Revolusi yang Dikhianati

Leon Trotsky (1936)


Bab I. Apa Yang Telah Dicapai

 

1. Indeks Pertumbuhan Industri yang Utama

Berkat ketidakberdayaan borjuasi Rusia, tugas-tugas demokratik dari Rusia yang terbelakang ini — seperti likuidasi monarki dan perbudakan semi-feudal atas kaum tani — hanya dapat diselesaikan melalui sebuah kediktatoran proletariat. Walau demikian, proletariat yang telah merebut kekuasaan dengan dukungan penuh massa kaum tani, tidak dapat berhenti pada pencapaian tugas-tugas demokratik ini. Revolusi borjuis terikat erat dengan tahapan pertama revolusi sosialis. Fakta ini bukanlah kebetulan. Sejarah dekade-dekade terakhir memperlihatkan dengan jelas bahwa, dalam kondisi kemunduran kapitalisme, negeri-negeri terbelakang tidaklah sanggup mencapai tingkatan yang telah diraih oleh pusat-pusat kekuasaan lama kapitalisme. Karena mereka sendiri telah terbentur pada jalan buntu, negeri-negeri yang telah berperadaban tinggi memblok jalan bagi revolusi proletariat, bukan karena perekonomian mereka adalah yang pertama menjadi matang untuk sebuah perubahan ke arah sosialisme, tetapi karena mereka sudah tidak dapat berkembang lebih jauh dalam basis kapitalisme. Sosialisasi atas alat-alat produksi telah menjadi sebuah syarat yang diperlukan untuk mengeluarkan negeri tersebut dari barbarisme. Inilah hukum perkembangan tergabung bagi negeri-negeri terbelakang. Memasuki revolusi sosialis selaku “mata rantai terlemah dalam kapitalisme” (Lenin), bekas kerajaan para Tzar ini bahkan sampai saat ini, 19 tahun setelah revolusi [Revolusi Oktober 1917 – Ed.], masih berhadapan dengan tugas-tugas “mengejar dan melampaui” — yang jelas pertama-tama harus mengejar terlebih dahulu — Eropa dan Amerika. Dalam kata lain, Rusia harus menyelesaikan masalah-masalah teknis dan produktivitas yang dulu sekali telah diselesaikan oleh kapitalisme di negeri-negeri maju.

Apa ada jalan lain? Penggulingan kelas penguasa yang lama tidaklah menyelesaikan tugas melangkah keluar dari barbarisme ke arah peradaban, tetapi hanya mengedepankan tugas tersebut. Pada saat bersamaan, dengan mengkonsentrasikan alat-alat produksi di tangan negara, Revolusi Oktober memungkinkan penerapan metode-metode industrial yang baru dan tak tertandingi efektivitasnya. Hanya berkat sebuah arahan terencanalah dimungkinkan dalam jangka begitu pendek untuk memulihkan apa yang telah dihancurkan oleh kaum imperialis dan perang sipil[1], untuk membangun perusahaan-perusahaan raksasa yang baru, untuk memperkenalkan jenis-jenis proses produksi baru dan mendirikan cabang-cabang industri baru.

Kelambatan yang luar biasa dalam perkembangan revolusi dunia, yang bantuan segeranya telah diharapkan oleh para pimpinan partai Bolshevik[2], menimbulkan kesulitan-kesulitan yang teramat besar bagi Uni Soviet, tetapi juga mengungkapkan kedigdayaan dan sumberdaya Uni Soviet. Akan tetapi, sebuah penilaian yang tepat atas hasil-hasil yang telah tercapai — kebesarannya sekaligus kekurangannya — hanya dapat dilakukan dengan bantuan sebuah skala pengukuran internasional. Buku ini akan menjadi sebuah interpretasi historis dan sosiologis atas proses tersebut, bukan sekedar tumpukan ilustrasi statistik. Walau demikian, guna diskusi yang lebih lanjut, kita perlu menggunakan beberapa data statistik yang penting sebagai sebuah titik tolak.

Luasnya proses industrialisasi di Uni Soviet, dibandingkan latar belakang kemandegan dan kelesuan ekonomi di hampir seluruh dunia kapitalis, nampak tak terbantahkan dalam indeks-indeks kasar berikut. Produksi industri di Jerman, yang tumbuh semata karena demam persiapan perang, kini kembali pada tingkat sebelum 1929. Produksi di Inggris, yang bertopang sepenuhnya pada proteksionisme, telah meningkat 3 atau 4 persen selama enam tahun terakhir. Produksi industri di Amerika Serikat telah mengalami penurunan kira-kira 25 persen; di Perancis, lebih dari 30 persen. Peringkat pertama di antara negeri kapitalis ditempati oleh Jepang, yang dengan membabi-buta mempersenjatai dirinya sendiri dan merampok negeri-negeri tetangganya. Produksinya meningkat hampir 40 persen! Tetapi bahkan indeks yang luar biasa ini pun pudar di hadapan dinamisnya pertumbuhan di Uni Soviet. Produksi industri di negeri ini telah meningkat, pada waktu yang bersamaan, kira-kira 3½ kali lipat, atau 250 persen. Industri-industri berat telah meningkatkan produksi mereka selama dekade terakhir (1925 sampai 1935) lebih dari 10 kali lipat. Di tahun pertama rencana lima tahun (1928 sampai 1929), investasi kapital mencapai 5,4 milyar rubel; untuk tahun 1936 mencapai 32 milyar.

