutera telah meningkat dari lima mark menjadi enam mark, harga perak dalam perbandingan dengan kain sutera telah turun, dan demikian juga harga semua barang-dagangan lainnya yang masih tetap pada harganya yang lama telah turun dalam perbandingan dengan sutera. Orang harus memberikan barang dagangan-barang dagangan itu dalam jumlah lebih besar untuk ditukarkan dengan jumlah sutera yang sama. Akibat apakah yang akan terjadi dari kenaikan harga barang-dagangan itu? Sejumlah besar kapital akan diceburkan ke dalam cabang industri yang berkembang subur itu dan pengaliran kapital ini ke dalam lingkungan industri yang diuntungkan itu akan terus berlangsung sampai ia menghasilkan laba yang biasa atau, malahan sampai harga barang hasil-barang hasilnya, karena produksi berlebihan, merosot, merosot ke bawah biaya produksi.

Sebaliknya, jika harga suatu barang-dagangan turun di bawah biaya produksinya, kapital akan ditarik ke luar dari produksi barang dagangan ini. Kecuali dalam cabang industri yang sudah menjadi usang dan, karena itu, harus lenyap, produksi barang-dagangan semacam itu, artinya, persediaannya, akan terus berkurang disebabkan pelarian kapital ini, sampai ia sesuai dengan permintaan, dan karenanya harganya setaraf lagi dengan biaya produksinya atau, malahan sampai penawaran merosot ke bawah permintaan, artinya, sampai harganya naik lagi ke atas biaya produksinya, sebab harga yang berlaku dari suatu barang-dagangan senantiasa berada di atas atau di bawah biaya produksinya.

Kita melihat bagaimana kapital terus-menerus berpindah masuk dan ke luar, ke luar dari lingkungan satu industri masuk ke dalam lingkungan industri lain. Harga tinggi mengakibatkan perpindahan masuk yang terlalu besar dan harga rendah mengakibatkan perpindahan ke luar yang terlalu besar.

Kita dapat memperlihatkan dari pangkal pandangan yang lain lagi, bagaimana tidak hanya penawaran tetapi juga permintaan ditentukan oleh biaya produksi. Tetapi ini akan membawa kita terlalu jauh menyimpang dari pokok persoalan kita.

Kita baru saja melihat bagaimana naik-turun penawaran dan permintaan terus-menerus membawa harga suatu barang-dagangan kembali ke biaya produksi. Harga sesungguhnya dari suatu barang dagangan, memang benar senantiasa di atas atau di bawah biaya produksinya; tetapi naik dan turun itu saling mengimbangkan satu sama lain, sehingga di dalam satu jangka-waktu tertentu, dengan dihitung bersama pasang dan surutnya industri, maka barang dagangan-barang dagangan ditukar satu sama lain sesuai dengan biaya produksinya, oleh karena itu harganya ditentukan oleh biaya produksinya.

Penentuan harga oleh biaya produksi ini jangan dipahami menurut pengertian para ahli ekonomi. Para ahli ekonomi mengatakan bahwa harga rata-rata barang dagangan-barang dagangan sama dengan biaya produksi; bahwa ini adalah hukum. Gerakan anarkis, yang di dalamnya naik diimbangi oleh turun dan turun oleh naik, dianggap oleh mereka sebagai kebetulan. Dengan hak yang sama sepenuhnya orang dapat menganggap turun-naik ini sebagai hukum dan penentuan oleh biaya produksi itu sebagai kebetulan, sebagaimana memang dianggap oleh ahli-ahli ekonomi lain. Tetapi semata-mata turun-naik inilah, yang jika dilihat dari lebih dekat, membawakan pembinasaan-pembinasaan yang paling dahsyat dan, seperti gempa bumi, menyebabkan masyarakat burjuis goncang hingga dasar-dasarnya–semata-mata dalam proses turun-naik inilah harga ditentukan oleh biaya produksi. Gerakan ketaktertiban ini dalam keseluruhannya adalah ketertibannya. Dalam proses anarki keindustrian ini, di dalam gerakan dalam lingkaran ini, maka persaingan, boleh dikatakan mengimbangi satu ekses dengan jalan ekses lain.

