KEPADA KAUM MISKIN DESA

V.I. Lenin (1902)


VI

PERBAIKAN-PERBAIKAN APA YANG SEDANG
DIPERJUANGKAN OLEH KAUM SOSIAL-DEMOKRAT
BAGI SEMUA PETANI?

Untuk mencapai pembebasan yang sempurna bagi semua kaum pekerja, maka kaum miskin desa, dengan bersekutu dengan kaum buruh kota, harus melakukan perjuangan menentang seluruh burjuasi, termasuk pula petani-petani kaya. Petani-petani kaya akan burusaha membayar buruh-buruh tani mereka sesedikit mungkin dan memaksa mereka bekerja selama serta sekeras mungkin; tetapi kaum buruh kota dan desa akan berusaha supaya kaum buruh-tani yang bekerja untuk petani-petani kaya juga memperoleh upah yang lebih baik, syarat-syarat kerja yang lebih baik, dan masa-masa istirahat yang tetap. Ini berarti bahwa kaum miskin desa harus membentuk persatuan mereka sendiri, tanpa petani-petani kaya. Hal ini sudah kami bicarakan, dan kami akan selalu meng-ulang-ulanginya.

Tetapi di Rusia, semua petani, kaya atau miskin, dalam banyak hal masih merupakan hamba-hamba;  mereka semuanya adalah pangkat rendahan, pangkat “hitam”, pangkat pembayar pajak kepala; mereka semuanya diperhamba oleh amtenar-amtenar-polisi dan kepala-kepala Zemstwo; sering sekali mereka seperti dulu bekerja buat tuan tanah sebagai ganti pembayaran untuk tanah-tanah-potongan, tempat-tempat-minum-ternak, padang-padang penggembalaan, atau padang-padang rumput persis seperti mereka bekerja untuk tuan tanah di bawah sistim perhambaan. Semua petani ingin bebas dari sistim perhambaan baru ini, mereka semua ingin mempunyai hak-hak yang penuh, mereka semua membenci tuan tanah-tuan tanah yang sampai sekarang masih memaksa mereka melakukan kerja-hamba – membayar “rente-kerja” untuk pemakaian tanah serta padang-padang penggembalaan, tempat-tempat minum ternak dan padang-padang rumput dari tuan-tuan bangsawan, bekerja pula “untuk pelanggaran” dan mengirim kaum wanita mereka untuk memungut hasil ladang tuan tanah semata-mata “untuk penghormatan” saja. Semua rente kerja ini merupakan beban yang lebih berta bagi petani-petani-miskin daripada bagi muzyik-muzyik kaya. Muzyik-muzyik kaya kadang-kadang dapat membayar dengan uang kepada tuan tanah sebagai pengganti pekerjaan ini, tetapi muzyik-muzyik kayapun dalam kebanyakan hal diperas dengan kerasnya oleh tuan tanah. Jadinya, kaum miskin desa harus berjuang bahu-membahu dengan petani-petani kaya menentang ketiadaan hak-hak mereka, menentang setiap macam kerja hamba, menentang setiap macam rente-kerja. Kita akan dapat membebaskan diri dari segala macam perbudakan, segala macam kemiskinan hanya bila kita mengalahkan burjuasi dalam keseluruhannya (termasuk petani-petani kaya pula). Tetapi ada bentuk perbudakan yang dapat kita hapuskan sebelum waktu itu, sebab petani-petani kayapun sangat menderita karena bentuk-bentuk perbudakan itu. Di Rusia sampai sekarang masih banyak terdapat tempat-tempat serta distrik-distrik di mana sering kali semua petani dalam keseluruhannya hampir tetap merupakan hamba-hamba. Itulah sebanya maka semua kaum buruh Rusia dan semua kaum miskin desa harus melakukan perjuangan dengan kedua tangan dan di dua segi: dengan tangan yang satu – perjuangan menentang burjuasi, dengan bersekutu dengan semua kaum buruh; dan dengan tangan lain – perjuangan menentang pejabat-pejabat desa, menentang tuan tanah-tuan tanah feodal, dengan bersekutu dengan semua petani. Jika kaum miskin desa tidak membentuk persatuan mereka sendiri yang terpisah dari petani-petani kaya, maka mereka akan ditipu dan dipedayai oleh petani-petani kaya, yang akan menjadi tuan tanah-tuan tanah sendiri, sedang kaum miskin tidak hanya akan tetap miskin, tetapi bahkan tak akan diberi kebebasan untuk bersatu. Jika kaum miskin desa tidak berjuang berdampingan dengan petani-petani kaya menentang perbudakan perhambaar, maka mereka akan tetap terbelenggu serta terikat pada satu tempat, dan mereka juga tak akan mendapat kebebasan penuh untuk bersatu dengan kaum buruh kota.

Kaum miskin desa harus lebih dulu menghantam tuan tanah-tuan tanah dan mencampakkan sekurang-kurangnya bentuk-bentuk perbudakan feodal yang paling jahat dan paling mencelakakan, dan di dalam urusan ini banyak petani-petani kaya dan pengikut-pengikut burjuasi akan juga memihak kaum miskin, sebab setiap orang sudah bosan dengan keangkuhan tuan tanah-tuan tanah. Tetapi baru kita berhasil mengurangi kekuasaan tuan tanah-tuan tanah, petani kaya akan segera menyingkapkan wataknya yang sebenarnya dan menunjukkan camarnya untuk mencekau segala apa saja; cakarnya yang rakus dan sudah banyak yang mereka cekau. Jadinya, kita harus awas-awas membentuk persekutuan yang kuat dan tak dapat dipatahkan dengan kaum buruh kota.  Kaum buruh kota akan membantu mencabut habis kebiasaan-kebiasaan lama yang keningrat-ningratan dari tuan tanah-tuan tanah dan agak menjinakkan juga petani-petani kaya (seperti mereka sudah agak menjinakkan majikan-majikan mereka, pemilik-pemilik pabrik). Tanpa persekutuan dengan kaum buruh kota kaum miskin desa kapanpun tak akan membebaskan diri mereka dari segala macam perbudakan, dari segala macam kemiskinan dan kesengsaraan; kecuali kaum buruh kota, tak ada seorangpun yang membantu kaum miskin desa dalam hal ini, mereka tak dapat mengandalkan pada siapapun kecuali pada diri mereka sendiri. Tetapi ada perbaikan-perbaikan yang dapat kita peroleh lebih pagi, yang dapat kita peroleh segera, justru pada awal mula perjuangan yang besar ini. Di Rusia terdapat banyak bentuk perbudakan yang sudah lama tak ada di negeri-negeri lain, dan dari perbudakan kepada amtenar-amtenar ini, perbudakan kepada tuan tanah-tuan tanah, perbudakan perhambaan ini, kaum tani Rusia dalam keseluruhannya dapat membebaskan diri dengan segera.

