Jadilah Komunis yang Baik

dan Lebih Baik Lagi!

D.N. Aidit (1964)


Sumber: D.N. Aidit, Brosur Jadilah Komunis yang Baik dan Lebih Baik Lagi!

Penerbit: Yayasan Pembaruan Jakarta, 1964.


Jadilah Komunis Yang Baik dan Lebih Baik Lagi!

Pada hari ini, tanggal 23 Mei 1964, genaplah 44 tahun usia Partai Komunis Indonesia.

Saya mengucapkan banyak terimakasih, bahwa peringatan ulang tahun PKI ini mendapat perhatian besar, tidak hanya dari kaum buruh dan Rakyat pekerja kota Surabaya, tapi juga para otoritas sipil dan militer, dari partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa sesama keluarga Front Nasional, dan dari Front Nasional Sendiri.

Saya merasa sangat gembira dan berbahagia, bahwa dalam menyambut dan merayakan hari ulangtahun PKI kali ini saya berada di kota Surabaya dan kawan-kawan sekalian, di tengah Arek-arek Suroboyo dan Rakyat Jawa Timur yang terkenal sebagai pejuang-pejuang revolusioner yang militan.

Saya merasa lebih gembira lagi, bahwa dalam menjelang hari bersejarah ini saya telah menyelesaikan pekerjaan riset (research) tentang keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Timur. Sejumlah 134 petugas riset langsung di bawah pimpinan saya sendiri dengan dibantu oleh kira-kira 1500 petugas-petugas riset di kecamatan-kecamatan dan desa-desa selama lebihkurang 5 minggu

Pada umumnya telah menunaikan tugasnya dengan baik. Tujuh puluh kecamatan daerah pertanian di Jawa Timur telah kami riset, baik mengenai keadaan kaum tani maupun mengenai gerakan taninya. Pekerjaan besar-besaran ini telah kami lakukan dengan penuh kesungguhan dalam rangka mengintegrasikan diri dengan kaum tani, soko guru revolusi Indonesia, dan dalam rangka memperhebat ketahanan nasional, khususnya dalam hubungan dengan memperhebat gerakan tani produksi pertanian.

Bukanlah waktunya sekarang ini untuk melaporkan hasil-hasil riset tersebut. Tapi perlu saya jelaskan, bahwa tidak ada yang misterius di sekitar pekerjaan riset ini.

Semuanya akan saya umumkan, sebagaimana halnya dengan hasil-hasil riset saya di Jawa Barat yang sudah diumumkan itu. Saya berpendapat, setiap manipolis harus mengenal dengan baik tenaga pokok dan soko guru revolusinya, yaitu kaum tani. Oleh karena itu, adalah sangat menyedihkan bahwa sekarang ini sedang bertebaran surat-surat “rahasia” dari instansi resmi yang satu ke instansi resmi yang lain, yang berisi fitnahan-fitnahan yang keji terhadap riset yang telah saya lakukan. Antara lain dalam surat-surat resmi itu ada fitnahan dan insinuasi, bahwa PKI “telah memulai start-nya”. Mereka mau memberikan interpretasi yang bukan-bukan menurut selera mereka sendiri. Oleh karena itu perlu saya terangkan, bahwa satu-satunya interpretasi yang benar ialah, bahwa memang Kaum Komunis Indonesia telah mengadakan start untuk mengenal lebih baik lagi dari yang sudah-sudah keadaan kaum tani dan gerakan tani dengan memperhebat pekerjaan riset.

Kaum Komunis Indonesia menyambut baik bahwa pada waktu-waktu belakangan ini kaum wartawan, para sarjana, mahasiswa dan pelajar-pelajar sekolah-sekolah menengah telah memberikan perhatian yang besar pada keadaan kaum tani dengan jalan mengadakan “gerakan turun ke desa”. Hanya kaum Komunisto-phobi, kaum kontra-revolusioner dan setan-setan desa, yaitu: tuan tanah-tuan tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, kapitalis birokrat, tengkulak jahat, penguasa jahat dan bandit-bandit desa yang ketakutan setengah mati pada pengenalan dan pembongkaran-pembongkaran perbuatan-perbuatan jahat mereka terhadap kaum tani dan terhadap Republik Indonesia.

Dengan dalih “memperkuat home-front” dalam rangka mengganyang “Malaysia”, kaum kontra-revolusioner dan “setan-setan desa” berusaha menutupi kejahatan-kejahatan mereka terhadap kaum tani, terhadap Republik Indonesia dan terhadap Pemerintah Sukarno. Padahal, justru untuk memperkuat home-front, kontradiksi-kontradiksi yang terdapat di desa-desa kita harus cepat-cepat dan secara tepat diselesaikan, undang-undang negara yang menjalankan garis-garis manipol, dalam hal ini terutama Undang-Undang PokokAgraria (UUPA), harus dilaksanakan. Inilah jalan untuk membuktikan loyalitas terhadap Republik Indonesia dan untuk menarik berpuluh-puluh juta kaum tani ke dalam kegiatan revolusioner dan memperhebat produksi pertanian.

Masalah pangan hanya mungkin dipecahkan jika pemecahannya dikombinasi dengan pengganyangan dan penaklukan setan-setan desa. Hanya dengan demikian perjuangan mengganyang “Malaysia”, memperhebat ketahanan nasional dan melaksanakan Manipol serta pedoman-pedoman pelaksanaannya dapat terus-menerus diperkuat. Tanpa melakukan ini segala omongan tentang revolusi Indonesia, tentang loyalitas terhadap Republik Indonesia dan tentang pengganyangan “Malaysia” adalah kosong dan munafik.

Dalam hubungan dengan riset ini saya juga ingin mengemukakan bahwa pekerjaan besar-besaran ini dapat saya lakukan dan selesaikan menurut rencana dengan sukses, pertama-tama dan terutama oleh karena bantuan yang besar dari kaum tani Jawa Timur di mana riset itu dilakukan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengatakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah membantu pekerjaan ini, tidak hanya dalam memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan, tetapi juga dalam memberikan pendidikan yang tak ternilai kepada PKI yang membantu saya dalam melaksanakan tugas riset tersebut.

I

Situasi Politik Nasional dan Internasional

Adalah sangat menggembirakan lagi, bahwa dalam menyambut dan merayakan hari ulang tahun PKI ini, kita bersama-sama menyaksikan perkembangan situasi politik, baik nasional maupun internasional, yang sangat menguntungkan Rakyat-Rakyat revolusioner dalam usaha-usaha revolusionernya. Betapa tidak! Cobalah lihat! Kaum imperialis, terutama imperialis Amerika Serikat, dan semua kaum reaksioner lainnya sedang mengalami hujan pukulan dan kekalahan di mana-mana, sedangkan persatuan dan perjuangan Rakyat-rakyat revolusioner di seluruh dunia, terutama Rakyat-Rakyat Asia, Afrika dan Amerika Latin, semakin tumbuh kuat dan terus berkembang maju dari satu kemenangan ke kemenangan yang lain. Juga musuh-musuh Marxisme-Leninisme, terutama sekali revisionism modern, semakin tertelanjangi dan terpukul ke sudut, sedangkan barisan kaum Marxis-Leninis sejati di seluruh dunia semakin membaja dan membesar.

Di Indonesia kita dapat melihat sendiri bahwa kaum Komunisto-phopi makin terbuka kedoknya sebagai musuh-musuh Rakyat dan bahwa persatuan dan perjuangan revolusioner rakyat Indonesia melawan imperialisme kini semakin ditempa lagai dalam melaksanakan Dwikora, dalam mengganyang proyek-proyek neo-kolonialis “Malaysia”, dalam menggempur usaha-usaha subversif dan intervensi kaum imperialis dan kontra-revolusioner di segala bidang. Perjuangan mengganyang “peacecorps” Amerika Serikat makin meningkat, dan rakyat Kediri telah berhasil mengusir “peacecorps” yang terkutuk itu. Penelanjangan terhadap apa yang dinamakan “bantuan” imperialis AS, pemboikotan terhadap film-film AS, pengambilalihan perusahaan-perusahaan Inggris telah menjadi kenyataan di negeri kita. Kemajuan-kemajuan telah mencapai dalam menggulung segala tipu muslihat kaum reaksioner dalam negeri yang akhir-akhir ini suka berteriak-teriak tentang Pancasila dan Manipol seperti Soksi, Manikebuis, dsb., dalam mengajukan konsep-konsep yang progresif, dalam membasmi koruptor-koruptor dan setan-setan desa. Gagasan Nasakom semakin membulatkan persatuan dan tekad Rakyat untuk pembentukan kabinet Gotong Royong yang berporoskan Nasakom. Pendek kata, situasi politik sedang menempuh jalan Manipol, keadaan makin revolusioner!

Dengan mengemukakan penilaian perkembangan situasi politik yang baik itu bukanlah semata-mata maksud saya untuk menambah meriahnya suasana perayaan hari ulang tahun PKI, melainkan untuk mencapai maksud-maksud sebagai berikut:

Pertama: Untuk membantah desas-desus kaum imperialis dan kakitangan-kakitangannya di dalam negeri yang antara lain mengatakan seakan-akan situasi Indonesia, terutama di bidang ekonomi dan keuangan, kian hari kian memburuk karena Indonesia menjalankan politik konfrontasi mengganyang “Malaysia”. Dan, kata mereka, jika politik konfrontasi diteruskan maka ini akan mengakibatkan kehancuran bagi Republik Indonesia.

Memang, situasi Indonesia sungguh makin memburuk. Tetapi bagi siapa? Yang terang ialah bagi kaum imperialis dan kaumreaksioner dalam negeri, dan bukan bagi RI dan Rakyat Indonesia yang revolusioner! Keadaan ekonomi Indonesia kini memang tidak baik, tetapi ini bukan disebabkan oleh konfrontasi melawan imperialis, melainkan justru karena belum cukup hebat mengganyang imperialisme. Oleh karena itulah Rakyat Indonesia terus melancarkan perjuangan politik revolusioner yang makin hari makin meningkat.

Politik adalah pernyataan terpusat dari ekonomi, demikian pendirian kaum Marxis. Oleh karena itu situasi politik yang baik bagi Rakyat Indonesia sekarang ini justru adalah pernyataan pembelaan terhadap kepentingan ekonomi Rakyat Indonesia. Adanya situasi politik yang baik sekarang ini adalah pertanda adanya harapan dan terbukanya kemungkinan akan perubahan dan perbaikan di bidang ekonomi. Alangkah celakanya jika situasi politik negeri ini kita sama tidak baiknya dengan situasi ekonominya. Jika demikian keadaannya, akan berarti bahwa Rakyat tidak mempunyai senjata yang mutlak diperlukan, yaitu situasi politik yang revolusioner, sebagai syarat utama untuk memperbaiki keadaan ekonomi negerinya. Pendeknya, makin revolusioner situasi politik, makin terbuka kemungkinan untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Oleh karena itulah, sesuai dengan Dwikora, penanggulangan kesulitan-kesulitan ekonomi hanya benar jika dilakukan dalam rangka memperhebat ketahanan nasional dalam melawanimperialisme, dan tidak di luar rangka itu. Bagi mereka yang sungguh-sungguh revolusioner, pemecahan masalah ekonomi bukan terletak di bidang ekonomi, tetapi di bidang politik, politik yang konsekuen anti-imperialisme dan anti-feodalisme sesuai dengan Manipol dan Dekon.

