KEPADA PARTAI

Kumpulan Sajak


Balada Gugurnja Kader Aksi


I.
Dan pagi ini matahari telah tinggi
jang bangkit ditempa matahari
jang hidup dibesarkan karena tanah
tak pernah ter-impikan
bahwa duka ini ter-elakkan
dan kesetiaan, ah kesetiaan mana jang memadai
kesetiaan seorang komunis terhadap partainja
dan garis itu didjalani karena sumpah
sepenuh djiwa
sepenuh djiwa


Mati bagi seorang komunis
memberikan kepadanja nama sebagai pahlawan
kerdja bagi seorang komunis
memberikan kepadanja nama sebagai teladan
dan apa jang telah diberikan dan sedang dilakukan
belum sepenuh harapan Rakjat pekerdja.


Maka tersiarlah berita
di mana-mana terdjadi pergulatan
karena pergulatan itu merebut kebenaran
dan kebenaran itu, peng-hak-an terhadap tanah garapan
djadilah sekarang soal merebut kebenaran itu
lautan jang tak pernah kering dalam tjerita
dalam semua peristiwa.


Kapan sadja dan dalam tahapan zaman
hidup ini dibangun oleh kerdja kaum tani
tak sialah, bahwa kejakinan itu
dimana sadja berada dalam genggaman tangan
dan angkatlah tanganmu tinggi-tinggi
berikan hormat
kepada pendahulu-pendahulu revolusioner kita
jang mendjadikan tanah tempat tempaan djiwa
hati dan fikirannja
jang mendjadikan tanah tumpah darahnja
jang mendjadikan tanah bumi kemenangan.


Dan mereka jang mati membela kebenaran
memberikan pesan arif
apakah artinja bui bagi kita
karena bui adalah tempat pembadjaan diri
apalah artinja tempat buangan bagi kita
karena tempat buangan itu pangkalan pembangunan kemenangan
dan apalah artinja teror dan bunuh terhadap kita
karena djiwa jang diarah reaksi itu
memberikan rabuk buat tumbuh suburnja partai.


Kini bagi mereka jang masih hidup dalam memberikan andil djuangnja
dipahat oleh keberanian jang diwarisi dari pendahulu-pendahulu revolusioner
dan alangkah indahnja keberanian itu
menghadapi bui, buang dan bunuh
risiko bagi setiap pedjuang.
Setiap djiwa komunis jang djatuh
mengangkat keberanian untuk semakin tumbuh
dan tanpa mengharap taburan bunga
tanpa mengharap tanda-pangkat menghias dada
djalan berduri itu dilalui
lereng-lereng gunung itu didaki
lautan itu didjeladjahi
tanpa lelah, tanpa keluh kesah.


II.
Maka tersiarlah berita itu
di mana-mana terdjadi pergulatan
dan bagai mutiara-mutiara aksi-aksi kaum tani di desa lain
sebutlah disini Kabupaten Djember
desa itu namanja Andongsari di Ambulu
tanggal lapanbelas november enamempat
tertjatat peristiwa jang pilu.


Makin terasa matahari tinggi memanasi bumi
siapa jang mau mengedjar matahari
angin dan badaipun tak kuasa mematju
apalagi kekotoran reaksi
karena matahari itu ibarat aksi kaum tani
dan aksi kaum tani itu ibarat matahari
jang terus dipanasi kadar situasi
jang menjusur tepian laut
mendjalar kebukit dan hutan-hutan
jang mendjamah seluruh pedesaan
alangkah indahnja
karena aksi kaum tani itu suatu keberanian
dalam merebut kebenaran
dalam merebut tanah garapan.


III
Tuan tanah Gewor, demikianlah namanja
pemilik tanah kelebihan didesa itu
dengan matagelap dan keangkuhan
tanah lebih itu dikukuhi
tak mengindahkan redistribusi tanah
dari pemerintah kepada penggarap
jang disahkan panitia landreform
dan kisah itu membuat amarah kaum tani.


