Revolusi yang Dikhianati

Leon Trotsky (1936)


Lampiran

 

“Sosialisme di satu negeri”

Tendensi-tendensi reaksioner kaum otokrasi adalah sebuah refleks defensif dari kapitalisme yang telah usang terhadap tugas yang dibebankan sejarah padanya, tugas membebaskan perekonomian dari belenggu kepemilikan pribadi dan negara-bangsa, dan mengorganisir perekonomian secara terencana di seluruh Bumi.

Dalam tulisan Lenin, Deklarasi Hak Rakyat Pekerja dan Tertindas—yang disajikan oleh Komisar Rakyat Soviet untuk disetujui oleh Majelis Konstituante selama masa hidupnya yang singkat itu—”tugas fundamental” rejim baru ini ditetapkan sebagai berikut: “Pendirian pengorganisasian sosialis atas masyarakat dan kemenangan sosialisme di semua negeri.” Karakter internasional dari revolusi dituliskan demikian dalam dokumen utama rejim yang baru ini. Tidak seorang pun saat itu yang akan berani mengajukan pendapat yang berbeda! Di bulan April 1924, tiga bulan setelah meninggalnya Lenin, Stalin menulis brosur kumpulan tulisannya, yang diberi judul Dasar-Dasar Leninisme: “Untuk penggulingan borjuasi, upaya dari satu negeri cukuplah—untuk ini, sejarah revolusi kita sendiri bersaksi demikian. Untuk kemenangan mutlak sosialisme, untuk pengorganisiran produksi sosialis, upaya dari satu negeri, khususnya negeri petani seperti kita, tidaklah cukup—untuk ini kita memerlukan upaya dari kelas proletariat di beberapa negeri maju.” Baris-baris ini tidak memerlukan komentar. Walau demikian, edisi buku di mana baris-baris ini tercetak telah ditarik dari peredaran.[1]

Kekalahan besar yang diderita proletariat Eropa, dan keberhasilan pertama perekonomian Uni Soviet yang tidak seberapa, pada musim gugur 1924 memberi ide pada Stalin bahwa tugas sejarah birokrasi Soviet adalah membangun sosialisme di satu negeri. Di seputar masalah ini dikembangkanlah diskusi yang bagi orang-orang dangkal terasa sangat akademik atau skolastik, namun kenyataannya mencerminkan awal dari pembusukan Internasional Ketiga dan penyiapan jalan bagi Internasional Keempat.

Petrov, mantan komunis itu, yang kini adalah pelarian kaum Pengawal Putih, yang telah kami kutip di bab sebelumnya, mengisahkan kenangannya mengenai betapa kerasnya generasi baru administratur tersebut menentang doktrin ketergantungan Uni Soviet pada revolusi dunia: “Bagaimana mungkin kami, di negeri kami sendiri, tidak boleh berusaha untuk membangun hidup yang bahagia?” Jika Marx tidak setuju, itu berarti “kami bukan Marxis, kami adalah Bolshevik Rusia—itu dia!” Terhadap kenangan akan pertikaian di pertengahan tahun dua puluhan ini, Petrov menambahkan: “Sekarang saya tidak bisa tidak berpikir bahwa teori tentang pembangunan sosialisme di satu negeri bukanlah semata penemuan Stalin.” Sungguh tepat! Teori sosialisme di satu negeri mengekspresikan suasana hati kaum birokrat. Ketika berbicara tentang kemenangan sosialisme, maksud mereka adalah kemenangan mereka sendiri.

Untuk membenarkan penyimpangannya dari tradisi internasionalisme Marxis, Stalin cukup ceroboh untuk mengomentari bahwa Marx dan Engels tidak akrab dengan hukum perkembangan tidak-berimbang dari kapitalisme, yang konon ditemukan oleh Lenin. Dalam satu katalog tentang keanehan intelektual, pernyataan itu seharusnya menempati halaman pertama. Ketidakseimbangan perkembangan merasuk ke seluruh sejarah umat manusia dan, khususnya, sejarah kapitalisme. Seorang sejarahwan dan ekonom muda Rusia, Solntez, seorang yang sangat berbakat dan bermoral tinggi, yang disiksa sampai mati di penjara birokrasi Soviet karena keanggotaannya dalam Oposisi Kiri, di tahun 1926 mengajukan sebuah studi teoritik yang baik sekali tentang perkembangan tidak-berimbang dalam karya-karya Marx. Tentu saja karya ini tidak dapat diterbitkan di Uni Soviet. Yang juga dilarang terbit, sekalipun karena alasan yang berlawanan, adalah karya Sosial-Demokrat Jerman yang telah lama wafat dan dilupakan orang, Vollmar[2], yang sedini tahun 1878 telah mengembangkan perspektif sebuah “negeri sosialis yang terisolasi”—bukan untuk Rusia, melainkan untuk Jerman—yang mengandung rujukan pada “hukum” perkembangan tidak-berimbang ini, yang konon tidak diketahui orang sampai Lenin menggalinya.