Kedua: Supaya kita semua lebih mempertajam lagi kewaspadaan politik, supaya jangan lengah sedetik pun, jangan merasa sombong atau puas diri dalam menghadapi situasi politik yang baik ini. Sebab, kaum kontra-revolusioner yang dirugikan oleh perkembangan situasi ini akan lebih giat lagi mengincar kelemahan-kelemahan atau kealpaan-kealpaan kita, dan secara mata gelap melakukan serangan mendadak kepada kekuatan revolusioner keseluruhannya, walaupun mungkin sekali dengan dalih “menyerang Komunis”. Kita harus senantiasa mempertajam kewaspadaan dan kesiapsiagaan kita. Oleh karena itu, sesuai dengan Dwikora, ketahanan nasional harus terus kita perhebat, dan di atas segala-galanya persatuan nasional revolusioner berporoskan Nasakom harus terus-menerus kita perkuat.

Ketiga: Supaya kita kaum revolusioner Indonesia lebih baik dan lebih cermat lagi mengikuti, memperhatikan dan menilai perkembangan situasi. Mengapa? Sebabnya ialah bahwa dalam tahun-tahun akhir ini perkembangan situasi cepat sekali, dan selanjutnya mungkin akan lebih cepat lagi. Jika kita tidak mengikutinya secara seksama, kita akan ketinggalan jaman, dan jika demikian berarti kita bukan orang revolusioner lagi. Lenin sering mengatakan bahwa kaum revolusioner harus selalu mempunyai pandangan ke depan, harus selalu dapat melihat perkembangan yang mendatang. Sudah barang tentu, ini tak berarti bahwa kita harus menjadi dukun atau tukang nujum yang “bisa meramalkan” nasib seseorang. Yang dimaksudkan ialah supaya kita dapat meramalkan perkembangan keadaan secara alamiah. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha keras untuk mengintegrasikan dunia subyektif kita dengan perkembangan dunia obyektif di sekitar kita, agar tindakan kita dapat selalu sesuai dengan hukum-hukum perkembangan keadaan di sekitar kita. Untuk ini kaum Komunis Indonesia harus senantiasa memperhatikan dan menganalisa perkembangan situasi dalam negeri dan situasi luar negeri dengan senjata dan teori Marxisme-Leninisme. Ini adalah bentuk peng-Indonesia-an Marxisme-Leninisme, bentuk pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. Arah perkembangan situasi selanjutnya banyak tergantung pada usaha-usaha kaum Komunis Indonesia dalam hal ini.

Berhubung dengan itu, maka pidato saya untuk menyambut hari ulang tahun PKI kali ini akan dititikberatkan pada perjuangan PKI dalam meng-Indonesia-kan Marxisme-Leninisme. Dengan mengemukakan soal ini saya berharap agar kaum Komunis Indonesia berusaha lebih keras dan lebih baik lagi dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip umum atau kebenaran-kebenaran umum Marxisme-leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. Kita adalah kaum Marxis kreatif, oleh karena itu kita harus menerapkan Marxisme-leninisme di Indonesia dengan gaya Indonesia dan sesuai dengan kondisi-kondisi Indonesia. Ini juga berarti bahwa kita anggota-anggota PKI harus berusaha keras untuk menjadi Komunis yang baik dan lebih baik.

II

Sejarah PKI adalah Proses Pengintegrasian Marxisme dengan Revolusi Indonesia

Sebagaimana kita semua telah mengetahui, kelas buruh Indonesia dilahirkan pada akhir abad ke-19 oleh imperialisme atau kapitalisme monopoli. Sejak lahirnya, ia telah mengemban suatu tugas sejarah, yaitu, sebagaimana telah dikemukakan oleh Marx dan Engels dalam “Manifes Partai Komunis”, menjadi “penggali-penggali liang kubur” kapitalisme itu sendiri. 

Akan tetapi, tidaklah sejak semula tugas sejarahnya disadari oleh kelas buruh Indonesia ketika wakil-wakilnya yang maju sudah menyadari bahwa dirinya berada dalam suatu kesatuan kelas buruh, apabila perjuangan kaum buruh Indonesia sudah tidak lagi ditujukan kepada kaum kapitalis sebagai perseorangan, apabila perjuangan kaum buruh Indonesia tidak lagi terbatas hanya di bidang ekonomi saja, melainkan sudah meluas ke bidang politik kaum kapitalis dan mendirikan kekuasaan politik yang mampu mewujudkan penghapusan hak milik perseorangan atas alat-alat produksi dan menggantinya dengan hak milik sosial, untuk mewujudkan masyarakat sosialis yang bebas dari segala bentuk penghisapan dan penindasan atas manusia oleh manusia, bebas dari kemiskinan dan ketakutan. Pendeknya, apabila gerakan kaum buruh itu sudah dipadu dengan Marxisme-Leninisme barulah kelas buruh itu menyadari dan melaksanakan tugas sejarahnya, barulah kelas buruh itu berubah dari “kelas yang spontan” menjadi “kelas yang sadar diri”, barulah perjuangan kelas buruh itu menjadi perjuangan kelas yang sesungguhnya. Dan untuk itu, syarat mutlak baginya ialah adanya partai politik kelas buruh sebagai alat perjuangan untuk mencapai cita-citanya.

Pada bulan Mei 1914, tepat pada setengah abad yang lalu, di Kota Pahlawan ini, telah dibentuk sebuah organisasi politik kelas buruh Indonesia yang bernama Perhimpunan Sosial Demokrasi Hindia (PSDH) atau IndischeSociaalDemocratischeVereniging (ISDV). PSDH adalah organisasi kaum Marxis dengan tujuan untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan Rakyat Indonesia pada umumnya dan untuk memperjuangkan pembebasan nasional Indonesia. Dengan demikian, kelas buruh Indonesia telah mulai berkembang dari “kelas yang spontan” menjadi “kelas yang sadar diri”, dan mulai melakukan tugas sejarahnya untuk menggulingkan imperialisme dan mewujudkan sosialisme di Indonesia. Dengan demikian mulailah juga proses pengintegrasian Marxisme dengan Revolusi Indonesia.

Selanjutnya, salvo Revolusi Sosialis Oktober Besar 1917 makin memperkokoh keyakinan kelas buruh Indonesia akan kebenaran Marxisme, akan pastinya kemenangan Sosialisme. Kaum buruh Indonesia menjadi sadar akan mutlak perlunya Partai kelas buruh tipe baru, tipe Lenin. Maka sejak itu terjadilah perjuangan yang sengit di dalam PSDH melawan anasir-anasir Internasionale II seperti Stokvis. Hartogh, dkk. Stokvis dkk. Tak lama kemudian keluar dari PSDH dan membentuk organisasi sendiri yang menjadi cabang Partai Sosial Demokrat Belanda yang reformis dan revisionis.

Pembentukan Internasionale III dalam tahun 1919 dan seruan Lenin agar setiap Partai kelas buruh memakai nama Partai Komunis, disambut baik oleh PSDH. Dalam Kongres VIII-nya yang dilangsungkan di Semarang dalam bulan Mei 1920. PSDH cabang Semarang telah mengusulkan penggantian nama PSDH dengan Partai Komunis. Usul ini ditentang keras oleh anasir-anasir revisionis Internasionale II yang masih ada di dalam PSDH. Setelah terjadi perjuangan yang sengit akhirnya Kongres menyetujui usul tersebut. Dengan demikian, tepat pada tanggal 23 Mei 1920 lahirlah Partai kelas buruh Indonesia tipe Lenin. Partai Komunis Indonesia. Pada tahun berikutnya PKI menggabungkan diri kepada Internasionale III, ikut memperkuat Gerakan Komunis Internasional yang Marxis-Leninis.

Dari kenyataan-kenyataan sejarah seperti tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa kaum Komunis Indonesia sudah sejak semula bertekad untuk menjadi kaum Marxis-Leninis yang revolusioner, sudah sejak semula melakukan perjuangan melawan revisionisme Internasionale II dan dengan gigih membela kemurnian Marxisme-Leninisme. Ini berarti bahwa sejak dilahirkannya PKI sudah berjuang untuk pengintegrasian Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit Revolusi Indonesia dan untuk Internasionalisme proletar.

Kini PKI sudah berusia 44 tahun. Proses sejarah PKI merupakan proses pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. Proses ini adalah panjang, telah menempuh jalan yang berliku-liku yang penuh onak dan duri, telah dimahkotai oleh sukses-sukses dan digembleng oleh kegagalan-kegagalan, telah memakan banyak korban, sedangkan di hadapannya masih terbentang jalan panjang pengintegrasian yang masih harus dilaluinya.

Seluruh proses sejarah PKI pada pokoknya dapat dibagi dalam dua tingkat, yaitu tingkat pertama, ialah masa kanak-kanak yang dimulai sejak lahirnya sampai pada awal tahun 1951; dan tingkat kedua ialah masa dewasa yang dimulai dari tahun dan yang berlangsung terus. Sebagai tonggak sejarah yang memisahkan kedua tingkatan itu adalah pembentukan Politbiro baru dari CC Kongres Nasional IV yang bertekad bulat untuk melaksanakan Marxisme-Leninisme secara konsekuen dan kreatif dan penyusunan serta pengesahan Konstitusi baru Partai oleh CC yang kemudian diterima dan disempurnakan dalam Kongres Nasional V PKI tahun 1954.

Ciri utama masa kanak-kanak PKI ialah, bahwa taraf teorinya masih rendah. Para kader dan anggota Partai masih belum menguasai dasar-dasar teori Marxisme-Leninisme yang diperlukan. Dan ini telah mengakibatkan tidak adanya garis politik dan garis organisasi yang tepat dan jelas sehingga mengakibatkan banyak kesalahan-kesalahan, misalnya, dalam memimpin pemberontakan bersenjata 1926-1927 telah digunakan semboyan “anti semua kapitalisme”, “sosialisme sekarang juga”, “soviet Indonesia”, “diktatur proletariat”, dsb. Misal yang lain, Pemerintah Amir Sjarifuddin telah menyerahkan kekuasaannya dalam tahun 1948 secara sukarela. Misal yang lain lagi, pada masa itu PKI tidak mempunyai program agraria yang tepat. Akan tetapi, secara menyeluruh, yang terpenting sebagai akibat dari rendahnya taraf teori Partai pada masa itu, ialah tidak adanya kesatuan dan persatuan di dalam Partai di lapangan ideologi, politik dan organisasi, bapakisme, serta juga mudah termakan oleh intrik-intrik adu-domba dari musuh.

Walaupun Partai pada masa itu rendah taraf teorinya, tetapi Partai telah memiliki tradisi revolusioner dari kelas buruh dan Rakyat pekerja kita. Para kader dan anggota Partai umumnya gagah berani dan memiliki semangat dan watak revolusioner yang sangat tinggi dan kuat. Semangat dan watak kader-kader dan anggota-anggota PKI ketika itu antara lain dinyatakan sbb.:

1.) Melawan imperialisme dengan konsekuen, sehingga dengan demikian telah memperlihatkan patriotisme yang tinggi.

2.) Menyokong perjuangan Rakyat-rakyat tertindas tanpa ragu-ragu, sehingga dengan demikian telah memperlihatkan Internasionalisme proletar yang tinggi.

3.) Setia membela kepentingan Rakyat pekerja, dengan massa Rakyat pekerja.

