Pidato Kawan Siswoyo

(Anggota Sekretariat CC PKI)

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960


Kawan-kawan, meskipun Laporan Umum CC PKI yang disampaikan oleh Kawan D. N. Aidit telah kita terima dengan bulat, maka perkenankanlah saya terlebih dulu menyatakan pendapat saya terhadap Laporan Umum CC PKI yang diucapkan oleh Kawan D. N. Aidit, yang pada pokoknya saya menyatakan persetujuan sepenuhnya kepada Laporan tersebut. Saya yakin dengan garis Partai seperti yang disimpulkan dalam Laporan tersebut maka Partai kita akan mampu memimpin perkembangan situasi tanah air kita dalam mendekatkan tercapainya penyelesaian Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya.

Jika kawan Oloan Hutapea tadi secara panjang lebar telah mengupas terutama soal-soal pendidikan di dalam Partai, maka dalam kesempatan sambutan saya ini saya akan memusatkan pidato saya mengenai soal pendidikan di luar Partai. Suatu masalah yang makin kita akui pentingnya di dalam meningkatkan taraf kebudayaan rakyat, dalam menciptakan manusia-manusia baru untuk membina Indonesia baru, tetapi juga suatu masalah yang sampai sekarang belum cukup mendapat perhatian dari kita. Dengan makin meluasnya organisasi Partai di seluruh tanah air, dengan makin besarnya pengaruh politik Partai dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, maka segeralah tampil ke depan dengan mendesak masalah pekerjaan pendidikan nasional. Adalah tepat sekali salah satu tekanan yang diberikan oleh Kawan Aidit dalam laporannya kepada Sidang Pleno ke-VI CC yang menyatakan, bahwa sekarang sudah tiba waktunya bagi Partai untuk bekerja dan memecahkan segala masalah dari gerakan buruh sampai soal-soal rekreasi, dari gerakan tani sampai soal-soal gerakan kanak-kanak.

Apakah tugas pendidikan nasional kita? Dalam hal ini Kawan Kalinin, pedagog proletariat yang besar, mengatakan “Tugas yang terpenting dan fundamental dari pendidikan Komunis ialah memberikan bantuan yang sebesar mungkin kepada perjuangan kelas kita”. Oleh karenanya kata Kawan Kalinin selanjutnya “Tidak ada dan tidak akan ada pendidikan di dalam masyarakat yang berkelas yang berdiri di luar atau di atas kelas-kelas” (pidato di dalam rapat fungsionaris-fungsionaris Partai Moskow pada 2 November 1940). Kita, khususnya kawan-kawan pendidik Komunis, harus merenungkan dan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat dan padat dari Kawan Kalinin ini sebagai pedoman kegiatan pendidikannya. Sebagaimana kawan-kawan ketahui, tugas nasional proletariat Indonesia yang terdekat ialah menghimpun kekuatan rakyat dengan seluas dan sekuat mungkin untuk menyelesaikan Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya. Dan inilah juga tugas pendidikan nasional kita. Di dalam melaksanakan tugas ini, pendidikan nasional kita juga sekaligus bertugas menyiapkan syarat-syarat, baik dalam bidang ilmu maupun dalam bidang moral dan etik, bagi manusia-manusia muda yang kelak akan membangun Indonesia baru yang bahagia bagi kaum pekerja.

Dasar-dasar apa yang mesti kita berikan kepada manusia-manusia muda pembangun Indonesia baru itu?

Pertama, kita mesti mendidik mereka untuk mencintai dan menghormati kerja dan manusia yang bekerja. Moral dan kesopanan borjuis yang mengagung-agungkan “raja-raja uang” dan menganggap rendah “mereka yang bekerja” harus kita ganti dengan moral mencintai dan menjunjung tinggi kerja dan manusia pekerja. Suatu kehormatan untuk menjadi manusia kerja dan sesuatu yang hina untuk tidak bekerja dan hidup dari hasil keringat manusia lain.

Kedua, anak-anak didik kita sejak kecil mesti kita didik untuk mengenal dan mencintai tanah air Indonesia. Patriotisme adalah satu prinsip pendidikan kita yang sangat penting. Mesti kita berantas pikiran-pikiran untuk mengejar “ilmu untuk ilmu” dan menggantinya “ilmu untuk tanah air dan rakyat”.