Jika rubel dipandang sebagai unit ukur yang tidak stabil, kita dapat meminggirkan sementara perkiraan dalam satuan uang, kita pun tiba pada unit ukur lain yang sama sekali tak dapat dibantah. Di bulan Desember 1913, daerah Donets[3] memproduksi 2.275.000 ton batu-bara; di bulan Desember 1935, 7.125.000 ton. Selama tiga tahun terakhir produksi besi telah naik dua kali lipat. Produksi baja dan pelat gulung telah meningkat hampir 2½ kali lipat. Produksi minyak, batu bara dan besi telah meningkat antara 3 sampai 3½ kali lipat dari tingkat yang dicapai sebelum perang. Di tahun 1920, ketika rencana pembangkitan enerji listrik pertama kali dirancang, terdapat 10 pembangkit listrik distrik dengan produksi total sebesar 253.000 kilowatt. Di tahun 1935 telah terdapat 95 pembangkit listrik dengan keluaran daya total sebesar 4.345.000 kilowatt. Pada tahun 1925, Uni Soviet menempati peringkat ke-11 di dunia dalam produksi enerji listrik; pada tahun 1935, negeri ini hanya di belakang Jerman dan Amerika Serikat. Dalam produksi batu bara, Uni Soviet telah memanjat dari peringkat ke-10 menjadi peringkat ke-4. Dalam produksi baja, dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3. Dalam produksi traktor, negeri ini adalah nomor satu di dunia. Ini juga berlaku untuk produksi gula.

Pencapaian raksasa dalam bidang industri, awal yang sangat menjanjikan dalam bidang pertanian, pertumbuhan luar biasa di kota-kota industri yang tua dan dibangunnya kota-kota industri baru, peningkatan pesat jumlah buruh, peningkatan tingkat budaya dan permintaan akan produk budaya — seperti inilah hasil tak terbantahkan dari revolusi Oktober, yang oleh para nabi peradaban lama berusaha digambarkan sebagai kuburan peradaban. Dengan para ekonom borjuis kita tidak perlu lagi berbantahan. Sosialisme telah mendemonstrasikan haknya untuk merengkuh kemenangan, bukan dalam halaman-halaman Das Kapital, melainkan di tengah gelanggang industri yang mencakup seperenam dari daratan bumi — bukan dalam bahasa dialektik, namun dalam bahasa baja, semen dan listrik. Sekalipun Uni Soviet runtuh karena kesulitan internal, pukulan dari luar, dan kesalahan para pemimpinnya — yang sungguh kami harap tidak akan pernah terjadi — di masa depan akan tetap ada fakta-fakta yang tak dapat dibantah ini, bahwa berkat revolusi proletar sebuah negeri terbelakang telah mencapai sukses yang tak tertandingi dalam sejarah hanya dalam tempo sepuluh tahun.

Ini juga mengakhiri perdebatan dengan kaum reformis dalam gerakan buruh. Dapatkah kita membandingkan kekhawatiran mereka yang penuh dengan kepengecutan dengan karya besar yang dihasilkan oleh rakyat pekerja yang dibangkitkan ke dalam hidup yang baru oleh revolusi? Jika di tahun 1918 kaum Sosial Demokrat Jerman menggunakan kekuatan yang dimandatkan pada mereka oleh para buruh untuk memimpin revolusi sosialis, dan bukannya menyelamatkan kapitalisme, berdasarkan pengalaman Rusia sangat mudah melihat kekuatan mahadahsyat seperti apa yang akan dimiliki oleh blok sosialis di Eropa Timur dan Tengah, dan sebagian besar Asia. Rakyat pekerja di seluruh dunialah yang harus membayar kejahatan historis dari reformisme dengan munculnya perang-perang dan revolusi-revolusi yang baru.

2. Perkiraan Komparatif Atas Pencapaian-Pencapaian Ini

Koefisien-koefisien industri Soviet yang dinamis tidaklah tertandingi. Namun mereka masih sangat jauh dari pencapaian yang menentukan. Uni Soviet tengah mengangkat dirinya dari tingkat yang sangat rendah, sementara negeri-negeri kapitalis tengah tergelincir dari tingkat yang sangat tinggi. Korelasi antar kekuatan pada saat ini tidaklah ditentukan oleh tingkat pertumbuhan, melainkan dengan membandingkan keseluruhan daya gempur kedua kubu ini sebagaimana yang terekspresikan dalam akumulasi material, teknik, kebudayaan, dan, di atas segalanya, produktivitas tenaga kerja masusia. Ketika kita mendekati persoalan ini dari sudut pandang statistik seperti itu, situasi langsung berubah, dimana Uni Soviet berada dalam posisi sangat tidak diuntungkan.