4.) Pantang mundur dan tidak kenal menyerah dalam menghadapi musuh, rela berkorban, sehingga dengan demikian telah memperlihatkan keberanian dan heroisme revolusioner yang tinggi.

5.) Tak kenal putus asa dalam menghadapi situasi betapapun sulitnya, sehingga dengan demikian telah memperlihatkan kesetiakawanan yang benar.

6.) Sederhana dan selalu siap membantu kawan yang kesusahan, sehingga dengan demikian telah memperlihatkan kesetiakawanan yang benar.

Semangat dan watak revolusioner yang luhur seperti tersebut di atas telah menjadi ciri utama PKI, sehingga mereka yang tidak memilikinya janggal berada dalam barisan PKI apalagi dalam pimpinan PKI. Semangat dan watak revolusioner itu tidak membikin harum nama Partai dan selalu hidup di dalam hati Rakyat pekerja. Kelemahan atau kekurangan PKI di bidang teori banyak tertutup oleh semangat dan watak yang mulia ini.

Pengalaman Partai selama masa kanak-kanaknya kaya sekali. Berbagai macam bentuk perjuangan telah dialami, baik legal maupun ilegal, baik bersenjata maupun tak bersenjata. Berbagai macam musuh telah dihadapinya pula, baik imperialisme Belanda, fasisme Jepang maupun kaum reaksioner dalam negeri.

Pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman-pengalaman PKI selama masa itu sudah tentu banyak sekali. Bagian-bagian yang terpenting dari padanya sudah kita gali dan kita simpulkan, tetapi masih banyak lagi yang harus kita kerjakan dalam ini. Pelajaran-pelajaran terpenting yang telah kita simpulkan itu antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama: Pengalaman selama masa ini membikin kita memahami  lebih mendalam dan meresap tentang apa yang sering dikemukakan oleh Lenin, bahwa tanpa teori revolusioner tak mungkin ada partai revolusioner, tak mungkin ada aksi atau gerakan revolusioner. Kita telah mengetahui, bahwa teori adalah adalah kumpulan-kumpulan yang diambil dari pengalaman praktek, dan bahwa di samping itu, teori juga memainkan peranan aktif  terhadap praktek selanjutnya, yaitu memimpin praktek. Tugas kaum Komunis ialah memimpin praktek revolusioner kelas buruh dan Rakyat pekerja untuk mengubah dunia. Tanpa memiliki teori revolusioner, tak mungkin dapat memimpin praktek revolusioner massa Rakyat pekerja itu, tak mungkin dapat memainkan peranan sebagai pemimpin.

Rendahnya taraf teori Partai pada masa itu adalah wajar. Sesungguhpun PSDH sudah pernah melakukan kegiatan menyebarkan Marxisme dengan misalnya penerbitan suratkabar-suratkabar dan majalah-majalah, dan kemudian usaha-usaha itu juga diteruskan oleh PKI selama belum dinyatakan ilegal oleh pemerintah kolonial Belanda, akan tetapi semuanya ini dilakukan tidak secara sistematis dan juga kurang efektif. Ini disebabkan karena pada ketika itu massa anggota dan sebagian kader-kader Partai buta huruf. Selain dari itu juga karena penghasilan kaum buruh dan massa pekerja pada umumnya sangat rendah, sehingga tidak mungkin berlangganan suratkabar atau majalah. Oleh karenanya pengaruh penerbitan-penerbitan itu sangat terbatas. Penerbitan-penerbitan berbahasa Belanda ketika itu, misalnya “HetVrijeWoord” beredar juga di kalangan pegawai negeri dan kaum intelektual, dan ini merupakan salah satu sebab mengapa para pegawai negeri dan intelektual Indonesia banyak yang ambil bagian dalam gerakan revolusioner, di samping karena mereka sering mengalami perlakuan diskriminasi dan penghinaan dari pemerintah kolonial Belanda. Hal lain yang menyebabkan sangat terbatasnya pengaruh dari bahan-bahan bacaan pada waktu itu ialah karena literatur klasik Marxisme-Leninisme, di samping jumlahnya sangat sedikit karena terlarang, semuanya dalam bahasa asing, sehingga hanya beberapa gelintir kawan saja yang dapat membacanya.

Berhubung tidak meratanya dan sangat kurangnya pengetahuan teori Marxisme-Leninisme, dengan sendirinya adalah sulit dapat melaksanakan dengan baik prinsip organisasi Leninis, seperti sentralisme-demokratis, kritik dan self-kritik, dsb. Sering terjadi dalam perdebatan-perdebatan atau diskusi, bahwa kawan-kawan yang lebih mempunyai pengetahuan teori sering menggunakan kedok “Marx” dan “Lenin” untuk menakut-nakuti atau menundukkan kawan-kawan lainnya yang kurang atau tiada pengetahuan teori (sebagaimana halnya kaum revisionis modern sekarang sering juga menggunakan ucapan-ucapan atau dalil-dalil Lenin untuk membenarkan pandangan revisionisnya di hadapan orang-orang Komunis yang dianggapnya masih “ijo”). Dengan demikian bagi kawan-kawan yang sudah memiliki sekedar pengetahuan teori itu tidak bisa meningkatkannya lebih lanjut, bahkan di antaranya ada yang dengan tidak sengaja mengajarkan pandangan-pandangan anti Marxisme-Leninisme kepada kawan-kawan lainnya. Jika mereka mengajarkan filsafat materialisme, misalnya, sering yang mereka ajarkan bukannya materialisme dialektika dan histori (MDH), melainkan materialisme vulgar. Sampai sekarang akibat pelajaran yang keliru ini masih terasa dalam gerakan revolusioner kita. Sekarang ini masih sering terjadi orang menyerang PKI dan Marxisme-Leninisme, tetapi yang mereka serang sebenarnya ialah materialisme vulgar yang tidak ada miripnya dengan PKI dan dengan Marxisme-Leninisme.

Baru pada akhir masa kanak-kanak ini, dalam gejolaknya Revolusi Agustus selama tahun-tahun 1945—1948. Partai mengusahakan pendidikan teori dengan mengadakan kursus-kursus dan sekolah-sekolah Partai, misalnya dengan mengadakan “Marx House”. Pada ketika itu pun sudah agak banyak buku-buku klasik Marxisme-Leninisme yang dibawa oleh kawan-kawan dari luar negeri, terutama dari Nederland dan Australia. Akan tetapi cara belajarnya tidak tepat, tidak atau kurang sekali dihubungkan dengan masalah-masalah kongkrit revolusi Indonesia. Belajar Marxisme-Leninisme ketika itu boleh dikatakan tanpa tujuan, tanpa sasaran. Siswa diajar menghafalkan dalil-dalil tetapi tidak dididik untuk memahami jiwa atau semangat Marxisme-Leninisme serta pengabdiannya kepada revolusi Indonesia. Bahkan sekarang masih ada kawan-kawan yang oleh karena salah asuhan di waktu-waktu dulu, berpandangan salah terhadap teori. Misalnya, ada anggapan bahwa teori Marxisme-Leninisme itu adalah ilmu yang begitu tinggi sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang biasa, dan oleh karena itu hanya untuk kawan-kawan pimpinan saja, sedangkan bagi anggota biasa dan para kader bawahan dianggap sudah cukup menerima instruksi-instruksi saja dan melaksanakannya. Padahal, Marx menciptakan teorinya bukanlah untuk dimiliki oleh beberapa gelintir pimpinan atau orang-orang istimewa, melainkan untuk massa Rakyat pekerja, dan ajaran-ajarannya pun didasarkan atas pengalaman-pengalaman praktek Rakyat pekerja sepanjang sejarah manusia. Oleh karena itulah, mereka yang ingin “memonopoli” pengetahuan teori Marxisme-Leninisme, baik dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukannya maupun karena beranggapan bahwa bawahannya atau massa anggota umumnya tidak akan mampu memahaminya, bukanlah Marxis yang baik.

Kaum Marxis berjuang untuk membebaskan Rakyat pekerja tidak hanya dari perbudakan jasmaniah, tetapi juga dari perbudakan rohaniah. Kaum Marxis tidak mungkin bertindak sendiri selaku pendekar untuk membebaskan massa Rakyat pekerja tanpa mengembangkan kesadaran dan kecerdasan massa, tanpa membangkitkan aksi-aksi massa. Hanya dengan memadukan Marxisme-Leninisme dengan massa, Rakyat pekerja dapat membebaskan dirinya, baik dari perbudakan jasmaniah maupun rohaniah. Marxisme-Leninisme baru bisa menjadi kekuatan material yang tak terkalahkan apabila sudah dimiliki oleh massa Rakyat pekerja. Jadi, soalnya bukanlah Marxisme-Leninisme itu sulit dipahami oleh massa Rakyat pekerja, melainkan terletak pada cara menjelaskan Marxisme-Leninisme kepada massa rakyat pekerja.

Marxisme-Leninisme adalah penyimpulan dari praktek kongkrit perjuangan kelas sepanjang sejarah, terutama perjuangan kelas proletar dalam masyarakat kapitalis, karenanya bersifat umum dan abstrak. Oleh karena itu, dalam menjelaskan teori Marxisme-Leninisme yang bersifat umum dan abstrak harus ditempuhcara deduktif, yaitu dikembalikan dengan mengemukakan pengalaman-pengalaman yang kongkrit yang dihadapi oleh massa rakyat karena mereka adalah pekerja-pekerja jasmaniah, dan umumnya tingkat kebudayaannya belum tinggi sehingga daya-bayangnya kurang. Hanya dengan demikian, Marxisme-Leninisme itu bisa dengan mudah diterima dan dipahami oleh massa Rakyat. Jika Marxisme-Leninisme diajarkan secara abstrak, maka akan sulitlah dipahami oleh Rakyat pekerja. Dan biasanya orang yang menjelaskan Marxisme secara abstrak, sebenarnya ia sendiri belum mengerti betul-betul Marxisme.

Sebagai ilustrasi, baiklah di sini saya kemukakan suatu pengalaman. Pernah ada seorang kawan guru filsafat Marxis di suatu sekolah Partai. Dalam menerangkan tentang apa itu kontradiksi  pokok ia mengambil contoh-contoh yang abstrak yang hanya ada dalam dunia pikiran atau contoh-contoh dari ilmu alam yang belum pernah dipelajari oleh para siswa yang umumnya terdiri dari

Kader-kader yang berasal dari kaum tani. Sudah tentu saja, contoh-contoh semacam itu tidak membikin jelas persoalan. Siswa-siswanya tidak menjadi makin mengerti. Tetapi, pada kesempatan yang lain, setelah guru itu lebih banyak pengalamannya, dalam mengajarkan filsafat, berbeda sudah cara menerangkannya. Ia mengemukakan kehidupan desa sebagai contoh. Dijelaskannya bahwa di desa terdapat banyak kontradiksi, seperti kontradiksi antara tuan tanah dengan tani penggarap, antara lintah darat dengan kaum tani, antara tani miskin dengan tani kaya, antara tani sedang dengan tani kaya, antara tuan tanah yang satu dengan tuan tanah yang lain … dsb.

