GEORGE NOVACK
SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA

Terjemahan Indonesia  : Abdul Syukri, Agustus 1999.
Versi Online                 : [Indomarxist.Net] [http://come.to/indomarxist], Nov 2002
                                       : Marxists Internet Archive, Des. 2002
Keterangan                   : Ijin publikasi online ini adalah untuk tujuan non-komersil.



SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA
Oleh: George Novack

Daftar Isi

Bab I     : Pembentukan Internasional Pertama (1864-1876)
Bab II   : Kebangkitan Kaum Buruh dan Sosialis Internasional (1889-1904)
Bab III  : Menjangkitnya Oportunisme dalam Sosialis Internasional (1904-1914)
Bab IV  : Perang Dunia Pertama dan Keruntuhan Internasional

* * *

Bab III : Menjangkitnya Oportunisme dalam Sosialis Internasional (1904-1914)

Kongres Amsterdam tahun 1904 dan revolusi Rusia tahun 1905 adalah dua puncak semangat revolusioner dalam sejarah internasional kedua. Kongres tersebut menandai kemenangan Marxisme atas ide-ide sayap kanan kaum revisionis. Juga kemengan cita-cita kaum proletarian terhadap upaya-upaya penggiringan buruh yang terorganisir ke arah demokrasi parlementer. Kemenangan taktik yang berbasiskan perjuangan klas yang tegar, atas taktik yang berbasiskan oportunisme dan reformisme sosialis. Pendeknya, kemenangan semangat proletarian atas pengaruh-pengaruh borjuis kecil di dalam internasional kedua.

Revolusi Rusia tahun 1905 menjadi saksi atas program dan semangat ini, yang memandu aksi pengerahan massa secara besar-besaran. Harap di ingat sejak di pukulnya komune Paris tahun 1871, di Eropa tidak pernah ada lagi gejolak revolusioner dalam skala besar, selama sekitar tiga puluh lima tahun terakhir. Sekarang , justru di kekaisaran Tsar yang terbelakang, yang merupakan negeri yang paling reaksioner di Eropa … dengan sebuah rejim absolut yang menindas lembaga-lembaga demokrasi, memburu-buru kaum sosialis dan gerakan buruh… justru segenap rakyat Rusia yang tertindaslah yang mulai bergerak lebih dulu di Eropa; terutama setelah kekalahan menyakitkan yang di alami Rusia dalam perang Rusia- Jepang. Adalah klas buruh Rusia yang masih muda, yang berdiri paling depan dalam barisan massa rakyat; dan ini semua di pandu oleh kaum sosial Demokratik Rusia.

Dalam sebuah kuliah tentang revolusi 1905 (yang di berikan Lenin dalam dalam pembuangan di Swiss, satu bulan sebelum pecahnya revolusi tahun 1917) Lenin mengamati:
Sebelum 22 Januari 1905 partai revolusioner Rusia belum memiliki keanggotaan secara luas … saat itu kaum reformis menyebut kita sebuah "sekte" (kelompok kecil). Seratusan organiser revolusioner, sekian ribu anggota organisas lokal, setengah lusin koran revolusiner yang terbit tidak lebih dari sekali bulan (material-material/ koran ini biasanya di terbitkan di luar negerri dan di selundupkan ke Rusia dengan kesukaran luar biasa; dan dengan bayaran pengorbanan yang tidak kecil.) Seperti itulah partai-partai yang revolusioner dan khususnya Partai Sosial Demokrasi Rusia, sebelum 22 Januari 1905. Kondisi seperti itu membuat kaum reformis yang picik dan pongah, mengeluarkan justifikasi (pembenaran) Revolusi Rusia adalah peristiwa besar pertama yang membawa hembusan segar dalam atmosfir Eropa yang pengap/membosankan, selama 35 tahun terakhir sejak komune Paris. Perkembangan cepat dalam klas buruh Rusia, dan kekuatan tak terbayangkan dari pemusatan sktifitas revolusioner mereka….menghasilkan kesan yang mendalam bagi dunia dan dimana-mana menghasilkan menih yang mempertajam perbedaan-perbedaan politik. Di Inggris, revolusi telah mempercepat pembentukan partai buruh independen. Di Austria terjadi desakan-desakan yang kuat untuk menegakkan hak-hak politik rakyat. Di Perancis, gaung revolusi Rusia ( mengambil bentuk dalam gerakan sindikalisme) … memberikan pencerahan pada tingkat praktek dan teori … bagi terbangunnya kecendrungan revolusioner proletariat Perancis . Di Jerman revolusi Rusia menunjukan pengaruhnya dalam penguatan buruh dalan sayap Kiri partai; menyeret mayoritas kaum tengah ke Kiri . Menghasilkan penyingkiran kaum revisionis (Kanan). Sehingga secara prinsip partai menetapkan metode revolusioner dalam aksi-aksipemogokan umum. (Perang dan Internasional , halaman 61).

Pemberontakan besar tahun 1905 juga meninggalkan jejak yang mendalam, di seluruh Asia dan merangsang revolusi-revolusi melawan kekuatan kolonial di Turki, Persia dan China.

