Pidato Kawan Messer Tanggap Peleng

(Sekretaris CDB PKI Kalimantan Tengah)

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960

 


Kawan-kawan,

Berpangkal pada sikap yang menerima dan membenarkan Laporan Umum Kawan D. N. Aidit, kiranya di sini perlu dari daerah Kalimantang Tengah kami kemukakan hal-hal yang mendesak dan segera meminta perhatian untuk diatasi. Antara lain soal pentingnya jalan raya-jalan raya, pengangkutan sungai, serta soal pertanian.

Kalimantan Tengah daerah yang luasnya 153.828 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 420.511 jiwa, untuk kelancaran perhubungan dari satu daerah ke daerah yang lain sampai sekarang baru memiliki jalan raya sederhana yang hanya sepanjang 89 km di Barito Timur dan 15 km di Pangkalan Bun. Dapat dirasakan oleh rakyat bahwa pengaruh dari jalan raya itu sangat membantu cepatnya perhubungan daerah dan lancarnya peredaran ekonomi terutama barang keperluan sehari-hari. Dan tidak hanya itu, tetapi lebih jauh bahwa dengan banyaknya jalan raya di daerah-daerah akan membantu rakyat di desa-desa dengan mudahnya mengikuti perkembangan politik dan ekonomi di daerah-daerah lain maupun situasi nasional pada umumnya. Jalan raya memberi kemungkinan untuk masuknya kendaraan-kendaraan (taksi, bis, truk-truk, dan sebagainya) ke desa-desa. Hal ini akan mendorong dan memudahkan kaum tani berhubungan ke kota-kota untuk memperoleh pengalaman-pengalaman dan kemajuan, dan yang terpenting ialah melancarkan hubungan ekonomi. Tetapi hingga sekarang dengan sedikitnya jalan raya yang ada, Rakyat Kalimantan Tengah tidak terbantu kepentingannya akan perhubungan. Anehnya di Kalimantan Tengah ini meskipun rakyat tidak dibantu dengan jalan raya yang dikehendaki, tetapi setiap setahun sekali mereka diwajibkan membayar pajak jalan minimum Rp. 10,-. Jadi bagi Rakyat Kalimantan Tengah soal lekasnya terwujud jalan raya serta hapusnya pajak jalan adalah satu hal yang harus diperhatikan oleh Pemerintah.

Untuk perhubungan dengan cara yang cepat, Pemerintah mencoba mengadakan perhubungan udara untuk daerah Kalimantan. Hal ini memang baik, tetapi belum menjadi kebutuhan praktis yang mendesak bagi rakyat terutama kaum tani pada waktu sekarang ini, dan kenyataannya kapal terbang itu hanya dua buah sedangkan ongkosnya adalah terlalu mahal bagi kaum tani.

Tentang pengangkutan sungai, keadaan pada umumnya masih kurang mencukupi, terutama untuk pengangkutan dan bepergian dalam jarak jauh. Satu contoh misalnya: Kapal-kapal sungai untuk menghubungi daerah pedalaman, dari Banjarmasin ke pedalaman Barito, Kapuas, Kahajan, demikian pula di Kabupaten Kotawaringin pada umumnya, tidak tiap hari kita melihat adanya kapal-kapal pengangkut itu. Juga jumlah kapal-kapal itu tidak berapa banyak. Padahal kebutuhan perhubungan dari kota atau pantai ke pedalaman dan sebaliknya, sangat dirasakan keperluannya. Kurang banyaknya kapal-kapal ini dalam tempo yang tidak terlalu lama bisa diatasi, asal dengan sungguh-sungguh Pemerintah mau mengusahakannya, apalagi jika kita lihat bahwa di Kalimantan Tengah banyak sekali kayu, dan ada perusahaan penggergajian yang besar (di Sampit). Soal mesin-mesin yang diperlukan, tentu bisa diusahakan, asalkan sanggup berhubungan dengan negeri-negeri yang maju dan benar-benar mau membantu Rakyat Indonesia. Dalam hubungan ini Partai kita pernah, melalui DPRDP, mengusulkan supaya Pemerintah Daswati II Barito mengusahakan kapal-kapal untuk dinas, yang maksudnya untuk melancarkan pengiriman surat-menyurat dari atau ke daerah pedalaman, tetapi terbukti Pemerintah Daerah tidak sanggup melaksanakan, dengan alasan tidak ada uang.

