GEORGE NOVACK
SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA

Terjemahan Indonesia  : Abdul Syukri, Agustus 1999.
Versi Online                 : [Indomarxist.Net] [http://come.to/indomarxist], Nov 2002
                                       : Marxists Internet Archive, Des. 2002
Keterangan                   : Ijin publikasi online ini adalah untuk tujuan non-komersil.



SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA
Oleh: George Novack

Daftar Isi

Bab I     : Pembentukan Internasional Pertama (1864-1876)
Bab II   : Kebangkitan Kaum Buruh dan Sosialis Internasional (1889-1904)
Bab III  : Menjangkitnya Oportunisme dalam Sosialis Internasional (1904-1914)
Bab IV  : Perang Dunia Pertama dan Keruntuhan Internasional

* * *

Bab II : Kebangkitan Kaum Buruh dan Sosialis Internasional (1889-1904)

Trotsky pernah mengkatagorikan periode aktifitas klas buruh dalam Internasional Pertama sebagai periode antisipasi. Manifesto Komunis di pandang olehnya sebagai antisipasi teoritik dari pergerakan buruh modern. Internasional Pertama sebagai antisipasi praktis dari perhimpunan (organisasi) buruh di tingkat dunia. Sedangkan Komune Paris dilihatnya sebagai antisipasi revolusioner atas kediktatoran proletariat.

Lenin sendiri kemudian memandang internasional ketiga sebagai periode aksi internasional (baca periode internasional dalam aksi). Yang telah menempatkan sumbangan besar Marx atas teori politik ke dalam praktek : gagasan bahwa klas buruh harus berjuang untuk mendirikan kediktatoran proletariat.

JembaTan historia anatara penyambung antara periode -antisipasi- internasional dengan periode -aksi- internasional kedua, Sehingga Internasional Kedua itu sendiri merupakan periode -organisasi- internasional; yang mengangkat massa buruh yang tersebar di seluruh dunia dari himpitan ketertindasannya, dan mengorganisir mereka dalam serikat-serikat buruh dan partai-partai politik kaum buruh. Ringkasnya menyiapkan lahan bagi pergerakan massa buruh yang independen.

Walau masih bertahan sampai sekitar enam tehun ke muka. Namun International Pertama benar-benar bubar pada tahun 1872. "Tulang punggungnya" di patahkan oleh kekuatan Komune Paris. Dibutuhkan waktu selama selama 17 tahun, sebagai masa penyembuhan, sampai kekuatan klas buruh benar-benar di pulihkan. Untuk kembali berderap di arena internasional dan membentuk Internasional yang baru.

Tahun-tahun sekitar 1870-an sampai 1880-an adalah masa penindasan politik yang reaksioner di seantero Eropa . Ini merupakan hasil kondisi-kondisi eksternal yang pada hakekatnya sama., dengan mendorong terciptanya konservatisme di tahun 1850-an. Yang disebabkan oleh perkembangan kapitalisme yang luar biasa atas negara -negara bangsa. Kesemuanya ini tidak hanya memberikan kepercayaan diri pada penguasa-penguasa kapitalis, namun juga membuat takjub kaum buruh. Membuat kaum buruh terkungkung dalam sistim kapitalis, di bawah negeri kapitalis dan idiologinya. Sikap yang menghamba/patuh terjadi pada buruh-buruh aristokrat dan birokrat, yang juga mendapatkan jatah dari penghisapan kapitalis, yang dilakukan oleh negeri-negeri yang lebih maju . nampaknya sudah menjadi hukum sejarah; bahwa dengan semakin mapannya kekuatan material kaum kapitalis, semakin keras pula reaksi-reaksi yang ditimpakkan kapada kaum buruh., Hal ini tercermin dalam pengalaman Amerika Seriakt, dari tahun 1923 sampai dengan 1929, dan dari tahun 1923-1929, dan tahun 1947 sampai dengan saat ini.

Namun ironisnya, perkembangan industri yang pesat pada saat yang sama; memberikan benih bagi kelahiran gerakan buruh dalam bentuk yang paling sederhana. Perkembangan industri yang pesat ternyata juga menyefdiakan kondisi-kondisi material bagi pembentukan organisasi buruh. Sungguhpun di bawah kondisi politik yang menekan, serikat-serikat buruh -- bahkan dalam kasus-kasus tertentu partai sosialis -- masih dapat menghimpun kekuatannya. Bahkan tampil secara cukup di perhitungkan. Gejala yang sama ini juga terjadi di Amerika Serikat… di mana serikat-serikat buruh tertentu berkembang cukup baik dari segi kuantitas; waklau harus di akui terdapat kecendrungan untuk mengalami keterbelakangan secara politik maupun idiologi.