Ketiga, suatu hal yang prinsipiil dan sangat mendesak bagi tiap manusia biasa di seluruh dunia ialah masalah perdamaian dunia. Adalah suatu yang sangat luhur untuk mencintai dan berjuang untuk perdamaian, untuk mencintai sesama manusia dari negeri mana pun. Adalah suatu kejahatan untuk merusak cinta kasih antara sesama manusia.

Keempat, penyelesaian Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya akan lebih cepat tercapai kalau rakyat makin tinggi taraf ilmu dan kebudayaannya. Juga Indonesia baru yang bahagia bagi manusia pekerja tidak mungkin diwujudkan hanya oleh otak dan tangan manusia yang menyala-nyala semangat revolusionernya saja, tetapi oleh mereka yang menyala-nyala semangat revolusionernya dan juga yang cakap dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu kita harus mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda kita untuk mencintai ilmu, di mana pun berlomba-lomba untuk mengejar dan mengembangkan ilmu, dalam keadaan bagaimanapun juga berpijak kepada pemikiran secara ilmu. Dari mana sumbernya ilmu dan untuk apa ilmu ditemukan? Alam semesta kita penuh mengandung hukum-hukum ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Sebelum manusia ada hukum-hukum alamiah telah ada, tetapi hukum alam ini belum merupakan ilmu karena manusialah yang mengenalnya, merenungkannya, menyimpulkannya, dan akhirnya merumuskannya. Mula-mula ditemukan berbagai ilmu dalam tingkat yang rendah dan berangsur-angsur manusia menemukan, merumuskan lebih sempurna dan menyimpulkan hukum-hukum ilmu tersebut, sampai yang serumit-rumitnya dan yang sepelik-peliknya. Perkembangan ilmu ditemukan oleh manusia berdasarkan praktek kerja mereka dalam mengadakan kontak langsung atau tak langsung dengan fakta-fakta dan realitas alam serta perkembangannya, terutama dalam hubungannya dengan proses produksi. Perkembangan ilmu makin lama makin rumit, makin pelik, makin kompleks dan akan berkembang terus, karena perkembangan ilmu mempunyai sifat tak terbatas. Dan perkembangan ilmu ini makin cepat setelah manusia mulai menggunakan Marxisme sebagai senjatanya. Ilmu ditemukan dan dikembangkan oleh manusia karena manusia membutuhkannya untuk memperbaiki taraf hidupnya, untuk menjaga keselamatannya. Jadi karena perkembangan ilmu sangat tergantung dari manusia maka memisahkan ilmu dari kepentingan manusia apalagi menggunakannya untuk menghancurkan kepentingan manusia adalah perbuatan jahat, perbuatan tak berilmu dan merusak perkembangan ilmu. Jadi mencintai ilmu tak mungkin dipisahkan dengan mencintai manusia karena manusia pencipta ilmu.

Kelima, kita juga harus mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda kita untuk mencintai ayah dan ibu, sebabnya sangat sederhana, karena ayah dan ibulah yang melahirkan kita dan karena ayah dan ibu mencintai kita. Tiap manusia, membutuhkan keselarasan hidup dalam keseluruhan kehidupannya, juga dalam hubungan dengan ayah dan ibu dan sebaliknya dari orang tua terhadap anak-anaknya. Jadi keselarasan hidup antara ayah-ibu dengan anak-anaknya adalah sebagian dari kebutuhan mutlak manusia. Oleh karenanya kita tak boleh berbuat yang dapat merusak kebutuhan mutlak tadi dan kita harus mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda kita untuk memelihara dan memupuk keselarasan hidup tadi.

Kawan-kawan, dengan begitu jelaslah bahwa tugas pendidikan kita tidak hanya harus mendidik manusia-manusia berilmu tetapi juga manusia-manusia dengan moral dan etik tipe baru, tipe kaum pekerja.