“Sosialisme tanpa syarat mengasumsikan adanya relasi ekonomi yang maju,” tulis Georg Vollmar, “dan jika masalahnya terbatas hanya pada itu, sosialisme seharusnya berdiri paling kokoh di mana perkembangan ekonomi adalah yang paling maju. Tetapi persoalannya tidak hanya tergantung pada itu. Inggris jelas merupakan negeri yang secara ekonomi paling maju, namun di sana kita lihat sosialisme hanya memainkan peran sekunder, sementara di Jerman yang secara ekonomi kurang berkembang, sosialisme telah memiliki kekuatan yang begitu rupa sehingga seluruh tatanan lama ini tidak lagi merasa stabil.” Merujuk pada banyaknya faktor historis yang menentukan jalannya peristiwa, Vollmar meneruskan: “Jelas bahwa dengan adanya kesalingterkaitan antar berbagai kekuatan, perkembangan gerakan umum umat manusia yang manapun tidak dapat, dulu dan sekarang, memiliki bentuk dan tempo yang sama di antara dua negeri, apalagi di semua negeri ... Sosialisme mematuhi hukum yang sama ... Asumsi kemenangan sosialisme secara bersamaan di negeri-negeri maju jelas telah terpatahkan sebagaimana juga, untuk alasan yang sama, asumsi bahwa semua negeri berkembang lainnya akan segera dan niscaya meniru contoh dari sebuah negara yang terorganisir secara sosialis ...” Dengan demikian—Vollmar menyimpulkan—”kita akan tiba pada sebuah negara sosialis yang terisolasi, yang menurut saya telah saya buktikan demikian, sekalipun bukan satu-satunya kemungkinan, tetap saja kemungkinan yang terbesar.”

Dalam karya ini, yang ditulis ketika Lenin baru berusia delapan tahun, hukum perkembangan tidak-berimbang mendapatkan interpretasi yang jauh lebih tepat daripada yang dapat ditemukan di kalangan kaum epigon Soviet, mulai musim gugur 1924. Kita  harus mencatat bahwa dalam bagian penelitiannya ini, Vollmar, seorang teoritisi kelas dua, hanyalah mengikuti pemikiran-pemikiran Engels—yang, menurut yang kita dengar dari Stalin, “tidak tahu-menahu” mengenai hukum perkembangan tidak-berimbang dari kapitalisme.

“Negara sosialis yang terisolasi” sudah bukan lagi sebuah hipotesa dan telah  menjadi sebuah fakta di tanah Rusia, bukan Jerman. Tetapi justru fakta isolasi ini merupakan ekspresi dari kekuatan relatif kapitalisme dunia dan kelemahan relatif sosialisme. Dari sebuah negara “sosialis” terisolasi menuju masyarakat sosialis yang kekal, yang telah menyingkirkan negara, jalannya masih panjang dan jalan ini persis beriringan dengan jalan revolusi dunia.

Beatrice dan Sidney Webb, dari sisi mereka, berusaha meyakinkan kita bahwa Marx dan Engels tidak percaya kemungkinan membangun sebuah masyarakat sosialis yang terisolasi hanya karena tidak satupun di antara mereka yang “pernah bermimpi” tentang senjata seampuh monopoli perdagangan internasional. Kita tidak bisa membaca baris-baris kalimat ini tanpa merasa malu. Pengambilalihan oleh negara atas bank-bank dan perusahaan komersial, rel kereta api, armada kapal angkutan, adalah langkah yang diperlukan bagi revolusi sosialis, seperti halnya nasionalisasi atas alat-alat produksi, termasuk alat-alat untuk cabang ekspor. Monopoli atas perdagangan internasional hanyalah sebuah konsentrasi di tangan negara atas instrumen material untuk ekspor dan impor. Jika seseorang mengatakan bahwa Marx dan Engels “tidak pernah bermimpi” tentang monopoli perdagangan internasional, itu sama artinya mengatakan mereka tidak pernah bermimpi tentang revolusi sosialis. Untuk melengkapi gambar ini, kita dapat mencatat bahwa dalam karya Vollmar yang dikutip di atas, monopoli atas perdagangan internasional disajikan, dengan cukup tepat, sebagai salah satu instrumen terpenting dari “negara sosialis yang terisolasi”. Marx dan Engels pastilah belajar tentang rahasia ini dari Vollmar, kalau saja Vollmar tidak terlebih dahulu belajar dari mereka berdua.

“Teori” sosialisme di satu negeri—sebuah “teori” yang tidak pernah dikembangkan atau diberi landasan oleh Stalin sendiri—pada hakikatnya mengandung satu pemahaman yang cukup mandul dan ahistoris bahwa, berkat kekayaan alam satu negeri, sebuah masyarakat sosialis dapat dibangun di dalam batasan geografis Uni Soviet. Dengan kesuksesan yang sama Anda dapat menegaskan bahwa sosialisme dapat menang jika populasi bumi ini seperduabelas dari jumlahnya sekarang. Pada kenyataannya, tujuan teori baru ini adalah untuk menyuntikkan ke dalam kesadaran sosial satu sistem ide yang jauh lebih kongkrit yakni: revolusi sudah selesai; kontradiksi sosial sudah mereda; kulak akan perlahan melebur ke dalam sosialisme; perkembangan secara keseluruhan, tanpa memandang kejadian-kejadian di belahan dunia lain, akan tetap berjalan damai dan terencana. Bukharin, dalam upayanya untuk memberi sedikit pondasi bagi teori ini, menyatakan telah tak terbantahkannya fakta bahwa: “kita tidak akan musnah karena perbedaan kelas di negeri kita dan keterbelakangan teknologi kita, bahwa kita dapat membangun sosialisme bahkan di atas basis kemiskinan ini, bahwa pertumbuhan sosialisme semacam ini akan berlipat-lipat lebih lambat, bahwa kita akan merangkak dengan kecepatan kura-kura, dan bahwa walaupun begitu kita tengah membangun sosialisme, dan kita akan berhasil membangunnya.” Kita catat rumusan: “membangun sosialisme bahkan di atas basis kemiskinan” dan kita ingat sekali lagi naluri genius seorang Marx muda: dengan basis teknologi rendah “hanya kemiskinan yang akan menjadi umum, dan dengan kemiskinan maka perjuangan untuk kebutuhan hidup akan dimulai kembali, dan semua sampah lama itu akan bangkit lagi.”