Proses kontradiktif di atas, secara mencolok terjadi di Jerman. Sehingga pusat International Pertama adalah di Inggris, maka pusat Internasional Kedua di Jerman. Setelah kemenangan dalam perang Perancis-Prusia di tahun 1871 --Jerman yang bersatu di bawah monarki Prusia -- bangkit sebagai kekuatan industrial. Proses yang hampi sama, dengan yang terjadi di Inggris dua puluh tahun lalu Dengan dilakukannya perombakan besar-besaran atas pondasi ekonomi Jerman, gerakan buruh menjadi lebih hidup dan bersemangat … bagi perjuangannya bagi kondisi-kondisi kerja dan penghidupan yang lebih baik, kaum buruh menemukannya salurannya di dalam organisasi.

Konsekuensi dan karakter revolusi industrial di Jerman ini di gambarkan oleh Engels dalam suratnya kepada Bebel. Bebel adalah seorang Marxis pimpinan massa gerakan sosial Demokrasi Jerman. Pada tanggal 11 desember 18874, Engels menulis dari London:
Fakta-fakta yang menguntungkan kita dalam revolusi industrial di Jerman, adalah pada laju pertumbuahan yang begitu deras. Sementara hal yang sama, tidak terjadi di Perancis ataupun Inggris. Di Inggris dan Perancis, berpedesaan dengan perkotaan, daerah agraris dengan industrial -- begitu jauh. (Sehingga di butuhkan proses/waktu yang begitu lama agar tani dapat ke kota menjadi buruh). Massa rakyat yang luas, masih demikian terikat dengan kebiasaan/tradisi yang berlaku di Inggris ataupun Perancis. Ini semua di tambah dengan ingatan masa akan pengalaman buruk, atau kegagalan gerakan di Perancis tahun 1848. Di lain pihak berbeda dengan kita (di Jerman) .. di sini segala sesuatunya bergerak dengan arus yang deras . Revolusi industri di Jerman justru menemukan momentum gerakannya setelah revolusi 1848 .
Dengan tumbuhnya borjuasi Jerman (walau masih sangat rapuh) . Namun ini semua di percepat oleh beberapa faktor. Pertama, disingkirkannya hambatan-hambatan internal pada tahun 1866 sampai dengan 1870. Kedua , Pembayaran pampasan perang oleh Perancis, akibat kekalahan dari Jerman pada tahun 1870 ( kemudian material pampasan perang I itu di tanamkan sebagai modal secara kapitalistik). Maka kita dapat membangun revolusi Industrial yang lebih dalam dan menyeluruh. Dan khhusunya yang lebih luas dan komprhensif di bandingkan negeri-negeri lain. Masih di tambah lagi dengan klas buruh yang utuh dan masih segar, tidak mengalami demoralisasi ( akibat pukulan atau kekalahan telak). (Korespodensi Terseleksi Marx-Engels, Moscow ,hal 455-456)

Dalam rangka membela kepentingan klas borjuis , para tuan tanah kaya , dan juga kerajaannya; Perdana Menteri Bismarck berusaha mematahkan gerakan sosial Demokratik yang tengah berkembang, di kalangan kaum buruh Jerman yang maju, namun fakta menunjukan, bahwa total suara yang di peroleh sosial Demokratik mengalami peningkatan dari 102.000 suara (tahun 1871) menjadi 493.000 suara (tahun 1877). Kemudian pada tahun 1879 penguasa Jerman mengeluarkan UU anti Sosialis. UU ini melarang/mengilegalkan aktifitas propaganda sosialis demokratik Jerman. UU ini juga membatasi aktifitas partai, sebab kegiatan-kegiatan parlementer (persis seperti apa yang terjadi pada saat pemberlakuan Smith Act di Amerika Serikat, yang mengilegalkan Partai Pekerja Sosialis (Sosialis Workers Party/SWP) dan Partai Komunis). Akibat di berlakukannya UU tersebut, tak terhitung banyaknya tindak kekerasan /penganiayaan yang dilakukan oleh aparat negara, terhadap buruh-buruh dan pimpinan Sosial Demokratik.

Namun penindasan yang dilakukan terhadap partai Marxis tersebut, bukannya menghancurkan… malah menaikan popularitasnya di hadapan massa Buruh. Setelah sempat mengalami penurunan (pada tahun pertama pelarangan) pertumbuahn/ Kenaikan suara melonjak dengan cepat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1884 Partai Sosila Demokrasi meraih angka perolehan suara tertinggi pada saat itu, yakni 550.000 suara . Pada tahun 1890 , ketika UU itu di canbut, angkanya malah melonjak tiga kali lipat.

Pemilihan umum telah menunbjukan", tulis Engels kepada Babel tanggal 18 November 1884 , " Bahwa kita tidak boleh terlena, misalkan dengan memberikan kompromi-kompromi kepada lawan-lawan kita. Kita sendiri telah mendapatkan popularitas … dan menjadi kekuatan perlawanan yang di perhitungkan. Nyatalah bahwa kekuasaanlah yang "berbicara ",; dan hanya selama kita cukup kuat (berkuasa) sajalah, kita akan di dengarkan oleh orang-orang murtad sekalipun. Proletariat Jerman saat ini telah menjadi partai yang besar, semoga kehadirannya tidak di sia-siakan " (Korespodensi Terseleksi Marx-Engels, New York, hal 429-430).