Dalam pidato ulang tahun Partai ke-39 Kawan D. N. Aidit menekankan tentang pentingnya pekerjaan ideologi dari Partai. Ini penting dalam hal pembangunan Partai dan dalam melawan musuh-musuh revolusi kita. Musuh-musuh revolusi kita sekarang ini makin lama makin sulit kedudukannya dalam menghadapi perjuangan Rakyat Indonesia. Mereka berusaha keras untuk melumpuhkan Partai, untuk memisahkan Partai kita dari sekutu-sekutu kita, untuk memisahkan Partai dari massa, tetapi hasil dari usaha keras mereka ini justru sebaliknya, ialah justru mereka sendiri yang makin terisolasi dan makin dibenci oleh rakyat. Hal ini berkat makin meningkatnya kesadaran rakyat dan berkat makin kuat dan makin tepatnya garis Partai. Tetapi adalah keliru jika kita mengira bahwa dengan begitu musuh lalu mundur dan tidak berusaha keras untuk menebus kekalahannya. Mereka itu kini makin sulit di dalam menyerang proletariat Indonesia dan Partainya dalam lapangan politik dan oleh karenanya mereka kini makin keras dan intensif menyerang benteng kita yang sangat penting, ialah benteng ideologi. Mereka memperhitungkan bahwa dengan serangan mereka ini mereka akan dapat mengacaukan jalan pikiran dan akan memperlemah pendirian barisan revolusioner. Segala macam jalan, yang kasar maupun yang halus mereka tempuh untuk melemahkan benteng ideologi kita.

Dengan melalui penyebaran film, majalah-majalah, piringan hitam, buku-buku ilmu sosial dan politik mereka, dengan melalui “misi-misi suci” dan khotbah-khotbah, mereka mengadakan serangan terhadap ideologi kita. Kita harus membela ideologi rakyat pekerja, dan tidak hanya itu kita harus mengadakan serangan kembali. Kita harus membuka kedok mereka dengan kegiatan ilmu, kebudayaan dan kegiatan-kegiatan di lapangan ideologi lainnya, hingga terbukalah maksud jahat mereka yang sering mereka tutup-tutupi dengan merek “ilmu dari dunia bebas”, “ilmu untuk ilmu”, “seni untuk seni”, “kebudayaan tak berpolitik”, “pendidikan yang suci”, dan sebagainya. Jadi serangan kembali kita harus wujudkan dengan meningkatkan dan mengintensifkan pekerjaan ideologi di dalam dan di luar Partai dalam segala lapangan. Pasif dalam hal ini berarti membiarkan benteng kita digerowoti lewat jalan belakang, dan berarti membiarkan massa kita diperlemah kesadarannya.

Dalam hubungan dengan perjuangan ideologi di luar Partai ini saya sangat setuju terhadap isi pidato Presiden Sukarno yang beliau ucapkan sebagai bagian manifes politiknya dalam peringatan ulang tahun RI yang ke-14 baru-baru ini, yang mengenai perjuangan terhadap imperialisme dalam lapangan kebudayaan yang berbunyi “………, bahwa dus tidak benar, kalau dikira bahwa kita hanya mengikhtiarkan ‘sandang pangan’ saja. Demikian pula tidak benar, kalau orang mengira bahwa, karena pasal 3 program berbunyi ‘melanjutkan perjuangan menentang imperialisme ekonomi dan imperialisme politik’, maka kita tidak akan mengambil pusing hal-hal imperialisme-imperialisme lain, misalnya imperialisme kebudayaan”. Selanjutnya beliau mengatakan: “Dan engkau, hai pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau yang tentunya anti-imperialisme ekonomi dan menentang imperialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik – kenapa di kalangan engkau banyak yang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di kalangan engkau banyak yang main rock-n-roll-rock-n-roll-an, dansi-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala ngakngikngek gila-gilaan, dan lain-lain sebagainya? Kenapa di kalangan engkau banyak yang gemar membaca tulisan-tulisan dari luaran, yang nyata itu adalah imperialisme kebudayaan? Pemerintah akan melindungi kebudayaan nasional, dan akan membantu berkembangnya kebudayaan nasional, tetapi engkau pemuda-pemudi pun harus aktif ikut menentang imperialisme kebudayaan dan melindungi serta memperkembangkan kebudayaan nasional”. Kita tidak hanya setuju sepenuhnya terhadap ucapan Presiden Sukarno dalam perjuangan anti-imperialisme dalam bidang ideologi ini, tetapi kita harus memperinci garis-garisnya dan membantu pelaksanaannya. Pekerjaan ideologi di luar Partai juga mempunyai pengaruh terhadap pekerjaan pembangunan ideologi Partai. Pekerjaan dalam bidang pendidikan dan pengajaran adalah salah satu pekerjaan yang penting dalam perjuangan dalam front ideologi kita, di dalam meningkatkan kesadaran dan ketangkasan politik massa, di dalam membangun manusia baru.