Di bulan April 1926, pada sidang pleno Komite Sentral, amandemen atas kecepatan kura-kura berikut ini diajukan oleh Oposisi Kiri: “Akan menjadi sebuah kesalahan yang fundamental jika kita berpikir bahwa dalam sebuah lingkungan kapitalis kita dapat berjalan ke arah sosialisme dengan kecepatan yang kita tentukan sendiri. Pendekatan kita lebih lanjut pada sosialisme hanya akan terjamin bilamana jarak yang memisahkan industri kita dan industri di negeri kapitalis maju tidak akan bertambah, tetapi berkurang dengan jelas.” Stalin menyatakan bahwa amandemen ini adalah sebuah serangan “terselubung” pada teori sosialisme di satu negeri dan, secara kategoris menolak kecenderungan untuk menghubungkan kecepatan pembangunan domestik dengan kondisi perkembangan internasional. Inilah yang dikatakannya, kata per kata, seperti yang termuat dalam laporan stenograf dari Pleno itu: “Siapapun yang memasukkan faktor internasional di sini tidak paham bentuk permasalahannya. Orang itu pasti kebingungan dalam persoalan ini karena dia tidak memahaminya, atau dia dengan sengaja berusaha mengacaukan persoalan.” Amandemen dari pihak Oposisi ditolak.

Tetapi ilusi akan sebuah sosialisme yang dibangun dengan kecepatan kura-kura, berdasarkan kemiskinan di tengah kepungan musuh-musuh yang kuat, tidak bertahan lama. Di bulan November tahun yang sama, pada Konferensi Partai ke-15, tanpa satu kata persiapan pun di pers, diakui bahwa perlulah “dalam masa kesejarahan yang relatif [?] minimal untuk mengejar dan melampaui perkembangan industrial dari negeri-negeri kapitalis maju.” Disini Oposisi Kiri jelas sudah “dilampaui”. Namun, dengan mengajukan slogan ini—mengejar dan melampaui seluruh dunia “dalam masa minimal”—para teoritisi kecepatan kura-kura telah terperosok ke dalam faktor internasional yang justru sangat ditakuti oleh birokrasi Soviet sebelumnya. Jadi, dalam tempo delapan bulan, versi pertama dan termurni dari Stalinisme telah dilikuidasi.

Sosialisme niscaya harus “melampaui” kapitalisme dalam semua bidang kehidupan—demikian tulis Oposisi Kiri dalam sebuah dokumen yang disebarkan secara ilegal di bulan Maret 1927—“namun, pada saat ini masalahnya bukanlah relasi sosialisme terhadap kapitalisme secara umum, melainkan perkembangan ekonomi Uni Soviet dalam kaitannya dengan Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Apa yang harus dipahami dengan frasa 'masa historis minimal'? Serangkaian rencana lima tahun di masa datang akan membuat kita meninggalkan jauh-jauh tingkat negeri-negeri maju di Barat. Apa yang akan terjadi dalam dunia kapitalis selama periode tersebut? … Jika Anda mengakui kemungkinan kapitalisme untuk berbunga kembali selama periode puluhan tahun, maka omongan tentang sosialisme di negeri kita yang terbelakang adalah omong kosong yang menyedihkan. Maka perlulah menyatakan bahwa kita keliru dalam penilaian kita terhadap seluruh epos sebagai sebuah epos kebangkrutan kapitalisme. Maka Republik Soviet akan terbukti sebagai percobaan kedua dalam kediktatoran proletariat sejak Komune Paris[3], lebih luas dan lebih menghasilkan, tetapi tetap hanya percobaan ... Dengan begitu, apakah ada landasan serius untuk peninjauan ulang terhadap penilaian kita tentang seluruh epos ini, dan atas makna Revolusi Oktober sebagai satu mata rantai dalam revolusi internasional? Tidak! ... Dalam menyelesaikan, dengan kurang-lebih menyeluruh masa rekonstruksi mereka [pasca perang] ... negeri-negeri kapitalis telah mulai bangkit dan membangkitkan kembali, dalam bentuk yang jauh lebih tajam, semua kontradiksi lama pra-perang, domestik dan internasional. Inilah basis bagi revolusi proletariat. Adalah satu kenyataan bahwa kita tengah membangun sosialisme. Sebuah fakta yang lebih besar, bukannya kurang—karena yang keseluruhan lebih besar daripada penjumlahan bagian-bagiannya—adalah bahwa ini adalah persiapan bagi sebuah revolusi di Eropa dan dunia. Bagian itu hanya akan mencapai kemenangan jika termaktub dalam keseluruhannya. .... Proletariat Eropa membutuhkan waktu yang lebih pendek dari lepas landas sampai ke perebutan kekuasaan daripada yang kita butuhkan untuk mengejar ketertinggalan teknologi dari Eropa dan Amerika ... Sementara itu, kita harus secara sistematik menipiskan jarak yang memisahkan produktivitas tenaga kerja kita dari apa yang dicapai di belahan dunia lain. Semakin jauh kita maju, semakin berkurang bahaya intervensi yang mungkin datang lewat harga murah dan, sebagai kelanjutannya, lewat angkatan bersenjata ... Semakin tinggi kita tingkatkan standar hidup kaum buruh dan tani, semakin pasti kita mempercepat revolusi proletar di Eropa, semakin cepat pula revolusi itu memperkaya kita dengan teknologi yang telah dicapai dunia, dan akan semakin sejati dan tulen pembangunan sosialisme kita maju sebagai bagian dari pembangunan Eropa dan dunia.” Dokumen ini, sebagaimana yang lain, tetap tidak dijawab—kecuali jika Anda menganggap pemecatan dan penangkapan sebagai jawaban yang dinanti-nanti itu.

