Memusatkan Kekuatan Unggul Untuk Memusnahkan Musuh Satu Demi Satu

Mao Zedong (16 September 1946)


Sumber: Pilihan Karya Mao Tje-Tung, Jilid IV, halaman 119, Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1967.

Kontributor: Sumartono, S.IP


            1. Cara bertempur denga memusatkan kekuatan unggul untuk memeusnahkan musuh [1] satu demi satu harus digunakan bukan saja dalam disposisi pasukan atau kampanye, tetapi juga dalam disposisi pasukan untuk pertempuran

            2. Mengenai disposisi untuk kampanye, ketika musuh menggunakan banyak brigade [2] (atau resimen) dan maju kearah tentara kita dari beberapa jurusan, tentara kita harus memusatkan kekuatan  yang mutlak unggul – enam, lima, empat atau sekurang-kurangnya tiga kali lipat daripada kekuatan musuh – dan memilih saat yang tepat untuk pertama-tama mengepung dan memusnahkan satu brigade (atau resimen)  tentara musuh. Brigade (atau resimen) ini harus merupakan brigade (atau resimen) musuh yang agak lemah atau yang agak sedikit mendapat bantuan, atau yang ditempatkan di tempat yang keadaan medan dan keadaan rakyatnya paling menguntungkan kita dan tidak menguntungkan musuh. Brigade-brigade (atau resimen-resimen) musuh selebihnya harus kita ikat dengan kekuatan pasukan yang kecil, supaya mereka tidak bisa mengirim bala bantuan dengan cepat kepada brigade (atau resimen)  yang sedang kita kepung dan kita gempur itu, dan supaya memudahkan tentara kita untuk memusnahkan lebih dulu. Bila ini sudah tercapai, berdasarkan keadaan, kita dapat memusnahkan lagi satu atau beberapa brigade musuh (misalnya di dekat Zukou tentara kita di bawah pimpinan Su Yü dan Than Cen-lin telah memusnahkan 5.000 anggota Korps Polisi Perhubungan [*] musuh pada tanggal 22 Agustus kemudian memusnahkan lagi  satu brigade musuh pada tanggal 26 Agustus dan satu setengah brigade musuh lainnya pada tanggal 27 Agustus [3] . Misalnya lagi, di dekat Tingthao tentara kita yang dipimpin oleh Liu Po-cheng dan Teng Siao-phing telah memusnahkan satu brigade musuh antara tanggal 3 dan 6 Spetember, kemudian memusnahkan lagi satu brigade  musuh pada petang hari tanggal 6 September dan dua brigade musuh lainnya pada tanggal 7-8 September [4]; atau berhenti bertempur untuk beristirahat dan mengkonsolidasi diri sebagai persiapan untuk pertempuran selanjutnya. Dalam disposisi untuk kampanye, kita harus menentang cara bertempur yang salah, yang meremehkan musuh dan karenanya membagi rata kekuatan kita untuk menghadapi  musuh yang datang dari berbagai jurusan, sehingga musuh dari satu jurusanpun  tidak dapat kita musnahkan dan diri kita sendiri terjerumus ke dalam kedudukan yang pasif.

            3. Dalam disposisi untuk pertempuran, bila tentara kita sudah memusatkan kekuatan yang mutlak unggul dan mengepung musuh (satu brigade atau satu resimen) yang datang dari salah satu jurusan, korps (atau kesatuan-kesatuan) kita yang memikul tugas menggempur tidak boleh mencoba memusnahkan semua musuh yang terkepung itu sekaligus dengan sekali pukul, hingga dengan demikian membagi rata kekuatan kita, menyerang ke mana-mana, tak efektif di mana-mana membuang waktu dan sukar mendapat hasil. Sebaliknya kita harus memusatkan kekuatan yang mutlak unggul, yaitu memusatkan kekuatan enam, lima, empat atau sekurang-kurangnya tiga kali lipat daripada kekuatan musuh, dan memusatkan seluruh atau sebagian  besar pasukan arteleri iita, memilih satu (bukan dua) tempat yang agak lemah dari posisi-posisi tentara musuh, lalu menyerangnya dengan hebat dan mesti mendudukinya. Sesudah ini tercapai, perbesarlah kemenangan itu dengan cepat dan musnahkan kekuatan musuh satu demi satu. 