Sekarang baiklah kita tinjau perbaikan-perbaikan apa pertama-tama sedang diperjuangkan oleh Partai Buruh Sosial-Demokrat guna membebaskan kaum tani Rusia dalam keseluruhannya sekurang-kurangnya dari bentuk-bentuk perbudakan perhambaan yang paling jahat, dan guna melepaskan tangan kaum miskin desa untuk perjuangan mereka menentang burjuasi Rusia dalam keseluruhannya.

Tuntutan pertama dari Partai Buruh Sosial-Demokrat yalah segera dihapuskannya semua pembayaran ganti-rugi tanah, segala canon dan segala cukai yang dikenakan pada kaum tani yang “membayar-pajak-kepala”. Ketika panitia-paniatia bangsawan dan pemerintah bangsawan dari tsar Rusia “membebaskan” petani-petani dari ketergantungan perhambaan, petani-petani dipaksa menebus tanah mereka sendiri, menebus tanah yang mereka garap turun temurun! Itu adalah perampokan. Panitia-panitia bangsawan, dengan bantuan pemerintah tsar, betulbetul merampok petani-petani. Pemerintah tsar mengirim pasukan-pasukan ke banyak tempat untuk mendesakkan surat piagam(10) pada petani-petani dengan paksa, menjalankan tindakan-tindakan hukuman militer terhadap petani-petani yang menolak menerima tanah-tanah pembagian “jembel” yang sudah dipotong. Tanpa bantuan pasukan-pasukan, tanpa siksaan serta penembakan, panitia-panitia bangsawan itu kapanpun tak akan dapat merampok petani secara begitu kurang ajar seperti yang mereka lakukan itu pada waktu pembebasannya dari ketergantungan perhambaan. Petani-petani harus senantiasa ingat bagaimana mereka dirampok serta dicurangi oleh panitaia-panitia bangsawan dan tuan tanah, sebab kinipun pemerintah tsar masih mengangkat panitia-panitia bangsawan atau amtenar bilamana saja timbul soal dikeluarkannya undang-undang baru mengenai kaum tani. Baru-baru ini, tsar mengeluarkan sebuah manifes (26 februari 1903) di mana dia menjanjikan akan meninjau kembali serta memperbaiki undang-undang mengenai kaum tani. Siapa yang akan meninjau kembali? Siapa yang akan memperbaikinya?  Kaum bangsawan lagi, para amtenar lagi! Kaum tani akan senantiasa dicurangi sebelum  mereka mencapai pembentukan panitia-panitia tani untuk maksud memperbaiki hidup kaum tani. Suadah tiba waktunya untuk memperhentikan kemaharajalelaan tuan tanah-tuan tanah, kepala-kepala Zemstwo dan segala macam amtenar atas kaum tani! Sudah tiba saatnya untuk menghentikan ketergantungan perhambaan petani pada setiap agen polisi, pada setia orang keturunan bangsawan yang bangkrut karena banyak minum, yang disebut kepala Zemstwo, kepala polisi Uyezd, atau gubernur! Kaum tani harus menuntut supaya kepada mereka diberikan kebebasan untuk mengurus sendiri urusan-urusan mereka, memikirkan, menerima, dan menjalankan sendiri undang-undang baru. Kasum tani harus menuntut pembentukan panitia-panitia tani yang bebas, yang dipilih, dan selama mereka belum memperoleh kebabasan ini, mereka akan senanatiasa dicurigai serta dirampok oleh kaum bangsawan dan para amtenar. Tak seorangpun akan membebaskan muzyik-muzyik dari lintah-lintah amtenar jika mereka tidak membebaskan diri sendiri, jika mereka tidak bersatu supaya menggenggam nasib mereka dalam tangan mereka sendiri.

Kaum Sosial-Demokrat tidak hanya menuntut dihapuskannya sama-sekali dan segera pembayaran-pembayaran uang tebusan tanah, canon dan segala macam rente kerja; mereka juga menuntut supaya uang-tebusan-tanah yang sudah diambil dari Rakyat dikembalikan kepada Rakyat. Muzyik-muzyik diseluruh Rusia telah membayar ratusan juta Rubel kelebihan sejak mereka dibebaskan dari perhambaan oleh panitia-panitia bangsawan. Kaum tani harus menuntut supaya uang ini dikembalikan kepada mereka. Biar pemerintah mengenakan pajak khusus pada kaum bangsawan pemilik-tanah besar, biar tanah-tanah biara dan tanah-tanah Departemen Mahkota (yaitu, tanah-tanah milik keluarga tsar) diambil, biar Dewan perwakilan Rakyat menggunakan uang ini untuk kepentingan kaum tani. Di manapun di dunia ini petani tidak begitu diijak-injak serta begitu menjadi melarat seperti di Rusia, di mana-manapun tak ada jutaan petani yang mati kelaparan seperti di Rusia. Kaum tani di Rusia telah dibikin sampai mati kelaparan sebab mereka sudah lama dirampok oleh panitia-panitia bangsawan, sebab sejak hari itu mereka dirampok setiap tahun dengan dipaksa membayar upeti lama kepada ahliwaris-ahliwaris tuantanh-tuan tanah pemilik hamba yang lama dalam bentuk pembayaran uang tebusab-tanah dan canon. Seharusnya mereka yang merampok harus bertanggungjawab terhadap kejahatan-kejahatan mereka. Seharusnya justru dari kaum bangsawan, kaum tuan tanah besar akan diambil uang untuk memberikan sokongan yang nyata kepada yang kelaparan.Muzyik yang kelaparan tidak membutuhkan kedermawanan, dia tidak membutuhkan sedekah; dia harus menuntut pengembalian uang yang telah dia bayarkan selama bertahun tahun kepada tuan tanah-tuan tanah dan kepada negara. Sesudah Dewan perwakilan Rakyat dan panitia-panitia petani akan dapat memberikan bantuan yang nyata dan sungguh-sungguh sefektif kepada yang kelaparan.

