Pidato Kawan Ktut Kandel

(Sekretaris CDB PKI Bali)

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960


Kawan-kawan,

Pertama-tama kami sampaikan terima kasih kepada kawan-kawan peserta Kongres seluruhnya atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk memberikan pandangan terhadap material Kongres, terutama mengenai Tesis yang sekarang sudah dituangkan dalam Laporan Umum Kawan Aidit.

Berdasarkan petunjuk-petunjuk dari CC dan dengan menggunakan semua kemampuan yang ada pada Partai di Bali, kami di Bali sudah mendiskusikan bahan-bahan tersebut dari CDB sampai ke Resort-Resort Partai dan seterusnya kembali ke atas dari rapat-rapat Resort sampai ke Konferensi Daerah Besar Partai.

Berdasarkan pengalaman itu Partai di Bali mempunyai keyakinan yang teguh, bahwa Laporan Umum Comite Central akan melahirkan antusiasme yang besar di kalangan kader-kader dan seluruh anggota Partai, karena mereka telah disinari oleh garis-garis yang terang. Oleh sebab itu kami menyatakan setuju sepenuhnya atas Laporan Umum CC PKI.

Kawan-kawan,

Di sini kami hanya memberikan sorotan terhadap beberapa persoalan berdasarkan pengalaman Partai di daerah Bali.

Laporan Kawan Aidit menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan negeri yang belum merdeka penuh dan masih setengah feodal. Fakta-fakta kongkrit di daerah Bali sepenuhnya membenarkan kesimpulan ini. Bentuk-bentuk monopoli tanah oleh tuan-tuan tanah, sewa tanah, dan bentuk-bentuk hutang yang menempatkan kaum tani dalam kedudukan budak terhadap tuan-tuan tanah sangat menonjol. Itulah sebabnya mayoritas kaum tani di Bali adalah tani miskin dan tani tidak bertanah. Tetapi kaum tani di Bali adalah massa yang mempunyai andil besar dalam perang gerilya melawan Belanda selama Revolusi 45. (tepuk tangan). Hal ini merupakan pendidikan politik yang penting bagi kaum tani di Bali. Kaum tani di Bali tidak hanya membiayai revolusi dengan padi dan sapinya tetapi juga dengan darah dan tulangnya. (tepuk tangan). Sedang tuan-tuan tanah feodal waktu itu tidak hanya tidak membantu revolusi, tetapi kebanyakan mereka mengkhianati dan melawan revolusi. Itulah sebabnya kaum tani mudah dibangkitkan kebenciannya terhadap feodalisme di Bali. Disamping itu karena sampai sekarang kaum tani masih belum mengecap hasil Revolusi 45, seperti yang pernah dijanjikan kepada mereka selama mereka mendukung perang gerilya, menyebabkan kaum tani di Bali di satu pihak kritis terhadap semua demagogi “membela kaum tani” tetapi yang membiarkan tuan tanah terus mengisap kaum tani dengan kekejamannya; di pihak lain kaum tani di Bali dengan antusiasme yang besar menerima program tani PKI, baik program tuntutan maupun program “Tanah untuk kaum tani”.

Dalam hubungan memperbaiki pekerjaan Front Persatuan Nasional dan memencilkan lebih lanjut kekuatan kepala batu, Laporan Umum sangat membantu kader-kader Partai di daerah Bali untuk meyakini pentingnya kita menggalang Front Persatuan Nasional dengan golongan tengah yang berbasiskan persekutuan buruh dan tani.

Sebelum lahirnya PKI di Bali, yang sudah ada di Bali adalah partai-partai kepala batu dan golongan tengah yang diwakili oleh PSI dan PNI. PNI adalah partai yang terbesar. Berbeda dengan partai di luar PNI dan PSI lainnya, PKI lahir terakhir di Bali dan tumbuh dengan cepatnya. Rencana tesis banyak membantu Partai di Bali untuk meluruskan pekerjaan front persatuan nasional. Berpijak kepada soal-soal situasi kongkrit di daerah, yang menjadi alas kerja sama dengan kekuatan tengah, terbukti sungguh benar apa yang dikemukakan dalam Laporan Umum bahwa kekuatan tengah di satu pihak bimbang tetapi di lain pihak masih revolusioner dalam menghadapi imperialisme.