Sementara perkembangan yang menggembirakan telah berlangsung dalam gerakan buruh Jerman, Organinsasi-organisasi buruh di Inggris justru sedang mengalami kemandekan (stagnasi). Engels menggambarkan hal ini dalam suratnya kepada Bebel (30 agustus1883) : "Keikut sertaan dalam penguasaan (pendominasian dan Monoipoli) pasar dunia adalah merupakan basis bagi kemandulan politik klas buruh di Inggris. Penghisapan eksternal memang di lakukan oleh klas Borjuis tarhadap klas buruh di Inggris , namun di pihak lain, mereka dengan cerdiknya membiarkan kaum buiruh ikut srta " mencicipi", segelintir dari keuntungan berlimpah yang mereka peroleh. Pengekoran seperti inilah yang membuat kaum Inggris mengikuti jejak langkah patai liberal. Sayang sekali hal seperti ini luput dari antisipasi kaum buruh di Inggris…" (Korespodensi Terseleksi, New York, hal 420). Kemudian pada tanggal 17 Juni 1889 Engels menjelaskan kepada Barnstein, " Pada prinsipnya, serikat-serikat buruh di Inggris bahkan membatasi semua aksi-aklsi politik dalam ketetapan-ketetapan mereka . sehingga pada hakikatnya mereka juga memberangus -- seluruh aktifitas umum klas buruh-- sebagai sebuah klas tersendiri. Dengan demikian yang kita lihat hanyalah fenomena gerakan buruh … sebagai aksi-aksi pemogokan di berbagai tempat secara terpisah-pisah … tanpa adanya peningkatan gerakan, atau langkah kemuka" (Korespodensi Terseleksi, Moscow hal 386) .

Di bawah sarat-sarat seperti ini, Marx menganggap tiap usaha untuk segera membentuk Internasional baru sebagai sesuatu yang prematur. Karenanya Marx menulis surat kepada seorang revolusioner berkebangsaan Belanda F. Domela Nieuwenhuis, pada tahun 1881. Tulisnya ."Aku yakin bahwa momentum yang tepat bagi sebuah asosiasi Internasional yang baru bagi klas pekerja, belum tiba, . Sehingga aku menimbang bahwa semua -- kongres-kongres kaum buruh atau kongres-kongres kaum sosialis … sejauh tidak berkaitan langsung dengan pembahasan persoalan negeri-negeri mereka sendiri -- sebagai upaya yang sia-sia, bahkan membahayakan. Pada saat ini, segencar apapun di adakannya pertemuan/kongres-kongres berlevel intrernasionaal … hanya akan terbentur pada kejenuhan yang menjenuhkan (Korespodensi Terseleksi, Moscow, hal 411) . Pandangan Marx ini teruji dalam kenyataan, ketika sejumlah kaum sosialis Belgia dan Jerman, berusaha membangkitkan kembali Internasional pada tahun 1880-an, tanpa hasil yang nyata.

Barulah pada akhir 1880-an terjadi perubahan situasi, akibat beberapa faktor penting. Pertama, pertumbuhan yang bertahap dengan penguatan gerakan sosialis dan serikat-serikat Buruh di seantero Eropa. Kedua, Inggris kehilangan monopolinya secara industrial atas dunia ; yang mengakibatkan munculnya serikat buruh dengan semangat baru di Inggris (New Unionisme). Ketiga , Perjuangan kaum buruh-buruh sosialis di Jerman sebagaimana telah di uraikan sebelumnya .

Di Perancis misalnya , Julies Gaude, yang telah mendapatkan pengampunan (amnesti), sehubungan dengan keterlibatannya dalam "pemberontakkan" komune Paris … telah memperoleh sambutan dan perhatian yang antusias dari gerakan/serikat-serikat buruh yang baru. Bahkan setelah tahun 1880 ia berhasil mengorganisir pembentukan partai sosialis yang kuat. Di Inggris sendiri, telah dibentuk kelompok-kelompok propagandis bagi penyebaran ajaran-ajaran Marx dan gagasan sosialis. Misalnya Federasi Sosial Demokratik (the Sosial democratic Federation ), masyarakat Fabian (fabian society) . melewati tahun 1880-an partai-partai buruh maupun sosialis , di organisir atau bahkan telah di tegakkan di berbagai negeri antara lain ; Denmark, Sewedia, Belgia, Austria, Swiss dan Italia. Kelompok-kelompok Marxis sudah mulai bekerja di Finlandia dan Rusia. Di Amerika Serikat, Partai buruh Sosialis (Socialist Labour Party) di bentuk tahun 1877; kemudian pada tahun 1886 kita dapat saksikan masa-masa kejayaan Knights of Labour (Ksatria-ksatria buruh ) yang menggelar aksi-aksi pemogokan buruh berskala nasional.