Diantara kontradiksi-kontradiksi sedemikian banyaknya itu, kontradiksi antara tuan tanah dengan kaum tani penggarap merupakan persoalan yang paling hangat di desa, karena ia merupakan sebab pokok dari kemiskinan kaum tani. Dari sebab itu, kontradiksi ini adalahkontradiksi pokok dalam masalah agraria pada dewasa ini. Selama kontradiksi ini belum terpecahkan, dan ini hanya mungkin dengan land-reformyang radikal, selama itu kontradiksi-kontradiksi lain tidak akan atau sulit terpecahkan. Tapi, jika masalah ini terpecahkan, maka banyak kontradiksi lain di desa akan ikut terpecahkan. Dengan penjelasan demikian ini, para siswa yang banyak terdiri dari kader tani itu menerimanya.

Dari contoh tersebut di atas, penting sekali bagi setiap guru sekolah Partai senantiasa mengintegrasikan dirinya dengan praktek perjuangan revolusioner Rakyat, mengintegrasikan dirinya dengan massa Rakyat, karena di situlah sumber pengetahuan. Maka perlu sekali setiap guru sekolah Partai turun ke bawah untuk suatu waktu tertentu. Teori yang abstrak dan yang diperoleh dari buku-buku saja, artinya melalui praktek tidak langsung, tidak bisa mendalam dan meresap: ia harus diperkuat dan diperkaya dengan pengalaman prakteknya sendiri. Di sinilah arti penting praktek langsung dan pengetahuan sensasional dalam proses perkembangan pengetahuan. Inilah pula arti penting dari gerakan turun ke bawah dan gerakan “3 sama” dalam mengintegrasikan diri dengan praktek perjuangan massa Rakyat, mengintegrasikan pimpinan dengan massa. 

Kedua: Pengalaman selama massa ini juga mengajarkan kepada kita betapa pentingnya pendirian kelas atau watak kelas dari seorang Komunis dan kaum revolusioner pada umumnya. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Partai Komunis Indonesia dalam masa kanak-kanaknya telah memperlihatkan semangat dan watak-watak yang revolusioner, sehingga menjadi ciri-ciri tipikal baginya. Semuanya itu sebenarnya adalah perwujudan dari pendirian kelas atau watak kelasnya yang kuat. Ini justru adalah ciri-ciri moral Komunis yang luhur. Walaupun pada masa kanak-kanaknya pengetahuan teori PKI tak seberapa, tetapi oleh karena anggota-anggota PKI pada umumnya berasal dari kalangan Rakyat pekerja yang papa-sengsara akibat penindasan dan penghisapan yang kejam dari imperialisme,PKI memiliki watak dan semangat yang memang seharusnya dimilikinya. Kehidupannya yang tertindas dan terhina itu telah menempa watak kelas yang kuat padanya. Adanya watak kelas yang kuat itulah yang membikin semangat juang kaum Komunis Indonesia tak kunjung padam. Dan dari praktek perjuangan yang makin banyak itu lambat laun tumbuhlah kecerdasannya dan pengetahuannya tentang teori sehingga mampu menyimpulkan pengalaman-pengalamannya sendiri secara tepat.

Dengan adanya pendirian kelas dan moral Komunis yang kuat tak gampang ia dihinggapi penyakit revisionisme, kapitulasisme dan oportunisme kanan umumnya. Bisa saja orang-orang Komunis Indonesia membikin kesalahan-kesalahan yang bersifat “kiri” sebagai akibat tiada atau kurang memiliki pengetahuan teori, tetapi asal sanggup mengoreksi kesalahan-kesalahan itu masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan orang-orang Komunis yang mempunyai pengetahuan teori cukup banyak, tetapi lemah pendirian kelasnya karena memisahkan diri dari kehidupan massa kaum buruh dan Rakyat pekerja umumnya, memisahkan dirinya dari gerakan revolusioner massa Rakyat pekerja. Orang-orang semacam ini adalah calon-calon atau bibit-bibit revisionism yang dapat merusak Partai dari dalam sebagai sukarelawan-sukarelawan kaum imperialis. Pelajaran ini makin penting artinya bagi kita sekarang, dalam perkembangan keadaan yang relatif damai, di mana sudah ada kawan-kawan yang mempunyai kedudukan resmi dan kedudukan di dewan-dewan perwakilan,

Hidupnya sudah berbeda dengan Rakyat pekerja, mereka sudah mendapat fasilitas-fasilitas yang sama dengan yang didapat oleh orang-orang borjuis. Semuanya ini merupakan syarat-syarat atau lubang-lubang yang mudah kemasukan angin oportunisme kanan terutama revisionisme. Oleh karenanya, mahapentinglah arti kontrol massa dan kontrol Partai terhadap kawan-kawan yang demikian itu. Kontrol massa harus dibangkitkan, kontrol Partai harus terus-menerus dipertajam.

Oleh karenanya sangatlah penting tugas pekerja-pekerja kebudayaan Komunis, terutama sekali sastrawan kita, untuk menggali dari pengalaman sejarah Partai, kisah-kisah pahlawan partai yang mendemonstrasikan moral Komunis yang tinggi, dalam mengamalkan jiwa raganya kepada Partai dan Rakyat. Cerita-cerita ini akan selalu mengingatkan pada kita semua bahwa adanya keadaan Partai sekarang ini adanya kawan-kawan kita sekarang bisa hidup dalam keadaan yang lebih baik, terhormat dan bermartabat adalah berkat pengorbanan dan perjuangan yang susah payah dari beribu-ribu kawan-kawan yang sudah mendahului kita dan berkat rakyat pekerja yang memberi kepercayaan kepada kita. Ceritera-ceritera ini dapat selalu memberikan inspirasi revolusioner kepada kita. Pendek kata, ciri-ciri moral Komunis yang telah diperlihatkan oleh kawan-kawan kita dalam masa kanak-kanak Partai kita harus kita warisi dan kembangkan terus-menerus sebagai tradisi Partai kita.

Di samping itu, sangat penting sekali artinya, terutama dalam keadaan relatif damai ini, bagi semua kader PKI untuk melaksanakan gerakan turun ke bawah dan melakukan pekerjaan riset seperti yang sudah kita lakukan, untuk mengintegrasikan diri kita dengan praktek perjuanganmassa dengan kehidupan massa Rakyat. Hanya dengan selalu mengintegrasikan diri dengan praktek revolusioner dengan massa Rakyat revolusioner, akan dapatlah kita memperkokoh watak kelas kita, memperteguh moral Komunis kita.

IV

Masa Dewasa PKI

Sebagai ciri utama dari masa dewasa PKI ialah bahwa segala pekerjaan dan aktifitas Partai dilakukan secara teratur dan sistematis, di samping kelincahan dan ketangkasannya dalam menghadapi perkembangan situasi politik yang ada kalanya berubah-ubah dengan cepat. Ini, pertama-tama karena adanya pimpinan kolektif Partai yang kompak dan bijaksana serta adanya garis politik yang tepat semenjak tahun 1951, yang kemudian diperkuat dan disempurnakan dalam bentuk Konstitusi dan Program Partai oleh beberapa kali sidang CC dan oleh Kongres Nasional V Partai pada tahun 1954.

Selama masa ini Partai mencurahkan segala perhatian dan tenaganya pada tugas pokok, yaitu pembangunan Partai yang Marxis-Leninis dan penggalangan front persatuan nasional revolusioner anti-imperalisme dan anti-feodalisme.

Mengenai pembangunan Partai, pertama-tama diambil langkah-langkah yang tegas untuk menempatkan kembali PKI sebagai satu-satunya partai kelas buruh yang Marxis-Leninis guna mengakhiri keruwetan organisasi yang mengaburkan massa kaum buruh dan Rakyat pekerja pada umumnya akan peranan PKI sebagai pemimpinnya. Selanjutnya dilakukan pembangunan kembali dan perluasan organisasi dan keanggotaan Partai di seluruh negeri secara berencana. Mula-mula rencana-rencana pembangunan Partai itu bersifat jangka pendek dengan jumlah mata-plan yang sangat terbatas, misalnya plan3 dan 6 bulan. Kemudian dengan berdasarkan pengalaman-pengalaman itu disusunlah Plan 3 Tahun Pertama dengan jumlah mata-plan yang banyak dan bersifat menyeluruh yang dititikberatkan pada bidang organisasi, pada perluasan organisasi dan keanggotaan. Selanjutnya disusul dengan Plan 3 Tahun Kedua dengan penekanan pada pembangunan ideologi untuk mengonsolidasi hasil-hasil yang sudah dicapai selama Plan 3 Tahun Pertama dan  mengembangkannya lebih lanjut. Setelah melalui duka kali Plan 3 Tahun tersebut, maka organisasi dan anggota Partai pada pokoknya telah tersebar di seluruh tanah air kita dan sudah terkonsolidasi di bidang ideologi, politik dan organisasi. Kini kita telah memasuki Plan 4 Tahun pembangunan Partai yang meliputi bidang-bidang kebudayaan, ideologi dan organisasi.

Pekerjaan pendidikan Partai selama masa ini memainkan peranan yang penting sekali pembangunan ideologi. Dengan dilakukannya pekerjaan pendidikan Partai secara intensif dan sistematis, tidak saja kita sudah dapat mempertinggi taraf teori partai, memperkuat watak Partai, tetapi, terutama sekali, dapat membulatkan Partai sehingga bersatu dalam pikiran, dalam hati dan dalam tindakan.

Mengenai penggalangan front persatuan nasional, Partai pertama-tama memperkuat front persatuan buruh, sementara itu juga mengintensifkan pekerjaannya di kalangan kaum tani untuk memperkokoh persekutuan buruh dan tani, serta mengonsolidasi pimpinan kelas buruh dalam persekutuan ini. Di samping itu Partai berusaha mengadakan persatuan dengan borjuasi nasional. Dalam hubungan dengan ini PKI telah melakukan perjuangan melawan dua kecenderungan, yaitu: kecenderungan kanan yang memberi arti berlebih-lebihan kepada persatuan dengan borjuasi nasional dan mengecilkan arti persekutuan buruh dan tani di bawah pimpinan kelas buruh; dan kecenderungan “kiri” yang meremehkan arti persatuan dengan borjuasi nasional — suatu bentuk dari penyakit sektarisme. Kini usaha-usaha Partai telah mencapai hasil-hasil yang baik. Gagasan Bung Karno seperti Pancasila, Nasakom dan mengikis Komunisto-phobi, telah memainkan peranan yang besar, dan dengan demikian juga membantu dalam pembangunan Partai.

Pelajaran penting yang dapat kita tarik dari pengalaman selama masa dewasa PKI selama ini ialah betapa penting artinya peranan aktif kesadaran subyektif. Pengalaman sepanjang masa ini telah menunjukkan usaha Partai untuk mengembangkan sepenuhnya peranan aktif kesadaran subyektif, atau dengan perkataan lain, mengembangkan sepenuhnya peranan aktif subyek (Partai) untuk mengubah keadaan, mengubah masyarakat, mengubah dunia, baik dunia obyektif maupun subyektif.

Sebagaimana kita semua telah mengetahui, perbedaan hakiki antara tindakan kita manusia dengan makhluk alam lainnya ialah, manusia bertindak dengan kesadaran, sedangkan makhluk alam lainnya tanpa kesadaran. Kesadaran manusiaditentukan oleh keadaan dunia obyektif di sekitarnya; ia tidak hanya dapat mencerminkan hukum-hukum perkembangan dunia obyektif, tetapi juga dapat memainkan peranan aktifnya mempengaruhi dunia obyektif lewat tindakannya. Ini justru merupakan ciri khas dari manusia. Tanpa mengembangkan sepenuhnya usaha-usaha atau tindakan-tindakan subyektif yang sadar-diri atau yang berdasarkan pikiran yang tepat, berarti kita sudah mati sebagai revolusioner, sebagai manusia, sebelum mati sebagai makhluk alam.