Pertanyaan yang dirumuskan oleh Lenin—Siapa yang akan berjaya?—adalah masalah korelasi kekuatan antara Uni Soviet dan proletariat revolusioner sedunia di satu pihak, dan di pihak lain kapital internasional dan kekuatan-kekuatan musuh dari dalam Uni Soviet. Kesuksesan ekonomi Uni Soviet memungkinkannya memperkuat dirinya sendiri, memajukan, mempersenjatai diri, dan, ketika dibutuhkan, mundur dan menunggu — dengan kata lain, untuk bertahan. Tetapi pada dasarnya, masalahnya, Siapa yang akan berjaya — bukan hanya secara militer namun lebih secara ekonomi — menghadapi Uni Soviet dalam skala dunia. Intervensi militer adalah sebuah bahaya.  Intervensi barang-barang murah yang diturunkan dari gerbong barang pasukan kapitalis akan menjadi sebuah ancaman yang berlipat-lipat lagi bahayanya. Kemenangan proletariat di salah satu negeri Barat tentu saja akan segera mengubah secara radikal korelasi kekuataan. Tetapi, selama Uni Soviet tetap terisolasi dan, yang lebih parah lagi, selama proletariat Eropa menderita kemunduran dan terus terpukul mundur, kekuatan struktur Soviet diukur, dalam analisa terakhir, oleh produktivitas tenaga kerja. Dan, hal ini, dalam ekonomi pasar, mengekspresikan dirinya dalam biaya produksi dan harga. Perbedaan antara harga domestik dan harga di pasar dunia adalah salah satu cara untuk mengukur korelasi kekuatan ini. Akan tetapi, para ahli statistik Uni Soviet bahkan dilarang untuk mendekati masalah ini. Alasannya adalah, walaupun sedang dalam kondisi stagnasi dan pembusukan, kapitalisme masih tetap berada jauh lebih maju dalam hal teknik, organisasi, dan ketrampilan tenaga kerjanya.

Keterbelakangan tradisional dari pertanian Uni Soviet sudah cukup terkenal di mana-mana. Tidak ada satupun sektor pertanian yang mengalami kemajuan yang dapat dibandingkan, bagaimanapun murah hatinya perbandingan itu dilakukan, dengan kemajuan yang dicapai dalam industri. “Kita masih sangat tertinggal jauh dari negeri kapitalis dalam hal budidaya bit,” keluh Molotov[4], misalnya, di akhir 1935. “Pada tahun 1934, kita memanen dari satu hektar 4100 kilogram; pada tahun 1935, di Ukraina, dengan panen yang luar biasa, kita mendapat 6550 kilogram. Di Cekoslovakia dan Jerman, mereka memanen sekitar 12.500 pon, di Perancis lebih dari 15.000 pon per hektar.” Keluhan Molotov dapat diperlebar ke setiap cabang pertanian — tekstil dan juga tanaman bijian, dan khususnya peternakan. Rotasi tanaman yang tepat, pemilihan benih, pemupukan, traktor, tumpang-sari, bibit ternak unggul—semua ini merupakan persiapan untuk sebuah revolusi raksasa dalam sosialisasi pertanian. Tetapi justru di dalam bidang yang sangat konservatif inilah revolusi sangat memakan waktu. Sementara itu, tanpa memperhitungkan masalah kolektivitasi, masalahnya masih tetap bagaimana mendekati model pertanian yang lebih canggih dari negeri-negeri kapitalis Barat, sekalipun menderita cacat karena sistem pertanian-kecil yang mereka anut.

Perjuangan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam industri berjalan dalam dua jalur: penerapan teknik-teknik termaju dan penggunaan tenaga kerja dengan lebih baik. Yang memungkinkan terbangunnya pabrik-pabrik raksasa yang paling maju dalam tempo beberapa tahun saja adalah, di satu pihak, keberadaan teknik kapitalis yang sangat maju di Barat, dan di pihak lain, rejim perekonomian domestik yang terencana. Dalam bidang ini, pencapaian di luar negeri tengah berada dalam proses penyerapan. Kenyataan bahwa industri Soviet, sebagaimana juga upaya mempersenjatai Tentara Merah, telah dikembangkan dalam tempo yang dipercepat, mengandung potensi keunggulan yang luar biasa besar. Industri-industri tidak merayap mengikuti perkembangan yang dulu dengan susah-payah ditempuh oleh Inggris dan Perancis. Angkatan bersenjata juga tidak menanggung keharusan untuk memanggul peralatan kuno. Namun pertumbuhan yang cepat ini juga memiliki sisi negatif. Tidak ada kesinambungan antar berbagai elemen industri; para pekerja ketinggalan dalam ketrampilan teknik; para pemimpin tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tugas-tugas mereka. Secara keseluruhan ini terekspresikan dalam tingginya biaya produksi dan rendahnya mutu produk.

“Industri kami,” tulis pemimpin industri minyak, “memiliki peralatan yang sama dengan industri minyak Amerika. Namun kami ketinggalan dalam hal pengorganisasian pengeboran; orang-orang kami tidak cukup trampil.” Berbagai penghentian produksi akibat kerusakan, paparnya, adalah hasil dari “kecerobohan, kurangnya ketrampilan, dan kurangnya supervisi teknis.” Molotov mengeluh: “Kita sangat terbelakang dalam pengorganisasian industri bangunan ... Pengorganisasian ini dilakukan sebagian besar dengan cara-cara lama, dengan penggunaan alat dan mekanisme secara serampangan.” Pengakuan seperti ini tersebar di seluruh pers Soviet. Teknik-teknik yang baru ini masih jauh dari memberi hasil sebagaimana yang telah tercapai di negeri kapitalis, di mana teknik-teknik ini dilahirkan.