Oleh karena itu kita lihat, bahwa harga suatu barang-dagangan ditentukan oleh biaya produksinya dengan jalan demikian hingga periode-periode di mana harga barang-dagangan ini naik ke atas biaya produksinya diimbangi dengan periode-periode di mana harga itu merosot ke bawah biaya produksi, dan sebaliknya. Sudah tentu, ini tidak berlaku bagi barang hasil-barang hasil industri yang khusus, tersendiri, tetapi hanya untuk seluruh cabang industri. Karenanya ini juga tidak berlaku bagi pengusaha industri sendiri-sendiri, tetapi hanya bagi seluruh kelas pengusaha industri.

Penentuan harga oleh biaya produksi adalah sama dengan penentuan harga oleh waktu kerja yang diperlukan untuk pembuatan suatu barang-dagangan, karena biaya produksi terdiri dari 1) bahan-bahan mentah dan penyusutan-harga perkakas-perkakas, yaitu, terdiri dari barang hasil-barang hasil industri yang pembuatannya telah makan sejumlah hari kerja tertentu dan yang karena itu, mewakili sejumlah waktu kerja tertentu, dan 2) dari kerja langsung, yang ukurannya justru waktu.

Hukum-hukum umum yang sama yang mengatur harga barang dagangan-barang dagangan pada umumnya, sudah tentu mengatur juga upah, harga kerja.

Upah akan naik dan turun sesuai dengan hubungan penawaran dan permintaan, sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam persaingan antara pembeli tenagakerja, yaitu kaum kapitalis, dengan penjual tenagakerja, yaitu kaum buruh. Turun-naiknya upah pada umumnya bersesuaian dengan turun-naiknya harga-harga barang-dagangan. Tetapi di dalam turun-naik ini harga kerja akan ditentukan oleh biaya produksi, oleh waktu kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang-dagangan initenagakerja.

Maka apakah biaya produksi tenagakerja itu?

Itu adalah biaya yang diperlukan untuk memelihara buruh sebagai seorang buruh dan memajukannya menjadi seorang buruh.

Maka makin pendek masa latihan yang diperlukan untuk sesuatu pekerjaan, makin sedikit biaya produksi dari buruh dan makin rendah harga kerjanya, yaitu upahnya. Di dalam cabang-cabang industri tempat masa-magang hampir tidak diperlukan sama sekali dan di mana adanya jasmani buruh itu saja sudah mencukupi, biaya yang diperlukan untuk produksi buruh itu hampir semata-mata terbatas pada barang dagangan-barang dagangan yang diperlukan untuk memungkinkan dia hidup dan dapat bekerja. Karenanya, harga kerjanya, akan ditentukan oleh harga bahanbahan keperluan hidup seperlunya.

Tetapi masih ada juga pertimbangan lain. Tuan-pabrik dalam menghitung biaya produksinya dan, sesuai dengan itu, harga barang hasil-barang hasil memperhitungkan pengausan perkakas-perkakas kerja. Jika, misalnya, suatu mesin baginya berharga 1000 mark dan akan aus dalam waktu sepuluh tahun, maka dia akan menambahkan 100 mark tiap-tiap tahunnya pada harga barang dagangan-barang dagangan, supaya dapat mengganti mesin-mesin yang sudah aus itu dengan mesin baru pada akhir sepuluh tahun. Dengan cara yang sama, dalam menghitung biaya produksi tenaga kerja yang sederhana, harus dimasukkan biaya reproduksi yang memungkinkan ras buruh berbiak dan buruh yang sudah aus diganti dengan yang baru. Jadi penyusutan harga buruh diperhitungkan dengan cara yang sama seperti penyusutan harga mesin-mesin.

Oleh sebab itu, biaya produksi tenaga kerja yang sederhana, adalah sebesar biaya hidup dan reproduksi dari buruh. Harga biaya hidup dan reproduksi ini membentuk upah. Upah yang ditentukan demikian ini dinamakan upah minimum. Upah minimum ini, seperti penentuan harga barang-dagangan oleh biaya produksi pada umumnya, tidak berlaku bagi orang seorang sendiri-sendiri, tetapi bagi seluruh jenisnya. Buruh seorang-seorang, jutaan buruh, tidak mendapat cukup untuk dapat hidup dan membiakkan diri; tetapi upah segenap klas buruh, di dalam turun-naiknya, menyamaratakan diri ke taraf minimum ini.

Sekarang setelah kita sampai pada suatu pengertian tentang hukum-hukum yang paling umum yang mengatur upah seperti harga setiap barang-dagangan lainnya, kita dapat lebih khusus menyelam kedalam pokok persoalan kita.