Bekerja menurut rencana (plan) justru merupakan suatu bentuk dari pengembangan sepenuhnya peranan aktif kesadaran subyektif itu.

Ada sementara orang mengejek kita, karena kita bekerja berencana baik dalam membangun organisasi Partai maupun dalam membangun ideologinya. Mereka mengatakan bahwa PKI sedang melamun, karena merencanakan jadwal revolusi, katanya.

Kalau PKI benar-benar merencanakan suatu jadwal untuk menentukan waktu pecahnya revolusi, maka usaha itu benar-benar nonsense, dan PKI melamun. Perbuatan ini sama nonsense-nya dengan perbuatan orang yang menyusun jadwal waktu lahirnya masyarakat Komunis selagi masih ada imperialisme. Nonsense, karena tidak ada orang yang mengetahui kapan imperialisme akan lenyap samasekali dari permukaan bumi.

Sekarang ini ada orang-orang jahil yang menyebarkan “dokumen” provokatif, yang mengatakan bahwa PKI akan merebut kekuasaan dalam tahun 1970. Mereka kira PKI sama gilanya seperti mereka yang tak henti-hentinya membikin rencana untuk merebut kekuasaan, untuk melakukan kudeta, termasuk melalui pembunuhan terhadap Bung Karno.

Kapan pecahnya suatu revolusi tak dapat direncanakan. Sudah banyak revolusi terjadi di dunia, tetapi tidak ada satu pun yang terjadi menurut jadwal waktu yang direncanakan lebih dahulu. Berdasarkan pengalaman praktek revolusioner, kita memang dapat mengetahui syarat-syarat yang diperlukan bagi suatu revolusi. Adalah tugas Partai revolusioner untuk tidak hanya mengenal syarat-syarat revolusi itu, tetapi juga harus menciptakan atau mempercepat kematangan-kematangan syarat-syarat yang diperlukan itu. Dalam hubungan dengan ini, kita mengenal teori Bung Karno tentang “machtsvorming” dan “machtsaanwending”, tentang pembentukan kekuatan dan penggunaan kekuatan.

Bekerja secara berencana untuk pembangunan Partai justru adalah suatu usaha untuk menciptakan syarat-syarat yang penting bagi revolusi. Dan cara kerja sedemikian itu sepenuhnya mungkin dan dapat dilakukan, bahkan, menurut pengalaman kita selama ini, adalah merupakan cara yang sangat efektif. Dengan berbuat demikian sekaligus kita dapat mengembangkan daya kreatif massa anggota Partai, dapat melatih semua kader dan anggota Partai untuk bekerja secara sadar dan mengakhiri cara kerja yang spontan. Ini diperlukan dalam rangka penyelesaian revolusi nasional-demokratis dan dalam rangka bekerja untuk perspektif revolusi Indonesia, yaitu Sosialisme Indonesia.

V

Teori PKI Lahir dari Praktek-Praktek Revolusioner

Dari seluruh proses pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia selama 44 tahun ini, dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa kunci pengintegrasian adalah praktek. Sejarah PKI telah menunjukkan bahwa dalam masa kanak-kanaknya PKI tidak mempunyai pengetahuan teori Marxisme-Leninisme yang cukup baik. Akan tetapi, oleh karena sejak lahirnya ia selalu mengintegrasikan dirinya dengan praktek gerakan revolusioner Rakyat Indonesia, maka dari pengalaman praktek itu timbullah kebutuhan akan teori untuk membimbing prakteknya lebih lanjut. Dengan demikian mulailah

Kaum Komunis Indonesia belajar teori Marxisme-Leninisme dengan sungguh-sungguh dan mulailah pula kaum Komunis Indonesia menyimpulkan pengalaman-pengalaman prakteknya secara teori. Dengan teorinya itu PKI dapat lebih baik lagi mengenal keadaan masyarakat dan revolusi Indonesia serta lebih baik lagi dalam meneruskan praktek revolusionernya. Melalui praktek ini pengertian PKI menjadi lebih dalam tentang prinsip-prinsip Marxisme-Leninisme dan tentang masyarakat revolusi Indonesia.

Dari proses ini lahirlah teori PKI tentang revolusi Indonesia. Dengan pengetahuan teori yang makin dalam dan kaya itu makin baik lagi praktek revolusionernya; dari pengalaman praktek yang makin baik ini, makin kaya dan mendalam lagi pengetahuan teorinya baik mengenai penerapannya pada masyarakat dan revolusi Indonesia. Demikianlah prose situ berlangsung secara berulang terus-menerus, dan setiap kali pengulangan itu berada di atas dasar yang lebih tinggi. Dengan demikian proses pengintegrasian itu berlangsung kian hari kian baik dan temponya kian tinggi pula. Pendeknya, proses pengintegrasian itu adalah juga proses perkembangan pengetahuan dan perkembangan praktek sekaligus.

Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Kawan Mao Tje-tung, dengan praktek kita dapat mengubah dunia subyektif dan dunia obyektif, atau dengan perkataan lain, seiring dengan perkembangan praktek, maka pengetahuan teori kita juga berkembang atau berubah lebih baik lagi berkat praktek itu.

Demikianlah, sejarah praktek revolusioner PKI selain telah mengubah keadaan masyarakat Indonesia, juga telah mengubah PKI sendiri.

Praktek tak lain tak bukan adalah perpaduan atau pengintegrasian antara dunia subyektif kita dengan dunia obyektif sekitar kita. Oleh karenanya, kita semua (dunia subyektif) harus selalu mengintegrasikan diri dengan gerakan revolusioner Rakyat Indonesia atau revolusi Indonesia (dunia obyektif), harus selalu mengembangkan pengetahuan teori kita dan praktek revolusioner kita. Dalam hubungan dengan ini penting artinya bagi kaum revolusioner untuk belajar dan menguasai teori epistemologi Marxis, atau teori tentang praktek.

VI

Teori-Teori tentang Revolusi Indonesia

Revolusi Indonesia pada tingkat sekarang pada hakekatnya adalah revolusi agraria, adalah revolusi untuk membebaskan massa kaum tani yang merupakan bagian yang sangat terbesar dari Rakyat Indonesia. Oleh karena itu, pengintegrasian kaum Komunis dengan kaum tani dan gerakan tani yang sudah kita lakukan baru-baru ini merupakan suatu usaha, bahkan usaha yang terpenting, untuk melaksanakan pengintegrasian tersebut.

Dari uraian di atas jelaslah pula, bahwa dalam proses pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia kita menjadi tahu dan sadar, makin dalam dan kaya pengertian kita mengenai prinsip-prinsip Marxisme-Leninisme, makin mendalam dan makin jelas pula pengenalan kita mengenai keadaan masyarakat dan revolusi Indonesia, makin menguasai teori-teori tentang perkembangan masyarakat dan revolusi Indonesia.

Selama ini kaum Komunis Indonesia telah menemukan teori-teori revolusi Indonesia antara lain sebagai berikut:

1.) bahwa untuk dapat memimpin perkembangan revolusi Indonesia, PKI harus menjalankan garis umum: meneruskan penggalangan front persatuan nasional revolusioner anti-imperialisme dan anti feodalisme dan meneruskan pembangunan Partai yang Marxis-Leninis untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus 1945 sampai ke akar-akarnya; garis umum untuk penggalangan front persatuan ialah menggalang front persatuan nasional anti-imperialisme antara kelas buruh, kaum tani, borjuasi kecil dan borjuasi nasional, yang berbasiskan persekutuan buruh dan tani anti-feodalisme di bawah pimpinan kelas buruh; garis umum pembangunan Partai ialah membangun Partai di seluruh negeri yang mempunyai karakter massa yang luas, yang sepenuhnya terkonsolidasi di bidang ideologi, politik dan organisasi;

2.) bahwa revolusi Indonesia di samping bersifat nasional-demokratis, juga merupakan bagian dari revolusi Rakyat-Rakyat sedunia untuk kemerdekaan nasional, demokrasi, sosialisme dan perdamaian dunia; oleh karenanya, untuk memenangkan revolusi Indonesia, di samping kita harus menggalang front persatuan internasional anti-imperialisme, harus memadukan patriotism dengan internasionalisme proletar;

3.) bahwa di Indonesia kini ada tiga kekuatan: kekuatan progresif, kekuatan tengah dan kekuatan kepala batu; dan untuk mengembangkan lebih lanjut kekuatan revolusi Indonesia Partai harus berusaha keras terus mengembangkan kekuatan progresif, bersatu dengan kekuatan tengah dan memencilkan lebih lanjut kekuatan kepala batu;

4.) bahwa berdasarkan pengalaman selama revolusi 1945-1948, maka untuk dapat memenangkan revolusi Indonesia kita harus melakukan metode mengombinasikan tiga bentuk perjuangan, yaitu perjuangan di kalangan kaum tani, kaum buruh di kota-kota dan mengintegrasikan alat-alat negara yang pokok dengan perjuangan revolusioner Rakyat. 

Dengan teori-teori revolusi Indonesia itu, kita telah memperkaya dan memperdalam prinsip-prinsip umum Marxisme-Leninisme, juga telah mengembangkan praktek revolusi Indonesia. Dari sini tampak jelas betapa pentingnya bagi kita untuk selalu dapat memadukan atau mengintegrasikan antara keumuman dengan kekhususan. Ini

Berarti bahwa kita harus senantiasa dapat dengan keumumuan sebagai pedoman untuk mengenal kekhususuan, dan dari kekhususan-kekhususan sebagai dasar untuk menemukan keumumannya. Demikianlah, prinsip-prinsip Marxisme-Leninisme itu adalah keumuman hukum perkembangan masyarakat dan hukum revolusi, dan dengan ini sebagai pedoman kita dapat menemukan kekhususan hukum-hukum perkembangan masyarakat dan revolusi Indonesia yang kongkrit; dan dari kekhususan hukum-hukum revolusi Indonesia kita dapat memperkaya dan memperkuat keumuman hukum-hukum perkembangan masyarakat dan revolusi pada umumnya. Demikian juga cara kita memberikan pimpinan kepada gerakan revolusioner di negeri kita. Kita harus dapat menyimpulkan dari kekhususan keadaan dan pengalaman daerah-daerah menjadi program umum untuk seluruh nasion dan rakyat, dan berdasarkan garis umum nasional itu Komite-Komite daerah harus dapat menyimpulkan garis khusus yang sesuai dengan keadaankongkrit atau kekhususan daerahnya; demikian seterusnya. Ini adalah gerak dari atas ke bawah, suatu gerak yang menjelmakan keumuman menjadi kekhususan. Sebaliknya, ada juga gerak dari bawah ke atas, yaitu menyimpulkan pengalaman-pengalaman khusus Komite-Komite bawahannya dijadikan garis umum, dari kekhususan-kekhususan ditingkatkan menjadi keumuman. Demikianlah terus-menerus proses itu berlangsung secara berulang, dan setiap ulangan itu berada di atas dasar yang lebih tinggi. Pendeknya kita harus dapat memadukan secara dialektik antara keumuman dengan kekhususan, antara pimpinan dengan massa. Dengan berbuat demikian kekreatifan kita akan terjamin dan dogmatism akan menjadi yang asing samasekali dalam Partai kita. Dan untuk itu kita harus secara konsekuen melaksanakan garis massa.