Sama halnya dengan kurangnya jalan raya mengakibatkan tidak lancarnya perhubungan ekonomi, demikian pula pengaruh dari kurangnya kapal-kapal pengangkutan di sungai-sungai pada umumnya, ditambah lambatnya perjalanan kapal itu sendiri dari satu daerah ke daerah lain. Misalnya, dari pelabuhan Banjarmasin ke pedalaman Barito, Kapuas, Kahajan, Katingan, Mentaya, dan lain-lain, perjalanan memakan tempo tiga atau empat hari empat malam sampai seminggu lebih, bahkan sewaktu air surut ada yang memakan waktu sampai sebulan lebih. Akibat kurangnya perhubungan sehingga terdapat suatu daerah (sungai Dadahup), dimana daerah itu banyak menghasilkan ikan sungai (danau) terpaksa rakyat tidak bisa langsung menjual hasil penangkapannya, karena sulitnya untuk mendapat garam secara cepat dan murah guna mengawetkan ikan, kurangnya pengangkutan merupakan kesempatan yang baik bagi kaum tengkulak untuk memborong ikan-ikan itu dengan paksa dan dengan harga yang rendah, sebaliknya kaum tengkulak menjual ke kota-kota dengan harga yang setinggi-tingginya, karena memang kualitas ikan di situ baik.

Dalam keadaan kurang cukupnya alat-alat pengangkutan sungai, secara khusus pada sungainya itu sendiri terdapat banyak riam-riamnya (air yang mengalir deras ke bawah, akibat banyaknya batu-batu besar di dasar sungai), sehingga menghalang-halangi perjalanan kapal-kapal sungai yang semestinya bisa masuk dengan gampang ke daerah pedalaman. Mengingat keadaan ini maka makin terasa pentingnya jalan raya yang segera dibangun. Jadi, pada pokoknya dalam hal pengangkutan sungai, bertambah banyaknya kapal-kapal pengangkutan barang atau khususnya pengangkut orang adalah menjadi kebutuhan langsung dari rakyat dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu kebutuhan kapal-kapal untuk pelayaran pantai yang cukup banyaknya juga merupakan suatu hal yang mendesak.

Di lapangan pertanian, meskipun di daerah hilir sungai-sungai sudah mulai ada kaum tani yang mengerjakan persawahan secara menetap, pada umumnya di pedalaman penggarapan tanah itu masih mengalami kesukaran-kesukaran, yaitu, dalam bentuk melakukan cara berladang yang berpindah-pindah (roofbouw). Dalam hal ini tiap satu Ha rimba yang dijadikan ladang rata-rata hanya bisa menghasilkan 10 kuintal padi gabah, itu pun jika tanamannya tidak mengalami salah musim atau diserang hama, sedangkan maksimal kekuatannya untuk ditanami hanya dua tahun. sesudah masa itu tanah tersebut ditinggalkan dan dibuka tanah baru di rimba yang lain lagi, sedang tanah yang ditinggalkan bisa digarap lagi dalam waktu 10 tahun yang akan datang. Dengan cara semacam itu, maka untuk tiap-tiap pembukaan tanah, rakyat menggunakan tenaga dan biaya yang banyak, sedangkan hasilnya tidak sebanding. Di sinilah letak kesulitan pokok kaum tani dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang demikian itu oleh tuan tanah selalu ditutup-tutupi atau dipulas dengan kata-kata bahwa, di Kalimantan ini tanah cukup luas, jika mau bertani berapa Ha saja tentu bisa, seolah-olah tidak ada kesulitan-kesulitan yang dialami kaum tani di lapangan pertanian itu. Kesulitan-kesulitan berladang, hingga kini masih dianggap “biasa”, meskipun sudah dianggap perlu adanya perubahan-perubahan dari cara roofbouw yang berpindah-pindah itu untuk diganti dengan cara persawahan yang menetap. Tetapi perubahan itu hanya mungkin apabila sudah dapat dipecahkan masalah yang pokok, yaitu, irigasi yang sebaik-baiknya. Dalam hubungan ini kaum tani menghendaki untuk tiap-tiap 400 à 500 meter di tepi sepanjang sungai perlu dibikin saluran-saluran air yang cukup dalam dan memanjang sampai ke tengah-tengah hutan dan terusan-terusan untuk menghindari banjir yang merusak tanaman kaum tani, seperti di pinggir sungai Barito, Kapuas, dan lain-lain, dengan demikian penggarapan sawah-sawah di pedalaman akan mengalami perbaikan yang agak stabil. Dengan perkakas kerja yang hanya beberapa tajak, parang, dan belayung, tiada mungkin kaum tani bisa membikin sendiri.