Situasi pendidikan dan pengajaran di Indonesia sekarang ditandai oleh meningkatnya kehausan belajar dari rakyat dan pemuda-pemuda pada umumnya, oleh meluasnya inisiatif dan kegiatan rakyat di dalam memecahkan soal ini. Di lain pihak pemerintah sekarang belum mampu memecahkan masalah nasional ini secara integral dan belum mampu mengimbanginya dengan tindakan dalam garis politik, dalam penyusunan tenaga dan organik, dalam melengkapi syarat-syarat finansial dan materiil. Contoh-contoh yang menyolok dari kejadian yang tragis ini misalnya: di tengah-tengah anak-anak kita pada berebut untuk mendapatkan tempat di SR maka lebih dari 40.000 guru lulusan SGB yang menganggur, dari 29.466 sekolah Rakyat Negeri untuk tahun pelajaran 1957-1958 di seluruh Indonesia hanya ada ± 2.000 buah yang mempunyai gedung dan syarat-syarat yang mendingan (belum lengkap); di tengah-tengah orang menjerit karena sulitnya pengangkutan laut dan sungai maka di Indonesia negeri kepulauan ini hanya ada satu STM perkapalan; di tengah-tengah orang sibuk mempersoalkan buku cabul dan yang merusak lainnya untuk digantinya dengan buku bacaan yang bermanfaat dan patriotik maka Kementerian Keuangan meneruskan pajak yang berat terhadap pengarang-pengarang kita. Juga anggaran belanja pemerintah untuk pendidikan ini ternyata bukannya naik malahan turun persentasenya dari anggaran belanja negara seluruhnya pada akhir-akhir tahun-tahun ini ialah misalnya dari Rp. 1.641.982.500,- dari Rp. 25.412.010.300,- atau 6,4% untuk tahun anggaran 1958 menjadi Rp. 1.692.000.000,- dari Rp. 28.569.000.000,- atau 5,92% untuk tahun anggaran 1959. (Angka-angka ini diambil dari penerbitan KPPK).

Sudah tentu ini semua tidak semata-mata karena kesalahan pemerintah tetapi sebagai warisan dari negara jajahan, dan karena kegiatan kaum kontra-revolusioner seperti pemberontak DI-TII, “PRRI”-Permesta. Di lain pihak situasi pendidikan ini kini juga ditandai dari adanya semangat yang kuat untuk mempertegas tujuan pendidikan dengan memasukkan patriotisme sebagai unsur pokok dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Juga pikiran untuk memasukkan jiwa perdamaian sebagai salah satu unsur dalam pendidikan makin berkembang. Kekurangan yang menyolok ialah belum adanya perincian dalam isi dan cara memberikan. Juga kini ada kegiatan yang agak meluas dalam dunia pendidikan untuk menemukan sistem pendidikan yang baru. Adalah kewajiban kita untuk ikut berusaha mengambil bagian dalam kegiatan patriotik ini. Seterusnya perlu menjadi perhatian kita bahwa kini kelas-kelas dan golongan lain juga menunjukkan kegiatan dalam lapangan ini, tetapi bagaimanapun juga adanya perbedaan-perbedaan, malahan kadang-kadang adanya pertentangan-pertentangan, antara kegiatan dan pendirian kita dengan mereka, tetapi yang terang bahwa front patriotisme dalam dunia pendidikan dan pengajaran merupakan kekuatan yang besar dan makin besar. Satu soal lagi yang kini menjadi persoalan yang hangat dan prinsipiil dalam lapangan ini ialah perjuangan antara yang ingin memasukkan pelajaran agama sebagai pelajaran yang pokok dalam sekolah-sekolah umum dan sekolah-sekolah negeri mereka, termasuk kita, yang menolak keharusan itu. Kita berpendapat agama harus dipisahkan dari soal-soal kenegaraan, agama adalah soal pribadi masing-masing.