VII

Hasil Terpenting dari Pengindonesiaan Marxisme-Leninisme

Kini proses sejarah PKI telah berlangsung 44 tahun. Ini berarti bahwa proses pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit perjuangan revolusioner Rakyat Indonesia telah berlangsung 44 tahun. Apakah hasil yang sudah dicapai selama proses itu? Hasil-hasilnya yang terpenting antara lain ialah:

1.) Sudah adanya partai Marxis-Leninis yang besar dan monolit, dengan ciri-cirinya antara lain sebagai berikut:

a.) memadukan patriotisme dengan internasionalisme proletar;

b.) memegang teguh pendirian bahwa pembangunan organisasi penting, tetapi pembangunan ideologi lebih penting lagi

c.) memegang teguh prinsip, tetapi luwes dalam membawanya, yang berarti juga dapat menggunakan segala macam bentuk perjuangan sesuai dengan kebutuhan keadaan:

d.) Partai massa dan Partai kader sekaligus, banyak anggota dan berhubungan erat dengan massa;

e.) mengintegrasikan diri secara total dengan kaum tani.

PKI kini telah merupakan kekuatan politik yang tak dapat diabaikan, baik di dalam negeri maupun dalam dunia internasional. Ini adalah bukti betapa kelirunya pendapat sementara orang yang mengatakan, bahwa Marxisme sukar diterima oleh Rakyat Indonesia. Dibanding dengan “isme-isme” lain, Marxisme adalah yang termuda usianya di negeri kita. Sekalipun demikian Marxisme sudah merupakan faktor yang menentukan bagi perkembangan politik di Indonesia. Marxisme memang tidak bisa diterima oleh kelas-kelas penghisap, yang jumlahnya hanya sangat sedikit, tetapi sangat mudah diterima oleh Rakyat pekerja, golongan yang sangat terbesar dari rakyat Indonesia.

2.) Sudah adanya  Program PKI yang tepat dan mendapatkan dukungan massa luas Rakyat pekerja Indonesia. Program itu telah menjawab semua soal pokok revolusi Indonesia secara tepat, sesuai dengan syarat-syarat sejarah Indonesia, dan pokok-pokoknya dicerminkan juga di dalam Manipol. Dengan disahkannya Manipol sebagai garis besar haluan Negara Republik Indonesia oleh MPRS, berarti Manipol merupakan program bersama seluruh Rakyat Indonesia yang resmi dan syah, maka berarti pula pokok-pokok Program PKI telah dibenarkan dan diterima oleh semua golongan Rakyat Indonesia. Justru oleh karena itu, Partai telah menyerukan agar semua Komunis Indonesia melaksanakan Manipol secara konsekuen dan menjadikan diri masing-masing sebagai teladan pelaksana Manipol, karena dengan berbuat demikian berarti melaksanakan program PKI sendiri.

3.) Sudah adanya front persatuan nasional revolusioner anti-imperialis dan anti-feodal, yang makin meluas dan kuat, berbasiskan persekutuan buruh dan tani yang anti-feodal di bawah pimpinan kelas buruh dan Partainya. Front persatuan nasional ini sekarang sudah mendapatkan bentuk-bentuk seperti Front Nasional, yang merupakan badan semi-pemerintah, dan bentuk kerjasama antara aliran-aliran politik terkenal dengan Nasakom. Dengan demikian, pekerjaan penggalangan front persatuan nasional mendapat landasan atau syarat-syarat yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut.

4.) Sudah adanya kenyataan PKI sebagai teladan dalam melaksanakan tugas-tugas nasional dan internasional rakyat Indonesia.

Dengan adanya hasil-hasil pengintegrasian seperti tersebut di atas berarti terwujudnya pimpinan kelas buruh atas gerakan revolusioner Rakyat Indonesia. Dan inilah salah satu faktor, bahkan faktor yang terpenting, yang dapat menciptakan dan mendorong maju terus-menerus situasi revolusioner di tanah air kita selama tahun akhir-akhir ini.

Sudah tentu, dengan hasil-hasil tersebut di atas kita sedikit pun tak ada alasan untuk merasa puas-diri, lebih-lebih lagi untuk merasa sombong bukanlah sifat Komunis. Selain dari itu, apa yang akan dipuaskan dan disombongkan, tujuan Revolusi Agustus 1945 belum tercapai. Rakyat kita masih menderita, sedangkan musuh-musuh revolusi Indonesia masih bisa berkeliaran di atas bumi Indonesia, memeras darah dan keringat rakyat kita. Dalam keadaan demikian ini, makin besarnya Partai kita berarti makin besarnya tanggungjawab kita kepada Rakyat Indonesia dan terhadap nasib revolusi Indonesia.

Di samping itu, makin besarnya pengaruh Partai di dunia internasional berarti pula makin besarnya tanggungjawab kita terhadap gerakan revolusioner rakyat-rakyat tertindas di seluruh dunia untuk kemerdekaan nasional, demokrasi, sosialisme dan perdamaian dunia.

Dari sebab itu, dalam kesempatan ini saya mengajak semua anggota Partai dan rakyat pekerja Indonesia agar kita semua bersama-sama memperbarui tekad untuk berjuang lebih keras lagi agar lebih baik lagi mengonsolidasi hasil-hasil perjuangan yang sudah kita capai dan mengembangkan lebih lanjut pengintegrasian kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit perjuangan revolusioner rakyat Indonesia!

Langkah-langkah kongkrit yang harus kita ambil untuk itu tak lain ialah, sebagaimana telah dikemukakan dalam Sidang Pleno ke-II CC PKI pada akhir tahun yang lalu, berjuang lebih keras lagi melaksanakan Tritugas praktis: 1) mengonsolidasi kemenangan-kemenangan yang sudah dicapai; 2) mengulangi kesulitan-kesulitan ekonomi; 3) melawan neo-kolonialisme. Dengan melaksanakan Tritugas praktis ini sekaligus kita melaksanakan Panca Program Front Nasional dan Tri Program Pemerintah, yang kedua-duanya disokong penuh oleh PKI.

Dalam rangka mengonsolidasi kemenangan-kemenangan yang sudah dicapai, yang terpenting ialah mengonsolidasi kemenangan-kemenangan yang dicapai dalam pembangunan Partai dan penggalangan front persatuan nasional.

VIII

Sukseskan Plan 4 Tahun Partai

Dalam rangka mengonsolidasi pembangunan Partai, semua Komunis Indonesia harus berlomba-lomba dengan sekuat tenaga untuk melaksanakan dan menyukseskan Plan 4 Tahun Partai—Plan Kebudayaan, Ideologi dan Organisasi. Sebagaimana telah saya kemukakan di bagian atas tadi, Plan 4 Tahun kali ini menonjolkan pembangunan di bidang kebudayaan, tetapi jiwa dan isi dari Plan 4 Tahun itu secara keseluruhannya adalah tetap mengutamakan pembangunan ideologi.

Mengapa?

Pertama, dengan meningkatkan taraf kebudayaan anggota-anggota partai dan Rakyat pekerja akan dapatlah dikonsolidasi dan dikembangkan lebih lanjut pekerjaan pendidikan ideologi dan  teori Marxisme-Leninisme, dapat dipertinggi daya belajar sendiri dari para kader dan anggota Partai, dan dengan demikian dapat secara berdiri sendiri mengembangkan lebih lanjut pengetahuan teorinya dan watak kepartaiannya.

Kedua, sebagaimana kita semua mengetahui, pada waktu akhir-akhir ini, musuh-musuh kita, kaum imperialis, terutama imperialis AS, kaum revisionis modern dan semua kaum reaksioner dalam negeri, sering sekali melancarkan serangan-serangannya di medan kebudayaan dengan segala macam alat-alatnya, seperti film, sastra, nyanyian, tarian, dsb. untuk meracuni atau meninabobokkan semangat juang Rakyat kita. Mereka pun kini sedang sibuk memasang kuda-kudanya di negeri kita. Mereka menyebar-nyebarkan pikiran-pikiran humanisme universal, kosmopolitanisme, nihilism nasional, pasifisme, dsb. untuk memupuri dan menghiasi kaum imperialis, untuk melucuti senjata moral Rakyat revolusioner. Ini sedang dilakukan misalnya oleh kaum Manikebuis, yang sudah ditelanjangi bulat-bulat oleh kaum progresif dan Rakyat Indonesia, bahkan Manikebu itu juga sudah dikutuk dan dilarang oleh Presiden Sukarno. Akan tetapi, harus disesalkan bahwa masih ada saja pejabat-pejabat Pemerintah yang dengan satu atau lain jalan membela kaum Manikebuis atau berusaha keras membela orang-orang kontra-revolusioner itu.

Tetapi, bagaimanapun juga, yang terpenting ialah supaya kita dapat terus-menerus meningkatkan taraf kebudayaan anggota-anggota Partai dan Rakyat pekerja Indonesia, untuk senantiasa mempertinggi daya kritik massa Rakyat dan memperbesar daya juang Rakyat di medan kebudayaan. Sudah tiba waktunya bagi kebudayaan Rakyat untuk membuka serangan-serangan balasan guna menyapu bersih kebudayaan imperaialis AS yang cukup besar pengaruhnyadi tanah air kita sehingga tidak sedikit orang yang terjangkit penyakit gila AS, punya AS dan takut AS.

Ketiga, mempertinggi taraf kebudayaan dan pengetahuan anggota-anggota Partai dan Rakyat pekerja pertama-tama adalah untuk membebaskan massa anggota Partai dan massa Rakyat pekerja dari segala bentuk perbudakan spiritual, untuk mengembangkan sepenuhnya daya kreasinya. Dan untuk itu pelaksanaan Plan Kebudayaan Partai harus kita integrasikan dengan pendidikan dan pelajaran teori Marxisme-Leninisme, terutama sekali filsafat Materialisme Dialektika dan Histori (MDH). Filsafat Marxis harus kita usahakan benar-benar supaya dapat dimiliki olah rakyat pekerja. Dengan demikian Partai akan selalu bisa mendapatkan tambahan darah baru yang segar dan tak kunjung kering dari massa anggota dan massa Rakyat akan menyala makin besar dan akhirnya membakar habis elang-elang kontra-revolusioner.

Selain itu, perlu saya tambahkan, bahwa makin besar partai, makin banyak lapangan pekerjaan yang harus digarapnya. Keadaan demikian ini makin menuntut kepada kaum Komunis untuk memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan bekerja bersegi banyak. Oleh karena itu harus diusahakan peningkatan taraf kebudayaan dan pengetahuan anggota-anggota Partai secepat mungkin.