Selanjutnya. Partai Buruh Sosial-Demokrat menuntut dihapuskannya segera tanggungjawab-kolektif (11) dan semua undang-undang yang membatasi petani dalam mengurus tanahnya. Manifes tsar tranggal 26 februari 1903 menjanjikan penghapusan tanggungjawab kolektif. Undang-undang mengenai hal ini sudah diterima. Tetapi ini tidak cukup. Kecuali itu, semua  undang-undang yang menghalangi petani dalam mengurus tanahnya harus dibatalkan dengan segera; kalau tidak, sekalipun tanpa tanggungjawab-kolektif, petani tak akan menjadi bebas sepenuhnya dan akan tetap merupakan setengah hamba. Petani harus memperoleh kebebasan penuh untuk mengurus tanahnya: menyewanya atau menjualnya kepada siapa saja sesukanya tiada minta izin kepada siapapun juga. Inilah justru yang tidak diperkenankan oleh dekrit tsar: semua bangsawan, saudagar-saudagar dan burjuis kecil kota bebas mengurus tanah mereka, tetapi petani tidak. Muzyik diperlakukan sebagai seorang bayi, dia harus mempunyai seorang kepala Zemstwo untuk menjaganya, seperti seorang pengasuh. Muzyik tidak boleh dibiarkan menjual tanah-pembagiannya, sebab uang itu akan diboroskannya! Begitulah pertimbangan orang-orang pemilik hamba; dan nah, terdapat orang-orang naif yang mempercayai mereka dan, mengharapkan kebaikan bagi muzyik, mengatakan bahwa dia tidak boleh dibiarkan menjual tanahnya. Kaum Narodnikpun (yang sudah kita bicarakan) dan orang-orang yang menamakan diri kaum “Sosial-Revolusioner” juga menyerah kepada dalil ini dan berpendapat bahwa lebih baik jika muzyik tetap menjadi sedikit hamba daripada jika dia dibiarkan menjual tanahnya.

Kata kaum Sosial-Demokrat: itu kemunafikan saja, omongan keningrat-ningratan melulu, kata-kata bermadu belaka! Apabila kita sudah mencapai Sosialisme, apabila klas buruh sudah mengalahkan burjuasi, seluruh tanah akan dimiliki bersama dan tak seorangpun akan berhak menjual tanah. Tetapi bagaimana sebelum itu?  Apakah orang bangsawan serta saudagar  diperkenankan menjual tanah mereka dan petani tidak? Apakah orang bangsawan dan saudagar bebas sedang petani tetap setenagh hamba? Apakah petani akan terus harus meminta izin kepada yang berwajib?

Kesemuanya ini adalah penipuan belaka, biarpun yang ditiup-tiupi dengan kata-kata bermadu, tetapi bagaimanapun tetap penipuan juga.

Selama seorang bangsawan dan saudagar diperkenankan menjual tanah, petani harus juga berhak penuh untuk menjual tanahnya dan mengurusnya dengan penuh kebebasan, persis sama seperti orang bangsawan dan saudagar.

Apabila klas buruh sudah mengalahkan seluruh burjuasi, ia akan merampas tanah dari pemilik-pemilik besar dan akan menjalankan pengusahan pertanian secara koperatif di atas perusahaan-perusahaan pertanian besar, supaya kaum buruh menggarap tanah secara bersama-sama, bergotong royong, dan dengan bebas memilih orang-orang yang dapat dipercaya untuk mengurus perusahaan-perusahaan pertanian itu. Mereka akan mempunyai segala macam mesin yang meringankan kerja; mereka akan bekerja dalam regu-regu selama tidak lebih dari delapan jam (atau bahkan enam jam) sehari. Ketika itu petani kecil juga, yang lebih suka tetap meneruskan usaha-pertaniannya secara lama menurut garis-garis perorangan, tak akan menghasilkan lagi produksinya untuk pasar, untuk menjual kepada siapa saja yang datang lebih dulu, melainkan untuk koperasi-koperasi kaum buruh; petani kecil akan menyediakan gandum, daging, sayur-sayuran bagi koperasi-koperasi kaum buruh, dan kaum buruh sebagai balasannya akan memberikan, tanpa bayaran, kepadanya mesin-mesin, ternak, pupuk, pakaian dan apa saja  yang dia butuhkan. Tak akan ada lagi pergulatan untuk uang antara pengusaha-pertanian besar dan pengusaha-pertanian kecil, tak akan ada lagi kerja untuk orang lain untuk uang upahan; kaum pekerja semuanya akan bekerja untuk diri mereka sendiri, semua perbaikan dalam metode-metode produksi dan segala mesin akan menguntungkan kaum buruh itu sendiri dan membantu meringankan kerja mereka, memperbaiki taraf hidup mereka.

Tetapi setiap orang yang berakal mengerti bahwa Sosialisme tak dapat dicapai dengan sertamerta; untuk mencapainya harus dilakukan perjuangan mati-matian melawan sluruh burjuasi, melawan semua dan segala macam  pemerintah; untuk itu semua kaum buruh kota di seluruh Rusia harus bersatu dalam persekutuan yang pokok dan tak terpatahkan dengan semua kaum miskin desa. Ini adalah suatu tujuan agung, dan untuk tujuan ini orang patut mengabdikan diri selama seluruh seluruh hidupnya. Tetapi selama kita belum mencapai Sosialisme, pemilik besar akan senantiasa bergulat dengan pemilik kecil untuk uang. Apakah pemilik tanah-besar harus bebas menjual tanahnya, sedang petani-kecil tidak? Kita ulangi: kaum tani bukanlah bayi dan mereka tak akan membiarkan siapapun juga untuk main kuasa atas diri mereka; kaum tani harus mendapat, tanpa suatu pembatasan, semua hak yang dinikmati oleh kaum bangsawan dan kaum saudagar.