Dimanakah dalam sedjarah terdjadi
kaum penghisap itu sukarela menjerah kepada jang dihisap
demikianlah adanja dengan tuan tanah Gewor
penghisap didesa Andongsari jang tersohor
ketika tanah lebih itu dimiliki pemilik baru
jang membajar dengan harga ribuan. Moersid namanya
maka membangkanglah tuantanah Gewor kepada pemerintah.
Dan pembangkangan itu dipertaruhkan
dibenumlah tjenteng-tjenteng tuantanah menjadi bandit-bandit
Misbah sebagai kepala dan empat orang desa pengikutnja
sesumbarlah bandit-bandit itu keseluruh pelosok desa
jang bakal menggarap tanahlebih tuannja
djanganlah menangisi adjal jang bakal tiba.


Sesumbar bandit-bandit desa meraung menembusi buana
lalu udara mendjadi keruh dan angin djahat bertjebur dimana-mana
dan Moersid mendengar sumbaran itu
beban fikirannja jang mengendap dalam benaknja
bagai tjahaja matahari jang bermain-main dilangit
apalah artinya Moersid seorang diri
sedang hajatnja pernah disadap tuantanah djahat
apalah artinya Moersid seorang diri
sedang ia sendiri anggota BTI
dan kepertjajaannja bahwa organisasi akan membela dirinja
benderang dalam fikirannja mengungguli terangnja matahari
dan itulah djuga kebenaran
jang membasahi darah dagingnja sebagai seorang komunis.


IV
Desa Andongsari, ah desa Andongsari tertjinta
dan di Ambulu, Belanda pernah mati kutu
pangkalan gerilja jang melahirkan pradjurit-pradjurit djantan
di daerah Djember selatan
aksi-aksi kaum tani tak pernah padam.


Tadi djuga di Ambulu
kekuatiran lenjapnja tanah jang dibela
mengatja-ngatja setiap kaum tani
dan seperti dipendjuru manapun
tjinta terhadap tanah garapan itu dibawa mati


Dan BTI
Barisan Tani Indonesia
tampil membela martabat undang-undang negara
lalu duka jang meradjai kaum tani
lenjap! Darah djantan jang mengangkat kejakinan
memberikan air segar pada jang bermula lemah semangat
oi, orang-orang komunis di barisan depan
memimpin aksi menggarap tanah garapan.

Sebutlah nama Suwardi
fungsionaris CR PKI aktivis BTI
ah, Suwardi putra terbaik Andongsari
pada bulan dan hari jang tjerah itu
ia memimpin duapuluhlima orang anggota BTI
gotongrojong menggarap tanah hakmilik Moersid
ditangan mereka tergenggam patjul dan sabit.
Tuantanah Gewor jang terbeliak matanja
darah jang mengendap dalam djantung
berbuntjah-buntjah menggenangi muka tuantanah Gewor
iapun marah, iapun mengandalkan kekuatannja jang telah kendor.
Dan dipanggilnja bandit-bandit desa itu
ajo, ajo, akompol kabbhi*, katanya dalam kemasgulan
matanja berang hatinja garang
dan bandit-bandit desa itu dengan sikap sebagai budak
menerima perintah tuantanah Gewor:
gagalkan penggarapan tanahlebih itu, demikian perintahnja
dan jang menerima perintah menundukkan kepala
dunia jang berpusing di matanja tak memberi warna apapun
alangkah gelapnja dunia ini bagi orang-orang djahat
dan bandit-bandit desa itu terhujung gentajangan
mendjalankan perintah tuannja, si Gewor tuantanah djahat.


V
Hei, hei, akulah jang mendjaga harta-benda Gewor
di Andongsari jang tersohor
demikianlah kata Misbah bandit desa dan bandit-bandit desa itu
golok ditangannja membuat kilatan tjaja bermain diudara
dan bagai ketemu hantu di tengah malam
orang dan binatang di djalanan berlarian
diterdjang bandit-bandit upahan barisan djahanam.


Dan Soewardi fungsionari CR PKI aktivis BTI
jang menamam kebaikan menabur semangat keberanian
dan dalam binar-binar tjaja matahari
di tengah sawah itu, buah-buah jang dipetik
panen kemenangan. Impian itu lalu djadi kenjataan
bandit-bandit desa lari tunggang-langgang
seperti lidi dalam ikatan, kaum tani melawan kedjahatan.


VI
Lalu Suwardi, lalu kaum tani
mengasah kewaspadaan. Tanah itu ditjangkul
diolah! Seperti dijakini tanah itu memberikan nafas kehidupan
dan jang dibutuhkan kebebasan
dan jang didambakan adalah kemerdekaan
seperti dunia berputar mengelilingi bumi
seperti matahari jang memantjarkan sinar kebadjikan
maka alampun, maka hiduppun dibangun
dalam pergulatan-pergulatan. Dan jang menggenggam kebenara
itulah jang menang.