IX

Pentingnya Pembangunan Ideologi dalam Melawan Revisionisme Modern

Dalam hubungan dengan pembangunan ideologi, ingin saya tekankan sekali lagi bahwa semangat dan isi pembangunan ideologi kini ialah membela Marxisme-Leninisme dan melawan revisionisme modern. Perjuangan ideologi ini tidak saja harus kita lakukan di gelanggang internasional, tetapi juga di dalam negeri, karena kaum revisionis modern pada waktu-waktu akhir ini aktif melakukan intrik-intrik untuk memecah-belah gerakan buruh Indonesia, untuk menyerang Partai dengan memasang kuda-kudanya terdiri dari anasir-anasir yang sudah merosot dan makan suap terutama kaum trotskis. Juga kita harus melakukan perjuangan ideologi di dalam Partai, sekalipun oleh Sidang Pleno II CC PKI yang baru lalu dikemukakan bahwa bahaya revisionisme bagi Partai kita bukanlah sesuatu yang akut, tetapi laten. Dan tidak kalah pentingnya perjuangan harus kita lalukan pula terhadap diri kita masing-masing tanpa perkecualian.

Sebagaimana telah saya kemukakan di atas tadi, dalam keadaan relatif damai ini, dan lagi dalam situasi yang relatif juga menguntungkan gerakan revolusioner ini, kita akan mudah terjerembab ke dalam rawa-rawa revisionisme jika kita tidak waspada dan tidak senantiasa memerangi pikiran-pikiran non-proletar yang ada pada diri kita, pendeknya jika kita terus-menerus mendidik diri, juga kita harus mendidik keluarga kita, terutama bagi kawan-kawan yang kini bertugas di lembaga-lembaga Negara, dewan-dewan perwakilan, pemerintah-pemerintah daerah sampai kepada lurah-lurah dan pamong-pamong desa lainnya, pendeknya semua kawan yang sigap pekerjaannya mengharuskan mereka banyak bergaul dengan kelas-kelas penghisap. Jika tidak ada pendidikan Komunis itu bisa menjadi mangsa kebiasaan borjuis dan revisionism. Kita harus senantiasa ingat apa yang pernah dikemukakan oleh Lenin, bahwa perjuangan kelas di bidang ideologi selalu menonjol ke depan dalam keadaan relatif damai.

Akhir-akhir ini sering saya menerima laporan, dan juga terbukti dari hasil-hasil riset di desa-desa di Jawa, bahwa ada sementara kawan setelah berhasil diperjuangkan oleh partai dan Rakyat menjadi lurah, tak lama kemudian ada kecenderungan pada si lurah untuk memisahkan dirinya dari Rakyat dan menjadikan dirinya sebagai raja kecil, sesuai sepenuhnya dengan IGO, peraturan pedesaan kolonial yang hingga sekarang belum dihapuskan. Terhadap kawan-kawan ini saya ingin menasehatkan supaya kembali ke jalan yang benar, yaitu jadilah lurah Rakyat, jangan menjadi lurah musuh Rakyat, janganlah ikut-ikut menjadi setan-setan desa karena semua setan desa akan tidak selamat

Ada pula sementara kawan, oleh karena dirinya menjadi fungsionaris Partai, honorarium yang didapatnya dari Partai tak cukup, maka istrinya disuruh berdagang, sehingga segala keperluan rumah tangganya, bahkan juga kebutuhan dirinya sendiri, dipenuhi dengan penghasilan istrinya. Dan jika dalam keluarga kawan ini tidak dilakukan pendidikan Komunis, anak dan istrinya akan makin jauh dari gerakan revolusioner, dan nasib kawan tersebut pasti akan menjadi “kacung” istrinya, karena penghidupannya tergantung pada sang istri. Hal-hal semacam ini harus mendapat perhatian kawan-kawan pimpinan Partai semua tingkat untuk dapat diatasi tepat pada waktunya.

Ada pula semacam kecenderungan yang harus kita berantas, yaitu adanya sementara kawan yang mudah merasa puas-diri dan menyombongkan dirinya karena sukses-sukses atau jasa-jasanya kepada Partai, sehingga ada pikiran bahwa Partai tanpa dia akan berantakan. Akuisme semacam ini justru merupakan tunas dari revisionism. Oleh karena itu semua pimpinan Komunis dari semua tingkat harus senantiasa berpikir, bahwa Partai mungkin akan lebih baik perkembangannya seandainya kawan lain yang memimpinnya. Artinya, kita masing-masing harus terus-menerus dipertinggi mutu kepemimpinan kita, dan sekalipun sudah demikian pimpinan kita tidak mungkin sempurna sesempurna-sempurnanya.

X

Terus Perkuat Front Persatuan Nasional

Dalam rangka mengonsolidasi penggalangan front persatuan nasional di samping kita harus terus-menerus memperkuat front persatuan buruh, yang terpenting ialah bekerja lebih keras lagi untuk memperkokoh persatuan buruh dan tani. Dan untuk ini kita kaum Komunis harus benar-benar dapat mengintegrasikan dirinya dengan kaum tani. Dalam hal ini harus dicegah dua kecenderungan: 1) menempatkan diri sebagai guru kaum tani sehingga kaum tani segan membukakan isi hatinya dan segan mendekatinya; 2) melorotkan diri menjadi kaum tani sehingga melepaskan peranan pimpinan kelas buruh.

Persekutuan buruh dan tani bukan hanya masalah mewujudkan pimpinan kelas buruh kepada kaum tani, tetapi juga merupakan faktor yang menentukan akan terwujud atau tidaknya pimpinan kelas buruh dalam front nasional, atau atas Revolusi keseluruhannya. Hasil-hasil riset di Jawa telah menunjukkan, bahwa di mana kaum Komunis dapat mengintegrasikan diri secara tepat dan baik dengan kaum tani, maka mereka malah kesurupan setan-setan desa itu.

Selanjutnya, dalam hubungan dengan penggalangan front persatuan nasional ini saya ingin menekankan sekali lagi bahwa sekalipun persatuan dengan borjuasi nasional tidak sepenting persatuan dengan kaum tani, tetapi hasil atau tidaknya, lengkap atau tidaknya pimpinan kelas buruh atas revolusi akan ditentukan oleh hasil atau tidaknya persatuan kaum buruh dengan borjuasi nasional. Oleh karenanya kaum Komunis harus berusaha dengan sekuat tenaga memelihara dan mengembangkan lebih lanjut persatuannya dengan borjuasi nasional.

Dalam waktu akhir-akhir ini, kaum imperialis dan kaum kontra-revolusioner dalam negeri memang selalu berusaha menarik kaum borjuis nasional ke pihaknya untuk bersama-sama melakukan politik anti-Komunis. Dan di antara mereka, yaitu tokoh-tokoh sayap kanannya, ada juga yang terbujuk. Mengenai hal ini ingin saya mengingatkan mereka, bahwa menjalankan politik anti-Komunis berarti menjalankan politik bunuh diri. Pengalaman sejarah, baik di luar negeri maupun di negeri kita sendiri

Sudah banyak yang membuktikan hal tersebut. Dr. SutYat-sen yang menjalankan politik bekerjasama dengan kaum Komunis, telah membikin kedudukan kaum tengah atau borjuasi nasional makin terbela dan makin kuat. Sebaliknya Tjiang Kai-syek yang menjalankan politik anti-Komunis, apa kesudahannya? Tidak lebih daripada menjadi “boy”nya imperialism AS! Sejarah RI sendiri pun  telah memberikan bukti. Selama kaum borjuis bekerjasama dengan kaum kanan dan menjalankan politik anti-Komunis, maka yang diuntungkan bukanlah kaum borjuis nasional; di dalam tubuhnya sendiri kaum borjuis nasional mengalami perpecahan , sedangkan terhadap kaum kanan mereka hanya “boy” atau ”kacung” saja. Tentang ini kita dapat belajar dari sejarah yang terbaru, misalnya dari kabinet-kaninetHatta-Natsir, kabinet Sukiman, dsb.

Selain dari itu haruslah dipertimbangkan benar bahwa bahwa jika 16 tahun yang lalu politik anti-Komunis sudah tidak berhasil, apalagi sekarang di mana kesadaran Rakyat sudah makin tinggi! Politik anti-Komunis adalah politik kaum imperialis dan kaum kontra-revolusioner. Kaum borjuis nasional hanya mempunyai jalan yang terang apabila mereka bersatu dengan kaum Komunis, bersama-sama  melaksanakan gagasan Nasakom Bung Karno disegala bidang dan bersama-sama pula melawan Komunisto-phobi.

Kepada mereka yang sekarang ini kesana-kemari membawa gagasan mau mencetuskan provokasi Madiun kedua, saya peringatkan supaya mereka berkepala dingin, dan mempertimbangkannya masak-masak. Jika 16 tahun yang lalu PKI tak bisa dihancurkan, padahal anggota PKI pada waktu itu kurang dari 10.000 orang, lebih-lebih sekarang ini dimana PKI sudah mempunyai banyak pengalaman, anggotanya sudah lebih dari 2,5 juta, para kadernya sudah tergembleng dalam teori dan praktek perjuangan revolusioner. Baik pula disadari oleh mereka yang haus darah Komunis itu, bahwa PKI tidak lagi sendirian, baik didalam negeri maupun di dunia Internasional .

XI

Pemecahan Kesulitan Ekonomi Bagian Tak Terpisahkan dari Perjuangan Anti-Imperialisme

Dalam rangka menanggulangi kesulitan-kesulitan  ekonomi, perlu senantiasa diingat bahwa pemecahan soal ini tak dapat dipisahkan dari perjuangan anti-imperialis. Problem ekonomi Indonesia hanya bisa dipecahkan secara revolusioner, tak dapat dipecahkan secara tambal sulam, apalagi dengan menggantungkan diri pada “bantuan “ kaum imperialis. Sumber dari segala kesulitan ekonomi dan keuangan negeri kita bukanlah kekurangan modal imperialis tetapi justru karena masih besar dan bahkan masih berdominasinya pengaruh kaum imperialis dibidang ekonomi serta masih tergantungnya Indonesia pada pasaran dunia imperialis. Problem-problem ekonomi Indonesia hanya bisa dipecahkan atas dasar  prinsip berdiri diatas kaki sendiri, diatas kekuatan Rakyat Indonesia sendiri .

Selanjutnya kesulitan dibidang ekonomi tak dapat diatasi secara fundamental selama kaum tani kita yang merupakan bagian yang sangat terbesar dari Rakyat Indonesia belum dibebaskan dari belenggu-belenggu feodalisme. Maka penting sekali dipercepatnya pelaksanaan PA, UUPBH dan pelaksanaan semboyan “Tanah hanya untuk kaum tani yang menggarap tanah".

Disamping itu dalam rangka mengatasi kesulitan ekonomi dan keuangan selama perusahaan-perusahaan negara tak dapat melaksanakan tugasnya sebagai sektor ekonomi yang memegang pimpinan dalam kehidupan ekonomi negeri kita, dan selama perusahaan-perusahaan itu masih menjadi sarangnya kaum kapitalis birokrat, selama itu perusahaan-perusahaan negara tak akan dapat membantu meringankan keuangan negara, malah memberatkannya. Oleh karenanya perlu diadakan rituling personalia terhadap unsur kapitalis birokrat dan koruptor-koruptor, disamping membentuk dan mengaktifkan Dewan-dewan Perusahaan dimana ikut serta kaum buruh untuk melaksanakan kontrol Rakyat. Tuntutan-tuntutan  Rakyat supaya koruptor-koruptor besar dihukum mati dimuka umum, dan supaya KOTRAR  tidak menjadi jerangkong PARAN, tetapi menjadi alat rituling yang sungguh-sungguh revolusioner, harus dilaksanakan

XII

Mengenai “Malaysia" Tidak Ada Jalan Mundur

Dalam rangka melawan neo-kolonialisme, kewaspadaan harus senantiasa dipertajam dan perjuangan harusterus diperhebat dalam mengganyang “Malaysia” dengan titik pusat membantu perjuangan pembebasan Kalimantan Utara. Mengingat perjuangan melawan neo-kolonialisme “Malaysia" sudah demikian memuncaknya, maka sudah tidak ada jalan lain kecuali maju terus. Mundur setapak akan berarti hancur. Ada sementara orang kuatir, bahwa dalam melaksanakan politik konfrontasi RI akan bangkrut karena kesulitan-kesulitannya dibidang ekonomi. RI tidak akan bangkrut karena kesulitan ekonomi selama Rakyat Indonesia bersatu. Dan Rakyat bisa bersatu dalam perjuangan yang sungguh-sungguh melawan imperialisme, dan tidak dalam berkompromi dengan imperialisme! Oleh karena itu kaum Komunis Indonesia bertekad bulat : sekali Dwikora, tetap Dwikora, sampai “Malaysia" bubar dan .Kalimantan Utara bebas !