Kejatuhan monopoli Inggris atas pasar dunia (setelah 1878), berakibat pada melonjaknya angka pengangguran dan tekanan-tekanan sosial. Hal ini secara tajam terjadi di pojok timur kota London. Tahun 1886 di Hyde Park, terjadi aksi demonstrasi kaum pengangguran yang berakhir dengan kekerasan. Dengan anjloknya industri (yang berakibat menyempitnya lapangan kerja) , membanjirlah gerakan besar dari kalangan massa pengangguran (yang tak berpendidikan/tak berketrampilan) . Ini terjadi pada tahun 1889. Momen yang paling mengesankan dari gerakan "Unionisme Baru" tersebut di pimpin oleh John Burns, Tom Mann dan Bemn Tillet ( yang juga adalah anggota-anggota Federasi Sosial Demokratik /Social Federatinj Democratic, yang bersimpati dengan gagasan-gagasan ssosialis). Momen tersebut ketika buruh-buruh galangan kapal dan minyak melancarkan aksi pemogokan besar-besaran. Berikut ini adalah pengamatan ringkas yang di buat Engels sehubungan gerakan ini (di tulis oleh Engels tahun 1892);

Pojok timur kota London (East end of London) tidak lagi merupakan "kubangan" yang mandul sebagaimana halnya 6 tahun lalu. Ia telah kembali hidup -- menggugurkan sisa-sisa ketidak berdayaannya-- dengan menjadi pusat markas Unionisme baru ("New Unionism"). Yakni oirganisasi massa buruh yang " tak berketrampilan" . Organisasi iini mungkin saja menyerap sebagian bentuk dari serikat-serikat buruh lama (yang beranggotakan buruh-buruh yang "terampil") namun sama sekali berbeda dalam wataknya. Serikat-serikat buruh yang lama di bangun dan bekerja, dengan berlandaskan tradisi mapan yang masih juga di pertahankan. Contohnya saja mereka memandang sistim pengupahan sebagai sesuatu yang sudah baku, mapan, sinal; sesuatu yang hanya perlu di 'sesuaikan ' saja, sesuai kebutuhan anggota-anggotanya. Sementara serikat-sertikat buruh yang baru, di lahirkan ketika kepercayaan/jaminan bagi kelanggengan sistim pengupahan tengah terguncang sangat keras. Para pendiri dan penganjur gerkan ini adalah --kaum sosialis-- secara sadar ataupun secara emosional. Massa buruh yang berlimpah ini -- yang di persatukan dalam ketertindasan yang sama-- memang nampak lugu, kasar, di pandang remeh oleh kalangan aristokrat klas buruh. Namun harus di camkan. Pikiran mereka masih benar-benar murni. Semuanya terbebas dari prasangka-prasangka/pandangan-pandangan "terhormat" kaum borjuis. Sesuatu yang masih juga di pertahanakan dan diwarisi oleh para pimpinan/anggota serikat - serikat buruh "lama". Dan sekarang kita lihat sendiri, betapa serikat-serikat buruh yang baru ini mengambil posisi memimpin. Memberikan arah gerakan kepada klas buruh pada umumnya. Bahkan dari waktu ke waktu mulai menyeret serikat buruh lama yang kaya dan sombong (Korespondensi Terseleksi, New York, halaman 465).

Momen penting yang melatari intrernasional kedua adalah peringatan ke-100 tahun Revolusi Besar Perancis 1889. Tercatat tidak kurang dari 69 kongres bertaraf internasional di selenggarakan -- bersamaan dengan pameran internasional yang juga di adakan di Paris oleh Pemerintah Perancis -- untuk memperingati peringatan bersejarah tersebut. Di antara kongres-kongres tersebut, terdapat dua kongres terpisah yang mewakili kaum buruh dan sosialis dari dua kubu yang berbeda. Yang satu di rancang oleh kaum sosialis Jerman dan di selenggarakan oleh kaum Guesdites Perancis, sedangkan yang lainnya di rancang oleh pimpinan serikat Buruh Inggris bersama kauam reformis Perancis (biasa di sebut kaum Posibilis)

Mengenai hal ini, Hyndman, seorang sosialis dari Inggris berkomentar," Dua kongres yang dsaling menjelek-jeelekkan satu sama lain itu, diselenggarakan di gedung yang terpisah; oleh kaum posibilis dan imposibilis. Sedangkan kaum anarkis, bersikap[ netral dengan menghadiri kedua-duanya. Pemberitaan di koran-koran tyentang pertengkaran di antara persaudaraan sosialis yang tidak mau akur, di sambut dengan cemooh/ ejekan oleh dunia yang bebal " (lihat-Braunthal, Sejarah Internasional, Volume 1 halaman 198-200).

Apapun juga, adalah kongres kaum Imposibilis yang berbasiskan prinsip-prinsip Marxis; yang ternyata menghasilkan kesatuan dan vitalitas. Sejarah mencatat bahwa kongres itu pulalah yang merupakan tonggak pendirian Internasional Kedua. Kongres itu sendiri secara resmi di sahkan menjadi kongres Internasional Kedua.