Setelah ditinggalkannya ide tentang kecepatan kura-kura, menjadi perlu untuk menyangkal pemikiran yang terikat dengan ide tersebut, yakni tentang kulak yang akan terserap ke dalam sosialisme. Namun, pembasmian administratif atas kulak-isme memberi asupan baru bagi teori sosialisme di satu negeri. Jika kelas telah dihapuskan “secara mendasar”, ini artinya sosialisme telah tercapai secara “mendasar” pula (1931). Pada hakikatnya, rumusan ini menghidupkan kembali pemikiran tentang masyarakat sosialis yang dibangun di atas “basis kemiskinan”. Di masa itu, kami ingat, bahwa seorang jurnalis pemerintah menjelaskan bahwa ketidaktersediaan susu bagi bayi adalah karena kurangnya sapi dan bukannya karena kekurangan dalam sistem sosialis.

Keprihatinan tentang produktivitas tenaga kerja mencegah sandaran berlama-lama pada rumusan memabukkan yang dibuat tahun 1931 itu, yang harus berperan sebagai kompensasi moral bagi kehancuran-kehancuran yang diakibatkan oleh kolektivisasi menyeluruh. “Beberapa orang berpikir,” Stalin mendadak berkata, dalam kaitannya dengan gerakan Stakhanov, “bahwa sosialisme dapat diperkuat melalui kesetaraan material bagi rakyat di atas basis kehidupan yang miskin. Itu tidak benar. […] Kenyataannya, sosialisme hanya akan mencapai kemenangan di atas basis produktivitas tenaga kerja yang tinggi, lebih tinggi daripada di bawah kapitalisme.” Benar-benar tepat! Walau demikian, pada saat yang sama, program baru Pemuda Komunis—yang disahkan di bulan April 1936, di kongres yang juga mencabut sisa-sisa hak politik Pemuda Komunis—mendefinisikan watak sosialis Uni Soviet dalam terminologi kategoris sebagai berikut: “Seluruh perekonomian nasional negeri ini telah menjadi sosialis.” Tidak seorang pun yang mau repot-repot mendamaikan pemikiran-pemikiran yang kontradiktif itu. Tiap pemikiran diedarkan sesuai tuntutan keadaan. Tidak peduli, toh tidak ada yang berani mengeritik.

Juru bicara kongres menjelaskan perlunya program baru bagi Pemuda Komunis dengan kata-kata berikut: “Program yang lama mengandung pernyataan yang sangat keliru dan anti-Leninis bahwa Rusia ‘hanya dapat sampai pada sosialisme melalui sebuah revolusi proletariat dunia’. Poin program ini sangatlah keliru secara mendasar. Ini mencerminkan pandangan kaum Trotskyis.”—ini adalah pandangan yang juga dipertahankan Stalin di bulan April 1924.

Di samping semua itu, masih belum terjelaskan bagaimana sebuah program yang  ditulis tahun 1921 oleh Bukharin, dan dengan hati-hati dibahas di Politbiro dengan partisipasi Lenin, setelah lima belas tahun ternyata “Trotskyis” dan harus direvisi ke arah yang sebaliknya! Tetapi argumen logis tidak berdaya ketika masalahnya adalah masalah kepentingan. Setelah memenangkan kebebasan dari kendali proletariat di negeri mereka sendiri, birokrasi tidak dapat mengakui ketergantungan Uni Soviet pada proletariat dunia. Hukum perkembangan tidak-berimbang memaksakan terjadinya peristiwa di mana kontradiksi antara teknologi dan relasi kepemilikan kapitalisme menghancurkan mata rantai terlemah dalam belenggu kapitalisme dunia. Kapitalisme Rusia yang terbelakang adalah yang pertama harus membayar kebangkrutan kapitalisme dunia. Hukum perkembangan tidak-berimbang dilengkapi, pada seluruh perjalanan sejarah, dengan hukum perkembangan tergabung. Kejatuhan borjuasi Rusia membawa kita pada kediktatoran proletariat—yakni, sebuah negeri terbelakang melompat mendahului negeri-negeri maju. Walau begitu, pendirian bentuk kepemilikan sosialis di negeri terbelakang berbenturan dengan kurangnya tingkat capaian teknologi dan budayanya. Revolusi Oktober, yang sendirinya terlahir dari kontradiksi antara kekuatan produktif di negerinya sendiri dan bentuk-bentuk kepemilikan kapitalis, pada gilirannya melahirkan kontradiksi antara rendahnya tingkat kekuatan produktif nasional dan bentuk-bentuk kepemilikan sosialis.

Pastinya, keterisolasian Uni Soviet tidak memiliki konsekuensi berbahaya dan mendesak seperti yang ditakuti sebelumnya. Dunia kapitalis berada dalam keadaan begitu tidak terorganisir dan lumpuh untuk melancarkan pukulan balik dengan segenap tenaga. “Ruang bernapas” ini ternyata lebih panjang bahkan dari yang diharapkan orang-orang yang paling optimis. Akan tetapi, isolasi dan kemustahilan menggunakan sumberdaya perekonomian dunia, bahkan di atas basis kapitalis (tingkat perdagangan luar negeri telah turun empat sampai lima kali lipat sejak tahun 1913) mengakibatkan, di samping keharusan mencurahkan pengeluaran besar bagi pertahanan militer, sebuah alokasi kekuatan produktif yang tidak menguntungkan dan lambannya peningkatan standar hidup massa rakyat. Tetapi, produk paling beracun dari keterisolasian dan keterbelakangan adalah gurita birokratisme.

