Pidato Kawan B.O. Hutapea

(Ketua Akademi Ilmu Sosial "Aliarcham")

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960


Kawan-kawan yang tercinta,

Kongres yang mulia,

Kongres kita telah mensahkan Laporan Umum Comite Central, telah mensahkan Perubahan Konstitusi dan telah mensahkan Perubahan Program Partai dengan suara bulat. Ini adalah suatu kemenangan yang gemilang yang dicatat oleh Kongres Nasional ke-VI dan merupakan suatu kemenangan bagi perjuangan seluruh Rakyat Indonesia untuk memenangkan demokrasi dan Kabinet Gotong-Royong. (tepuk tangan). Bersamaan dengan seluruh utusan Kongres, seluruh Partai, dan seluruh Rakyat Indonesia saya menyambut kemenangan ini dengan hangat.

Kegembiraan kita mencapai puncaknya pada sidang kemarin tanggal 10 September 1959 dengan terpilihnya Comite Central Partai yang baru. (tepuk tangan). Terpilihnya kembali kawan-kawan kita yang paling dekat pada lubuk hati kaum Komunis Indonesia, yaitu Kawan-kawan D. N. Aidit, M. H. Lukman, dan Njoto (tepuk tangan), selanjutnya kawan-kawan kita yang tercinta, Kawan-kawan Sudisman, Ir. Sakirman, dan Jusuf Ajitorop (tepuk tangan), yaitu anggota-anggota dan calon anggota Politbiro yang lama adalah bukti tentang kecintaan seluruh Partai kepada pemimpin-pemimpinnya yang telah teruji. (tepuk tangan). Terpilihnya kembali semua anggota Comite Central yang lama suatu bukti yang kuat tentang kebulatan Partai, tentang teguhnya Partai berdiri di sekeliling Comite Centralnya yang Leninis. (tepuk tangan). Hal ini merupakan demonstrasi persatuan yang tak tergoyahkan dari Partai Komunis Indonesia. (tepuk tangan). Terpilihnya anggota-anggota Comite Central yang baru membikin hati kita penuh dengan rasa gembira dan rasa terharu. CC yang baru sungguh-sungguh merupakan pencerminan dari kesatuan Partai yang merupakan barisan depan proletariat Indonesia yang meliputi seluruh daerah dan suku bangsa yang ada di tanah air kita. (tepuk tangan). Ini merupakan jaminan bahwa Partai kita akan lebih mampu lagi mengatasi segala kesulitan dan merupakan jaminan untuk mencapai sukses-sukses baru. Oleh sebab itu bersama Kongres kita ini seluruh anggota dan calon anggota Partai diliputi rasa kegembiraan dan kemenangan. CC kita yang baru adalah bagaikan piala kemenangan yang gilang-gemilang dari Partai dalam melaksanakan tugas-tugasnya seperti yang diletakkan oleh Kongres Nasional ke-V di dalam lapangan politik, organisasi, dan lapangan ideologi. (tepuk tangan).

Dengan diterimanya dan disahkannya tiga dokumen Partai yang penting dan dengan terpilihnya dengan bulat Comite Central yang baru, Kongres Nasional ke-VI sudah mencapai sukses-sukses yang bersejarah seperti yang diharapkan oleh seluruh Partai dan seluruh rakyat yang kita cintai.

Kawan-kawan yang tercinta!

Sambutan saya ini terutama ditujukan untuk membahas pendidikan di dalam Partai.

Kita sudah membangun Partai sebagai Partai massa dan akan melanjutkan pembangunannya menurut garis itu. Bersamaan dengan itu kita menggiatkan pendidikan di dalam Partai dengan berlipat ganda. Sebab kita berpendirian bahwa PKI yang bersifat massa itu harus tetap jadi barisan depan yang terorganisasi dan tetap merupakan bentuk organisasi kelas yang tertinggi daripada kelas proletar Indonesia, yang mampu mengorganisasi dan menggembleng seluruh anggotanya menjadi satu oleh kesatuan pikiran, kesatuan kemauan, kesatuan aksi, dan kesatuan disiplin. Untuk itu masalah memperhebat pendidikan di dalam Partai adalah mutlak perlu.

Oleh sebab itulah bersamaan dengan peluasan organisasi Partai dijalankan pendidikan teori dan latihan ideologi dengan berencana, sehingga di dalam Partai terdapat gerakan belajar yang sistematis, terpimpin dan bersasaran.