Ada dua persoalan praktis yang mengedepan dalam kongres ini. Untuk menangkis anggapan pihak-pihak yang bersikap bahwa, " Undang-undang perburuhan adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sosialis"; kongres ini justru menyerukan kaum buruh untuk mendukung program legislassi/undang-undang perburuhan secara internasional. Kongres juga menetapkan dukungan untuk perjuangan delapan kerja, yang di lancarkan oleh Federasi Buruh Amerika (American Federation of Labour/AFL) Walaupun pada saat itu, AFL tidak hadir dalam salah satu kongres tersebut di atas; AFL telah mengirimkan pesan dukuhgan kepada kedua-duanya. Pada saat yang sama AFL mengajak kaum buruh, untuk ikut mendukung kampanye tuntutan delapan jam kerja. Kampanye itu sendiri di jadwalkan untuk di mulai pada 1 Mei 1890. Kongres Pertama Internasionbal kedua menetapkan, untuk melakukan persiapan bagi demonstrasi serentak yang akan di lancarkan secara Internasional pada tanggal tersebut. Dengan demikian, di awalilah tradisi peringatan 1 Mei (May Day) secara Internasional. AFL sendiri,-- yang ajakannya melahirkan peringatan 1 Mei -- di kemudian hari ternyata memisahkan diri dari tradisi peringatan hari libur kaum sosialis (secara internasional) . Mereka malah mempromosikan hari buruh secara tersendiri, dengan semangat nasionalis borjuis.

Tahun-tahun awal internasional kedua… diwarnai dengan perjuangan prinsip secara politik, dalam menangkis gagasan maupun metode anarkisme. Anarkisme yang tidak lain adalah kelanjutan dari pertarungan Marx melawan Bakunin(di inrternasional pertama). Kaum anarkis yang di gelari sebutan "internasional Hitam" (Black Internasional) menentang segala aksi politik dan bentuk parlementarian . Mereka justru mempraktekan bentuk aksi-aksi terorissme dan sedemikian mendewa-dewakan aksi-aksi pemogokan besar (yang spontan/tak terorganisi, tanpa oriewntasi penerjemah). Pengaruh-pengaruh anarkisme ini di perangi oleh kaum Marxis dari Jerman. Bahkan pada kongres Internasional di London (tahun 1896) kaum anarkis dan anti parlementarian tidak di ikut sertakan. Di tetapkanlah aturan, bahwa peserta kongrees hanya berasal dari serikat-serikat buruh atau partai-partai politik saja. Pengentalan kaum sosialis ini menasndai konsolidasi dan organisasi permanen dari internasional kedua. Terhitung sejak saat itu, sampai sekitar tahun 1914, kepemimpinan internasional kedua di akui sebagai garda depan klas buruh.

Sepuluh tahun kemuka mencatat Internasional Kedua dalam puncak ketinggian kekuatan dan prestasinya. Dalam Kongres Internasional Kedua -- pimpinan-pimpinan utama kaum buruh dari berbagai negeri memperdebatkan semua problem pokok klas buruh -- hasil-hasilnuya di tetapkan dalam resolusi-resolusi. Sebelum dan sesudah kongres-kongres tersebut, persoalan-persoalnn pokok tadi di godok dan di tetapkan di berbagai partai nasional. Watak Internasiomal dari perdebatan-perdebatan tersebut memperkaya, dan memajukan gerakan buruh secara pesat di berbagai berbagai perdebatan yang berlangsung di angkat ke level teoritik secara berkala. Sehingga cara pandang sempit yang yang mementingkan perjuangan nasional/bangsanya sendiri, dapat dituntaskan disini. Sejak saat itu, persoalan-persoalan besar yang dihadapi klas buruh di sebuah negeri tertentu; menjadi tanggungan bersama kaum buruh maju di segenap negeri.

Salah satu juga persoalan yang mengedepan adalah mengenai masalah hubungan reformasi (perbaikan) dengan revolusi. Teori Marxis kedua masalah ini dengan tepat. " perjuangan sehari-hari bagi reformasi -- bagi perbaikan kondisi-kondisi kerja dan buruh (dalam kerangka kerja tatanan masyarakat yang ada) dan juga perjuangan bagi lembaga-lembaga demokratis -- hanya merupakan saran/alat bagi kaum sosial demokratik . sebuah sarana untuk memasuki kancah peperangan klas proletarian … untuk bekerja bagi tujuan final… yakni perebutan kekuasaan politik dan penjungkiran kaum upahan ", demikianlah tulis Rosa Luxemburg dalam pamfletnya Reformasi atau Revolusi (Reform or Revolution, halaman 8) di tulis tahun 1899.