Membicarakan pekerjaan dalam bidang pendidikan adalah tak lengkap dan praktis tak ada artinya tanpa membicarakan masalah guru. Tiap-tiap hari seperempat waktu dari anak-anak dan pemuda-pemuda kita ada dalam tangan guru. Oleh karena itu apa yang diajarkan dan dididikkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada para anak didik, baik dalam cara berpikirnya maupun dalam jiwanya. Guru mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk sang anak. Lihatlah apa yang dikatakan Kawan Kalinin dalam hal ini. “Pekerjaan mengajar adalah sangat sulit dan besar tanggung jawabnya. Memberikan pelajaran mengenai mata pelajaran sudah tentu adalah pekerjaan yang pokok, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa para murid mengikuti para pengajar. Inilah sebabnya mengapa pandangan dunia para pengajar, budi pekertinya, kehidupannya, cara yang dia gunakan untuk mempersoalkan tiap gejala, dengan satu dan lain jalan sangat mempengaruhi para murid. Sering orang sama sekali tak merasa akan hal ini. Bukan suatu yang berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa seorang guru atau pengajar, jika dia mempunyai kewajiban yang besar, akan meninggalkan jejak pengaruhnya terhadap anak didiknya dalam kehidupannya untuk seterusnya. Oleh karenanya adalah sangat penting, bahwa para guru sangat hati-hati terhadap dirinya, bahwa dirinya sadar dalam keadaan dikontrol, di mana budi pekerti dan tindakan-tindakannya selalu terbuka, dan dikontrol dengan keras seakan-akan orang lain di dunia tidak ada yang menyamainya. Berlusin-lusin mata anak-anak melihat dia dan mata anak-anak sangat memperhatikan, sangat waspada, dan menangkap ………” (kutipan dari pidatonya di muka konferensi para guru dan pengajar yang terbaik dari kota dan desa pada 28 Desember 1938). Oleh karenanya guru merupakan salah satu pembangun yang sangat penting bagi manusia-manusia pembangun Indonesia baru.

Juga guru dapat diibaratkan sebagai kunci dari mana orang dapat menggunakannya untuk memasuki dan memberi corak pendidikan nasional. Oleh karenanya pekerjaan kita untuk menghimpun para pelajar, untuk mengorganisasi kaum pionir, untuk menyiapkan tenaga-tenaga muda yang patriotik dan ahli dalam berbagai lapangan akan kurang berarti, akan tidak seimbang dengan jerih-payah kita, jika kita tidak bekerja dengan lebih baik lagi di kalangan guru. Tegasnya kita kaum Komunis harus bekerja lebih baik dan lebih giat lagi di kalangan guru; baru kita bisa berbicara; pembangun-pembangun hari depan Indonesia yang patriotik dan ahli pasti akan tercapai.

Untuk dapat bekerja yang baik di kalangan guru perlu kita memperhatikan berbagai hal. Guru tertarik kepada suatu gerakan tidak hanya karena kepentingan penghidupannya. Guru yang sejati, guru yang patriotik, yang mencintai ilmu dan anak didiknya, juga akan tertarik dalam suatu gerakan, karena soal ilmu atau karena soal-soal pendidikan. Jadi dalam bekerja di kalangan guru kita mempunyai dua sasaran pokok yang sama beratnya dan yang harus sama-sama kita kerjakan. Kita harus memberi jalan dalam memecahkan soal nasibnya, soal gaji, hak pensiun, dan sebagainya, dan sekaligus kita harus memikirkan untuk mencari sistem pendidikan yang sempurna, untuk memecahkan buku bacaan anak-anak, memecahkan cara bermain anak-anak, cara berdarmawisata yang bersifat mendidik, dan sebagainya.

Seterusnya disamping kita harus bekerja di kalangan guru yang luas dengan batas-batas patriotisme dan ilmiah, maka kita harus membangun barisan guru yang revolusioner, guru tipe baru, yang intinya terdiri dari mereka yang sadar dan mengabdikan dirinya untuk tercapainya cita-cita kelas buruh. Apakah guru revolusioner itu?

Guru revolusioner adalah guru yang tidak boleh menempatkan pekerjaan pendidikan di luar atau di atas perjuangan kelas, adalah guru yang membantu perjuangan proletariat dan kaum pekerja Indonesia mencapai cita-citanya, adalah guru yang menggembleng anak didiknya supaya kelak menjadi pembangun Indonesia baru yang bahagia bagi rakyat pekerja. Guru revolusioner juga adalah guru yang mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang vaknya dan berusaha terus dengan tekun dan teliti untuk lebih menguasainya. Guru revolusioner adalah guru yang memiliki dan dapat menggunakan cara-cara mendidik dan cara mengajar anak didiknya, yang mengajar dan mendidik dengan bahasa yang sederhana, yang wajar, dan menjiwai dan dengan semangat yang menyala-nyala.

