Pidato Kawan Sudjono

(Bali)

Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960


Kawan-kawan,

Kami sepenuhnya menyokong Laporan yang telah disampaikan oleh Kawan Aidit pada Kongres ke-VI Partai sekarang. Selanjutnya kami ingin memberikan sambutan khusus mengenai “Meneruskan Pembangunan Partai”.

Antara lain laporan menjelaskan bahwa selama masa antara Kongres ke-V dan ke-VI, Partai kita telah mengalami perubahan-perubahan yang besar, telah berkembang meluas ke seluruh negeri, dan di beberapa pulau juga sudah mulai mendalam dan berakar. Perkembangan Partai di Bali sepenuhnya membenarkan kebenaran kesimpulan laporan ini. Berkat tepatnya garis yang diletakkan Kongres ke-V Partai sebagai hasil pemaduan Marxisme-Leninisme dengan praktek Revolusi Indonesia, berkat tepatnya pimpinan diberikan oleh Comite Central yang Leninis, serta adanya faktor objektif di daerah yang menguntungkan, Partai di Bali juga telah mengalami perkembangan yang menggembirakan. Kalau dalam Kongres ke-V Partai di Bali baru berstatuskan Comite Subseksi dengan beberapa anggota, maka sekarang ketika Kongres ke-VI dilangsungkan, Partai di Bali sudah berstatus CDB dengan 8 Seksi Partai dari 8 daerah Tingkat II, 44 Subseksi Partai dari 45 buah kedistrikan di seluruh Bali, Iebih dari 375 buah Resort Partai dari 542 desa dan lebih 19.000 anggota/calon anggota Partai.

Semula, akibat pemutarbalikan persoalan sekitar provokasi Madiun serta kampanye fitnah dari kaum reaksi, rakyat di Bali masih curiga dan takut terhadap PKI. Berkat tepatnya politik Partai yang menganalisa kegagalan revolusi akibat pengkhianatan borjuasi komprador dengan perjanjian KMB yang mengembalikan Indonesia sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feodal dan berkat jalan ke luar yang diberikan oleh Partai untuk menyelesaikan tuntutan Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya, yaitu dengan menghancurkan kekuatan imperialisme Belanda di Indonesia dan menghapuskan sisa-sisa feodalisme, kecurigaan dan ketakutan rakyat terhadap PKI berangsur-angsur menjadi berkurang, sehingga sikap antipati telah berbalik menjadi simpati, dan PKI semula yang dianggap sebagai bahaya telah dianggap sebagai sahabat yang terpercaya. Hal ini telah dibuktikan dalam tahun 1956, di mana PKI yang baru lebih kurang 2 ½ tahun berdiri di Bali telah berhasil menghimpun 70.000 orang pemilih yang menempatkan Partai sebagai pemenang ke-III.

Laporan Umum Kawan Aidit telah mengingatkan kepada kita bahwa keanggotaan Partai yang bertambah dengan cepat tidak akan baik akibatnya jika tidak disertai dengan pendidikan secara besar-besaran di dalam Partai. Pengalaman kami sepenuhnya membenarkan Laporan tersebut.

Sebelum kader tinggi di daerah dididik dalam sekolah-sekolah Partai kami belum dapat sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip fundamental Marxisme-Leninisme untuk memahami secara tepat keadaan di luar maupun di dalam Partai. Artinya belum dapat secara tepat memahami situasi daerahnya, memahami gejala-gejala sosialnya, memahami tepat terhadap persoalan-persoalan yang timbul. Lebih-lebih dalam situasi yang kompleks dan pelik sangat sukar untuk menentukan garis mana yang benar, mana yang salah untuk menetapkan sikap yang tepat terhadap situasi, menetapkan langkah-langkah dan aksi-aksi yang menguntungkan rakyat serta mendorong maju gerakan revolusioner.