Juga dikatakan: tanah petani bukanlah kepunyaan sendiri, melainkan tanah komunal. Setiap orang tidak bisa dibiarkan menjual tanah komunal. Inipun suatu pembohongan. Tidakkah bangsawan-bangsawan dan saudagar-saudagar mempunyai komune-komune mereka sendiri? Tidakkah bangsawan-bangsawan dan saudagar-saudagar begabung untuk membentuk perseroan-perseroan guna membeli tanah dan pabrik-pabrik, atau sesuatu lainnya bersama-sama? Mengapa orang tidak mereka-reka pembatasan apapun bagi perserikatan-perserikatan kaum bangsawan, sedang semua bajingan polisi dengan giatnya membuat-buat pembatasan-pembatasan serta larangan-larangan bagi kaum tani? Kaum tani tak pernah mendapat sesuatu yang baik dari para amtenar, mereka cuma memperoleh pukulan-pukulan, pemerasan-pemerasandan hardikan-hardikan. Kaum tani kapanpun tak akan mendapat sesuatu yang baik selama mereka belum memegang semua urusan mereka dalam tangan mereka sendiri, selama mereka belum memperoleh kesamaan derajat dan kebebasan penuh. Jika kaum tani menghendaki tanah mereka menjadi komunal, tak seorangpun akan berani campurtangan dengan mereka; dan mereka dengan persetujuan sukarela akan membentuk sebuah komune yang akan memasukkan di dalamnya siapa saja yang mereka sukai dan atas syarat-syarat apa saja yang mereka suaki; mereka akan bebas sekali menyusun perjanjian komunal dalam bentuk apapun juga sesuka mereka. Dan jangan ada seorang amtenarpun  yang  berani-berani  turut campur apapun juga sesuka mereka. Dan jangan ada seorangpun yang menggunakan akalnya terhadap petani-petani untuk mereka-reka pembatasan-pembatasan serta larangan-larangan bagi mereka.

*   *   *

Akhirnya ada satu perbaikan penting lagi yang sedang diperjuangkan oleh kaum Sosial-Demokrat untuk dicapainya bagi kaum tani. Mereka menghendaki dibatasinya dengan segera, sekarang juga, perbudakan atas kaum tani oleh kaum bangsawan, kungkungan perhambaan atasnya. Sudah barang tentu, perbudakan tak dapat dihapuskan dalam keseluruhannya selama masih ada kemiskinan di dunia ini, sedangkan kemiskinan tak dapat dihapuskan selam tanah dan pabrik-pabrik ada dalam tangan burjuasi, selama uang merupakan kekuatan utama di dunia, dan selama masyarakat Sosialis belum ditegakkan. Tetapi di pedesaan di Rusia masih terdapat banyak perbudakan dari macam yang teristimewa jahatnya yang sudah tidak ada lagi di negeri-negeri lain, meskipun Sosialisme belum dijalankan di negeri-negeri itu. Di Rusia masih terdapat banyak kungkungan perhambaan  yang menguntungkan bagi semua tuan tanah, yang menindih semua petani dan yang dapat dan harus pertama-tama dihapuskan dengan segera dan sekarang juga.

Baiklah kami terangkan macam perbudakan yang kami namakan kungkungan perhambaan.

Setiap orang yang tinggal di desa tahu hal-hal seperti berikut. Tanah tuan-tanah berbatasan dengan tanah petani. Pada waktu pembebasan, tanah kaum tani yang dibutuhkan bagi mereka telah dipotong, telah dipotong juga padang penggembalaan, perumputan, hutan-hutan dan tempat-tempat minum ternak. Kaum tani tidak bisa tanpa tanah yang dipotong ini, tanpa padang-padang penggembalaan, tanpa tempat-tempat minum ternak. Suka atau tak suka kaum tani terpaksa pergi kepada tuan tanah meminta kepadanya supaya ternak mereka diperkenankan pergi ke tempat minum ternak, digembala di padang-padang rumput dan seterusnya. Dan tuan tanah tidak mengusahakan tanah sendiri dan, barangkali, tidak mempunyai uang sedikitpun, sedangkan hidup hanya dengan memperbudak kaum tani. Sebagai ganti untuk pemakaian tanah-tanah yang dipotong itu petani-petani bekerja untuk dia dengan cuma-cuma; mereka membajak tanah-tanahnya dengan kuda-kuda mereka, mereka memaneni gandumnya dan menyabit rumput untuknya, mereka menebah gandumnya dan di beberapa tempat malah mengangkut rabuk mereka ke ladang-ladang tuan tanah, atau membawa kain tenunan sendiri, dan telur serta ayam itik buat dia. Persis seperti di bawah sistim perhambaan! Di bawah sistim perhambaan kaum tani harus bekerja dengan cuma-cuma untuk tuan tanah di atas tanah siapa mereka berdiam, dan kini mereka sering sekali harus bekerja dengan cuma-cuma  untuk tuan tanah sebagai ganti tanah itu juga yang telah dicuri dari mereka oleh panitia-paniatia bangsawan pada waktu pembebasan mereka. Itu sama saja dengan kerja hamba. Di beberapa Gubernia kaum tani sendiri menamakannya barsycina, atau pansycina [*17]. Nah, itulah yang kita sebut kungkungan perhambaan. Pada waktu pembebasan dari perhambaan panitia-panitia tuan tanah dana bangsawan dengan sengaja mengatur persoalannya begitu rupa sehingga kaum tani tetap dalam perbudakan seperti sediakala. Mereka dengan sengaja memotong tanah-tanah pembagian petani; memasukkan tanah tuan tanah di tengah-tengah antara tanah kepunyaan kaum tani sehingga tak memungkinkan kaum tani melepaskan bahkan ayam-itik mereka dengan tiada masuk melanggarnya; mereka dengan sengaja memindahkan kaum tani ke tanah yang paling buruk, dengan sengaja menutup jalan ke tempat minum ternak dengan sebidang tanah tuan tanah – pendeknya, mereka membuat-buat segala sesuatu sedemikian supaya kaum tani ternyata mendapatkan diri mereka berada dalam perangkap, supaya kaum tani itu seperti dulu mudah tertawan. Dan berapa banyak masih ada di negeri kita  desa-desa di mana kaum tani berada dalam tawanan tuan tanah-tuan tanah setempat, persis seperti ketika mereka berada di bawah perhambaan; tak terhitung jumlahnya desa-desa demikian. Di desa-desa seperti itu, muztyik kaya dan muzyik miskin terikat kaki dan tangannya dan sepenuhnya dilemparkan di bawah kekuasaan tuan tanah-tuan tanah. Dala suasan seperti itu muzyik-miskin lebih buruh lagi keadaannya daripada muzyik-kaya. Muzyik kaya kadang-kadang memiliki sendiri tanah dan menyuruh buruh taninya bekerja untuk tuan tanah guna menggantikan dia sendiri, tetapi bagi petani miskin sama-sekali tak ada jalan keluar dan  tuan tanah berbuat sesukanya saja terhadapnya. Di bawah perbudakan ini petani miskin sering kali tak mempunyai tempo untuk tarik napas; dia bahkan tak dapat pergi mencari pekerjaan tambahan di tempat lain tersebab oleh pekerjaan yang harus dikerjakannya untuk tuan tanah; tak ada tempo baginya untuk memikirkan tentang bersatu secara bebas dalam satu persekutuan, dalam satu partai dengan seluruh kaum miskin desa dan kaum buruh kota.