Dalam menghadapi persoalamn di atas ini, kaum Marxis harus memerangi dua kecendrungan yang keliru dan membahayakan dalam gerakan sosialis. Yakni, kecendrungan oportunis dan sektarian. Kaum oportunis yang mandasarkan dirinya pada pada praktek-praktek yang menitikberatkan kapada partai-partai sosial demokrat (karena pada saat itu tahap perkembangan perjuangan baru sebatas reformasi/sebatas kerja di tingkat nasional dalam tubuh negara-negara kapitalis)… kaum oportunis ini berusaha untuk memutar balikan rerformasi dengan revolusi sosial. Mereka justru menjadikan reformasi sebagai esensi/hakikat, yang di pandangnya sebagai puncak pencapaian total pergerakan sosialis. " Kesalahan kaum revisionis adalah… bahwa mereka mau mengabadikan/ melanggengkan reformisme negara teoritik; dan bahkan hendak membuat reformisme sebagai satu-satunya metode perjuangan klas proletar"' demikianlah pernyataan Trotsky dalam tulisannya Perang dan Internasional (the war and the international). "Dengan demikian kaum revisioinis gagal mengantisipasi kecendrungan-kecendrungan obyektif dalam perkembangan kapitalistik. Padahal dengan semakin mendalamnya perdebatan-perdebatan klas, semakin terbuka pulalah jalan revolusi sosial, sebagai satiu-satunya jalan menuju pembebasan proletariat". (halaman 60)

Cara pandang kaum reformis dapat tergambarkan dengan jelas dalam pernyataan Bernstein : " Bagi saya apa-apa yang di sebut tujuan utama sosialisme, bukanlah apa-apa, bagiku gerakan adalah segala-galanya" (Reformasi atau Revolusi, halaman 64) Dalam kecamannya Rosa Luxemburg menunjukkan bahwa di antara reformasi dan revolusi sosial, terdapat dua hal yang tak terjembatani bagi kaum sosial demokratik. Perjuangan reformasi sebagai alat/sarana, revolusi sebagai tujuan sejati" (halaman 8).

Sekarang tentang kaum sektarian. Kaum sektarian justru melakukan kesalahan yang sebaliknya. Kaum sektarian ataupun ultra radikal sama sekali menolak reformasi sebagai alat/sarana revolusi. Mereka menolak perjuangan lewat reformasi secara prinsip, karena menurut mereka , reformasi cenderung melunakkan kaum buruh ke haribaan kapitalisme. Sehingga hanya akan merepotkan/menghalang-halangi perjuangan revolusioner bagi pembebasan klas buruh. Amerika merupakan contoh yang mengerikan pihak sektarianisme yang sangat kaku di dalam Partai Buruh Sosialis (Socialis Labour Party). Socialis labour Party memandang segala bentuk aksi massa bagi reformasi sebagai tindakan reaksioner, dan oleh karena itu menolaknya sama sekali.

Dalam perdebataan teoritik menghadapi dua kecendrungan di dalam tiubuh internasional, Marxisme muncul sebagai pemenangnya. Dalam menghadapi kaum oportunis yang berusaha untuk melunakan gerakan sosialis ke dalam 'pelukan' tatanan kapitalis .. Kaum Marxis menekankan keharusan untuk mempromosikan perjuangan klas , untuk merebut kekuasaan, dalam rangka menjungkirkan kapitalisme dan menegakkan sosialisme. Sedangkan dalam menghadapi kaum ultra kitri, kaum Marxis menunjukkan arti pentingnya perjuangan lewat reformasi … untuk, memanfaatkan semaksimal mungkin lembaga-lembaga demokrasi dan parlemen, demi mendidik, mengorganisir dan mencerahkan kaum buruh.. sampai mayoritas rakyat siap bagi pengambil alihan kekuasaan; bagi sebuah hujaman telak yang revolusioner atas kapitalisme.

Konflik berkesinambungan antara kaum Marxis melawan kaum oportunis meletup dengan keras di Eropa. Di negeri-negeri dengan perkembangan pergerakan sosialis yang paling maju, yakni Jerman dan Perancis. Di Perancis, Konflik tersebut mengedepan sehubungan dengan persoalan politik praktis yang dilakukan oleh Alexandre Millerand. Millerand adalah seorang anggota Partai Sosialis Independen (Independent Socialis Party) . Pada tahun 1899 ia menerima tawaran (dengan pertanggung jawaban perorangan) untuk menduduki jabatan menteri urusan industri, dalam sebuah kabinet kapitalis. Ini adalah yang pertama kalinya seorang pimpinan sosialis menerima tawaran jabatan di dalam pemerintahan borjuis; namun ini bukanlah yang terakhir kalinya. Millerand membela dirinya dengan dalih, bahwa hal tersebut merupakan sebuah keharusan, demi menyelematkan demokrasi Perancis dari kaum Monarkis dan Bonapartis. Menurutnya kaum Monarkis dan Bonapartis sedang mengeruk keuntungan lewat agitasi-agitasi yang di lancarkan atas kasus Dreyfus; dengan tujuan untuk mengahancurkan republik Perancis yang ketiga (Third Republik). Pertikaian berkelanjutan atas penyelewengan Millerand dari garis sosialisme, mengakibatkan terkjadinya perpisahan (split) ; antara sayap kiri dan sayap kanan dalam partai sosialsi Perancis. Polemik dan kontoversi ini bahlkan menyebar juga seluruh kalangan Sosial Demokrasi Eropa.