            4. Hasil dari cara bertempur ini yalah; pertama, dapat memusnahkan samasekali; kedua, dapat cepat selesai. Hanya dengan memusnahkan musuh samasekali barulah dapat memberikan pukulan yang paling efektif kepada tentara musuh, sebab tentara musuh akan berkurang satu resimen, dan akan berkurang satu brigade bila dimusnahkan satu brigade. Cara bertempur ini paling berguna dalam menghadapi musuh yang kekurangan keuatan pasukan garis kedua.Hanya dengan memusnahkan musuh sama sekali barulah dapat mengisi kekuatan kita sendiri dengan secukup-cukupnya. Ini bukan saja menjadi sumber utama senjata dan amunisi kita pada dewasa ini, tetapi juga menjadi sumber penting tenaga manusia kita. Pemusnahakn musuh samasekali akan memerosotkan moril tentara musuh dan mematahkan semangatnya; sebaliknya dapat mempertinggi moril tentara kita dan menggairahkan semangatnya. Cepat selesai memungkinkan tentara kita memusnahkan bala bantuan tentara musuh satu demi satu atau menghindarinya. Cepat selesai dalam pertempuran dan dalam kampanye merupakan syarat yang perlu bagi perang tahan lama dalam strategi.

            5. Di antara kader-kader tentara kita sekarang masih terdapat banyak yang pada waktu biasa menyetujui prinsip memusatkan kekuatan untuk memusnahkan musuh satu demi satu, tetapi ketika bertempur sering tidak bisa mentrapkannya. Ini akibat meremehkan musuh, dan juga akibat tidak menintensifkan pendidikan dan mementingkan studi. Perlulah diambil banyak contoh dalam pertempuran-pertempuran yang lalu untuk berulang kali menjelaskan faedah-faedah dari cara bertempur ini dan menunjukkan bahwa cara  ini adalah cara yang utama untuk mengalahkan serangan-serangan Ciang Kai-sék. Menggunakan cara ini kita akan menang. Menyimpang dari cara ini kita akan kalah.

            6. Prinsip memusatkan kekuatan untuk memusnahkan musuh satu demi satu merupakan tradisi yang baik dari tentara kita sejak ia dibentuk lebih dari 10 tahun yang lalu, dan bukan diajukan sekarang. Tetapi selama periode perang anti-Jepang, tentara kita mengutamakan pemencaran kekuatan untuk melakukan perang gerilya, sedangkan memusatkan kekuatan untuk melakukan perang mobil dijadikan sebagai pembantu. Dalam periode perang dalamnegeri sekarang ini, karena keadaanya sudah berubah, maka cara bertempurpun harus berubah pula. Tentara kita harus mengutamakan pemusatan kekuatan untuk melakukan perang mobil, sedanagkan pemencaran kekuatan untuk perang gerilya dijadikan sebagai pembantu.Dan dalam keadaan di mana persenjataan tentara Ciang Kai-sék telah diperkuat, tentara kita harus meletakkan tekanan khusus pada cara bertempur yang memusatkan kekuatan unggul untuk memusnahkan musuh satu demi satu.

            7. Ketika musuh dalam kedudukan ofensif dan kita dalam keadaan defensif, cara ini harus kita gunakan. Tetapi ketika amusuh dalam kedudukan defensif dan kita dalam kedudukan ofensif, kita harus membedakan dua macam keadaan dan mengambil cara yang berbeda. Jika kekuatan tentara kita besar dan kekuatan musuh seyempat agak lemah, atau pada waktu itu kita melancarkan serangan tak terduga kepada musuh, kita boleh menggempur beberapa kesatuan musuh sekali gus. Misalnya, pada tanggal 5 sampai 10 Juni tentara kita di provinsi Shantung sekali gus menggempur dan menduduki belasan kota di sepanjang jalan kereta api Chintao – Cinan dan Thiéncin – Phukhou [5] . Misalnya lagi, dari tanggal 10 sa,pai 21 Agustus tentara kita yang dipimpin oleh Liu Po-cheng dan Teng Siao-phing telah mengepung dan menduduki belasan kota di sepanjang jalan kereta api Lunghai bagian Khaifeng-Sücou [6]. Jika tentara kita tidak mempunyai kekuatan yang cukup, kita harus merebut kota-kota yang diduduki tentara musuh  satu demi satu, dan jangan sekaligus menggempur musuh di beberapa kota. Dengan cara demikianlah tentara kita di provinsi Shangsi merebut kota-kota di sepanjang jalan kereta api Tathung-Phucou [7] . 