Kongres Nasional ke-V Partai pada tahun 1954 sudah menjawab reaksi yang siang dan malam menyiksa dirinya dengan segala macam usaha yang gila untuk merintangi Partai kita bersatu dengan rakyat untuk menyelesaikan tuntutan Revolusi Agustus ’45 sampai ke akar-akarnya. (tepuk tangan). Kongres yang bersejarah itu telah menemukan perintang-perintang yang paling besar yang memisahkan kita dari kemenangan, yaitu perintang ideologis yang tadinya membikin berat kaki kita dan membikin gelap jalan di hadapan kita. Perintang ideologis itu sudah kita ketahui dan sejak itu mulai kita lawan dengan sekuat tenaga dan sejujur-jujurnya, yaitu ideologi yang merintangi pembentukan front persatuan nasional, dan ideologi yang merintangi pembangunan Partai Komunis Indonesia yang tersebar di seluruh negeri dan yang berkarakter massa.

Plan Tiga Tahun pertama Pendidikan yang diterima oleh Pleno ke-IV CC pertengahan tahun 1956 bisa dibagi atas dua bagian: yang satu bagian meliputi sekolah-sekolah dan kursus-kursus Partai dan satu bagian lainnya mengenai pengorganisasian bentuk-bentuk pendidikan teori dan latihan-latihan ideologi seperti konferensi-konferensi teori, seminar, gerakan-gerakan pembetulan pikiran, penyelenggaraan pendidikan bagi orang-orang progesif di luar Partai, mengembangkan pembacaan roman Sosialisme realis, sampai dengan pengorganisasian PBH. Tetapi kedua bagian itu dan semua macam bentuk pendidikan itu mempunyai hanya satu sasaran, yaitu memenangkan Revolusi Indonesia. (tepuk tangan).

Semenjak itu, pendidikan di dalam Partai boleh dikatakan maju meloncat; sejak saat itu kita mengakhiri pendidikan yang tidak terang tujuannya, yang bersifat sepotong-sepotong, dan yang terpisah dari tugas-tugas kongkrit dari Partai kita. Sejak saat itu kita berusaha mempelajari Marxisme-Leninisme secara Marxis-Leninis.

Melihat hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan Plan itu, kita boleh bergembira. Sebab walaupun tidak semua jatah yang ditetapkan dalam Plan tercapai, tiap hasil yang diperoleh Comite, direbutnya tidak dengan mudah tetapi dengan melalui berbagai kesulitan, sehingga setiap hasil merupakan suatu kemenangan, terutama merupakan kemenangan ideologis.

Sekolah Partai sampai tingkat Comite Daerah Besar boleh dibilang terpenuhi kecuali di daerah yang bergolak, bahkan di Pusat dan di beberapa Daerah melebihi jatah Plan. Kursus-kursus tingkat Seksi telah merata, tetapi kursus tingkat Subseksi serta Sekolah Politik masih belum dapat dikatakan merata sepenuhnya.

Pendidikan di luar bentuk Sekolah atau kursus Partai juga sudah membawa hasil-hasil. Comite Central telah menyelenggarakan satu kali konferensi teori, yang ditujukan untuk memperbaiki pekerjaan Partai dalam membangun front persatuan nasional dengan menggunakan brosur Kawan Mau Ce-tung “Tentang Mengurus Secara Tepat Kontradiksi-Kontradiksi di Kalangan Rakyat”, telah menyelenggarakan seminar-seminar mengenai ekonomi, mengenai otonomi daerah, mengenai Pekerjaan Partai di kalangan mahasiswa. Selain itu Comite Central telah memimpin beberapa kali gerakan pembetulan pikiran, antara lain untuk mempertebal semangat internasionalisme anggota-anggota dan untuk mempersenjatai diri terhadap bahaya revisionisme yang diorganisasi bersamaan dengan menyambut 40 tahun Revolusi Oktober Sosialis pada akhir tahun 1957, yang lain berupa gerakan “turun ke bawah” yang mewajibkan kader-kader tinggi Partai bekerja badan untuk kepentingan massa, dan mengikuti kehidupan intern Partai dari Comite Resort atau Subseksi dimana mereka berada dan dengan menugaskan kader-kader tingkat CC dan Comite Daerah Besar turun ke desa-desa untuk menyelami perasaan, pikiran, dan hasrat kaum tani. Di daerah-daerah dimana Partai memperoleh kemenangan mutlak dalam Pemilihan Umum untuk DPRD dan di berbagai daerah lainnya, Comite Partai telah menyelenggarakan gerakan pembetulan pikiran yang bertujuan untuk mencegah rasa sombong atau mabok kemenangan dan untuk melawan gejala-gejala “mengonsolidasi diri” atau gejala yang buruk yang menurunkan derajat Komunis dari pahlawan kelas proletar menjadi “pahlawan keluarga”. (tepuk tangan). Walaupun gerakan-gerakan pembetulan pikiran ini belum dapat dikatakan mendalam dan belum terorganisasi rapi, ia sudah berhasil memperkuat ideologi Partai dan telah mempertinggi prestise Partai di mata rakyat.

