Pidato Kawan Pradigdo

(Kalimantan Selatan)

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960


Kawan-kawan Presidium dan kawan-kawan pengunjung Kongres yang tercinta!

Pertama, saya menyatakan persetujuan saya sepenuhnya atas Laporan Umum Comite Central yang disampaikan oleh Kawan D. N. Aidit dan Laporan Perubahan Program yang disampaikan oleh Kawan Njoto.

Selanjutnya, saya berpendapat bahwa Laporan Perubahan Konstitusi yang disampaikan oleh Kawan M. H. Lukman itu adalah merupakan tindakan yang tepat untuk memperbarui Partai yang disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh Partai serta perkembangan situasi selama antara Kongres Nasional ke-V dan ke-VI. Kita harus memperbarui Partai agar menjadi satu tubuh yang perkasa, yang berdiri tegak dan menatap ke depan, justru untuk menghadapi tugas-tugas baru yang akan diletakkan oleh Kongres Nasional ke-VI ini. Berdasarkan pengertian ini, saya sepenuhnya menyetujui Laporan Perubahan Konstitusi tersebut.

Kawan-kawan, untuk menyukseskan pekerjaan kita dalam memperbarui Partai dan melaksanakan tugas-tugas baru yang diletakkan oleh Kongres Nasional ke-VI ini, perlu adanya kerja kolektif yang disertai kritik-selfkritik di setiap badan pimpinan Partai sebagai syarat utama sebagaimana yang tercantum di dalam Laporan Perubahan Konstitusi pasal 23. Pimpinan kolektif adalah salah satu masalah yang pokok dalam sentralisme-demokratis dan pada hakikatnya adalah pelaksanaan garis massa dalam pekerjaan pimpinan Partai. Menurut pengalaman, jika hendak memperkuat pimpinan kolektif kita harus dengan sepenuhnya mengembangkan demokrasi intern Partai, mengerahkan kegiatan dan daya cipta setiap anggota badan kolektif itu. Kerja kolektif yang disertai kritik-selfkritik ini tidak hanya diperlukan di badan-badan pimpinan saja tetapi juga diperlukan dan harus dikembangkan di setiap organisasi Partai sampai kepada unit (kesatuan) yang sekecil-kecilnya. Tidak cukup hanya sampai di situ saja. Di dalam menghadapi setiap pekerjaan, terutama pekerjaan raksasa seperti melaksanakan keputusan-keputusan Kongres ini, perlu diciptakan adanya kerja-kolektif antara badan-badan pimpinan Partai dari semua tingkat, antara organisasi-organisasi Partai, antara badan-badan pimpinan Partai dan organisasi-organisasi Partai yang dipimpinnya — pendeknya kerja-kolektif harus diciptakan di antara seluruh keanggotaan Partai. Dalam hal ini sangat penting artinya adanya gerak turun ke bawah untuk lebih mengenal keadaan kader-kader Comite bawahan, membantu mereka memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi serta belajar dari mereka dan mengeratkan hubungan antara badan pimpinan atasan dengan badan pimpinan bawahan. Tentu saja pelaksanaan ini tidak cukup dalam waktu satu-dua hari tetapi memerlukan waktu untuk bisa mengetahui keadaan daerah itu agak konkret hingga kita bisa melaksanakan petunjuk Lenin yaitu menganalisa secara konkret atas keadaan yang konkret. Dengan demikian kita akan bisa tetap berada di tengah-tengah setiap keadaan dan memimpin keadaan itu menuju ke arah yang maju. Adanya kerja-kolektif yang kritis akan menimbulkan kesegaran serta kegairahan dan memperbesar kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan mempertinggi otoritas Partai. Kawan Julius Fucik di dalam bukunya Laporan dari Tiang Gantungan dengan tepat sekali menggambarkan betapa besanya kekuatan dan peranan kolektif, yang pada pokoknya dikatakan: “...... pemencilan yang paling seksama pun tak akan dapat menarik siapa pun keluar dari kolektif yang besar kecuali dirinya sendiri yang memencilkan. Persaudaraan di kalangan orang yang tertindas menerima tekanan yang mengeratkan dan memperkokoh persaudaraan itu serta menjadikannya lebih perasa. Ia menembus tembok-tembok yang hidup, berbicara dan menyampaikan isyarat-isyarat. Ia adalah satu kolektif yang gembira dan berjuang”. Dengan kata-kata yang sederhana ini tetapi meyakinkan, Kawan Julius Fucik, berdasarkan pengalamannya membuktikan akan pentingnya dan besarnya peranan kolektif.