Persoalan mendasar tentang politik koalisi (tentang kolaborasi/kerjasama persekongkolan klas kaum sosialis dengan sayap liberal dari klas kapitalis) dalam menghadapi kekuatan reaksioner lainnya… bukan lagi permasalahan masa lalu, melainkan persoalan yang masih harus kita hadapi sampai saat ini. Persoalan ini kembali berulang dari waktu ke waktu, dalam rangkaian perkembangan sosialis. Dan selalu saja kaum oprtunis menyeruhkan slogan-slogan dan argumen-argumen palsu yang itu-itu juga … sambil mencari upaya merusak klas buruh, pada tahun 1918, misalnya, Ebert dan scheidemann memasuki pemerintah republikan kaum borjuis, dengan dalih "Untuk menyelamatkan demokrasi Jerman ". hasil nyatanya adalah : Pemukulan keras atas revolusi proletarian, dan kemenangan Nazi. Ketika sosialis dan belakangan juga kaum Stalinis, berpartisipasi dalam pemerintahan republiken klas borjuis Spannyol;(dengan alasan yang kurang lebih sama , menyelematkan demokrasi Spamyol dari ancaman kaum monarkis dan fasios). Hasil bersih; naiknya Franco ke panggung kekuasaan. Suatu ketika pimpinan kaum buruh dan kaum stalinis menyatakan Bahwa; Presiden Roosevelt harus di dukung, dalam rangka menangkal kaum ultra reaksioner di Amerika Serikat … Dan program perangnya harus di ikuti untuk memukul balik Fasisme dari Eropa. Hasil melimpah ruahnya pengangguran dan pengupahan yang rendah; masih di tambah dengan tindakan keras pemerintah atas setiap aksi-aksi pemogokan buruh. Dan inilah 'buah' yang dapat di petik setelah mengikuti perang: di lancarkannya program "pembersihan orang-orang merah" dari serikat-serikat buruh; dan perburuhan kaum kiri oleh Mc Carthy, di bawah restu dari "kawan" kawan buruh liberal, yaitu Harry Truman. Lagi-lagi pada tahun 1968 terdengar seruan untuk mendukung Presiden Lyndon Johnson, untuk menghadapi "pedagang perang" Barry Goldwater. Semua ini sama saja.

Hal-hal tersebut di atas maupun pengalaman-pengalaman sejarah lainnya yang memiliki kesamaan selama abad ke-20 … telah menguji dan membuktikan, ketetapan pandangan kaum Marxis (yang sudah di lontarkan semasa Millerand); Bahwa kolaborasi politik kaum sosialis dengan representasi perwakilan kapitalisme manapun juga, hanya akan memperkuat klas penguasa yang reaksioner. Dengan menyingkirkan kaum buruh dan merongrong demokrasi. Bukti-buktinya sudah terdapat dalam diri Millerand, yang di kemudian hari "memotong" aksi pemogokan buruh-buruh kereta api Perancis. Kolaborasi semacam itu menjadi basis bagi pendirian "Front-front rakyat" (palsu), yang ternyata menggiring kaum buruh Eropa ke dalam jurang kekalahan sebelum perang dunia II … ataupun persatuan masyarakat dengan imprealis (yang berkedok) demokratik, yang terbukti hanya membawa kehancuran selama peperangan. Kaum buruh dapat membela hak-hak ekonomi dan demokratiknya, dengan mengorganisir diri mereka sendiri dalam perjuangan melawan pemerintah mereka. Dan sama sekali bukan dengan menggabungkan kekuatan (dengan musuh-musuh klas mereka sendiri), dalam sebuah koalisi politik.

Dua persoalan ini merupakan bagian integral dari perjuangan yang lebih luas , antara kaum marxis dengan sayap-sayap revisionis sosial demokrasi. Penganjur utama dan pimpinan teoritik kaum revisionis adalah Edward Bernstein. Dalam rangkaian artikelnya yang berjudul problem Sosialisme (Problem of Socialism) yang di terbitkan tahun 1897-1898; maupun dalam bukunya yang berjudul Sosialisme Evolusioner (Evolutionary Socialism) yang di terbitkan tahun 1899 … Bernstein menganjurkan revisi (perbaikan) atas Marxisme, di bawah terang "realitas hidup" (yang palsu). Ia adalah pimpinan teoritik oposisi borjuis kecil yang menytimpang dari garis Marxisme. Bernstein-lah yang dengan pongahnya memperolok-olok dialektika, dengan cara yang sama seperti yang di lakukan oleh Burnham-Shachtman, ketika menentang Socialist Workers Party (SWP)/ Partai Pekerja Sosialis) pada tahun 1939-1940. Ia mencampakkan metode historical materialism (Materialisme historis); bahkan ia menentang makna pentingnya teori pergerakan sosialis secara keseluruhan. Masih juga ia melakukan hal yang sama terhadap teori nilai kerja/labour theory of value (yang merupakan pondasi dari keseluruhan struktur ekonomi politik Marxis)… yang mencakup: Keniscayaan(keharusan) historis atas sosialisme, keruntuhan yang tak terhindarkan dari kapitalisme, hukum akumulasi modal dan kecendrungan penghisapan yang sermakin mendalam atas klas buruh … ringkasnya ia menjadi penganjur aliansi dengan partai-partai borjuis demokrat dan metode-metode oportunisme.