Standar yuridis dan politik yang didirikan oleh Revolusi Oktober merupakan tindakan yang progresif atas perekonomian yang terbelakang, namun di pihak lain keterbelakangan itu menghalangi penerapan standar tersebut. Semakin lama Uni Soviet tinggal di dalam kepungan kapitalisme, semakin dalamlah pembusukan dalam susunan sosial. Isolasi yang berkepanjangan niscaya tidak akan berakhir pada komunisme nasional, namun pada pemulihan kembali kapitalisme.

Jika borjuasi tidak dapat dengan damai terserap ke dalam demokrasi sosialis,  maka sebuah negara sosialis juga tidak dapat melebur dengan damai ke dalam sebuah sistem kapitalis dunia. Dalam tatanan sejarah hari ini tidaklah terdapat perkembangan sosialis yang damai “di satu negeri”, tetapi serangkaian panjang gejolak-gejolak dalam skala dunia: perang dan revolusi. Gejolak-gejolak tidaklah terhindarkan juga dalam kehidupan dalam negeri Uni Soviet. Jika birokrasi terpaksa, dalam perjuangannya untuk mewujudkan perekonomian terencana, melikuidasi kaum kulak; dan kelas pekerja akan terpaksa, dalam perjuangannya untuk mewujudkan sosialisme, melikuidasi kaum birokrat.

Pada batu nisan birokrasi akan tertulis: “Di sini terbaring teori sosialisme di satu negeri.”

“Kawan-kawan” Uni Soviet

Untuk pertama kalinya sebuah pemerintahan yang kuat menyediakan insentif di luar negeri bagi kaum kiri dan pers kiri ekstrim, bukannya pada kaum kanan terhormat. Simpati massa rakyat pada revolusi besar ini dengan sangat trampil diberi saluran dan dibersihkan di dalam kilang-kilang birokrasi Soviet. Pers Barat yang “bersimpati” tanpa kasat mata kehilangan hak untuk mempublikasikan apapun yang akan menyakiti hati lapisan penguasa di Uni Soviet. Buku yang tidak diperbolehkan di Kremlin dilupakan dan dianggap tidak ada. Para pembela birokrasi Soviet yang berisik dan tidak cakap mendapati tulisan mereka dipublikasikan dalam banyak bahasa. Dalam buku ini kami telah menghindari kutipan dari produk-produk spesifik dari “kawan-kawan” resmi, sebaliknya memilih karya-karya orisinil yang kasar daripada kata-kata indah orang asing. Walau demikian, literatur dari “kawan-kawan” ini, termasuk yang dari Komunis Internasional, yang paling kasar dan vulgar daripadanya, hadir dalam jumlah yang mengesankan dan memainkan peran yang tidak kecil dalam politik. Kami harus mengabdikan beberapa halaman terakhir bagi mereka.

Pada saat ini, kontribusi utama pada khasanah pemikiran ini adalah buku karya Webb, Soviet Communism. Bukannya menulis apa yang telah tercapai dan ke mana arah perkembangan pencapaian itu, penulis menjelaskan dalam seribu dua ratus halaman apa yang dipikirkan dan diindikasikan di biro-biro atau dipaparkan dalam undang-undang. Kesimpulannya: ketika proyek-proyek, rencana-rencana, dan undang-undang dilaksanakan, maka komunisme akan tercapai di Uni Soviet. Demikianlah isi dari buku yang membuat depresi ini, yang hanya mengulang-ulang laporan-laporan biro-biro di Moskow dan artikel-artikel ulang tahun Soviet yang dimuat dalam pers Moskow.

Perkawanan dengan birokrasi Soviet bukanlah perkawanan dengan revolusi proletariat, namun sebaliknya adalah jaminan pencegahan revolusi proletariat. Suami-istri Webb, pastinya, siap mengakui bahwa sistem komunis cepat atau lambat akan menyebar ke seluruh dunia. “Tetapi bagaimana, kapan, di mana, dengan perubahan apa, dan apakah melalui revolusi dengan kekerasan atau dengan penetrasi damai, atau bahkan lewat peniruan secara sadar, semua itu adalah pertanyaan yang tidak dapat kami jawab.” Penolakan diplomatis untuk menjawab ini—atau, dalam kenyataannya, jawaban yang ambigu ini—sangat menggambarkan watak “kawan-kawan” ini, dan mengungkapkan harga yang dibayar untuk perkawanan ini. Jika semua orang telah menjawab masalah revolusi sebelum 1917, ketika jawaban itu lebih sulit ditemukan, tidak mungkin ada negara Soviet di dunia, dan “kawan-kawan” dari Inggris ini akan perlu mengembangkan emosi perkawanan mereka untuk objek-objek lainnya.

Suami-istri Webb berbicara tentang sia-sianya harapan akan terjadinya revolusi di Eropa di masa dekat ini, dan dari sini mereka mendapatkan bukti-bukti yang menenangkan hati akan ketepatan teori sosialisme di satu negeri. Dengan otoritas dari orang-orang yang menganggap Revolusi Oktober sebagai kejutan yang besar dan tidak menyenangkan, mereka memberi kita pelajaran-pelajaran tentang pembangunan sebuah masyarakat sosialis di dalam batasan Uni Soviet dengan absennya perspektif yang lain. Sulit menahan diri untuk tidak mengangkat bahu dan mencibir! Nyatanya, perdebatan kami dengan suami-istri itu bukanlah tentang perlunya membangun pabrik di Uni Soviet atau menggunakan pupuk di pertanian kolektif, tetapi tentang apakah perlu menyiapkan revolusi di Inggris dan bagaimana itu akan dilakukan. Tentang pertanyaan itu, sosiolog terpelajar ini menjawab: “Kami tidak tahu.” Mereka menganggap masalah itu, tentu saja, bertentangan dengan “ilmu pengetahuan”.