Laporan Kawan Aidit menjelaskan, bahwa walaupun Rakyat Indonesia sudah memilih demokrasi, tetapi bahaya fasisme masih tetap ada. Sinyalemen Kawan Aidit ini mendapat perhatian Partai di Bali secara serius. Di Bali elemen-elemen feodal dan tuan tanah masih banyak bercokol di aparat-aparat pemerintahan di daerah-daerah. Hal ini menyebabkan mereka menyambut dengan penuh ketaatan dan dalam beberapa hal melebih-lebihkan semua ketentuan-ketentuan yang mengekang kebebasan demokratis. Banyak aksi-aksi kaum tani yang terlambat dan banyak penahanan-penahanan sewenang-wenang karena berlakunya ketentuan-ketentuan yang mengekang kebebasan demokratis. Pengekangan hak-hak demokratis yang umumnya dengan alasan-alasan “menenangkan situasi”, Rakyat di Bali telah berpengalaman, bahwa dalam praktik tenang bagi si tuan tanah dalam menginjak-injak kaum tani dan neraka bagi tani. Itulah sebabnya garis melawan pengekangan hak-hak demokrasi dan memecat dari jabatan-jabatan elemen-elemen pengkhianat anti Rakyat yang telah dicantumkan dalam program tuntutan mendapatkan sambutan dari Partai dan massa di Bali.

Kawan-kawan,

Perang gerilya di Bali melawan Belanda yang berakhir dengan belum berubahnya penghidupan Rakyat, bahkan semakin menjalarnya kemiskinan, kemelaratan, khususnya di kalangan kaum tani, menyebabkan Rakyat dan kaum tani di Bali mudah menerima kesimpulan Partai  bahwa revolusi gagal karena pengkhianatan borjuasi komprador. Tetapi massa di Bali semula masih banyak belum mengerti, bahwa salah satu Partai yang mewakili kaum borjuis komprador di Bali itu adalah PSI. Laporan Kawan Aidit yang menelanjangi politik luar negeri Syahrir yang kapitulasi dan berakibat kembalinya negeri kita menjadi negeri setengah jajahan dan setengah feodal merupakan hal yang penting untuk lebih memerosotkan pengaruh PSI di kalangan massa.

Kawan-kawan,

Pada waktu ini Partai di Bali dilihat dari segi perkembangan organisasi sudah merupakan gerakan Komunis yang besar. Laporan Kawan Aidit mengenai meneruskan pembangunan Partai memberikan petunjuk yang jelas kepada Partai di Bali bagaimana mengubah gerakan Komunis yang sudah besar ini menjadi organisasi Komunis yang besar. Bersumber kepada keadaan sosial di Bali pekerjaan ideologi yang terpenting bagi Partai di Bali pada waktu ini adalah perjuangan melawan subyektifisme. Dalam hal ini kami berterima kasih kepada Laporan Umum Kawan Aidit yang telah dengan jelas menunjukkan jalan bagaimana memerangi penyakit subyektifisme di dalam Partai. Serangan yang agak sistematis terhadap subyektifisme di Bali semenjak Rencana Tesis ialah: memperhebat pendidikan Marxisme-Leninisme dan gerakan turun ke bawah. Pelajaran filsafat MDH ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam menaklukkan penyakit subyektifisme. Gerakan turun ke bawah telah menunjukkan bahwa massa anggota dan massa pada umumnya menyambut dengan gembira pekerjaan dan politik Partai. Ini menelanjangi kejahatan subyektifisme yang menghina kemampuan massa.

Laporan Kawan Aidit menjelaskan arti bersejarah dan arti penting daripada Plan Tiga Tahun Partai untuk meneruskan pekerjaan pembangunan Partai. Karena selalu adanya perubahan status Comite di Bali, pelaksanaan Plan di Bali agak terlambat dan terputus. Pelaksanaan Plan yang agak teratur baru semenjak “Jatah tahun terakhir daripada Plan Tiga Tahun”. Sekalipun demikian kami sudah sangat merasakan perbedaan kehidupan intern Partai sebelum dan sesudah pelaksanaan Plan Tiga Tahun. Disamping sangat terasa peranan pelaksanaan Plan dalam memperbesar jumlah keanggotaan dan jumlah badan-badan organisasi Partai pelaksanaan Plan juga telah meningkatkan metode kerja kawan-kawan (terutama telah mulai terkikisnya “borongisme” di dalam Partai). Dengan demikian kami sepenuhnya menyetujui perlunya kita terus bekerja dengan Plan-Plan tiga tahun dan Plan-Plan seterusnya.

Selanjutnya mengenai perubahan Konstitusi Partai pada Preambul telah dicantumkan heroisme Rakyat Indonesia termasuk Rakyat Bali dalam mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Kawan-kawan,

Demikianlah sambutan kami atas Laporan Umum Kawan Aidit. Perkenankanlah kami menyatakan keyakinan kami, bahwa berhasilnya Kongres ke-VI PKI sekarang ini akan melaksanakan 4 semboyan pokok Kongres.

Hidup Partai Komunis Indonesia, pelopor perjuangan Rakyat untuk Indonesia yang Merdeka penuh dan Demokratis. (tepuk tangan).