Berkat pelaksanaan Plan pendidikan itu, telah berpuluh-puluh ribu anggota yang mempelajari secara teratur 4 mata pelajaran pokok yang memadukan teori Marxisme-Leninisme dengan Revolusi Indonesia, yaitu Sejarah Perkembangan Masyarakat, Soal-Soal Pokok Revolusi, Front Persatuan Nasional, dan Pembangunan Partai.

Sekarang Kongres Nasional kita yang bersejarah ini dengan penuh keyakinan sudah dapat mengatakan bahwa Partai kita telah menempa kader-kader revolusi dari penyatuan teori Marxisme-Leninisme dengan praktek Revolusi dari rakyat kita. Partai telah dan akan terus membajakan kader-kader yang seperti dikatakan kawan dan guru kita, Kawan Aidit: “menjadi anggota-anggota Partai yang dalam keadaan bagaimana pun tetap yakin bahwa jalan revolusioner yang sudah dipilihnya adalah jalan yang setepat-tepatnya, jalan hidup baru untuk masyarakat baru”. (tepuk tangan).

Inilah hasil yang terpokok dan yang meyakinkan dari Plan Pendidikan Partai kita.

Kawan-kawan yang tercinta,

Kesatuan teori dengan praktek atau belajar dengan bersasaran, inilah prinsip-prinsip yang kita pegang dalam penyelenggaraan pendidikan di dalam Partai. “Ahli-ahli” teori tipe lama (tawa) yang memperlakukan dalil-dalil Marxisme-Leninisme sebagai jimat (tawa), atau menggunakannya sebagai doa bagi seorang biarawan di dalam kesepian hidupnya sebab jauh dan terpisah dari hidup itu sendiri – dan dengan mengucapkan dalil-dalil itu mengira dan mengharap segala kesulitan dengan sendirinya akan teratasi – “ahli-ahli” teoretikus macam ini, jika masih ada, jumlahnya sudah semakin merosot. (tawa, tepuk tangan). Sebab, perubahan-perubahan situasi politik yang begitu cepatnya di negeri kita tidak mungkin dapat dipahami hanya dengan menghapalkan bermacam-macam dalil Marxisme-Leninisme saja. Jika kita hendak menguasai dan memimpin situasi politik kita harus lebih banyak dan terus-menerus mempelajari teori-teori revolusioner serta menguji kebenarannya dalam pergolakan yang cepat itu. Tanpa teori, pengalaman-pengalaman rakyat kita yang banyak itu tak dapat tergunakan bahkan bisa menjadi tumpukan beban yang memberatkan, tanpa teori jika kita membikin suatu kesalahan tidak bisa segera diketahui dan segera diatasi melainkan bisa jadi sebab dari kesalahan-kesalahan baru. Tetapi dengan teori Marxisme-Leninisme pengalaman yang kaya menjadi sumber yang tak kering-keringnya dari pengetahuan-pengetahuan baru, yang membikin setiap pengorbanan tidak akan sia-sia dan membikin kekalahan ibu dari kemenangan-kemenangan.

Pendidikan di dalam Partai telah banyak membantu kita untuk mengenal dan mengubah subjektivisme, mengembangkan daya kreasi anggota-anggota, memperdalam rasa cinta kita pada tanah air dan rakyat kita, serta mempertinggi moral Komunis kita. Pendidikan di dalam Partai itu juga telah banyak membantu kita untuk mengenal dan mengubah keadaan lingkungan kita, daerah kita, dan tanah air kita. Dalam menyimpulkan pengalaman-pengalamannya kader-kader kita sudah berusaha meningkatkannya ke taraf teori.