Siapakah jang paling berhak mendapat kebebasan dan kemerdekaan
sebutkanlah duapatah kata ini: kaum tani
karena hidup ini dibangun oleh kerdja kaum tani
dan tuantanah-tuantanah jang mendapat kekalahan didesa itu
lalu mengganas seperti kehabisan dunia
dan bandit-bandit jang dikota seperti andjing-andjing jang kelaparan
memamah apa sadja jang didapat
meraung-raung dan menggonggong dalam kegilaan
karena mereka telah terlepas dari kebenaran
alangkah mendjidjikkannja!  


VII
Setapak-setapak matahari pagi itu naik
membuat perdjalanan makin tinggi
makin hangat dan panas
dan kedjadian itu sedjarah telah memastikan


Dan jang mengolah tanah
tak ada kedjudjuran jang paling mantap
selain kedjudjuran petani
lalu apa jang dimiliki, patjul dan sabit
belum kuasa untuk mendjadi kerabat dalam aksi
mengolah dan menggarap tanah garapan itu
maka berkatalah seorang petani: kita kekurangan alat
dan penggarap-penggarap berpaling, mengangguk-angguk
lalu sepakat.


Andaikan tanah itu meminta segala jang ada
tak sajang djiwapun diberikan
dan Suwardi lalu angkat bitjara
aku akan tjarikan luku dan sapi
karena djika tanah tiada digarap
revolusi akan mati.


Suwardi fungsionaris CR PKI aktivis BTI
dalam membikin perhitungan
ditumpahkan ketjintaan itu kepada kaum tani
dan dikorbankan segala kebentjian kepada kaum penghisap
disinilah tjerita itu dimulai
keras hatinja membela kaum tani
dan bekal itu dibawahnja dalan mentjari luku dan sapi.


Ditengoknja matahari dan segala kekurangan dirinja
dan dunia baru jang tiba itu seperti digenggamnja
--- bangunlah kaum yang terhina
bangunlah kaum jang lapar ---
luku dan sapi jang kini berada ditangannja
melukiskan kebahagiaan berdjuta manusia
o, alangkah rindunja ia pada kebahagiaan
hidup jang dibangun oleh kerdja kaum tani.


Luku dipundaknja, sapi digiringnja
dan aksi revolusioner kaum tani itu diteruskan
jang memudji dan jang membentji kaum tani saling berhadapan
siapapun tak usah heran
djika tuantanah Gewor, tuan tanah djahat itu
tak pernah memudji kebadjikan Suwardi kepada kaum tani
dan disawah Moersid luku dan sapi itu dinanti.


VIII
Hari itu tak terlupakan
setan-setan desa menghundjamkan tawa djahanam
dan andjing-andjing dikota jang kelaparan
berebut tulang saling mentjari muka
dan didesa Andongsari desa Andongsari tertjinta
bermukimlah segala kekedjian dihati bandit-bandit desa.
Brenti! Brenti! Dan teriakan itu seperti membelah bumi
Suwardi tahu kini bukan bahasa jang bitjara
kedjantanan komunisnja dihadangkan dan maut jang datang itu
dilawannja gerombolan bandit-bandit desa
Dan Misbah telah menantjapkan parangnya
dileher Suwardi dan rebahlah seketika
darah itu tertumpah. Tanpa pamit siapa
ketjuali kejakinan, gugurlah Suwardi
mendekap bumi, luku, dan sapinja
betapapun duka membungkus keluarganja tapi tak satupun jang merasa tersiksa


dan setiap komunis jang jatuh
mengangkat keberanian untuk semakin tumbuh
dan di Andongsari, di Ambulu dan dimana-mana
kaum tani beraksi dan berdemonstrasi menuntut bela
Hukum mati Misbah! Hukum mati Gewor! Ganjang tudjuh setan desa!
Laksanakan UUPBH dan UUPA! Dan itulah kebenaran
lautan jang tak pernah kering dalam tjerita.

 

Lelonokaryani

 

Keterangan: *) ajo, ajo akompol kabbhi! (dari bahasa Madura yang artinya ayo,ayo berkumpul semua).