Kesuksesan luar biasa dalam industri berat adalah sebuah pencapaian raksasa. Bersandar pada ini saja, Uni Soviet akan mampu melaksanakan pembangunan. Namun, ujian sebenarnya bagi industri modern adalah kemampuannya untuk menghasilkan mekanisme-mekanisme kompleks yang menuntut kapasitas teknik dan budaya yang tinggi. Dalam hal ini, ketertinggalan Uni Soviet masih sangat besar.

Tak diragukan, kesuksesan yang paling penting, baik secara kuantitas maupun kualitas, telah dicapai dalam industri persenjataan. Angkatan darat dan angkatan laut adalah klien yang paling berpengaruh dan pelanggan yang paling rewel. Walau demikian, dalam serangkaian pidato publiknya, para kepala Departemen Perang, di antaranya Voroshilov[5], terus saja mengeluh: “Kami tidak sepenuhnya puas dengan kualitas produk yang kalian berikan untuk Tentara Merah.” Tidak terlalu sulit untuk merasakan keresahan yang disembunyikan oleh kata-kata yang berhati-hati ini.

Produk-produk dari manufaktur permesinan, menurut pemimpin industri berat dalam sebuah laporan resmi, “seharusnya berkualitas tinggi namun sayangnya tidak demikian halnya.” Dan kemudian: “mesin-mesin yang kami buat harganya mahal.” Sebagaimana biasa, dia menolak untuk memberi data komparatif yang akurat dibandingkan dengan produksi dunia.

Traktor adalah kebanggaan industri Soviet. Namun koefisien penggunaan efektif traktor sangatlah rendah. Selama tahun industri lalu, 18 persen traktor harus mengalami perbaikan besar-besaran. Terlebih lagi, sejumlah besar daripadanya rusak lagi persis di puncak masa menyemai. Menurut perhitungan tertentu, bengkel perbaikan mesin dan traktor baru akan mencapai titik impas jika panen mencapai 1000 sampai 1100 kilogram gandum per hektar. Pada saat ini, ketika tingkat panen hanyalah setengah dari itu, pemerintah terpaksa mengucurkan dana milyaran untuk menutup defisit tersebut.

Masalah di sektor transportasi lebih parah lagi. Di Amerika, sebuah truk menempuh perjalanan 60.000 sampai 80.000 kilometer per tahun, atau bahkan 100.000 kilometer per tahun; di Uni Soviet hanya 20.000 — sepertiga atau seperempatnya. Dari 100 truk, hanya 55 yang berjalan baik; sisanya tengah menjalani perbaikan atau menunggu giliran perbaikan. Biaya perbaikan mencapai dua kali lipat dari biaya pengadaan mesin baru. Tidak heran kalau salah satu biro akuntansi pemerintah melaporkan: “Transportasi darat tidak ada gunanya selain membebani biaya produksi.”

Peningkatan daya angkut jalur kereta api diiringi, menurut presiden Komisaris Dewan rakyat, “oleh kerusakan dan kegagalan mesin yang tak terhitung banyaknya.” Penyebab utamanya sama: rendahnya ketrampilan tenaga kerja yang diwariskan dari masa lalu. Usaha untuk memelihara peralatan pemindah jalur supaya ada dalam kondisi terawat telah menjadi satu tindakan yang heroik, di mana para perempuan petugas pemindah jalur memberi laporan langsung ke Kremlin, ke lingkaran penguasa tertinggi. Transportasi air, sekalipun di tahun-tahun terakhir mendapat kemajuan pesat, masih jauh tertinggal dari kereta api. Secara reguler koran-koran diisi dengan surat-surat pembaca tentang “betapa buruknya pengoperasian transportasi laut”, “betapa buruknya kualitas perbaikan kapal’, dll.

Di sektor industri ringan, kondisinya bahkan lebih buruk daripada sektor industri berat. Satu hukum yang unik berlaku di industri Soviet, yang dapat dirumuskan seperti ini: komoditi, pada umumnya, akan semakin buruk jika semakin dekat dengan konsumsi massal. Dalam industri tekstil, menurut Pravda[6], “jumlah persentase barang rusak sangat memalukan besarnya, pilihan yang tersedia sangat sedikit, biasanya dalam kualitas yang rendah.” Keluhan tentang buruknya kualitas barang konsumsi massal muncul secara reguler dalam pers: “produk rumah tangga dari besi yang sulit digunakan”; “perabotan yang jelek, dirancang dengan buruk dan dikerjakan secara sembarangan”; “Anda tidak dapat menemukan kancing yang bagus”; “sistem pasokan pangan sosial sangat tidak memuaskan.” Dan seterusnya tanpa akhir.