Semboyan “Kesatuan teori dan praktek, atau belajar dengan bersasaran” dengan perlahan-lahan tetapi dengan pasti membikin segar kehidupan intern Partai bagaikan darah segar yang membawa pembaruan ke seluruh tubuh Partai. Selanjutnya ia sudah melahirkan suatu langgam kerja dan langgam belajar yang baru di dalam Partai kita, yaitu “Tahu Marxisme-Leninisme dan kenal keadaan”. Langgam ini bukanlah suatu ciptaan seorang zeni – tetapi ia merupakan penyimpulan dari pengalaman kolektif seluruh Partai yang hanya bisa lahir dan hidup dengan terdapatnya gerakan pendidikan yang sistematis, terpimpin, bersamaan dan menyimpulkan pengalaman-pengalaman. Lahirnya dan makin berkuasanya langgam kerja dan semboyan belajar “Tahu Marxisme-Leninisme dan kenal keadaan” adalah merupakan piala hasil gemilang dari pekerjaan pendidikan di dalam Partai kita, sebagai hasil yang kongkrit dari kemenangan prinsip kesatuan teori dan praktek.

Ketika kita sudah bertetap hati untuk mengerjakan pendidikan di dalam Partai secara besar-besaran, ketika itu sudah terbayang pada kita seribu satu kesulitan. Pertama masalah guru. Kita belum mempunyai guru-guru atau pekerja-pekerja teori yang bisa ditugaskan untuk melaksanakan pendidikan itu. Sebab itu anggota-anggota Comite harus merangkap sebagai guru, walaupun mereka mungkin belum pernah mendapat pelajaran Marxisme-Leninisme secara teratur. Kedua, kesulitan buku-buku pelajaran atau diktat. Buku-buku teori yang sudah ada belum mencukupi dan masih harus diolah supaya sesuai dengan kebutuhan Plan Pendidikan. Sungguh suatu pekerjaan yang luar biasa beratnya, terlebih-lebih oleh karena kader-kader kita pada umumnya masih belum bisa menuliskan secara teratur pengalaman-pengalamannya dan pikirannya. Kemudian masalah tempat, masalah biaya, kesulitan tentang waktu, kesulitan tentang siswa-siswa, siapa-siapa yang harus didahulukan, dan lain-lain kesulitan, sedang pekerjaan organisasi dan pekerjaan politik lainnya harus tetap terpimpin. Kita tidak hanya miskin materiil tetapi kekurangan pengetahuan amat terasa. Dan tiada orang lain yang akan bermurah hati untuk mengulurkan tangannya guna membantu kita. (tepuk tangan).

Tetapi Guru-guru Besar Komunis tidak pernah mendidik kita supaya berkecil hati dan mundur menghadapi kesukaran. (tepuk tangan). Kawan Aidit dan CC Partai dengan tidak henti-hentinya menyerukan bahwa usaha pendidikan di dalam Partai tidaklah persoalan segolongan anggota melainkan ia adalah usaha kolektif dari seluruh Partai, ia adalah kehormatan bagi Partai kita. Tidak seorang anggota pun yang dapat membebaskan diri dari tugas menyukseskan Plan Pendidikan itu.

Arus yang deras dan berbahaya dari Sungai Barito di Kalimantan Tengah harus dilawan; terkadang sehari, terkadang lebih lama lagi petugas-petugas pendidikan Partai harus bergulat dengan air, bergulat dengan angin dan kelaparan untuk mencapai Comite-comite yang sudah lama menunggu-nunggu penyelenggaraan Kursus Partai atau Sekolah Politik. Hutan-hutan yang lebat di sekitar Danau Tondano di Sulawesi Utara harus diterobos sambil mencurigai kesunyian sekeliling dan mengamat-amati setiap gerak kalau-kalau ada gerombolan Permesta mengintai. Kuda Bima yang terkenal kuat lagi lincah itu sering menyerah dalam mendaki pegunungan-pegunungan di kepulauan Nusa Tenggara Timur, dan si penunggang kuda harus turun dan menghela kudanya yang sudah letih itu. Rawa yang seolah-olah tak ada ujungnya, jurang yang berbahaya seperti yang terdapat di sepanjang pantai Aceh Barat dan masih banyak lagi rintangan-rintangan harus dilawan dan ditundukkan untuk menyampaikan ilmu teori Marxisme-Leninisme itu ke seluruh tanah air.

