Keluarga Suci

Marx dan Engels (1845)


BAB III

KETUNTASAN KRITIK KRITIS ATAU
KRITIK KRITIS DALAM PERSON HERR J. (JUNGNITZ?)[5]

Kritik tidak dapat mengabaikan perselisihan Herr Nauwerk yang luarbiasa pentingnya dengan Fakultas Filsafat Berlin. Ia telah mempunyai pengalaman-pengalaman serupa dan mesti memakai nasib Herr Nauwerk sebagai latar-belakang untuk menempatkan “pemecatannya sendiri dari Bonn”[6] dalam relief lebih tajam. Terbiasa memandang Perkara Bonn sebagai peristiwa abad itu, dan sesudah menulis Philosophyof the Deposition of Criticism, Kritik dapat diharap untuk memberikan suatu konstruksi filosofi yang sama terperinci pada bentrokan Berlin itu. Secara a priori telah dibuktikan bahwa segala sesuatu mesti terjadi secara itu dan tidak secara lain. Ia membuktikan:

1. Mengapa Fakultas Filsafat mesti bertubrukan dengan seorang filsuf negara dan tidak dengan seorang ahli logika atau ahli metafisika;

2. Mengapa tubrukan itu tidak setajam dan menentukan seperti konflik Kritik dengan teologi di Bonn;

3. Mengapa tubrukan itu, dikatakan secara selayaknya, adalah suatu urusan yang tolol, karena Kritik telah menghabiskan semua kemungkinan azas dan mengonsentrasikan seluruh isinya dalam tubrukan Bonn itu, sehingga tiada yang tersisa bagi sejarah dunia
kecuali menjadi plagiaris/tukang jiplaknya Kritik;

4. Mengapa Fakultas Filsafat menganggap serangan-serangan terhadap karya-karya Herr Nauwerk sebagai serangan-serangan terhadap Fakultas itu sendiri;

5. Mengapa Herr N. tidak bisa berbuat lain kecuali mengundurkan diri atas kemauannya sendiri;

6. Mengapa fakultas mesti melakukan pembelaan bagi Herr N. kalau ia tidak mau mengingkari diri sendiri;

7. Mengapa “perpecahan internal dalam Fakultas itu mesti dikemukakan sedemikian rupa” sehingga Fakultas menyatakan Herr N maupun pemerintah, masing-masing dan bersama-sama benar dan salah sekaligus;

8. Mengapa Fakultas tidak menemukan alasan dalam karya N. untuk memecatnya;

9. Dalam kaitan apa kesamar-samaran seluruh keputusan itu bersifat kondisional;

10. Mengapa Fakultas “menganggap dirinya (!) berhak (!) sebagai suatu otoritas ilmiah (!) melakukan suatu penyelidikan yang tuntas atas kasus itu”; dan akhirnya,

11. Mengapa, betapa pun, Fakultas tidak akan menulis dengan gaya Herr N.

            Kritik menyelesaikan masalah-masalah penting ini dengan ketuntasan yang langka dalam empat halaman, menunjukkan dengan logika Hegel mengapa segala sesuatunya mesti terjadi seperti itu dan tiada dewa yang dapat mencegahnya. Di tempat lain Kritik mengatakan bahwa tidak setunggal pun kurun dalam sejarah telah dipahami; kerendahan-hati mencegahnya berkata bahwa ia sepenuhnya memahami tubrukannya sendiri dan tubrukan Nauwerk, yang, sekalipun keduanya itu bukan kurun-kurun zaman, tampak bagi Kritik sebagai “membuat sejarah.”

            “Setelah” menghapus aspek ketuntasan dalam dirinya sendiri, Kritik Kritis menjadi “ketenangan pengetahuan.”