Sejarah telah menunjukan ketidakbenaran teori maupun maupun ramalan-ramalan Bernstein. Bernstein sendiri sangat meyakini bahwa kapitalisme telah berkembang secara lebih damai, lebih progresif, menghapuskan krisis-krisis yang ada, meningkatkan standar kehidupan massa. Ia meramalkan bahwa reformasi dengan sendirinya (secara bertahap) akan membuka jalan bagi sosialisme; bahwa negara kapitalis akan berubah menjadi sosialisme (secara damai/tanpa konflik sama sekali). Dan bahwa antagonisme klas akan hilang dengan sendirinya. Padahal paruh dari abad ini sendiri telah mempertunjukan barbagai konflik krisis yang menganga, kelaparan/kemelaratan, pengangguran… berbagai proses pembusukan Kapitalisme. Bersamaan dengan antagonisme klas yang bergerak/berkonflik, dan meletus dalam bentuk perang maupun revolusi.

Bahkan pada masa seperti itu, kaum Marxis-- yang di persenjatai dengan sosialisme ilmiah-- memenangkan pertarungan teoritik melawan ide-ide revisionisme. Walaupun memang masih ada saja orang yang senang memelihara kebiasaan dan praktek-praktek reformis di tubuh partai. Di Jerman : Babel, Kautsky, Rosa Luxemburg -- ketika itu -- memukul mundur kaum revisionis yang di piimpin oleh Bernstein dan Vollmar ( yang 'kebetulan' merupakan pendahulu Stalin, dalam menganjurkan teori tentang "sosialisme di satu negeri").

Dalam kongres kaum sosial demokrasi Jerman pada tahun 1903 di kota Dresden, Bebel dan Kautsky berhasil mempetahankan keutuhan partai, sekaligus mengeluarkan sebuah resolusi yang di tujukkan kepada kaum revisionis. Resolusi tersebut berbunyi antara lain:

Dengan ini kongres mengutuk keras, upaya-upaya para revisionis untuk mengubah garis-garis taktik yang sudah teruji dan sukses. Yang telah kita emban selama ini, yang juga berasal dari perjuangan klas .
Taktik para revisionis ini secara tak terhindarkan akan mengubah watak partai kita .. dari sebuah gerakan yang bertujuan-- uintuk melakukan penyingkiran secepatnya atas masyarakat borjuis (dan menggantikan dengan masyarakaat sosialis ) -- menjadi sebuah kelompok yang puas dengan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat borjuis. Selanjutnya, kongres mengutuk tiap upaya untuk menyembunyikan antagonisme-antagonisme klas (pertentangan-ppertentangan klas) yang semakin meningkat terlebih-lebih bila di maksudkan untuk memfasilitasi kerja sama dengan partai-partai borjuis (di kutip dari Landauer, Sosialisme Eropa/ European soocialism, vol.1, halaman 359).

Pada kongres Internasional di Amsterdam tahun 1904, resolusi Dresden di atas, menjadi pusat perdebatan sengit yang berlangsung sampai empat hari. Kongres ini juga menjadi saksi bagi terjadinya " duel dua raksasa berkaliber internasional" antara Jaures (seorang sosialis Peranncis) melawan Babel (pimpinan sosialsi Jerman) . Dengan menerima resolusi Dresden , internasional secara resmi menyingkirkan teori kaum revisionis, dan sekali lagi mengukuhkan dirinya berdiri tegak di bawah panji-panji revolusi Marxisme.

Kongres Amsterdam sendiri menandai titik puncak internasional kedua. Kongres di hadiri oleh 444 delegasi, yang merupakjan kelompok perwakilan gerakan sosialis terbesar dan paling solid, sejauh yang pernah di catat. Ketika Van Kol (seorang sosialis dari Belanda) memberikan sambutan, ia membandingkan perbedaan yang sangat ,mencolok antara kongres internasional tahun 1872 dengan 1904 ini. Di tahun 1872 seingatnya, beberapa lusin delegasi International Pertama bertemu di Den Haag (*Belanda) , di sebuah Kafe … hanya untuk membubarkan organisasinya . Dalam waktu 30 tahun orang-orang pengasingan dan pejuang-pejuang buruh yang tadinya di buru-buru tersebut telah menggerakan dunia.

Tahun itu (1904), merupakan masa kejayaan internasional kedua dan gagasan Marxisame yang di embannya. Kejayaan ini masih tetap di tingkatkan, ketika revolusi Rusia yang pertama meletus pada tahun berikutnya (1905) … ketika klas buruh yang masih begitu mudah -- di bawah kepemimpinan sosial demokrasi -- untuk pertama kali menunjukkan kegagahan Revolusionernya.

Itulah titik puncak internasional kedua. Titik tersebut turun bersama dengan surutnya gelombang pasang revolusioner.

*

Bab III : Menjangkitnya Oportunisme dalam Sosialis Internasional (1904-1914)