            8. Ketika induk kekuatan tentara kita dipusatkan untuk memusnahkan musuh, operasinya harus berkoordinasi dengan kegiatan aktif dari korps regional, barisan gerilya lokal dan milisai. Prinsip memusatkan kekuatan untuk memusnahkan musuh satu demi satu juga berlaku ketika korps (atau pasukan) regional menyerang satu resimen, batalyon atau kompi-kompi musuh.

            9. Tentang prinsip memusatkan kekuatan untuk memusnahkan musuh satu demi satu, yang menjadi tujuan utama bukanlah mempertahankan atau merebut suatu daerah, melainkan memusnahkan kekuatan efektif musuh. Adakalanya, kita boleh melepaskan daerah-daerah tertentu dengan maksud memusatkan kekuatan untuk memusnahkan tentara musuh atau memungkinkan induk kekuatan tentara kita menghindari pukulan-pukulan hebat dari tentara musuh supaya memudahkan istirahat  dan pengkonsolidasian diri untuk pertempuran selanjutnya. Asal tentara kita dapat memusnahkan kekuatan efektif  musuh dalam jumlah besar, akan mungkinlah merebut kambali  daerah yang hilang dan merebut daerah baru. Karena itu, meereka yang berhasil memusnahkan kekuatan efektif musuh harus diberi penghargaan. Ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang memusnahkan tentara reguler musuh, tetapi juga yang memusnahkan gerombolan reaksioner setempat seperti Korps Keamanan musuh dan Barisan Pulang Kampung [8] . Akan tetapi kita harus mempertahankan atau merebut daerah yang dapat dipertahankan atau direbut apabila imbangan kekuatan antara musuh dengan kita memungkinkannya, atau apabila daerah itu mempunyai arti penting dalam kampanye atau pertempuran kita; kalau tidak kita akan membuat kesalahan. Karena itu, mereka yang berhasil mempertahankan atau merebut daerah seperti itu juga juga harus diberi penghargaan.


Tulisan ini adalah petunjuk intern-Partai dari Komisi Militer Revolusioner Comite Central Partai Komunis Tiongkok yang disusun oleh Kawan Mao Ce-tung.


Keterangan:

1). Istilah-istilah “memusnahkan musuh”, “ membinasakan musuh” atau  “membasmi musuh”, yang digunakan dalam artikel-artikel di buku ini mencakup pengertian menewaskan, melukai dan menawan musuh.

2). Tentara Reguler Kuomintang susunannya semula adalah satu tentara terdiri dari dua atau tiga divis, dan setiap divisi terdiri dari  tiga resimen. Sejak bulan Mei 1946 Kuomintang mereorganisasi setahap demi setahap tentara regulernya yang pada waktu itu berada di sebelah selatan sungai Kuning dengan mengubah tentara menjadi divisi reorganisasi, dan divis menjadi brigade yang terdiri dari dua atau tiga resimen. Sebagian tentara Kuomintang di sebelah utara sungai kuning tidak direorganisasi dan susunanya masih tetap sama. Beberapa divisi reorganisasi  itu kemudian kembali lagi pada susunannya semula berupa tentara.