Atas pengaruh gerakan itu, juga di dalam organisasi-organisasi massa revolusioner lainnya terdapat antusiasme belajar yang semakin besar. Organisasi-organisasi buruh, tani, pemuda, wanita, dan organisasi-organisasi rakyat lainnya menyelenggarakan sekolah-sekolah atau kursus-kursus yang mempertemukan teori-teori revolusioner dengan praktek sosial dari rakyat  pekerja di lapangan mereka masing-masing. Gerakan belajar itu juga telah memperkuat persatuan mereka, memperkuat organisasinya dan memperluas front persatuan dari golongannya masing-masing, disamping mempertinggi daya juang organisasinya untuk perbaikan nasib anggota-anggotanya dan dalam perjuangan untuk demokrasi.

Pelaksanaan prinsip memadukan teori dan praktek telah mendorong kader-kader tani revolusioner untuk melakukan penyelidikan lebih seksama tentang hubungan-hubungan agraria di desa untuk mempelajari sifat-sifat daripada tiap-tiap kelas dan hubungan kelas-kelas, dan dengan begitu lebih memahami ciri-ciri daripada sisa-sisa feodalisme di desa Indonesia. Juga di lapangan produksi terdapat kemajuan-kemajuan tertentu. Mereka melakukan penyelidikan-penyelidikan dan percobaan-percobaan yang sampai batas-batas kemampuannya sudah mulai menemukan metode-metode baru dalam teknik mengerjakan tanah, sudah mulai menemukan metode mempertinggi produksi padi-padian dan ternak. Gerakan tani revolusioner Indonesia sekarang dapat membanggakan diri, bahwa usaha kolektif dari massa kader-kader mereka bersama-sama dengan para ahli dan sarjana pertanian yang patriotik telah berhasil menemukan jenis padi yang baru yaitu, Sri Makmur, yang mempunyai sifat-sifat yang lebih menguntungkan, seperti pemeliharaan mudah dan hampir boleh dikatakan “hamaproof” (tawa), yang jika ditanam menurut cara-cara baru bisa meningkatkan produksi padi antara 200 sampai 400% tiap HA.

Adalah sangat menggembirakan usaha Dr. Cokronegoro dan kawan-kawan di Klaten (tepuk tangan) dalam menemukan bibit-bibit tanaman rakyat jenis baru yang bisa ditanam dengan cara-cara yang kaum tani memang mampu menjalankan dengan hasil-hasil yang lebih besar. Nama kaum tani dan organisasi tani revolusioner Indonesia menjadi harum dan sangat populer dengan barisan pahlawan produksinya seperti Pak Mukibat dari Kediri, Pak Suwignyo dari Magetan, Pak Martosuwondo dari Sleman, Pak Sarbini dari Singapura, dan lain-lain (tepuk tangan).

Jadi setelah Partai menemukan langgam belajar yang tepat, yang ditujukan untuk memperbesar kemampuan Partai memimpin gerakan revolusioner di dalam segala seginya, ternyata bahwa bersamaan dengan itu persatuan rakyat menjadi lebih kuat, kecerdasannya lebih tinggi dan demikian juga kesadaran politik serta kesadaran organisasinya tambah berkembang.

Selain itu, sesuai dengan Plan, di Jakarta telah berdiri Universitas Rakyat dan sudah membuka cabang-cabangnya di kota-kota Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan, sedang di beberapa tempat lainnya sedang dipersiapkan pembentukan cabang-cabang baru. Unra ini berusaha membikin dirinya sebagai jembatan yang mempertemukan tokoh-tokoh pekerja ilmu yang patriotik dengan aktivis-aktivis gerakan revolusioner buruh dan tani. Ia sangat membantu para aktivis untuk berangsur-angsur mensistematiskan pengalamannya yang banyak dan memperluas pandangannya. Unra merupakan langkah yang penting dalam mempertebal sifat kerakyatan dalam perkembangan ilmu sosial di negeri kita, sebab ilmu itu sampai sekarang sangat terbelakang. Bukankah memalukan sekali bahwa bersamaan dengan perjuangan yang mati-matian dari rakyat kita untuk membebaskan dirinya dari segala akibat kolonialisme, bersamaan dengan kesungguhan belajar dari pemuda-pemuda kita untuk mengejar keterbelakangan rakyat dan negerinya dalam ekonomi dan kebudayaan, bersamaan dengan itu masih terdapat profesor-profesor di berbagai universitas di negeri kita yang menutup mata dan telinganya akan semuanya ini? Berbagai cabang ilmu pengetahuan sosial dikuliahkan oleh maha guru-maha guru itu masih seperti yang ditanamkan ½ abad yang lalu pada mereka oleh profesor-profesor Belanda yang menjadi abdi yang setia dari rezim kolonialisme Belanda. Orang-orang semacam itu menghambat dan membekukan pekerjaan ilmu sosial di negeri kita, sehingga Soal-soal Pokok Revolusi Indonesia yang begitu penting dan mendesak bagi kehidupan bangsa dan negara kita tidak diajarkan di universitas-universitas kita. Dengan mendirikan Unra di mana Revolusi Indonesia ditetapkan sebagai sasaran studi, dimana dibuka kesempatan belajar kepada pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi Indonesia yang bukan karena kesalahannya tidak dapat memasuki perguruan yang agak tinggi, Partai kita berusaha memberikan sumbangan untuk melawan ilmu sosial yang kolot dan Partai ingin mendorong perkembangan ilmu sosial yang progresif di negeri kita yang diabdikan kepada pembebasan rakyat. Melalui Unra Partai mendorong maju tumbuhnya barisan intelektual-intelektual proletar yang lahir dari pangkuan kaum buruh dan kaum tani Indonesia sendiri dan di bawah pimpinan yang cemerlang dari Partai kita mereka akan mengibarka bendera revolusi dalam dunia ilmu di negeri kita! (tepuk tangan).