Penggambaran kemajuan industri melalui indeks kuantitatif belaka, tanpa mempertimbangkan kualitasnya, adalah hampir seperti menggambarkan kondisi fisik seseorang melalui tingginya dengan mengabaikan lingkar dadanya. Di samping itu, untuk dapat menilai dengan tepat dinamika industri Soviet, di samping koreksi dalam hal kualitas, kita harus terus mengingat bahwa pesatnya kemajuan di beberapa bidang diiringi oleh keterbelakangan di bidang lainnya. Pembangunan pabrik-pabrik mobil raksasa dibayar dengan timbulnya kelangkaan dan buruknya perawatan jalan-jalan raya. “Tingkat kerusakan jalan-jalan kita luar biasa. Di jalan raya terpenting kita—Moskow ke Yaroslavl—mobil hanya dapat berjalan 10 kilometer sejam.” (Izvestia[7]) Presiden Komisi Perencanaan Negara menilai bahwa negeri ini masih memiliki “tradisi tanpa jalan raya.”

Perekonomian daerah juga berada dalam kondisi serupa. Kota-kota industri baru bermunculan dengan pesat; pada saat yang sama lusinan kota-kota lama menjadi terbengkalai. Kota-kota besar dan pusat-pusat industri tengah bertumbuh dan mempercantik diri; teater-teater dan klub-klub yang mahal tengah bermunculan di berbagai belahan negeri; tetapi kumuhnya kawasan pemukiman tetap saja tak tertahankan. Rumah-rumah pemukiman biasanya tidak terawat. “Kita membangun dengan buruk dan dengan ongkos yang mahal. Rumah-rumah kita menjadi usang dan tidak terawat. Upaya perbaikan terlalu sedikit dan terlalu buruk.” (Izvestia)

Keseluruhan perekonomian Soviet terdiri dari ketidakberimbangan semacam ini. Dalam batasan tertentu semua ini tak terhindarkan karena, baik dulu maupun sekarang kita perlu mendahulukan kemajuan pada cabang-cabang industri terpenting. Walau demikian, ketertinggalan beberapa cabang tertentu sangat menghambat keberhasilan operasi di cabang lainnya. Dari sudut pandang arahan perencanaan yang ideal, yang bukan ditujukan untuk menjamin tempo perkembangan maksimum di cabang-cabang industri terpisah, namun hasil optimal dalam perekonomian secara keseluruhan, koefisien statistik pertumbuhan akan lebih rendah di masa-masa awal, namun perekonomian secara keseluruhan, terutama para konsumen, akan diuntungkan. Dalam jangka panjang dinamika perindustrian secara keseluruhan juga akan diuntungkan.

Dalam statistik resmi, produksi dan perbaikan mobil ditambahkan dalam total produksi industri. Dari sudut pandang efisiensi ekonomi, langkah yang tepat adalah mengurangkan, bukan menambahkan. Pengamatan ini berlaku pula pada banyak cabang industri lainnya. Untuk alasan inilah, semua perkiraan total dalam rubel hanya memiliki nilai relatif. Kita bahkan tidak yakin berapa nilai rubel yang sesungguhnya. Tidak selalu pasti apa yang tersembunyi di baliknya — konstruksi sebuah mesin, atau kerusakannya yang prematur. Jika, menurut sebuah perkiraan nilai rubel yang “stabil”, produksi total dari industri-industri besar telah meningkat enam kali lipat dibandingkan tingkat sebelum perang, output sesungguhnya dari minyak, batu bara dan besi hanya meningkat 3 sampai 3½ kali lipat. Penyebab utama perbedaan dalam indeks ini adalah fakta bahwa industri Soviet telah menciptakan serangkaian cabang-cabang industri yang tidak dikenal pada masa kekaisaran Tsar Rusia, namun penyebab sampingannya dapat ditemukan pada kecendurangan memanipulasi statistik. Telah diketahui baik bahwa tiap birokrasi memiliki kebutuhan organis untuk mempercantik laporan mereka pada atasan.

3. Produksi Per Kapita Populasi

Produktivitas tenaga kerja individu rata-rata di Uni Soviet masih sangat rendah. Dalam industri peleburan logam yang terbaik, menurut pengakuan direkturnya, keluaran besi dan baja per individu pekerja adalah sepertiga dari rata-rata keluaran industri logam Amerika. Perbandingan angka rata-rata di kedua negeri ini mungkin akan memberikan rasio 1 banding 5 atau lebih buruk. Dalam kondisi ini, pernyataan bahwa tungku peleburan di Uni Soviet dipergunakan “lebih baik” daripada di negeri-negeri kapitalis tidaklah bermakna. Fungsi dari teknik industri adalah untuk mengekonomiskan kerja manusia dan hanya itu. Dalam industri kayu dan bangunan keadaannya lebih buruk daripada industri logam. Tiap pekerja di tambang batu Amerika Serikat menghasilkan 5000 ton per tahun, di Uni Soviet hanya 500 ton — 1/10-nya. Perbedaan yang demikian besar ini disebabkan bukan hanya oleh kurangnya pekerja trampil, namun terlebih-lebih karena pengorganisasian kerja yang buruk. Birokrasi berteriak-teriak agar para pekerja meningkatkan kinerjanya, tetapi mereka tidak mampu membuat pengaturan tenaga kerja yang baik. Dalam bidang pertanian, keadaannya bahkan lebih buruk, tentu saja, daripada bidang industri. Produktivitas tenaga kerja yang rendah berkorespondensi dengan penghasilan nasional yang rendah, dan sebagai akibatnya standar hidup massa rakyat juga rendah.