Apakah ada sesuatu jalan supaya menghapuskan perbudakan macam ini sekaligus, dengan sertamerta, dengan segera? Untuk tujuan ini Partai Buruh Sosial-Demokrat mengusulkan dua jalan kepada kaum tani. Tetapi harus kami ulangi sekali lagi bahwa hanya Sosialismelah yang dapat membebaskan semua kaum miskin dari semua dan segala macam perbudakan, karena, selama kaum kaya mempunayi kekuatan, mereka selalu akan menindas kaum miskin dengan satu atau lain cara. Tidaklah mungkin menghapuskan seluruh perbudakan sekaligus, tetapi orang mungkin sangat membatasi bentuk perbudakan yang paling jahat, yang paling menjijikkan, perbudakan perhambaan, yang berat menindih tani-tani miskin, tani-tani sedang dan bahkan tani-tani-kaya juga; orang mungkin mendapatkan keringanan yang segera bagi kaum tani.

Untuk tujuan ini ada dua jalan.

Jalan pertama: pembentukan pengadilan-pengadilan yang dipilih secara bebas yang terdiri dari wakil-wakil terpercaya dari buruh-buruh tani dan petani-petani termiskin, dan juga dari petani-petani kaya serta tuan tanah-tuan tanah.

Jalan kedua: panitia-panitia tani yang dipilih secara bebas. Panitia-panitia tani ini harus berhak tidak saja untuk membahas serta mengambil segala macam tindakan guna menghapuskan kerja hamba, untuk menghapuskan sisa-sisa peninggalan sistim perhambaan, tetapi panitia-panitia itu juga harus berhak untuk mensita tanah-tanah potongan dan mengembalikannya kepada petani-petani [*18].

Marilah kita tinjau dua jalan ini agak lebih seksama lagi. Pengadilan-pengadilan yang terdiri dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih secara bebas akan menimbang segala perkara yang timbul dari pengaduan-pengaduan kaum tani terhadap perbudakan. Pengadilan-pengadilan sedemikian itu akan berhak mengurangi sewa tanah jika tuan tanah, dengan mempergunakan kebutuhan kaum tani, menetapkan sewa itu terlalu tinggi. Pengadilan-pengadilan seperti itu akan berhak membebaskan petani-petani dari pembayaran-pembayaran yang di luar batas: misalnya, jika seorang tuan tanah mengupah seorang muzyik dalam musim dingin untuk pekerjaan musin panas dengan upah yang terlalu rendah, maka pengadilan itu akan mengadili  perkara itu dan menetapkan upah yang adil. Sudah barang tentu, pengadilan-pengadilan sedemikian itu tidak boleh terdiri dari amtenar-amtenar melainkan dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih secara bebas, dan dari kaum buruh tani serta kaum miskin desa pasti harus ada wakil-wakil yang mereka pilih sendiri dan yang jumlahnya tidak kurang dari yang dipilih petani-petani kaya dan tuan tanah-tuan tanah. Pengadilan-pengadilan sedemikian itu harus pula memeriksa semua perselisihan antara kaum buruh dan majikan-majikan. Apabila pengadilan-pengadilan yang sedemikian itu ada, maka akan lebih mudahlah bagi kaum buruh dan semua kaum miskin desa untuk membela hak-hak mereka, untuk saling bersatu dan untuk menemukan dengan tepat orang-orang yang bagaimana yang dapat dengan terpercaya dan setia membela kaum miskin dan kaum buruh.

Jalan lain lebih penting lagi. Ini adalah panitia tani yang bebas yang terdiri dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih dari kaum buruh-tani dan kaun petani-miskin, petani-petani sedang dan petani-petani kaya di setiap Uyezd (atau jika kaum tani memandang perlu – beberapa panitia di setiap Uyezd; mungkin mereka bahkan lebih suka membentuk sebuah panitia tani di setiap Wolost dan di setiap desa besar). Tak ada seorangpun yang lebih baik mengetahui daripada petani-petani itu sendiri tentang perbudakan apa yang menindas mereka. Tak akan ada seorangpun yang dapat lebih baik menelanjangi tuan tanah-tuan tanah, yang sampai hari inipun hidup di atas punggung petani-petani yang diperbudak, daripada petani-petani itu sendiri. Panitia-panitia petani itu akan memutuskan tanah-tanah-potongan mana, padang-padang rumput, padang-padang-penggembalaan mana, dan seterusnya, yang telah diambil dari kaum petani secara tak adil; mereka akan memutuskan apakah atanh-tanah itu akan harus dirampas kembali tanpa ganti rugi, atau apakah orang-orang yang telah membeli tanah-tanah itu akan harus mendapat ganti rugi atas kerugian kaum bangsawan tinggi. Setidak-tidaknya panitia-panitia tani akan melepaskan kaum tani biarpun dari perangkap-perangkap ke dalam mana mereka sudah digiring masuk oleh banyak sekali panitia-panitia dari kaum bangsawan dan kaum tuan tanah. Panitia-panitia tani akan membebaskan kaum tani dari campurtangan para amtenar, mereka akan menunjukkan bahwa kaum tani hendak, dan dapat sendiri mengurus urusan-urusan mereka, mereka akan membantu kaum tani supaya mendapat pengertian umum tentang kebutuhan-kebutuhan mereka  dan supaya mengenal baik orang-orang yang mampu dengan setia membela kaum miskin desa dan persekutuan dengan kaum buruh kota. Panitia-panitia tani akan merupakan langkah pertama kearah memungkinkan petani-petani di desa-desa yang paling terpencilpun berdiri di atas kaki sendiri dan menggenggam nasib mereka dalam tangan mereka sendiri.

Itulah sebabnya kaum buruh Sosial-Demokrat memperingatkan kaum tani:
Jangan percaya pada suatu panitia bangsawan, atau pada suatu komisi yang  terdiri dari amtenar.
Tuntutlah suatu Dewan perwakilan Rakyat
Tuntutlah pembentukan panitia-panitia tani
Tuntutlah suatu kebebasan penuh menerbitkan brosur-brosur dan suratkabar-suratkabar dari segala macam.