Lenin sangat bermusuhan dengan kaum borjuis konservatif yang membayangkan diri mereka sebagai sosialis, dan khususnya, kaum Fabian Inggris.  Dalam kamus bibliografi yang ada di akhir kumpulan karyanya, tidak sulit ditemukan bahwa sikapnya terhadap suami-istri Webb selama seluruh kehidupan aktifnya tetaplah bermusuhan secara terang-terangan. Di tahun 1907, dia pertama kali menulis tentang suami-istri Webb sebagai “eulogis bodoh dari kaum terbelakang Inggris”, yang mencoba menyajikan Chartisme[4], epos revolusioner dari gerakan buruh Inggris, sebagai tindakan kekanak-kanakan. Tanpa Chartisme, tidak mungkin ada Komune Paris. Tanpa keduanya, tidak mungkin ada Revolusi Oktober. Pasangan suami-istri Webb hanya menemukan mekanisme administratif dan rencana birokratik di Uni Soviet. Mereka tidak menemukan Chartisme, komunisme, ataupun Revolusi Oktober. Bagi mereka sampai saat ini, revolusi tetaplah sebuah hal yang asing dan berbahaya, jika bukannya “kekanak-kanakan”.

Dalam polemiknya melawan kaum oportunis, Lenin, seperti yang kita ketahui dengan baik, tidak pernah mau repot dengan sopan santun polesan. Tetapi tulisan-tulisannya yang penuh cacian (“kaki-tangan borjuasi”, “pengkhianat”, “penjilat”) mengekspresikan penilaian yang dipertimbangkan masak-masak terhadap pasangan Webb dan para pengkotbah Fabianisme—yakni, para tokoh tradisional terhormat dan pemuja status quo. Tidak boleh ada pembicaraan mengenai perubahan mendadak dalam pandangan pasangan ini selama tahun-tahun terakhir. Orang yang sama, yang selama perang mendukung borjuasi, dan yang kemudian mendapat anugerah dari tangan Raja berupa gelar Lord Passfield, tidak pernah menyangkal apa-apa dan tidak berubah sama sekali dalam pandangannya mengenai komunisme di sebuah negeri, apalagi sebuah negeri asing. Sidney Webb adalah seorang Menteri Urusan Tanah Jajahan [dari tahun 1929 hingga 1931]—yakni, kepala penjara imperialisme Inggris—persis di masa hidupnya di mana dia mulai mendekati birokrasi Soviet, mendapatkan bahan penulisan bukunya dari biro-biro, dan berdasarkan itu menulis kompilasi dua jilidnya.

Sampai tahun 1923, pasangan ini tidak melihat perbedaan besar antara Bolshevisme dan Tsarisme (lihat, misalnya, The Decay of Capitalist Civilization, 1923). Kini mereka telah sepenuhnya mengakui “demokrasi” rejim Stalin. Tidak perlu mencari kontradiksi di sini. Kaum Fabian sangat marah ketika proletariat revolusioner mencabut kebebasan aktivitas dari komunitas “terdidik”, tetapi mereka pikir sudah sepantasnya ketika birokrasi mencabut kebebasan aktivitas dari proletariat. Bukankah memang ini fungsi birokrasi serikat buruh selama ini? Pasangan Webb bersumpah, misalnya, bahwa ada kebebasan kritisisme yang penuh di Uni Soviet. Kita tidak dapat mengharapkan rasa humor dari orang-orang ini. Mereka merujuk dengan keseriusan penuh pada “otokritik” yang terkenal itu, yang didirikan sebagai bagian dari tugas resmi seorang pejabat dan yang arahnya, di samping juga batasannya, dapat diprediksi dengan mudah.

Apakah mereka orang-orang naif? Engels maupun Lenin tidak pernah menganggap Sidney Webb naif. Mungkin bermartabat. Bagaimanapun, ini masalah sebuah rejim mapan dan tuan rumah yang baik. Pasangan Webb sangat menentang kritik Marxisme terhadap apa yang eksis sekarang. Mereka menganggap diri mereka terpanggil untuk menjaga warisan Revolusi Oktober dari Oposisi Kiri. Agar lebih lengkap, kami catat bahwa dalam Pemerintahan Partai Buruh di mana Lord Passfield (Sidney Webb) memegang jabatan kementrian menolak memberi visa pada penulis buku ini untuk memasuki Inggris. Dengan begitu, Sidney Webb, yang di masa itu tengah mengerjakan buku tentang Uni Soviet, secara teoritik membela Uni Soviet dari kritisisme, namun secara praktis dia membela Imperium Kerajaan Inggris. Dengan adil kita dapat mengatakan bahwa dalam kedua hal tersebut dia jujur pada dirinya sendiri.