Ketika pemerintah mengatakan bahwa dalam volume produksi industri Uni Soviet akan menempati peringkat pertama di Eropa pada tahun 1936 — itu sendiri merupakan pencapaian raksasa! — mereka bukan saja mengabaikan pertimbangan kualitas dan biaya produksi barang, namun juga ukuran populasi. Tingkat perkembangan umum sebuah negeri, dan khususnya standar kehidupan massa rakyat, dapat didefinisikan, setidaknya dalam angka kasar, hanya dengan membagi total produk dengan jumlah konsumen. Mari kita coba lakukan perhitungan aritmetika sederhana ini.

Pentingnya rel kereta api bagi perekonomian, kebudayaan, dan kepentingan militer tidak perlu lagi dibuktikan. Uni Soviet memiliki 83.000 kilometer rel kereta api, dibandingkan dengan 58.000 kilometer di Jerman, 63.000 kilometer di Perancis, 417.000 di Amerika Serikat. Ini berarti bahwa untuk tiap 10.000 orang di Jerman, tersedia 8,9 kilometer rel kereta; di Perancis 15,2; di Amerika Serikat 33,1 dan Uni Soviet 5.0. Maka, menurut indeks rel kereta api, Uni Soviet masih tetap menempati salah satu peringkat terbawah dalam dunia beradab. Armada perdagangan, yang telah meningkat tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir, kini nyaris menyamai armada dagang Denmark dan Spanyol. Pada fakta ini kita harus mengimbuhi angka yang sangat rendah dalam hal jalan beraspal. Di Uni Soviet, untuk tiap 1000 orang tersedia 0,6 mobil. Di Inggris sekitar 8 (tahun 1934), di Perancis sekitar 4,5, di Amerika Serikat 23 (dibandingkan angka 36,5 pada tahun 1928). Pada masa yang sama, jumlah kuda relatif (sekitar 1 ekor kuda untuk tiap 10 atau 11 warga) di Uni Soviet— sekalipun transportasi kereta, mobil dan airnya masih tertinggal — belumlah melampaui Perancis ataupun Amerika Serikat, di samping juga ketertinggalan dalam mutu kuda itu sendiri.

Dalam bidang industri berat, yang telah mencapai kesuksesan paling mengagumkan, indeks komparatif masih belum menguntungkan. Keluaran batu bara Uni Soviet pada tahun 1935 adalah sekitar 0,7 ton per orang; di Inggris Raya, mencapai hampir 5 ton; di Amerika Serikat, hampir 3 ton (dibandingkan dengan angka 5,4 ton pada tahun 1913); di Jerman sekitar 2 ton. Baja: di Uni Soviet, sekitar 67 kilogram per orang, di Amerika Serikat sekitar 250 kilogram, dll. Proporsi yang hampir serupa ditemui dalam keluaran babi dan besi plat. Di Uni Soviet, untuk tiap orang diproduksi 153 kWh listrik di tahun 1935, sementara di Inggris (1934) 443 kWh, di Perancis 363, di Jerman 472.

Dalam industri ringan, indeks per kapita, secara umum, lebih rendah lagi. Tenunan wol di tahun 1935, kurang dari ½ meter per orang, atau 8 sampai 10 kali lebih rendah daripada yang dicapai di Amerika Serikat atau Inggris Raya. Pakaian wol hanya tersedia untuk warga Uni Soviet dari kelas atas. Untuk massa rakyat hanya tersedia kain katun cetakan untuk musim dingin, di mana dihasilkan 16 meter per orang. Produksi sepatu di Uni Soviet kini mencapai setengah pasang per orang, di Jerman lebih dari satu pasang, di Perancis satu setengah pasang dan di Amerika Serikat sekitar tiga pasang. Dan kita masih belum menghitung indeks kualitasnya, yang tentunya akan menurunkan lagi perbandingannya. Kita boleh menganggap bahwa di negeri-negeri borjuis persentase orang yang memiliki lebih dari satu pasang sepatu lebih banyak jumlahnya daripada di Uni Soviet. Namun sayangnya Uni Soviet juga masih menempati peringkat atas dalam jumlah orang yang bertelanjang kaki.

Korelasi yang nyaris sama, sebagian di antaranya bahkan lebih buruk,  juga ditemui pada produksi pangan. Sekalipun Rusia mencapai kemajuan luar biasa dalam tahun-tahun terakhir, manisan buah, sosis, keju, apalagi kue-kue dan permen, masih belum dapat diakses oleh massa rakyat secara luas. Dalam produk susu pun keadaannya masih belum menguntungkan. Di Perancis dan Amerika Serikat, terdapat kira-kira satu sapi untuk tiap lima orang, di Jerman satu untuk tiap enam orang, di Uni Soviet satu untuk tiap delapan orang. Namun, ketika kita melihat produksi susunya, dua sapi Soviet harus dihitung sebagai satu. Hanya dalam produksi buliran, khususnya gandum rye, dan juga kentang, Uni Soviet melampaui mayoritas negeri Eropa dan Amerika Serikat, bila dihitung berdasarkan populasi. Tetapi, jika roti rye dan kentang adalah makanan pokok populasi — ini adalah simbol klasik dari kemiskinan.