Apabila semuanya dan setiap orang akan mempunyai hak untuk dengan bebas dan tiada takut-takut menyatakan pendapat-pendapat serta keinginan-keinginan mereka  di dalam Dewan Perwakilan seluruh Rakyat, maupun di dalam panitia-panitia tani dan dalam suratkabar-suratkabar, maka akan lekas sekali kelihatan siapa yang berpihak pada klas buruh dan siapa yang berpihak pada burjuasi. Kini, mayoritas yang amat besar dari Rakyat tidak memikirkan hal-hal ini sama-sekali;  sementara orang menyembunyikan pandangan-pandangannya yang sesungguhnya, yang lain belum tahu pikirannya sendiri, dan yang lain lagi membohong dengan sengaja. Tetapi pada waktu itu setiap orang akan mulai memikirkannya, tak akan alasan untuk menyembunyikan suatu apapun, dan segala sesuatunya akan menjadi terang. Sudah kami katakan bahwa burjuasi akan menarik petani-petani kaya kepihkanya. Makin lekas dan makin banyak kita berhasil menghapuskan perbudakan penghambaan, dan makin nyata kebebasan yang akan dicapai kaum tani untuk diri mereka sendiri, maka makin lekas pula kaum miskin desa bersatu di kalangan mereka sendiri dan makin lekaslah juga petani-petani kaya bersatu dengan seluruh burjuasi. Biar mereka bersatu: kita tidak takut akan hal itu, meskipun kita tahu betul bahwa  hal ini akan memperkuat petani-petani kaya. Tetapi kitapun akan bersatu, dan persatuan kita, persatuan antara kaum miskin desa dengan kaum buruh kota, akan  menjadi  sebuah  persatuan  yang  tak  terhingga  lebih  banyak  jumlah  pesertanya, suatu persekutuan dari puluhan juta lawan sebuah persekutuan dari ratusan ribu. Kita tahu pula bahwa burjuasi akan berusaha ( ia sekarangpun sudah berusaha!) menarik pada pihaknya petani-petani sedang dan bahkan  juga petani-petani kecil, berusaha menipu mereka, memikat mereka, menabur perpecahan di antara mereka dengan janji akan menarik setiap orang dari mereka  masuk ke dalam barisan-barisan kaum kaya. Kita sudah melihat muslihat-muslihat serta tipudaya-tipudaya yang mana yang dipergunakan burjuasi untuk merebut hati petanipetani sedang. Karena itu kita harus membuka mata kaum miskin desa sebelumnya, dan sebelumnya menkonsolidasi persatuan mereka yang khusus dengankaum buruh kota melawan seluruh burjuasi.

Biar setiap orang desa melihat kesekelilingnya dengan saksama. Betapa seringnya kita mendengar muzyik-muzyik kaya berbicara menentang kaum bangsawan, menentang tuan tanah-tuan tanah! Bagaimana mereka mengeluh tentang penindasan yang diderita Rakyat! Atau tentang tanah tuan tanah yang dibiarkan terbengakalai! Betapa sukanya mereka beromong-omong (dalam percakapan perseorangan) bahwa tanah itu sebenarnya, katanya, harus diambil-milik oleh muzyik!

Dapatkah kita mempercayai apa yang dikatakan kaum kaya?  Tidak. Mereka tidak menghendaki tanah untuk Rakyat, melainkan bagi mereka sendiri. Mereka sudah sekarang menggenggam banyak tanah, yang langsung dibeli, atau disewa, tetapi tokh mereka masih belum puas juga! Jadi kaum miskin desa tidak akan lama-lama berbaris berdampingan dengan kaum kaya menentang tuan tanah-tuan tanah. Hanya langkah pertamalah yang dapat kita ambil dengan dibarengi mereka, sesudah itu jalan kita akan berpisahan.

Itulah sebabnya kita harus menarik garis pemisah yang terang antara langkah pertama ini dengan langkah-langkah berikutnya dan langkah kita yang terakhir dan terpenting. Langkah pertama di desa akan berupa pembebasan penuh petani, hak-hak penuh bagi petani dan pembentukan panitia-panitia tani dengan maksud mengembalikan tanah-tanah-potongan [*19]. Tetapi langkah terakhir kita akan sama baiknya di kota maupun di desa:  kita akan merampas seluruh tanah dan semua pabrik dari tuan tanah-tuan tanah dan burjuasi dan akan mendirikan masyarakat Sosialis [*20].  Kita akan harus mengalami perjuangan besar dalam periode antara langkah kita yang pertama dan yang terakhir, dan barang siapa mencampuradukkan langkah pertama dengan yang terakhir, maka ia merugikan perjuangan itu dan dengan tak disadari sendiri mengabui mata kaum miskin desa.

Kaum miskin desa akan mengambil langkah pertama bersama-sama dengan semua petani: beberapa orang kulak mungkin keluar dari barisan, mungkin seorang dari seratus muzyik tidak merasa jemu akan perbudakan macam apapun. Tetapi sampai sekarang massa petani yang raksasa itu masih mau maju sebagai satu kebulatan: semua petani menghendaki hak-hak yang sama. Perbudakan tuan tanah-tuan tanah mengikat kaki dan tangan setiap orang. Tetapi langkah yang terakhir kapanpun tak akan diambil oleh semua petani bersama-sama: pada ketika itu semua petani-kaya akan berbalik menentang kaum buruh tani. Pada ketika itu, kita sudah akan membutuhkan sebuah persatuan yang kuat dari kaum miskin desa dengan kaum buruh Sosial-Demokrat kota. Barang siapa mengatakan kepada kaum tani bahwa mereka dapat mengambil langkah yang pertama danterakhir sekali gus adalah menipu kaum tani. Dia lupa akan perjuangan besar yang berlangsung di kalangan kaum tani itu sendiri, perjuangan besar antara kaum miskin desa dan kaum tani kaya.

Itulah sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat tidak menjanjikan kepada petani-petani tanah yang banjir dengan susu dan madu dengan segera. Itulah sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat pertama-tama menuntut kebebasan yang penuh bagi perjuangan, bagi perjuangan kerakyatan umum yang besar dan luas, dari seluruh klas buruh menentang seluruh burjuasi. Itulah sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat menganjurkan langkah pertama yang kecil tetapi pasti.