3). Pada bulan Juli 1946 tentara Kuomintang secara besar-besaran menyerbu Daerah bebas Ciangsu-Anhui, dan tentara kita bertempur dengan gagah berani untuk membela diri. Tentara musuh yang menyerang Daerah bebas Ciangsu Tengah terdiri dari 15 Brigade kira-kira 120.000 orang di bawah pimpinan Thang Eng-po. Dari tanggal 19 Juli sampai 27 Agustus, 18 resimen Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok Timur yang dipimpin oleh Su Yü , Than Cen-lin dan kawan-kawan lainnya memusatkan kekuatan unggul dan melakukan tujuh kali pertempuran berturut-turut di daerah Thasing, Zukao, Haian dan Shaopo di Ciangsu tengah, dan berhasil memusnahkan enam brigade tentara musuh dan lima batalyon Korps Plisi Perhubungan. Yang disebut dalam artikel ini adalah hasil dua kali pertempuran dari pertempuran-pertempuran itu.

4). Pada bulan Agustus 1946 tentara Kuomintang maju dari sekita Sücou dan Cengcou melalui dua jurusan dan menyerang Daerah Bebas Shangsi-Hupei-Shantung-Henan. Tentara pembebasan daerah ini, di bawah pimpinan Liu Po-cheng, Teng Siao-phing dan kawan-kawan lainnya, memusatkan kekuatan unggul untuk menggempur musuh yang datang dari jurusan Cengcou. Dari tanggal 3 hingga 8 September mereka berturut-turut telah memusnahkan empat brigade musuh di daerah Hece, Tingthao dan Chaosiün  di provinsi Shantung.

5). Pada awal bulan Juni 1946 Tentara pembebasan Rakyat Shantungmelancarkan perang penghukuman terhadap tentara boneka di sepanjang jalan kereta api  Cingthao-Cinan dan Thiéncin-Phkhou  dan berturut-turut membebaskan belasan kota, termasuk Ciaosién, Chanthién, Couchun, Tecu, Thaian dan Caocuang.

6). Dari tanggal 10 sampai 21 Agustus 1946, untuk berkoordinasi dengan operasi Tentara Pembebasan Rakyat Dataran Tengah dan Tiongkok Timur, Tentara Pembebasan Rakyat Shansi-Hupei-Shantung-Henan telah bergerak melalui beberapa jurusan dan menyerang tentara musuh yang ditempatkan  di sepanjang jalan kereta api Lunhai bagian Khaifeng-Sücou, berturut-turut berebut belasan kota, termasuk Tangshan, Lanfeng, Huangkhou, Licuang dan Yangci.

7). Pada bulan Juli 1946 tentara Kuomintan yang dipimpin oleh Hu Cung-nan dan yén Si-shan bersama-sama menyerang Daerah Bebas Shansi selatan. Kesatuan-kesatuan Thaiyüé  dari Tentara Pembebasan Rakyat Shensi-Hepei, Shantung-Henan dan sebagian dari Tentara Pembebasan Rakyat Shansi- Suiyüén  mengadakan serang balas dan memukul  mundur serbuan tentara musuh di Shansi selatan. Pada bulan Agustus mereka melancarkan lagi terhadap tentara musuh di antaraLinfeng dan Lingshe di sepanjang jalan kereta api Tathung-Phucou dan berturut-turut membebaskan kota-kota Hungthung, Caocheng, Huosién, Lingshe dan Fensi.

8). Dalam periode Perang pembebasan Rakyat sementara tuantanah dan benggolan jahat di Daerah Bebas melarikan diri ke daerah kekuasaan Kuomintang. Oleh Muomintang mereka diorganisasi menjadi gerombolan bersenjata  reaksioner seperti “Barisan Pulang Kampung” dan “Legiun Pulang Kampung” untuk menyerang Daerah Bebas bersama-sama tentara Kuomintang. Gerombolan bersenjata reaksioner tuantanah ini merampok, membunuh dan melakukan segala macam kejahatan di mana-mana.

Keterangan Penerjemah: 

[*] Korps Polisi Perhubungan Kuomintang dibentuk pada bulan Maret 1945. Sesudah Jepang menyerah, dengan dalih melindungi jalan kereta api korps tersebut disebarkan di garis-garis perhubungan untuk menjalankan tugas “garnisun”, tetapi sesungguhnya melakukan kegiatan agen rahasia. Korps tersebut adalah salah satu pasukan Kuomintang yang melancarkan perang dalam negeri.