Ada juga yang belum dapat secara tepat memahami perjuangan berbagai pikiran di dalam Partai yaitu antara ideologi proletariat dengan ideologi non-proletariat, atau pikiran yang benar dan pikiran yang salah. Akibatnya sering terjadi penyelesaian soal-soal intern Partai yang sederhana menjadi ruwet dan soal-soal yang kompleks dipecahkan secara dangkal. Besarnya jumlah anggota, berarti semakin beratnya pekerjaan ideologi, politik dan organisasi daripada Partai. Jadi dengan tidak mempersenjatai anggota dengan prinsip-prinsip fundamental Marxisme-Leninisme dalam mempertahankan pendirian, pandangan dan metode kelas proletar, berarti makin banyak kesalahan-kesalahan ideologi, politik dan organisasi yang kita hadapi. Banyak Comite-comite Partai yang menghadapi kesukaran-kesukaran ideologi, politik dan organisasi tidak dapat memecahkan secara tepat dan pada waktunya karena belum diadakan pendidikan Marxisme-Leninisme. Laporan Umum Kawan Aidit juga menekankan kembali apa yang telah disimpulkan dalam Sidang Pleno ke-IV CC “Persatuan di dalam Partai hanya mungkin jika didasarkan atas persatuan pikiran, persatuan ideologi, yaitu pikiran dan ideologi Marxisme-Leninisme. Hanya jika ada persatuan dari orang-orang Komunis, barulah ada persatuan yang sungguh-sungguh di dalam politik dan organisasi-organisasi Komunis, barulah ada persatuan di dalam aksi-aksi rakyat yang dipimpin oleh Partai Komunis”. Pengalaman di daerah kita sepenuhnya membenarkan kesimpulan ini. Untuk mengatasi keruwetan intern Partai sering diambil tindakan-tindakan organisasi dengan memperbarui pimpinannya. Tetapi tenyata keruwetan yang satu segera diganti dengan keruwetan yang lain. Kalau toh keruwetan itu dapat diatasi sifatnya hanya sementara. Salah satu sebab keadaan tersebut ialah perkembangan organisasi belum dikonsolidasi dengan pembangunan di lapangan ideologi.

Laporan umum telah memperingatkan kepada kita, bahwa dalam melaksanakan garis yang tepat tentu akan ada kesukaran yang kita temui dan akan ada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Tugas kita selanjutnya pasti akan lebih berat karena makin kompleksnya keadaan dan makin tajamnya pertentangan kelas. Yang penting bagi kita ialah mengerti, bahwa sumber kesukaran dan kesalahan, baik kesalahan dogmatisme maupun empirisisme, adalah ideologi subjektivisme. Oleh karena itu laporan menyatakan subjektivisme harus terus kita perangi. Kami menyambut pernyataan ini, karena subjektivisme masih merupakan bahaya yang serius di daerah Bali. Suburnya subjektivisme di dalam Partai di Bali bersumber kepada kelas borjuis kecil yang merupakan mayoritas daripada penduduk di Bali yang mengepung Partai. Disamping mayoritas anggota Partai berasal dari borjuis kecil terutama kaum tani, subjektivisme belum dapat terkikis sama sekali karena perkembangan yang cepat dari Partai di Bali serta belum meratanya pendidikan Marxisme-Leninisme. Perwujudan subjektivisme di lapangan organisasi terutama adalah pikiran yang kurang percaya pada kekuatan massa, sehingga mereka meremehkan pekerjaan organisasi dan pekerjaan massa daripada Partai. Pekerjaan Partai dapat terbengkalai bukan karena massa anggota Partai dan massa di luar Partai menolak pekerjaan yang ditetapkan oleh Partai, tetapi karena belum ditempatkannya pekerjaan organisasi pada tempat yang sebenarnya. Dalam menghadapi tugas-tugas Partai sikap apriori menempatkan diri dalam posisi di atas massa: dimulai dengan ragu-ragu menerima tugas Partai, dan tidak secara aktif memecahkan persoalan pengorganisasian pekerjaan Partai. Bekerjanya sendirian dengan langgam kerja perintahisme dan garis-besarisme. Pekerjaan rutin ditinggalkan karena dianggap sebagai pekerjaan yang menjemukan dan mematahkan semangat.