Sementara orang berpendapat bahwa tuntutan kita untuk pembentukan panitia-panitia tani untuk maksud membatasi perbudakan serta mengembalikan tanah-tanah-potongan merupakan suatu macam pagar, suatu macam penghalang, seolah-olah maksudnya yalah: berhenti di tempat itu juga dan jangan pergi lebih jauh lagi. Orang –orang ini sangat jelek memikirkan tentang apa yang dikehendaki kaum Sosial-Demokrat. Tuntutan untuk pembentukan panitia-panitia tani dengan maksud membatasi perbudakan serta mengembalikan  tanah-tanah-potongan bukanlah suatu pagar. Ia adalah sebuah pintu. Kita harus melalui pintu pertama-tama supaya pergi lebih jauh, supaya maju sepanjang jalan yang lapang dan terbentang sampai pada ujungnya sekali, sampai pada pembebasan sepenuhnya seluruh Rakyat pekerja di Rusia. Selama kaum tani belum melalui pintu ini, mereka akan tetap dalam kegelapan serta perbudakan, tanpa hak-hak penuh, tanpa kebebasan yang penuh, yang sungguh-sungguh; mereka bahkan tak akan dapat menentukan sampai habis di antara mereka sendiri siapa kawan orang pekerja dan siapa musuhnya. Itulah sebanya maka kaum Sosial-Demokrat menunjukkan pintu ini dan mengatakan bahwa seluruh Rakyat pertama-tama harus bersama-sama mendobrak pintu ini dan merobohkannya sama-sekali. Tetapi ada orang-orang yang menamakan diri kaum Narodnik dan kaum Sosialis-Revolusioner, yang juga menginginkan perbaikan bagi muzyik, yang bergembar-gembor dan ribut-ribut serta mengayun-ayunkan tangan mereka dan hendak membantu dia, tetapi mereka tidak melihat pintu itu! Orang-orang itu begitu buta sehingga mereka malah berkata: sama-sekali tak ada perlunya memberikan hak kepada muzyik untuk mengurus tanahnya secara bebas!   Mereka  menginginkan  kebaikan  bagi  muzyik, tetapi mereka kadang-kadang memberikan pertimbangan persis seperti kaum pemilik hamba! Tak ada orang harapkan banyak bantuan dari sahabat-sahabat sedemikian itu. Apa gunanya orang menginginkan segala kebaikan bagi muzyik jika ia tidak melihat pintu yang pertama sekali yang harus didobrak? Apa gunanya orang juga menghendaki Sosialisme jika ia tidak melihat cara keluar ke jalan perjuangan yang bebas, perjuangan Rakyat untuk Sosialisme tidak saja di kota-kota, tetapi juga di desa, tidak saja menentang tuan tanah-tuan tanah, tetapi juga menentang kaum kaya di dalam masyarakat, di dalam komune desa?

Itulah sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat dengan begitu tabah menunjukkan pinta yang pertama dan terdekat ini. Yang sulit pada tingkatan sekarang ini bukanlah menyatakan segala macam harapan-harapan yang baik-baik, melainkan menunjukkan jalan yang benar, untuk mengerti dngan jelas bagaimana seharusnya mengambil langkah yang pertama sekali itu. Bahwa muzyik Rusia digencet oleh perbudakan, bahwa muzyik Rusia tetap setengah-hamba, tentang itu semua sahabat muzyik telah berbicara dan menulis selama empat puluh tahun ini. Lama sekali sebelum ada  kaum Sosial-Demokrat di Rusia, semua sahabat muzyik telah menulis banyak buku yang melukiskan betapa kejinya tuan tanah-tuan tanah merampok serta memperbudak muzyik  dengan berbagai tanah potongan. Semua orang jujur sekarang sudah menginsyafi bahwa muzyik harus dibantu dengan segera, sekarang juga, lekas-lekas, bahwa dia sekurang-kurangnya harus mendapat sedikit keringanan dari perbudakan ini; bahkan amtenar-amtenar dari pemerintah kepolisian kita mulai berbicara tentang ini. Seluruh persoalannya yalah: bagaimana memulainya, bagaimana mengambil langkah pertama, pintu mana yang harus didobrak lebih dulu?

Terhadap pertanyaan ini lain-lain orang (di antara mereka yang menginginkan kebaikan bagi muzyik) memberikan dua jawaban yang berlainan. Setiap proletar desa harus berusaha memahami dua jawaban ini sejelas-jelasnya dan membentuk suatu pendapat yang tegas dan pasti mengenai jawaban-jawaban tersebut. Satu jawaban diberikan oleh kaum Narodnik dan kaum Sosialis-Revolusioner. Yang pertama-tama harus dikerjakan, kata mereka, yalah mengembangkan segala macam perkumpulan (koperasi-koperasi) di kalangan kaum tani. Persatuan komune desa harus diperkuat. Tidak boleh memberi hak untuk mengurus tanah secara bebas kepada sebarang petani. Biar pada komune desa diberi hak-hak yang lebih luas dan biar secara berangsur-angsur seluruh tanah di Rusia menjadi komune desa [*21]. Kaum tani harus diberi segala macam keringanan dalam membeli tanah, supaya tanah itu bisa lebih mudah mengalir dari kapital kepada kerja.

Jawaban lainnya diberikan oleh kaum Sosial-Demokrat. Petani pertama-tama harus memperjuangkan untuk dirinya sendiri semua hak yang dipunyai kaum bangsawan dan saudagar, semuanya tanpa perkecualian. Petani harus mempunyai hak penuh untuk mengurus tanahnya dengan bebas. Untuk menghapuskan bentuk-bentuk perbudakan yang paling menjijikkan haruslah mendirikan panitia-panitia tani dengan maksud mengembalikan tanah-tanah-potongan [*22]. Kita memerlukan bukan persatuan komune desa, melainkan persatuan kaum miskin desa dari berbagai komune desa  di seluruh Rusia, persatuan kaum proletar desa dengan kaum proletar kota. Segala macam perkumpulan (koperasi-koperasi) dan pembelian tanah oleh komune desa selalu akan lebih menguntungkan petani-petani kaya, dan selalu akan membantu menipu petani-petani sedang.

Pemerintah Rusia menginsyafi bahwa kepada kaum tani harus diberikan keringanan, tetapi ia hendak menyelesaikan persoalan dengan apa yang remeh-remeh saja, ia menghendaki segala sesuatunya dikerjakan dengan perantaraan para amtenar. Kaum tani harus waspada, sebab komisi-komisi amtenar itu akan mengakali mereka persis seperti mereka telah diakali oleh panitia-panitia bangsawan. Kaum tani harus menuntut pemilihan panitia-panitia tani secara bebas. Soalnya bagi kaum tani  yalah bukan mengharapkan perbaikan dari amtenar-amtenar, tetapi menggenggam nasib mereka dalam tangan mereka sendiri. Baiklah kita mula-mula mengambil satu langkah saja, baiklah kita mula-mula membebaskan diri dari bentuk-bentuk perbudakan  yang terjahat saja – asalkan kaum tani menjadi sadar akan kekuatan mereka, asalkan mereka secara bebas mencapai suatu saling-pengertian satu-sama-lain dan menjadi bersatu! Barang siapa saja yang jujur tak dapat menyangkal bahwa tanah-tanah potongan itu sering berlaku sebagai alat perbudakan perhambaan yang paling keji. Barang siapa saja yang jujur tak dapat menyangkal bahwa tuntutan kita adalah tuntutan yang paling urgen dan paling adil: biar kaum tani memilih panitia-panitia mereka sendiri secara bebas, tanpa amtenar-amtenar, untuk maksud menghapuskan segala macam perbudakan perhambaan.