Juga pengalaman di daerah membuktikan bahwa dimana Comite Partai kerja-kolektifnya berjalan dengan baik, hasil kerjanya pun juga baik. Tetapi sebaliknya, jika kerja-kolektifnya kurang hidup atau tidak hidup, maka hasilnya pun kurang baik atau mengalami kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hasil kerja itu adalah pencerminan daripada kerja-kolektif. Artinya, jika kerja-kolektif berjalan dengan baik maka Partai bisa berkembang dengan cepat sekali pun tingkatan teorinya masih belum tinggi.

Memang, menciptakan dan mengembangkan kerja-kolektif itu tidak segampang seperti yang kita bayangkan. Untuk ini, terutama bagi kawan yang bertugas untuk memimpin badan kolektif itu diperlukan adanya kesungguh-sungguhan, keuletan dan rendah hati tetapi harus berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Leninis. Ia harus menjadi teladan dalam soal mengembangkan demokrasi dan melaksanakan kritik-selfkritik. Karena, menghidupkan kerja-kolektif itu tidak bisa dipisahkan atau terlepas dari masalah ideologi, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kawan D. N. Aidit dalam Laporan Umum Comite Central kepada Kongres ini, bahwa persatuan di dalam Partai hanya mungkin jika didasarkan atas persatuan pikiran, persatuan ideologi, yaitu pikiran atau ideologi Marxisme-Leninisme. Pengalaman di daerah, tentang keharusan kerja-kolektif itu umumnya sudah menjadi pengertian kader-kader tetapi di dalam praktek seringkali belum sungguh-sungguh diyakini sehingga menghadapi kesulitan-kesulitan. Kesulitan-kesulitan ini harus diatasi dan bukannya untuk dihindari. Itulah sebabnya diperlukan adanya kesungguh-sungguhan, keuletan dan rendah hati dan perlu juga adanya diskusi-diskusi teori menurut kebutuhan yang erat hubungannya dengan masalah kerja-kolektif. Dengan jalan ini maka pengertian kerja-kolektif secara berangsur-angsur menjadi kesadaran dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam praktek.

Satu soal lagi yang perlu menjadi perhatian, yaitu tentang kritik-selfkritik yang sangat erat hubungannya dengan masalah kerja kolektif. Kerja-kolektif yang sungguh-sungguh itu ialah perpaduan antara tanggung jawab kolektif dengan tanggung jawab perseorangan. Oleh karena itu, selalu diperlukan adanya kritik dan selfkritik. Tetapi jika kita kurang bijaksana dalam menerapkan kritik dan selfkritik ini di dalam badan kolektif, maka bisa menjadi perintang dalam melaksakanan kerja-kolektif. Oleh sebab itu kritik dan selfkritik sebaiknya dititikberatkan kepada pekerjaan. Kritik kepada kelemahan-kelemahan pribadi harus dilakukan secara bijaksana. Ya, ...... memang segala sesuatu tidak mungkin bisa dicapai sekaligus baik dan semuanya itu harus melalui proses, lebih-lebih yang berkenaan dengan ideologi. Tetapi pengalaman mengajarkan, jika kita dengan sungguh-sungguh dan jujur melaksanakan kritik-selfkritik yang dititikberatkan kepada pekerjaan, lama kelamaan anggota kolektif itu menyadari akan kelemahan-kelemahannya yang mengenai pribadinya dan akhirnya mereka itu dengan tulus-ikhlas melakukan selfkritik dengan setapak demi setapak memperbaiki kelemahan-kelemahannya masing-masing. Sebab, sekalipun kritik-selfkritik itu dititikberatkan kepada pekerjaan tetapi sedikit atau banyak mesti menyangkut kelemahan-kelemahan pribadi daripada setiap anggota badan kolektif itu.