Guru revolusioner ini baru bisa tersenyum, baru bisa merasa lega kalau dia mempunyai keyakinan yang menyala-nyala bahwa anak didiknya kelak akan menjadi pembangun-pembangun Indonesia yang bahagia bagi kaum pekerja, bahwa anak didiknya sekarang adalah anak-anak dan pemuda-pemuda yang mencintai tanah air dan Rakyat Indonesia, yang mencintai orang tua dan keindahan alam, tetapi juga sekaligus anak-anak didik yang mencintai ilmu dan kemajuan.

Perkenankanlah saya menambah sedikit uraian saya tentang peranan guru ini dengan rol guru teknik, baik teknik yang meliputi ilmu alam dan ilmu pasti, maupun ilmu-ilmu pengetahuan biologi. Guru-guru teknik ini selain mempunyai peranan seperti guru pada umumnya, maka kekhususannya ialah mereka mempunyai peranan yang penting untuk mempertinggi ketangkasan dan kecekatan pemuda-pemuda dan rakyat pada umumnya, untuk mengembangkan cara berpikir yang rasional di kalangan massa.

Oleh karena itu seorang Komunis yang menjadi guru teknik harus berusaha dengan sebaik-baiknya untuk sekaligus menjadi seorang politikus, seorang organisator, seorang teknikus dan seorang pendidik.

Sampai di mana luasnya pekerjaan kita dalam lapangan pendidikan nasional ini? Di satu pihak kita merasa bahwa pekerjaan dalam lapangan ini makin meluas, makin meliputi berbagai cabang pekerjaannya. Di kalangan pelajar, dalam sekolah-sekolah partikelir, di kalangan guru, dan di kalangan anak-anak, kita sudah mulai bekerja dan makin luas pekerjaan kita. Malahan suatu hal yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini dan meskipun dalam keadaan yang masih sangat terbatas, kita juga sudah mulai bekerja dalam masalah isi pelajaran, macamnya buku pelajaran dan alat-alat peraga. Ini di satu pihak. Di pihak lain kita masih mempunyai kekurangan yang menonjol ialah kita belum cukup banyak berbicara dan memecahkan mengenai isi dan sistem pendidikan, hingga dapat seimbang dengan makin besarnya kegiatan dan pentingnya masalah itu. Hal ini lebih-lebih lagi menonjol kepentingannya mengingat dunia pendidikan sekarang sedang mencari isi dan sistem pendidikan yang sebaik-baiknya untuk Indonesia.

Berbicara mengenai pekerjaan Partai di sekolah-sekolah partikelir, maka dapat kita katakan bahwa sebetulnya sudah agak lama kita bekerja. Di berbagai daerah ada kawan-kawan guru yang mendirikan atau yang bekerja di sekolah partikelir dan menjalankan kegiatannya dengan sebaik-baiknya. Tetapi umumnya kegiatan ini sangat kurang terpimpin dan tanpa garis yang jelas dan seragam. Keadaan ini mesti kita akhiri. Kita harus mengadakan langkah-langkah untuk memusatkan kegiatan ini, untuk meluaskannya ke seluruh tanah air, untuk menyeragamkan garis organisasi, garis isi, dan sistem pendidikan. Kita harus berusaha menjadikan sekolah partikelir ini meluas mengenai murid, guru, dan sekolahnya, patriotik isinya, dan tinggi mutu pelajarannya. Kegiatan kita ini juga sekaligus akan merupakan bantuan bagi pemerintah yang belum mampu menampung seluruhnya kegiatan belajar dari rakyat.

Kawan-kawan.

Tidak lengkap kiranya kalau saya tidak berbicara mengenai bidang pendidikan di luar sekolah-sekolah biasa, meskipun barang sekedarnya. Mengenai pendidikan anak-anak di luar sekolah mestinya ada dua lapangan yang perlu dikupas, ialah pendidikan di rumah dan pendidikan di dalam masyarakat. Tetapi di dalam kesempatan sambutan ini saya hanya mengupas pendidikan di dalam sekolah karena ini yang terpenting.