Di dalam panitia-panitia tani yang bebas (dan begitu juga di dalam Dewan perwakilan se-Rusia yang bebas) kaum Sosial-Demokrat segera akan berusaha dengan sekuat tenaga mereka untuk mengkonsolidasi perstuan kaum proletar desa  dengan kaum proletar kota yang khusus itu. Kaum Sosial-Demokrat akan mempertahakan segala tindakan guna kepentingan kaum proletar desa dan akan membantu mereka supaya secepat mungkin serta secara serukun mungkin meneruskan langkah yang pertama dengan langkah yang kedua dan ketiga, dan seterusnya sampai pada penghabisannya sekali, sampai kemenangan proletariat yang sempurna. Tetapi dapatkah kita kini mengatakan, sekarang juga, tuntutan apa yang akan timbul besok untuk langkah yang kedua? Tidak, tidak dapat mengatakan, sebab kita tak tahu sikap apa yang  akan  diambil  besok oleh petani-petani kaya dan oleh banyak orang-orang terpelajar yang menaruh minat pada segala macam koperasi  dan segala macam pengaliran tanah dari kapital kepada kerja.

Mungkin besok mereka tidak masih tidak akan sempat menggabungkan diri pada kaum tuan tanah dan akan berkemauan menghabisi kekuasaan tuan tanah sama-sekali. Baik sekali. Kaum Sosial-Demokrat sangat menghendaki terjadinya hal ini, dan kaum Sosial-Demokrat akan menasehati kaum proletar desa dan kota supaya menuntut agar seluruh tanah diambil dari tuan tanah dan diserahkan kepada negara Rakyat yang bebas. Kaum Sosial-Demokrat akan mengusahakan dengan waspada supaya kaum proletar desa tidak diakali selama berlangsungnya  hal ini dan supaya mereka lebih terkonsolidasi lagi untuk perjuangan terakhir untuk pembebasan proletariat sepenuhnya.

Tetapi boleh jadi mungkin akan ternyata lain sekali halnya. Sebenarnya, lebih besar kemungkinannya akan ternyata lain. Pada keesokan harinya juga, segera sesudah bentuk-bentuk perbudakan yang terjahat dibatasi serta dikurangi, petani-petani kaya dan banyak diantara  orang-orang terpelajar, pada keesokan harinya juga dapat bersatu dengan tuan tanah-tuan tanah dan pada ketika itu terhadap  seluruh proletariat desa  akan bangkit seluruh burjuasi desa. Jika begitu maka akan menggelikan kalau kita hanya menentang tuan tanah-tuan tanah saja. Jika  demkian maka kita akan harus berjuang menentang seluruh burjuasi dan menuntut pertama-tama kebebasan serta kelonggaran yang seluas-luasnya untuk perjuangan ini, menuntut peringanan ini keadaan-keadaan hidup kaum buruh guna memudahkan mereka berjuang.

Bagaimanapun juga, dengan tak pandang jalan kejadiannya, tugas kita yang pertama, tugas kita yang utama dan pasti yalah memperkuat persatuan antara kaum proletariat dan setengah proletar desa dengan kaum proletar kota. Untuk persatuan ini kita memerlukan sekarang juga, dengan segera, kebebasan politik yang penuh bagi Rakyat, kesamaan hak-hak yang penuh bagi kaum tani dan penghapusan perbudakan perhambaan. Dan apabila persatuan itu sudah didirikan serta menjadi kuat, kita akan mudah membokar segala penipuan yang dipergunakan burjuasi untuk memikat petani-sedang, kita akan mudah dan cepat mengambil langkah kedua, ketiga dan yang terakhir untuk menentang seluruh burjuasi, untuk menentang semua kekuatan pemerintah dan kita akan maju dengan tak menyeleweng ke kemenangan serta dengan cepat memperjuangkan pembebasan sepenuhnya bagi seluruh Rakyat pekerja.


Catatan:

[*17] Istilah-istilah Rusia untuk kerja-hamba,-Pent.

[*18] Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “petani-petani” disisipkan teks sebagai berikut:
“Panitia-panitia tani harus berhak mensita seluruh tanah dari  tuan tanah-tuan tanah dan dari semua pemilik tanah swasta pada umunya, dalam pada itu Dewan perwakilan Rakyat sendiri menetapkan cara, bagaimana berbuat dengan tanah yang disita itu, yang beralih menjadi milik seluruh Rakyat”,--Red.

[*19] Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “tanah-tanah-potongan” disispkan kata-kata berikutnya:”dan merampas seluruh tanah dari tuan tanah-tuan tanah”-Red.

[*20] Dalam terbitan tahun 1905 teks dari kata “kita akan merampas” sampai dengan katak-kata “masyarakat Sosialis”diganti dengan teks berikutnya:”penghapusan hakmilik perseorangan atas tanah dan pabrik-pabrik dan pembentukan masyarakat Sosialis” –Red.

[*21] Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “komune desa” disisipkan teks berikutnya:”Seluruh  tanah harus dirampas dari tuan tanah dan diserahkan secara samarata hanya kepada mereka yang menggarapnya sendiri” –Red.

[*22] Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “tanah-potonga” disisipkan teks berikutnya: “Panitia-panitia tani harus berhak merampas seluruh tanah dari tuan tanah-tuan tanah. Wakil-wakil Rakyat akan menetapkan bagaimana harus bertindak dengan tanah Rakyat. Tetapi kita harus mengusahakan perwujudan sepenuhnya dari masyarakat Sosialis dan jangan melupakan bahwa selama uang, selama kapital tetap berkuasa, maka pembagian tanah secara samarata yang manapun tidak akan menyelamatkan Rakyat dari kemiskinan”, --Red.


BAB V: PERBAIKAN-PERBAIKAN APA YANG DIPERJUANGKAN KAUM SOSIAL-DEMOKRAT BAGI SELURUH RAKYAT DAN BAGI KAUM BURUH? BAB VII: PERJUANGAN KELAS DI DESA