Kawan-kawan yang tercinta!

Sekarang ada apa lagi dengan langgam pendidikan kita di dalam Partai?

Saya kira masih ada lagi, ya, masih ada lagi persoalan yang serius di dalam langgam belajar kita.

Laporan Umum Kawan Aidit menekankan dengan kuat sekali untuk terus memerangi subjektivisme. Subjektivisme dalam langgam belajar adalah berlawanan dengan Marxisme-Leninisme dan karenanya tidak boleh ada di dalam Partai Komunis. Mengapa dalam Partai kita masih terdapat gejala-gejala buruk demikian itu? Partai kita tumbuh dari masyarakat Indonesia sendiri. Sumber sosial daripada subjektivisme dalam Partai ialah karena pengaruh negeri kita sekarang yang merupakan negeri yang bersifat borjuis kecil dan penuh dengan segala macam ideologi non-proletar. Keadaan itu untuk waktu yang panjang masih akan berlaku, juga masih akan meninggalkan bekas-bekas ideologi yang cukup kuat walaupun seandainya struktur ekonomi dan politik sudah berubah sama sekali. Selain ia bersumber dari ideologi kelas non-proletar, ia bisa juga lahir dari kekeliruan cara berpikir. Oleh sebab itu tidak akan ada habis-habisnya dari perlawanan kita terhadap subjektivisme ini. Ia ternyata merupakan musuh pertama kita dalam ideologi pada waktu yang sudah-sudah, ia memang menjadi musuh ideologi kita yang pertama hari kini dan ia pulalah yang akan terus mengancam kesatuan ideologi kita di hari esok. Kesalahan subjektivisme yang sudah kita atasi sekarang bisa juga muncul kembali di kemudian hari dalam keadaan situasi yang berlainan jika tidak terus kita lawan. Sesuatu bentuk subjektivisme bisa diatasi, tetapi bentuk subjektivisme yang lain mungkin lebih jahat sudah bersiap-siap untuk menerkan kita. Ancaman ideologi subjektivisme baru lenyap sama sekali dengan hapusnya pengisapan dan kelas-kelas di dunia ini. Ia adalah bahaya ideologi yang laten, yang menetap, yang seperti penyakit kanker yang bisa menyerang di tempat dan pada waktu yang sama sekali tidak terduga semula. Sebab itu seluruh pendidikan di dalam Partai sejak Kongres ini harus dijiwai oleh semangat yang berapi-api melawan musuh ideologi nomor satu itu! (tepuk tangan).

Sebab itu saya sepenuhnya menyetujui perumusan Kawan Aidit tentang tugas pembangunan Partai sesudah Kongres yang menegaskan bahwa “pembangunan organisasi adalah tetap penting tetapi lebih penting lagi pembangunan ideologi”.