Disamping itu patut menjadi perhatian kita akan tipu muslihat imperialis AS yang menaruh minat demikian besarnya terhadap “Malaysia". Bukan tidak mungkin pada suatu waktu Amerika Serikat menyetujui penghapusan “Malaysia", dan sebagai gantinya didirikan “Malaya merdeka" “Singapura merdeka", “Serawak merdeka", “Brunai merdeka" dan “Sabah merdeka” dan semuanya ini dengan Filipina dan Indonesia membentuk “Greater Maphilindo" atau “Maphilindo Gaya Baru". Tapi apakah artinya ini ? Tidak lain akan lebih banyak lagi negara-negara boneka yang akan menindas gerakan revolusioner Rakyat di negeri-negeri itu. Dan bagi Indonesia berarti akan dikepung oleh banyak lagi negara boneka imperialis Inggris yang disokong oleh imperialis AS.

XIII

Ganyang Terus 4 Bukit Setan di Asia Tenggara

Sebagaimana telah saya katakan dimuka, situasi  dalam negeri maupun internasional sangat menguntungkan gerakan revolusioner Rakyat-rakyat didunia. Imperialis AS kian hari kian kalang kabut di Vietnam Selatan; di Laos usaha-usaha agresif yang jahat mendapat tentangan keras dari Rakyat; semangat Rakyat Filipina melawan imperialis AS makin hari makin meningkat; boneka AS di Korea Selatan pun dalam keadaan makin terdesak. Situasi Asia, terutama Asia Tenggara sangat menguntungkan bagi Rakyat yang sedang berjuang melawan imperialis. Kesempatan ini harus dapat digunakan secara sebaik-baiknya oleh Rakyat-rakyat Asia Tenggara pada khususnya, dan rakyat-rakyat revolusioner di seluruh dunia pada umumnya. Adalah kewajiban kaum Komunis di tiap-tiap negeri Asia Tenggara untuk bekerja lebih keras lagi mendorong maju situasi revolusioner ini dan mendorong maju gerakan revolusioner di negeri masing-masing.

Di Asia- Afrika dan Amerika Latin dewasa ini terdapat situasi revolusioner yang terus menanjak dan sedang mematang. Di daerah-daerah  inilah dewasa ini terdapat kontradiksi pokok dalam perjuangan rakyat-rakyat sedunia melawan imperialisme, Asia Tenggara merupakan salah satu titik pusat didaerah kontradiksi pokok ini. 

Rakyat-rakyat dan Partai-partai Komunis di Asia Tenggara sedang berjuang mati-matian dengan menempuh 1001 ,bentuk, legal dan ilegal, bersenjata dan tidak bersenjata, untuk menggulingkan 4 bukit setan, yaitu imperialisme, feodalisme, kapitalisme komprador dan kapitalisme birokrat, 4 bukit setan ini pasti akan dapat digulingkan asal Partai-partai Komunis negeri Asia Tenggara menggunakan 4 jimat, yaitu : (1) menarik massa Rakyat seluas mungkin dan mengorganisasinya dalam front persatuan nasional; (2) masuk sejauh mungkin kedalam desa-desa menggalang persekutuan buruh dan tani; (3) memperkuat pimpinan Partai atas massa Rakyat yang luas dan pandai menggunakan segala bentuk perjuangan; dan (4) memperkuat kerja sama Rakyat-rakyat dan Partai-partai Komunis di Asia Tenggara.

Rakyat Indonesia dan Partai Komunis Indonesia harus memainkan peranan yang sebesar-besarnya dalam menggulingkan 4 bukit setan di Asia Tenggara itu dengan memperhebat pengganyangannya terhadap 4 bukit setan di Indonesia sendiri dan dengan memberikan solidaritas yang sebesar-besarnya kepada Rakyat-rakyat Asia Tenggara dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang pada pokoknya sama.

Politik konfrontasi Indonesia terhadap proyek neo-kolonialis “Malaysia", yang berarti konfrontasi terhadap imperialisme Inggris dan Amerika Serikat, merupakan sumbangan Rakyat Indonesia yang penting kepada perjuangan bersama Rakyat-rakyat Asia Tenggara. Oleh karena itulah, kaum Komunis Indonesia dengan sepenuh hati mendukung Dwikora yang dikomandokan oleh Bung Karno pada tgl. 3 Mei y.l.  Dengan semboyan “Satu tangan pegang bedil dan satu tangan lagi pegang cangkul". Kaum Komunis Indonesia berusaha keras merealisasi Dwikora dan mencegah agar politik revolusioner ini tidak kemasukan angin oportunisme yang bisa memerosotkan peranan Indonesia dalam pergolakan revolusioner Rakyat-rakyat Asia Tenggara

 

XIV

Intensifkan Pembajaan Diri dan Pendidikan Diri

Untuk memperbesar peranan kaum Komunis Indonesia dalam melaksanakan Dwikora, dalam gerakan revolusioner di Asia Tenggara, dan didunia pada umumnya, kaum Komunis Indonesia harus terus-menerus menjaga supaya dirinya tidak merosot baik karena sukses-sukses maupun karena kesulitan-kesulitan yang besar, tetapi sebaliknya harus terus-menerus meningkatkan mutu dirinya sebagai Komunis, supaya menjadi Komunis yang baik dan lebih baik.

Bagaimana Caranya ?

Berdasarkan pengalaman Partai kita sendiri, kalau tidak mau merosot dan kalau mau terus meningkatkan mutu diri sebagai Komunis, tiap Komunis Indonesia harus terus-menerus mengintensifkan pembajaan-diri dan pendidikan-diri, artinya harus terus-menerus dan dengan rasa gembira berada didalam api perjuangan revolusioner Rakyat, harus memperdalam pelajaran Marxisme-Leninisme dan aktif ambil bagian dalam pencerapannya di Indonesia, dan harus meningkatkan taraf  kebudayaan.

Selain daripada itu, perlu disadari bahwa ada dua macam Komunis yaitu Komunis minimum dan Komunis maksimum, demikian di seluruh dunia dan demikian pula di Indonesia. Demi pelaksanaan tugas-tugasnya yang berat tiap-tiap Komunis Indonesia, terutama sekali kader-kadernya tidak boleh puas hanya menjadi Komunis minimum saja .

Apakah Komunis minimum itu ?

Komunis minimum adalah Komunis yang memenuhi syarat minimum yang ditentukan dalam Konstitusi Partai, yaitu menyetujui Konstitusi Partai, menyetujui Program Partai, membayar iuran Partai dan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh organisasi Partai dimana ia tergabung. Semua orang revolusioner bisa menjadi Komunis minimum

Setiap anggota Partai, terutama kader-kader Partai dari yang paling atas sampai yang paling bawah tidak seharusnya hanya memenuhi syarat-syarat minimum saja, tapi harus tidak henti-hentinya mencapai kemajuan, mempertinggi kesadaran dan pengertian tentang Marxisme-Leninisme. Untuk ini anggota-anggota  Partai harus mengintensifkan pembajaan-diri dan pendidikan-diri.

 Tujuan anggota-anggota Partai dalam mengintensifkan pembajaan-diri dan pendidikan-diri seharusnya bukanlah hanya untuk mencapai ketentuan-ketentuan minimum, melainkan ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat maksimum.

 Tentu tidak mudah untuk menetapkan apakah syarat-syarat  bagi Komunis maksimum.

 Tetapi kita mengenal perbuatan-perbuatan, prestasi-prestasi dan sifat-sifat Marx, Engels, Lenin dan Stalin selama hidup mereka sebagai Komunis-komunis teladan. Dapat kita jadikan mereka sebagai ukuran dalam membajakan-diri dan mendidik diri kita. Kita harus memancangkan tujuan pembajaan-diri dan pendidikan-diri kita masing-masing untuk mencapai kualitas-kualitas yang dimiliki oleh Marx, Engels, Lenin dan Stalin. Dengan berbuat demikian kita sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi murid-murid mereka yang terbaik.

 Untuk memudahkan kita semua dalam berusaha meningkatkan mutu Komunis kita masing-masing, tiap-tiap anggota PKI harus berusaha untuk memenuhi syarat-syarat sbb :

1.) melaksanakan dengan baik semua tugas yang di berikan oleh Partai kepada kita;

2.) menjaga supaya diri kita tidak merosot menjadi pekerja politik yang berpikiran sempit, yang lupa pada tugas sejarah yang besar dan tenggelam mengurusi soal-soal tetek-bengek yang tidak ada hubungannya dengan revolusi;

3.) dalam memegang jabatan apa saja kita harus senantiasa menjadi tokoh politik dan tokoh negara tipe Lenin;

4.) sebagai tokoh masyarakat kita harus senantiasa bersikap tegas dan jelas, tidak plintat-plintut dalam membela kepentingan Rakyat dan revolusi

5.) dalam keadaan bagaimanapun tetap bersemangat banteng merah, tidak takut menghadapi pertempuran dan tidak kenal ampun terhadap musuh-musuh Rakyat;

6.) tidak mabuk karena sukses, tidak panik menghadapi segala keruwetan dan bahaya, dan tidak putus asa kalau mengalami pukulan-pukulan dan kegagalan-kegagalan

7.) bijaksana dan berhati-hati dalam memutuskan masalah-masalah yang banyak seluk-beluknya, yang menghendaki pandangan-pandangan yang dalam mengenai masalah-masalah itu

8.) lurus dan jujur terhadap Partai dan Rakyat

9.) cinta yang tidak ada taranya kepada Rakyat

Syarat-syarat ini tentu saja dapat ditambah lagi. Tapi kita kaum Komunis Indonesia dalam rangka memperingati ulang tahun ke-44 PKI ini berusaha dengan sekuat tenaga mengintensifkan pembajaan-diri  dan pendidikan-diri dan melaksanakan sembilan syarat untuk menjadi Komunis yang baik dan lebih baik lagi.  Dengan berbuat demikian, pengabdian kita kepada revolusi dan Rakyat Indonesia, kepada gerakan Komunis Internasional dan kepada revolusi dunia akan dapat kita lipat gandakan.

Hidup Partai Komunis dan Rakyat Indonesia

Hidup Marxisme-Leninisme dan Revolusi Rakyat sedunia

Hidup Revolusi Indonesia !

 

(Singkatan pidato pada resepsi ulang tahun ke-44 PKI  di kota Surabaya pada tanggal 23 Mei 1964)