Soal lainnya yang ingin saya kemukakan di sini ialah bagaimana kita menerapkan dalam praktek garis politik suku bangsa dalam Partai. Kenyataannya sekarang ialah bahwa tidak sedikit kader-kader dari suku bangsa yang besar, umpamanya suku bangsa Jawa terdapat di daerah luar Jawa termasuk Kalimantan Selatan. Dalam hal ini yang ingin saya ajukan ialah tentang saling membantu dan menghormati.

Berkat politik Partai kita yang tepat tentang suku bangsa maka usaha-usaha kaum separatis untuk mengadu-domba suku-suku dapat diatasi dan dapat dipelihara persatuan yang erat dari berbagai suku bangsa dalam Partai. Berdasarkan pengalaman, untuk melaksanakan politik ini maka: pertama, keputusan Sidang Pleno ke-IV CC sesudah Kongres Nasional ke-V yang mengenai “masalah suku bangsa” merupakan bahan dan pegangan memecahkan masalah organisasi dan kader. Kedua, untuk menghilangkan purbasangka masalah suku bangsa penting dipahami tentang “asal-usul bangsa Indonesia” yang tercantum dalam dokumen penting dari Partai yaitu Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia. Terutama dalam Sekolah-sekolah Partai masalah ini perlu mendapat sorotan dengan diberikan contoh-contoh yang khas. Dengan dimengertinya masalah suku bangsa dan kedua dokumen penting ini oleh kader-kader, tercapai saling pengertian dan saling bantu yang erat di antara kader-kader berbagai suku bangsa sehingga lebih melancarkan pekerjaan Partai. Kader yang berada di daerah suku bangsa lain harus berusaha untuk sungguh-sungguh mengenal situasi daerah itu, adat istiadat suku bangsa itu agar bisa menyesuaikan diri sehingga bisa membantu kader-kader suku bangsa itu dan bersama-sama dengan mereka melahirkan kader-kader baru. Menjadi jelas baginya bahwa jika Partai karena makin besarnya pengaruh dan martabat Partai harus menempatkan wakil-wakilnya di badan-badan resmi/pemerintahan atau badan-badan kerjasama maka prioritas harus diberikan kepada kader-kader yang berasal dan suku  bangsa di daerah itu, jika memang sesuai dengan kemampuannya. Pendeknya ia harus dengan sungguh-sungguh membantu melahirkan pemimpin-pemimpin serta tokoh-tokoh masing-masing suku bangsa.

Jika prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan rela dan sungguh-sungguh dan bersama dengan itu sekaligus mengikis kepentingan diri sendiri (ambisi) baik bagi kader-kader dari suku bangsa daerah itu maupun bagi kader-kader yang berasal dari suku bangsa lain, maka akan menimbulkan kegembiraan di kalangan mereka di dalam menunaikan tugasnya dan terciptanya kerja-kolektif. Dengan lahirnya kader-kader berbagai suku bangsa akan sangat membantu meratakan perkembangan Partai ke seluruh negeri, karena mereka inilah setidak-tidaknya yang lebih mengerti dan menguasai adat-istiadat, kebudayaan dan bahasa di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu bagi daerah-daerah di mana usianya masih muda dan belum mempunyai banyak pengalaman sangat terasa sekali pentingnya bantuan kader dan trutama peranan pekerjaan Partai di lapangan pendidikan.

Dari uraian singkat tersebut di atas bisa disimpulkan secara pokok: pertama, kader-kader dari berbagai suku bangsa supaya menyadari akan pentingnya dan perlunya saling bantu untuk memperkuat pembangunan Partai. Kedua, pentingnya terlaksananya plan pendidikan daripada Partai.

Dengan berhasilnya pelaksanaan ini mereka akan lebih tangkas dan gigih lagi dalam melawan usaha-uaha kaum separatis serta kontra-revolusioner lainnya, yang menggunakan soal-soal kesukuan untuk memecah persatuan.

Akhirnya, dengan adanya perubahan Konstitusi ini saya yakin bahwa Partai makin terkonsolidasi di lapangan ideologi, organisasi dan politik dan berkarakter massa yang luas.

Sekian, terima kasih.