Kita akan meneruskan pembangunan Partai yang berkarakter massa dan beranggota jutaan manusia. Itu sudah pasti. Tetapi bersamaan dengan itu sama juga pastinya bahwa tiap peluasan itu pada permulaan selalu disertai oleh ideologi borjuis kecil ke dalam Partai kita. Partai kita pasti akan lebih banyak memperoleh kemenangan-kemenangan dalam melawan imperialisme dan melenyapkan sisa-sisa feodalisme. Tetapi bersamaan dengan itu sama juga pastinya bahwa tiap kemenangan itu membawa persoalan baru, membawa kesulitan-kesulitan baru, dan membawa kemungkinan-kemungkinan untuk menimbulkan subjektivisme. Dapat juga kita pastika n bahwa bersamaan dengan pastinya akan makin terpukul dan terisolasi kaum reaksioner dan semakin satunya politik Partai dengan kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik langsung dari massa rakyat dan dengan kepentingan Indonesia, kaum reaksioner pasti akan lebih banyak mencurahkan kegiatannya di dalam gelanggang ideologi untuk menimbulkan kekacauan ideologi di dalam barisan kita.

Oleh sebab itu ciri pokok dari pendidikan di dalam Partai sesudah Kongres ini ialah lebih mengutamakan prinsip-prinsip fundamental Marxisme-Leninisme dan pendidikan mempertahankan pendirian, pandangan dan metode kelas buruh. Pendiriannya ialah pendirian kelas buruh, yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan hanya mementingkan kepentingan umum, terlatih dalam aksi-aksi dengan pimpinan yang memusat, dalam bekerja secara kolektif, hidup berorganisasi dan berdisiplin. Pendiriannya ialah bahwa perjuangan kelas adalah penggerak satu-satunya yang menentukan perkembangan masyarakat, dan bahwa kelas proletar mempunyai tugas sejarah untuk membawa rakyat pekerja kepada masyarakat yang tidak mengenal pengisapan atas manusia oleh manusia. Pandangannya, ialah pandangan materialis yang paling konsekuen, meyakini sifat material dari dunia dan dengan demikian jelaslah berlawanan dengan pandangan idealis. Metodenya ialah metode dialektik yang berlawanan dengan metode metafisika. Pandangan dan metode ini mencerminkan hukum umum perkembangan alam, masyarakat dan juga pikiran manusia. Mengenai mutlaknya materialisme dialektik dan histori ini Deklarasi Moskow menjelaskan sebagai berikut: “Seandainya Partai politik Marxis dalam meninjau soal-soal mendasarkan diri tidak pada dialektika dan materialisme maka hasilnya ialah keberatan sebelah dan subjektivisme, stagnasi pikiran manusia, pengasingan dari kehidupan dan kehilangan kemampuan membikin analisa yang diperlukan mengenai hal-hal serta gejala-gejala, kesalahan-kesalahan revisionis serta dogmatis dan kesalahan-kesalahan dalam politik”. (Deklarasi Moskow, hal. 25, Yayasan “Pembaruan”).

Ringkasnya, seperti yang ditekankan oleh Laporan Umum, “untuk memperbaiki pekerjaan Partai dalam lapangan ideologi di masa-masa datang kita harus lebih mengutamakan pelajaran filsafat Marxisme-Leninisme”. Dengan pelajaran filsafat Materialisme Dialektik dan Histori di seluruh Sekolah dan Kursus Partai, kita akan memperkuat benteng ideologi kelas buruh dan akan lebih sungguh-sungguh mempertahankan pendirian, pandangan, dan metode kelas buruh terhadap segala serangan ideologi yang bermusuhan.

Jika kita berhasil mengutamakan pelajaran filsafat ini, maka Partai kita akan mampu melawan bahaya subjektivisme yang terkutuk itu.

Ciri penting dari pendidikan Komunis adalah perpaduan patriotisme dengan internasionalisme proletar. Kaum Komunis adalah patriot yang sesungguh-sungguhnya, karena mereka berpangkal pada kepentingan rakyatnya masing-masing untuk menentang semua penindasan nasional. Dalam pada itu kaum Komunis memperjuangkan suatu masyarakat yang sama sekali bebas dari segala pengisapan manusia atas manusia. Karena itu kaum Komunis adalah internasionalis, ia menyokong dan merasa dirinya satu dengan rakyat di seluruh dunia yang berjuang untuk menghapuskan penindasan dan pengisapan. (tepuk tangan). Oleh sebab itu sangat tepatlah apa yang dinyatakan dalam Laporan Umum, bahwa mata pelajaran GBI harus dijadikan mata pelajaran di semua Sekolah dan Kursus Partai.