Konsumsi kertas adalah salah satu indeks terpenting dari kebudayaan. Di tahun 1935, Uni Soviet memproduksi kurang dari 4 kilogram per orang, Amerika Serikat lebih dari 34 (dibandingkan 48 di tahun 1928), dan Jerman 47 kilogram. Sementara Amerika Serikat mengkonsumsi 12 batang pensil per tahun per warga, Uni Soviet hanya mengkonsumsi 4, dan keempatnya berkualitas begitu buruk sehingga kinerjanya tidak lebih dari satu batang, atau sebaik-baiknya dua. Koran-koran sering mengeluh bahwa kurangnya buku pelajaran, kertas, dan pensil melumpuhkan kinerja sekolah. Tidak heran bahwa penghapusan buta huruf, yang diindikasikan pada ulang tahun ke-sepuluh Revolusi Oktober, masih jauh dari kenyataan.

Masalah ini dapat diperjelas juga dengan berangkat dari pertimbangan yang lebih umum. Pendapatan nasional per orang di Uni Soviet jauh lebih kecil dibandingkan Barat. Dan karena investasi kapital memakan 25 sampai 30 persen dari pendapatan nasional itu — jauh lebih banyak dari seluruh negeri lain — maka jumlah total yang dikonsumsi massa rakyat tentunya akan jauh lebih rendah daripada di negeri kapitalis maju.

Pastinya, di Uni Soviet tidak ada kelas berpunya, yang kemewahannya dibiayai oleh kurangnya konsumsi massa rakyat. Namun demikian, bobot koreksi ini masih belum sebesar yang nampak di permukaannya. Kejahatan mendasar dari sistem kapitalis bukanlah kemewahan yang dinikmati oleh kelas berpunya, betapapun menjijikkannya hal itu, tetapi fakta bahwa untuk menjamin haknya untuk menikmati kemewahan kelas borjuis mempertahankan kepemilikan pribadinya terhadap alat-alat produksi, dan dengan demikian mencampakkan sistem ekonomi pada anarki dan pembusukan. Dalam hal barang-barang mewah, kelas borjuis tentu saja memiliki monopoli atas konsumsinya. Namun, dalam hal kebutuhan pokok, massa pekerja merupakan mayoritas besar konsumen. Terlebih lagi, kita akan melihat bahwa sekalipun Uni Soviet tidak memiliki kelas berpunya dalam makna sejati kata itu, negeri ini masih memiliki lapisan masyarakat yang teristimewakan, yang merampas bagian yang besar dalam ranah konsumsi. Jadi jika produksi barang kebutuhan pokok per kapita di Uni Soviet lebih rendah daripada di negeri-negeri kapitalis maju, itu jelas berarti standar kehidupan massa rakyat Soviet jauh lebih rendah daripada tingkat yang dicapai di negeri kapitalis.

Tanggung jawab historik atas situasi ini terletak, tentu saja, pada masa lalu Rusia yang gelap dan berat, warisan masa kegelapan dan kemiskinannya. Tidak ada jalan lain menuju kemajuan kecuali melalui penggulingan kapitalisme. Untuk meyakinkan diri Anda sendiri, cukuplah Anda melihat sepintas negeri-negeri Baltik dan Polandia, yang dulu merupakan daerah termaju dari imperium kekaisaran Tsar, dan kini nyaris tidak dapat mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan. Jasa tak tergantikan dari rejim Soviet terletak pada perjuangannya yang hebat dan berhasil dalam melawan seribu-tahun keterbelakangan. Namun sebuah estimasi yang tepat atas apa yang telah dicapai adalah satu pijakan awal untuk melangkah lebih maju.

Rejim Soviet sedang melangkah melalui tahap persiapan, mengimpor, meminjam dan merebut pencapaian teknik dan budaya dari Barat. Koefisien komparatif dari produksi dan konsumsi bersaksi bahwa tahap persiapan ini masih jauh dari selesai. Bahkan di dalam kondisi yang teramat sulit dimana kapitalisme kini berada di bawah kondisi kemandegan total yang berkelanjutan, tahapan persiapan ini masih harus menempati sebuah periode sejarah penuh. Inilah kesimpulan pertama yang teramat penting, yang harus terus kita perhatikan dalam penyelidikan kita selanjutnya.


Catatan

[1] Perang Sipil Rusia selama 1918-1922 dimana pasukan dari 18 negara imperialis bersama-sama dengan Tentara Putih menyerang Uni Soviet untuk menghancurkan negara Soviet yang masih muda tersebut. Peperangan ini dimenangi oleh Tentara Merah, tetapi ini dibayar dengan harga yang mahal. 15 juta rakyat mati, termasuk 1 juta pasukan Tentara Merah. Pada akhir Perang Sipil ini, Uni Soviet hampir hancur, dengan wabah kelaparan yang melanda seluruh negeri. Output ekonomi sangat rendah dibandingkan sebelum perang. Misalkan, produksi kapas jatuh ke level 5% sebelum perang, dan produksi besi 2% sebelum perang.