Mengenai Universitas Rakyat. Mengenai tugas-tugasnya kiranya kawan-kawan sudah cukup mengetahuinya yang pada pokoknya untuk terutama mendidik orang progresif di luar Partai, dan sudah tentu juga untuk anggota-anggota Partai, tentang teori revolusi dan tentang ilmu pengetahuan lainnya. Sasaran siswanya terutama adalah aktivis-aktivis organisasi rakyat. Dengan begitu diharapkan bahwa Universitas Rakyat akan ikut menyumbangkan jasanya dalam kegiatan pendidikan revolusioner, di dalam mempertinggi tingkat pengetahuan teori aktivis-aktivis rakyat, di dalam mempertinggi kecintaan mereka akan ilmu dan rakyat. Perkembangan selama hampir setahun ini ialah disamping perkembangannya di 10 kota dan beratus-ratus langganan diktatnya, juga masih banyak kesulitan-kesulitan teknis yang belum dapat diatasi dengan baik. Sepanjang pengalaman selama ini, ketekunan, ketelitian, dan kecintaan akan ilmu adalah syarat yang sangat menonjol bagi guru, pengurus, dan siswa untuk berkembangnya Universitas Rakyat. Kita mesti menjadikan Universitas Rakyat, sebagai salah satu pembantu yang penting untuk pekerjaan kita dalam front ideologi.

Kursus-kursus pengetahuan umum yang kini juga terdapat semakin luas perlu menjadi perhatian kita. Di situ pemuda dan massa pada umumnya mendapatkan pengetahuan umum secara populer dan praktis dalam berbagai cabang pengetahuan untuk tujuan-tujuan yang segera dapat dipraktekkan dalam masyarakat. Pada kursus-kursus itu massa menggunakan waktunya untuk tujuan-tujuan ilmiah dalam bentuk-bentuk yang praktis. Titik berat pelajaran yang diberikan hendaknya diusahakan pelajaran-pelajaran praktis dari berbagai cabang ilmu alam-pasti dan ilmu hayat. Apa sebabnya, bukan ilmu-ilmu yang tergabung dalam cabang ilmu sosial-politik? Sebabnya ialah karena cabang-cabang ilmu sosial-politik supaya terutama diajarkan oleh Sekolah-Sekolah Politik Partai, oleh kursus-kursus kader dan anggota dari Pemuda Rakyat dan organisasi massa revolusioner lainnya. Dan dengan menitikberatkan pelajaran cabang-cabang ilmu pengetahuan yang eksak, maka selain hal ini akan mempunyai arti praktis dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, juga akan mempertinggi cara berpikir yang rasional dari rakyat.

Mengenai pemberantasan buta huruf sudah lama kita mengenalnya sebagai langkah pertama yang sangat penting untuk melaksanakan revolusi kebudayaan terutama di desa-desa. Tetapi sampai di manakah luasnya kegiatan kita dalam lapangan ini hingga cukup seimbang dengan pentingnya persoalan, masih merupakan pertanyaan. Masih merupakan persoalan sampai di mana ketentuan dan petunjuk kerja CC sudah digunakan dengan sebaik-baiknya, sampai di mana pekerja-pekerja pemberantas buta huruf kita sudah kita organisasi dengan baik. Usaha PBH dari pihak mana pun harus kita sokong, disamping kita sendiri dan organisasi-organisasi revolusioner, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama harus giat dan menjadi pendorong, baik dengan bantuan maupun tanpa bantuan pemerintah. Pelaksanaan PBH kita tidak boleh berhenti pada huruf, anak-kata maupun kata saja, tetapi mesti kita hubungkan dengan penghidupan, kehidupan dan perjuangan massa itu sendiri. Dengan begitu kita meningkatkan kebudayaan dan sekaligus kesadaran politik rakyat.

Demikianlah kawan-kawan kata sambutan saya yang pada pokoknya selain saya menyetujui sepenuhnya laporan Kawan D. N. Aidit, juga saya menengahkan dan menekankan tentang pentingnya bidang pendidikan nasional sebagai salah satu lapangan yang sangat penting di dalam pekerjaan front ideologi kita. Dengan begitu maka kegiatan revolusioner dalam front ideologi akan seimbang dengan meningkatnya kesadaran politik rakyat. Dengan makin kuatnya front ideologi kita ini maka musuh-musuh revolusi akan lebih mendapatkan pukulan-pukulan yang menentukan.

Sambutan saya ini saya akhiri dengan menyerukan:

Hidup Partai kita, Partai Komunis Indonesia!

Hidup Marxisme-Leninisme yang jaya dan tak terkalahkan!