Kesulitan-kesulitan lainnya dalam mengerjakan persawahan untuk menghasilkan bahan-bahan makanan ini, ialah soal pupuk dan pemberantasan hama. Bantuan dari pihak pemerintah, baik berupa pupuk hijau maupun pupuk buatan jarang sekali diberikan. Sekalipun pupuk buatan itu ada, tetapi harganya bagi kaum tani terlalu mahal. Disamping itu kurang mustajab untuk membunuh tikus secara cepat, sewaktu racun itu dipasang dan dimakan oleh tikus-tikus yang menyerbu tanaman, ternyata matinya sampai dua atau tiga hari kemudian. Dalam keadaan sekarat tikus-tikus itu mengamuk dan merusak tanaman-tanaman sehingga menambah besar penderitaan kaum tani.

Kesukaran-kesukaran pertanian seperti tersebut di atas tidak hanya dialami oleh para petani penduduk lama di Kalimantang Tengah, tetapi juga langsung menimpa para transmigran yang lama mupun yang baru. Akibatnya mereka lebih menderita lagi, dan menyebabkan banyak di antara mereka yang kembali ke tempat asalnya dan pergi ke kota-kota untuk mencari pekerjaan lain, karena mereka tidak sanggup mengerjakan pertanian secara berladang. Hal ini karena sejak semula tidak ada persiapan yang pantas, yang menjamin kehidupan kaum transmigran mengenai tanah, alat-alat pertanian sampai kepada jaminan hidup sebelum pekerjaan mereka menghasilkan. Oleh karena itu adalah kewajiban pemerintah untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kepentingan kaum tani serta tuntutan kaum tani di Kalimantan Tengah yang mendesak, yaitu dengan tidak tanggung-tanggung mengusahakan saluran-saluran pengatur air (irigasi), bantuan pupuk dengan harga semurah-murahnya serta racun tikus yang mustajab untuk pemberantasan hama. Jika masalah seperti tersebut di atas tidak lekas mendapat pemecahan dan pelaksanaan yang tepat, maka pertanian di Kalimantan Tengah terus-menerus akan mengalami keterbelakangan dan hasil produksi tidak akan bertambah, hal mana adalah bertentangan dengan Program Kabinet Kerja sekarang, mengenai sandang-pangan bagi rakyat, dan berarti pula melanjutkan adanya penindasan sisa-sisa feodal di desa.

Dengan pengalaman-pengalaman yang kami kemukakan di atas adalah tepat rumusan dalam Laporan Umum yang menyatakan: Partai kita menilai dan mendorong bermacam-macam usaha pemerintah yang ditujukan untuk memperbaiki keadaan di desa dan kedudukan kaum tani seperti: Bantuan kredit pemerintah untuk kaum tani dan kegiatan-kegiatan jawatan pemerintah di lapangan pertanian dan di kalangan kaum tani.

Demikian pula canang yang menyatakan bahwa: Pembangunan jalan raya dan pengangkutan sungai di luar Jawa merupakan masalah transpor yang sangat penting dan mendesak.

Dan dengan ini kami atas nama delegasi dari Kalimantan Tengah menyatakan dapat menyetujui sepenuhnya Laporan Umum pimpinan Partai yang disampaikan oleh Kawan D. N. Aidit.