Berhubung dengan subjektivisme, kami menekankan pentingnya Laporan Kawan D. N. Aidit yang mengharuskan kepada kita untuk mengetahui secara jelas saling hubungan antara program umum dan program khusus. Di daerah kami sudah banyak aksi-aksi rakyat yang dipimpin oleh kaum Komunis. Tetapi dalam memimpin aksi-aksi itu ada yang hanya berdasarkan motif “PKI adalah pembela kepentingan rakyat”. Semangat ini adalah sangat baik untuk dikembangkan, tetapi selama kita tidak sadar bahwa perjuangan itu adalah dalam rangka program tuntutan Partai, maka pimpinan kita pada aksi-aksi tersebut adalah tidak ilmiah. Dengan demikian kita tidak memimpin aksi-aksi itu ke taraf  yang lebih tinggi. Sebaliknya juga terdapat orang-orang Komunis yang hanya menerangkan program umum, tetapi tidak menerangkan program tuntutan sekarang, serta membangkitkan aksi-aksi memenangkannya. Ini menyebabkan timbulnya sikap acuh-tak-acuh di kalangan rakyat. Karena program itu lama tidak ada perwujudannya. Garis politik tersebut adalah mengecilkan rol program tuntutan serta aksi-aksi massa untuk memenangkan kepentingan objektifnya dan untuk mempercepat tingkat kesedaran politik dan organisasi daripada rakyat. Karena adanya sikap yang objektif dalam lapangan organisasi ini maka tugas meluaskan badan-badan organisasi Partai yang harus ada di desa-desa sebagai tulang punggung gerakan massa bisa terhambat.

Kawan-kawan,

Perjuangan ideologi di Bali terasa berat karena masih besarnya pengaruh sisa-sisa feodalisme. Kebiasaan feodal yang malas dan parasiter itu dalam batas-batas tertentu juga merembes dalam Partai. Perwujudan kebiasaan dan sisa-sisa pikiran feodal di dalam Partai ialah sikap malas, angkuh, main perintah dan menutup diri terhadap semua yang baru dan maju. Terhadap kader-kader yang berasal dari tani miskin, buruh tani dan lapisan bawah rakyat lainnya, mereka bersikap seperti sikap tuan tanah terhadap penyakapnya.

Laporan Kawan Aidit memperingatkan, bahwa disamping ideologi borjuis-kecil, ideologi borjuis juga merupakan ancaman yang terus-menerus terhadap kemurnian ideologi dan politik Partai. Kami membenarkan sepenuhnya laporan tersebut. Di daerah Bali borjuasi sedang mengalami perkembangan, terutama borjuasi dagang dengan segala penimbunan primitif kapitalnya. Berbeda dengan borjuasi kecil yang terpencar-pencar dengan hak milik kecilnya, dalam aktivitas produksinya borjuasi ada hubungan organisasi dengan staf dan kaum buruhnya, yang semua aktivitas ditujukan

untuk memperbesar modalnya. Pencerminan ideologi borjuis di dalam Partai antara lain adalah sebagai berikut: cukup dimiliki disiplin dan organisasi yang sistematis di dalam Partai, tetapi di pusatkan kegiatan staf dan kaum buruh untuk kepentingan dirinya, berusaha untuk menundukkan Partai pada dirinya.

Dia bukan menegakkan otoritas pimpinan Partai, bahkan sebaliknya menggerowoti otoritas pimpinan Partai untuk menegakkan otoritas perseorangannya. Ini berakibat tidak terpusatnya pimpinan politik dan organisasi pada Comite-comite Partai.

Selanjutnya perlu dijelaskan, bahwa daerah kami merupakan daerah yang terpandang di lapangan kesenian dan turisme. Sanjungan-sanjungan yang kelewat batas menimbulkan pengaruh-pengaruh yang negatif. Sadar akan bahaya ini kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu berpegang teguh pada prinsip: bagaimanapun khususnya keadaan, ia tetap akan tunduk pada hukum umum. Dengan demikian akan tercegah kemanjaan yang akan menempatkan kepentingan khusus di atas kepentingan umum, menempatkan garis daerah di atas garis nasional. Tetapi Partai di daerah-daerah harus cakap menerapkan garis nasional dengan situasi konkret di daerah.

Berpedoman kepada jalan yang ditunjukkan oleh Laporan Umum untuk mengatasi subjektivisme kami sudah mulai melancarkan serangan yang agak sistematis dengan gerakan pendidikan dan gerakan turun ke bawah.

Demikianlah pandangan kami atas laporan umum Kawan Aidit mengenai tugas meneruskan pembangunan Partai. Kami yakin bahwa Kongres ke-VI Partai ini, akan memberikan jaminan lebih kuat untuk berkuasanya ideologi kelas proletar di dalam Partai sebagai syarat mutlak Partai bisa memenuhi tugasnya menjadi pelopor perjuangan rakyat untuk mencapai Indonesia yang merdeka penuh dan demokratis.

Hidup Partai Komunis Indonesia yang merata di seluruh negeri dan bersatu erat dengan massa serta terkonsolidasi di lapangan ideologi, politik dan organisasi!