*  *  *

Bagi banyak kaum borjuis kecil yang tidak menguasai pena atau kuas, “perkawanan” yang terdaftar resmi di Uni Soviet adalah sejenis sertifikat yang menunjukkan kepentingan spiritual yang lebih tinggi. Keanggotaan di Freemason atau klub-klub pasifis memiliki banyak kesamaan dengan keanggotaan di perkumpulan “Kawan-kawan Uni Soviet”, karena ini memungkinkan mereka menjalani dua kehidupan sekaligus: kehidupan sehari-hari bergelut dengan kepentingan mereka sendiri, dan kehidupan di masa libur merenungi jiwa mereka. Dari waktu ke waktu, para “kawan” ini mengunjungi Moskow. Mereka mencatat dalam ingatan mereka traktor-traktor, tempat-tempat penitipan anak, para Pramuka muda Soviet, parade-parade, tim terjun payung perempuan—dengan kata lain, segalanya kecuali kaum aristokrasi yang baru. Orang-orang terbaik dari mereka menutup mata pada semua ini karena perasaan bermusuhan pada kekuatan reaksi kapitalis. Andre Gide dengan terbuka mengakui ini: “Serangan yang bodoh dan tidak jujur atas Uni Soviet mendorong kita untuk membelanya dengan keras kepala.” Tetapi kebodohan dan ketidakjujuran musuh bukanlah pembenaran untuk menutup mata kita sendiri. Massa kelas pekerja, biar bagaimanapun, sangat membutuhkan kawan-kawan yang mampu memandang dengan jernih.

Epidemik simpati kaum borjuis radikal dan borjuis sosialis terhadap strata penguasa Uni Soviet memiliki sebab yang bukan tidak penting. Di dalam lingkaran politisi profesional, tanpa melihat perbedaan program politiknya, selalu ada dominasi dari mereka yang bersahabat dengan “kemajuan” sebagaimana yang telah tercapai atau yang dengan mudah dapat dicapai. Jauh lebih banyak orang reformis di dunia ini daripada revolusionis, lebih banyak orang yang kompromis daripada yang tidak tergoyahkan dalam prinsip. Hanya dalam masa-masa khusus dalam sejarah, di mana massa rakyat bangkit bergerak, kaum revolusionis muncul dari keterasingan mereka, dan kaum reformis menjadi seperti ikan keluar dari air.

Di antara kaum birokrasi Soviet yang sekarang, tidak ada seorang pun yang tidak, sebelum April 1917 dan bahkan juga jauh setelahnya, menganggap pemikiran tentang kediktatoran proletariat di Rusia sebagai sesuatu yang penuh fantasi (Pada saat itu “fantasi” ini disebut ... Trotskyisme.) Generasi terdahulu dari “kawan-kawan” asing ini mengganggap kaum Menshevik Rusia sebagai Realpolitiker [politisi tulen yang realistis – Ed.], kaum Menshevik yang mendukung “front rakyat” dengan kaum liberal dan menolak gagasan tentang kediktatoran sebagai satu kegilaan. Untuk mengakui sebuah kediktatoran ketika hal itu telah tercapai dan bahkan tercemar secara birokratik, itu adalah persoalan lain. Ini justru tindakan yang tepat dalam pikiran para “kawan” ini. Mereka kini bukan hanya hormat pada negara Soviet, bahkan mereka membelanya dari para musuhnya—yang tentu saja bukan mereka yang merindukan masa lalu, melainkan mereka yang berjuang untuk masa depannya. Di mana para “kawan” ini adalah kaum patriot yang aktif, seperti halnya kaum reformis Perancis, Belgia, Inggris, dan lainnya, sangatlah mudah bagi mereka untuk menutupi solidaritas mereka dengan kaum borjuis di balik keprihatinan akan pembelaan Uni Soviet. Di mana, di pihak lain, mereka yang telah kalah, seperti kaum patriot sosial Jerman dan Austria, mereka berharap bahwa persekutuan Perancis dan Uni Soviet dapat membantu mereka mengatasi Hitler atau Schuschnigg[5]. Leon Blum, yang dulunya adalah musuh Bolshevisme di masa perlawanan heroiknya dan menerbitkan koran Le Populaire untuk keperluan tunggal menyerang Revolusi Oktober, kini menolak mencetak kolom-kolom yang akan mengungkap kejahatan-kejahatan birokrasi Soviet. Sebagaimana Musa, yang sangat ingin melihat wajah Yahwe, hanya diperkenankan menghadap bagian belakang dari tuhannya itu, demikian pula kaum reformis terhormat ini, para pemuja kemapanan, hanya sanggup memahami dan mengakui revolusi dari pantat birokrasi yang gemuk-gemuk itu.

Para “pemimpin” komunis yang sekarang, pada hakikatnya, berjenis sama dengan kaum reformis ini. Setelah melompat-lompat seperti kera, mereka akhirnya menemukan keuntungan dari sikap oportunis dan telah merengkuhnya dengan kebugaran yang cocok dengan kebodohan yang selalu menjadi ciri istimewa mereka. Mental budak dan penjilatan terhadap lingkaran penguasa Kremlin telah membuat mereka sama sekali tidak sanggup melaksanakan aktivitas revolusioner. Mereka menjawab argumen yang kritis dengan geraman dan gonggongan; dan, di samping itu, di bawah cambuk para tuannya mereka mengibaskan ekor mereka. Kumpulan orang yang paling menjijikkan ini, yang di saat-saat paling berbahaya akan bubar ke empat penjuru, memandang kami sebagai “kontra-revolusionis”. Memangnya kenapa? Sejarah, sekalipun wataknya keras, tidak bisa berjalan tanpa sesekali membuat banyolan konyol.