[2] Bolshevik yang dalam bahasa Rusia artinya mayoritas, pada awalnya adalah sebuah faksi di dalam Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia. Faksi ini dibentuk pada tahun 1903 oleh Lenin untuk melawan Menshevik saat itu. Perbedaan antara mereka pada saat itu hanyalah bersifat organisasional, dimana Bolshevik menginginkan partai dengan kader-kader yang profesional dan disiplin, sedangkan Menshevik menginginkan partai yang luas dan terbuka dengan jumlah anggota sebesar-besarnya. Perbedaan awal ini ternyata hanyalah pembukaan untuk perbedaan yang lebih fundamental, yakni antara Marxisme (Bolshevik) dan reformisme (Menshevik). Pada tahun 1912, faksi Bolshevik mendeklarasikan pendirian partai Bolshevik.

[3] Daerah Donets (atau juga dikenal sebagai Donbas) adalah salah satu area industri yang paling terkonsentrasi, yang sekarang terletak di Ukraina. Daerah ini kaya dengan batu bara.

[4] Vyacheslav Mikhailovich Molotov (1890-1986) menjadi Bolshevik sejak 1909. Dia menjadi editor Pravda pada tahun 1917 sampai saat Kamenev dan Stalin menyerang dia karena oposisi terhadap Pemerintahan Sementara. Kemudian dia ditunjuk menjadi anggota Komite Militer Revolusioner yang mengorganisir Revolusi Oktober. Pada tahun 1920 dia dipilih masuk ke dalam Komite Sentral Partai Komunis dan pada tahun 1924 dia menjadi anggota Politbiro. Molotov menjadi Presiden Komintern dari tahun 1928-1934, Presiden Dewan Komisaris Rakyat 1930-41 dan Menteri Luar Negeri 1939-49, 1953-56. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Luar Negeri dia merupakan salah satu yang menandatangani Pakta dengan Hitler pada tahun 1939. Untuk “menghormati” peran dia dalam perjanjian tersebut serta aneksasi Soviet terhadap Polandia Timur dan Finlandia dalam kesepakatan perjanjian tersebut, pejuang-pejuang Finlandia memberikan namanya untuk “Molotov cocktail” (yaitu, campuran peledak dari Jerman dan Rusia, minyak dan air). Pada tahun 1957 Molotov disingkirkan dari posisinya di Komite Sentral dan menjadi Duta Besar USSR untuk Mongolia. Hal tersebut terjadi karena dia menentang program de-Stalinisasi oleh Khruschev. Sejak tahun 1960-62 Molotov menjabat Duta Besar untuk International Atomic Energy Commission. Dan setelah 45 tahun duduk dalam pemerintahan, Molotov dikeluarkan dari partai. Setelah usaha berpuluh-puluh tahun untuk mengembalikan status keanggotaannya, pada tahun 1984 keanggotaan Molotov di partai dikembalikan.

[5] Kliment Voroshilov (1881-1969) bergabung dengan Bolshevik pada tahun 1905. Sekutu Stalin yang terdekat dan berperan aktif dalam Pembersihan Besarnya Stalin dimana dia memfitnah banyak koleganya atas perintah Stalin. Dia menduduki Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet dari tahun 1921 hingga 1961. Dia lalu diangkat menjadi Marsekal Uni Soviet, pimpinan tertinggi angkatan bersenjata, pada tahun 1935. Setelah kematian Stalin, dia menjabat sebagai presiden Uni Soviet dari 1953-1960.

[6] Pravda adalah surat kabar harian Bolshevik yang berarti “Kebenaran” dalam bahasa Rusia. Ia diterbitkan di St. Petersburg dan didirikan pada bulan April 1912 atas inisiatif pekerja St. Petersburg. Pravda mengalami dua kehidupan, sedikit banyak menandai sebelum dan sesudah revolusi. Sebelum revolusi, Pravda adalah koran massa kelas pekerja yang diterbitkan dengan sirkulasi luas dari koresponden dan penulis pekerja – dia berfungsi sebagai suara partai Bolshevik yang membawa analisa Marxis terhadap peristiwa-peristiwa politik kepada buruh dan tani. Pravda memiliki sirkulasi 40 ribu kopi tiap harinya, dan koran ini diorganisir dan diedit oleh Lenin ketika hidup di pengasingan di luar negeri. Setelah revolusi, Pravda menjadi koran berita pemerintahan Soviet, dan lalu di bawah Stalin koran ini tidak lagi memberitakan ‘kebenaran’ dan menjadi corong suara kaum birokrasi.

[7] Izvestia adalah surat kabar harian dari Soviet Deputi Buruh di Petrograd yang dimulai pada tanggal 13 Maret 1917, yakni lahir dari Revolusi Februari 1917. Pada awalnya, koran ini memuat pandangan-pandangan Menshevik dan Sosial Revolusioner. Setelah Revolusi Oktober, dimulai dari 9 November 1917, koran ini menjadi organ resmi pemerintah Soviet.