Laporan Umum Kawan Aidit juga menekankan tentang perlunya Sekolah Partai Central dan Sekolah Partai Daerah Besar, mendidik kader-kader pekerja teori, disamping meneruskan pendidikan terhadap pekerja politik dan organisasi. Dengan melaksanakan itu, Partai kita melangkahkan kakinya maju untuk mendewasakan dirinya sebagai Partai Marxis-Leninis dan tindakan ini adalah sesuai dengan tugas-tugas Partai kita yang pasti akan lebih berat, karena “makin peliknya keadaan dan makin tajamnya pertentangan-pertentangan di antara kelas-kelas di dalam masyarakat kita, maka kita pun pasti akan menemui lagi kesukaran-kesukaran dan kemungkinan-kemungkinan membikin kesalahan-kesalahan”. Akademi Ilmu Sosial “Aliarcham” akan mempunyai peranan penting untuk memenuhi tugas-tugas tersebut. Marxisme-Leninisme adalah ilmu yang penerapannya dalam praktek sudah memberikan kesejahteraan kepada berjuta-juta rakyat dan yang menjadi panji-panji revolusi semua rakyat yang melawan penindasan kolonial untuk mencapai kemerdekaan nasionalnya. Akademi Ilmu Sosial “Aliarcham” akan memajukan studi Marxisme-Leninisme sebagai ilmu di negeri kita. Ia akan melahirkan pekerja-pekerja ilmu revolusioner yang sanggup membawa ilmu revolusi kepada rakyat yang berevolusi. Dengan terdapatnya barisan pekerja teori yang kuat ini, akan tersedialah syarat-syarat untuk tidak membuat kesalahan-kesalahan atau membuat kesalahan-kesalahan sekecil-kecil mungkin dan bisa dengan cepat melokalisasinya atau memperpendek umurnya jika kesalahan-kesalahan itu sudah timbul.

Jika kita berhasil menjalankan tugas pendidikan ini, maka hasil-hasil yang sudah banyak dan sudah baik sebagai akibat dari mempersatukan teori dan praktek akan lebih banyak lagi dan lebih baik. Demikian juga kesatuan pendidikan dengan penyelidikan (research) akan berkembang di semua lapangan, sehingga pendidikan itu tidak menunggu sampai tahunan untuk menghasilkan buah tetapi menyelenggarakan pendidikan itu sendiri sudah akan membawa hasil-hasil praktis dalam mengubah keadaan. Maka persatuan pikiran, persatuan ideologi, yaitu pikiran atau ideologi Marxisme-Leninisme akan lebih berkuasa di dalam Partai kita, persatuan yang diperlukan untuk membikin Partai lebih mampu membangkitkan, memobilisasi dan mengorganisasi massa, membikin Partai lebih mampu memusatkan kecerdasan Rakyat Indonesia di seluruh negeri dan mengubah kecerdasan itu menjadi tekad yang bulat dan aksi yang berdisiplin. (tepuk tangan).

Kawan-kawan yang tercinta!

Kita akan meneruskan pembangunan Partai dengan semagat yang tidak kurang dari yang sudah-sudah.

Kita akan memperbaiki langgam belajar di dalam Partai dan memegang teguh semboyan “Tahu Marxisme-Leninisme, dan kenal keadaan”. Kita akan lebih mengeratkan pendidikan teori dengan praktek, mengembangkan kesatuan pendidikan dengan penyelidikan. Kita akan mengutamakan pelajaran filsafat Marxisme-Leninisme di semua tingkat.

Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa dengan demikian terlaksanalah apa yang diharapkan oleh Laporan Umum CC kita dan oleh Kongres kita yang bersejarah ini, yaitu “lebih mengonsolidasi dan memperluas hubungan-hubungan seluruh anggota Partai dengan berjuta-juta rakyat pekerja Indonesia, dan memperbesar kemampuan serta kesanggupan Partai melakukan perjuangan yang lebih gigih dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingan pokok rakyat pekerja dan seluruh Rakyat Indonesia”. (tepuk tangan).

Dengan disinari Marxisme-Leninisme yang jaya kaum Komunis Indonesia akan melaksanakan dengan penuh kehormatan tugas-tugas yang dihadapinya dalam zaman kini. (tepuk tangan).

Hidup Kongres Nasional ke-VI PKI! (seruan “Hidup!”, tepuk tangan).

Hidup dan semakin jayalah Marxisme-Leninisme! (seruan “Hidup!”, tepuk tangan lama).

Terima kasih!