Para “kawan” yang lebih jujur atau terbuka matanya, setidaknya ketika berbicara secara informal, mengakui bahwa ada noda di matahari Soviet. Tetapi, dengan menggantikan analisa dialektik dengan analisa fatalistik, mereka menghibur diri dengan pemikiran bahwa degenerasi birokratik “tertentu” di bawah kondisi yang ada adalah satu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi perlawanan terhadap degenerasi ini juga tidak begitu saja jatuh dari langit. Sebuah keharusan memiliki dua ujung: yang satu reaksioner, yang satu lagi progresif. Sejarah mengajarkan bahwa orang dan partai yang berjalan di kedua ujung yang berlawanan, dalam jangka panjang, akan mendapati diri mereka berhadapan di seberang barikade.

Argumen terakhir dari para “kawan” ini adalah bahwa kaum reaksioner akan menyambar setiap kritik atas rejm Soviet. Ini pasti! Kita boleh berasumsi bahwa kaum reaksioner akan mencoba mengambil sesuatu bagi diri mereka sendiri dari buku yang Anda pegang ini. Kapan mereka bertindak lain dari itu? Manifesto Komunis berbicara dengan sinis bahwa reaksi feudal berusaha menggunakan panah kritik sosialis melawan liberalisme. Ini tidak menghalangi sosialisme yang revolusioner untuk mengikuti jalannya sendiri. Ini juga tidak akan menghalangi kami. Pers Komunis Internasional bahkan menyatakan bahwa kritik kami akan menyiapkan sebuah intervensi militer atas Uni Soviet. Ini jelas-jelas berarti bahwa pemerintah-pemerintah kapitalis, yang mengetahui dari buku kami tentang degenerasi birokrasi Soviet, akan segera mengirim ekspedisi militer untuk membalaskan dendam atas diinjak-injaknya prinsip-prinsip Revolusi Oktober! Para ahli polemik dari Komunis Internasional tidak dipersenjatai dengan pedang, melainkan dengan lidah tak bertulang, atau bahkan dengan alat-alat yang lebih rapuh lainnya. Pada kenyataannya, sebuah kritik Marxis, yang menyebut segala sesuatu sesuai nama yang pantas untuknya, hanya akan menambah pujian bagi para diplomat Soviet di mata borjuasi.

Sebaliknya dengan kelas pekerja dan para pembela sejatinya di kalangan kaum intelektual. Di sini buku kami akan menghasilkan keraguan dan menimbulkan ketidakpercayaan—bukan dari kaum revolusioner namun dari para pengkhianatnya. Tetapi justru inilah tujuan yang telah kami tetapkan. Daya penggerak bagi kemajuan adalah kebenaran, bukan dusta.


Catatan

[1] Pada akhir tahun 1924 buku ini telah direvisi dan paragraf di atas digantikan dengan: “Partai selalu mengambil titik mulanya dari gagasan bahwa kemenangan sosialisme di negeri itu, dan tugas itu dapat dicapai dengan kekuatan dari satu negeri.”

[2] Georg Vollmar (1850-1922) adalah seorang politisi sosialis dari Jerman. Dia terpilih ke dalam Reichstag pada tahun 1881 hingga 1887, dan lalu dari tahun 1890 hingga 1918. Dia adalah pemimpin sosial demokrat Jerman yang terkemuka.

[3] Komune Paris (1871) merupakan revolusi pekerja pertama yang berhasil. Komune Paris berdiri dari 26 Maret hingga 30 Mei 1871. Setelah kekalahan Perancis (yang diperintah oleh Louis Bonaparte) dalam perang Franco-Prussian tahun 1871, Pemerintahan Pertahanan Nasional (Government of National Defense) mengakhiri perang melawan Jerman dengan syarat-syarat yang kejam – salah satunya pendudukan Paris, yang secara heroik telah bertahan selama enam bulan melawan pengepungan oleh tentara Jerman.  Pekerja Paris sangat marah terhadap pendudukan ini dan menolak untuk bekerja sama dengan tentara Jerman. Pekerja Paris bahkan membatasi daerah pendudukan Jerman hanya pada beberapa taman kecil di pojokan kota Paris. Dan terus mengawasi tentera Jerman untuk memastikan mereka tidak melewati batas. Pada tanggal 18 Maret, pemerintahan Perancis yang baru, dipimpin oleh Thiers, setelah mendapatkan ijin dari Jerman, mengirim tentara ke Paris untuk merebut persenjataan di dalam kota. Serta untuk memastikan agar pekerja Paris tidak dipersenjatai dan melawan Jerman. Pekerja Paris menolak Tentara Perancis untuk mengambil persenjataan. Akibatnya Pemerintahan “Pertahanan Nasional” Perancis menyatakan perang terhadap kota Paris. Pada tanggal 26 Maret 1871, dengan gelombang dukungan popular, dewan kota dibentuk yang terdiri dari para pekerja dan prajurit – Komune Paris – yang terpilih. Di keseluruhan Perancis dukungan menyebar dengan cepat untuk pekerja Paris. Kurang dari tiga bulan setelah anggota-anggota Komune Paris dipilih, kota Paris diserang dengan kekuatan penuh oleh tentara pemerintah Perancis. Tiga puluh ribu pekerja tanpa senjata dibantai, ribuan orang ditembaki dijalan-jalan kota Paris. Ribuan lainnya ditangkap dan 7.000 pekerja diasingkan dari Perancis selamanya.

[4] Chartisme adalah gerakan perubahan politik dan sosial di Inggris pada pertengahan abad ke-19 untuk membawa kebebasan politik bagi massa rakyat. Gerakan ini adalah gerakan kelas pekerja yang pertama di dunia.

[5] Kurt Schuschnigg (1897-1977) adalah Kanselir dari Republik Austria Pertama. Pada tahun 1936 menandatangani pakta Austro-German, yang memberikan konsesi pada Nazi dan memperbolehkan Nazi duduk di kabinet.