Betapapun revolusi itu di pukul balik dengan sangat keras. Kekalahan revolusi dan kemenangan kekuatan kontra revolusi; telah mendorong berlangsungnya periode reksi yang berkepanjangan , hal ini bukan hanya berlangsung di Rusia, namun juga ditiap penjuru Eropa. Trotsky menggambarkan kemunduruan politik tersebut sebagai berikut:

Di Rusia kekuatan kontra revolusi menang . dan bersamaan dengan ini dimulailah periode kemunduran dalam proletariat Rusia; kemunduran kekuatan, baik secara politik maupun organisasi di Austria , jalinan-jalinan kemajuan uang telah di capai oleh klas buruh terpotong-putus. Tuntutan bagi pengesahan jaminan sosial untuk rakyat banyak, terbengkalai di kantor-kantor pemerintah. Tuntutan-tuntutan bagi hak-hak politk universal terpuruk dalam kepentingan kaum nasionalis belaka; semua ini bermuara pada semakin melemah dan terpecahnya kekuatan Sosial Demokrasi. Di Inggris, setelah sekian lama Partai Buruh melepaskan diri dari Partai Liberal , belakangan ini mulai menjalim hubungan kembali. Di Perancis, kaum sindikalis menyerah pada posisi kaum reformis . Dalam waktu yang singkat Gustave Harve memutar balik ketetapan yang diambil sendiri. Di Jerman sendiri , kaum revisionis dalam tubuh partai Sosial Demokrasi, mengangkat kembali kepala mereka dengan pongahnya. Kaum Marxis dipaksa untuk merubah taktik mereka dari taktik ofensif menjadi taktik defensif. Upaya-upaya kaum kiri dalam mengarahkan partai-partai untuk mengambil kebijakan yang lebih aktif , tidak membuahkan hasil. Kaum tengah makin bergerak ke arah kanan, smbil mengepung akum radikal/kiri. Kekuatan-kekuatan konservatif menarik nafas lega atas kekalahan revolusi 1905 (Perang dan Revolusi, halaman 63).

Dalam kuliah- kuliah (sebagaimana yang telah disbutkan di muka) Lenin menegaskan ,"bahwa revolusi Rusia 1905, dikarenakan watak proletariatnya … adalah merupakan prolog (pendahuluan), bagi kedatangan revolusi Eropa " (Karya-Karya Terseleksi Lenin, Volume 23, Halaman 252). Pandangan jernih yang tajam ini -ketika itu- di akui juga oleh Kautsky. Namun pandangan itu tidak menjadi pandangan yang dominan dikalangan pemimpin-pemimpin Internasional Kedua; sehingga tidak pernah di pakai sebagai sebuah panduan strategi (terutama pada tahun 1904-19914). Para pemimpin Internasional Kedua tersebut, bekerja dengan menggunakan cara pandang dan analisis yang berbeda. Walau tidak di akui secara terbuka, sesungguhnya cara pandang kaum reformis

Apa sajakah premis-premis (landasan argumen) mereka? Kini mereka percaya bahwa kapitalisme akan tetap berlanjut bertahan sampai dengan mas depan yang tak terbatas. Seperti yang sudah hidup di bawah kondisi kolonial. Keuntungan luar biasa yang ditumpuk dan akumulasi oleh penguasa-penguasa kapitalis, memungkinkan negeri-negeri besar tersebut… (selama masa 'naik daunnya' kapitalisme global) … memiliki kemampuan untuk memberikan lapisan buruh sedikit remah-remah ( sisa-sisa makanan) yang tercecer dari mejan makan majikan besar mereka yang rakus. Lapisan buruh yang menikmati hal- hak istimewa inilah yang merupakan aristokrat-aristokrat buruh mereka; lazimnya membentuk partai buruh yang besar dan mapan , ataupun juga serikat-serikat buruh yang birokratis.

Pimpinan-pimpinan partai buruh mapan maupun serikat buruh birokratis tersebut biasanya memilih jalan parlementer; dan menjadi penganjur-penganjur utama bagi kampanye pengambilan jalan damai, gampangan dan hidup berdampingan secara 'berbudaya'. Mereka tidak bertindak, berpikir dan merasakan -sebagaimana seharusnya perwakilan klas yang tertindas- namun, lebih mirip penjaga-penjaga toko borjuis kecil, majikan-majikan kecil, guru-guru sekolahan… bersamaan dengan semakin kentalnya kecendrungan borjuis mereka - orang-orang mapan tersebut juga menjadi semakin terisolasi (terasingkan) - dari penderitaan, kesukaran-kesukaran hidup maupun aspirasi massa rakyat. Mereka juga sudah tidak merasa penting untuk memintakan pertanggungjawaban majikan mereka, apalagi melawannya.

Kaum borjuis kecil bersikap sama terhadap rakyat tanah jajahan (daerah-daerah kolonial) . Sungguhpun mereka tahu betul bahwa --hasil-hasil bumi--, kenyamanan penghidupan, standar penghidupan yang lebih tinggi, hak-hak istimewa yang mereka kecap - sebagian besar dihasilkan dari penghisapan atas rakyat-rakyat tanah jajahan. Dengan dinginnya mereka membiarkan begitu saja pengambilalihan daerah-daerah koloni… mereka juga tidak mempedulikan kekerasan, penindasan, maupun kemorosaotan penghidupan yang menimpa rakyat tanah jajahan. Sekali lagi mereka memilih bungkam terhadap proses perbudakan yang berlangsugn bersamaan dengan kebijaksanaan dan praktek-praktek kolonial maupun imprealis. Sama sekali tak terlintas dalam mereka, perihal keharusan untuk memblejeti praktek-praktek tersebut di atas ; dalam rangka mendidik kaum buruh. Dengan membangkitkan keadaran klasnya, dan membangun ikatan solidaritan/persaudaraan antar klas buruh dari negeri-negeri yang paling terinjak-injak.

Sebagai konsekwensi logisnya , kaum sayap kanan dalam gerakan buruh, justru menjalin aliansi dengan borjuasi pribumi, untuk menindas rakyat di tanah jajahan (khusunya klas buruh di perkotaan atau di pinggiran kota ) . Ternyata praktek kolaborasi klas (kerja sama antar klas) inilah yang pakai untuk menggantikan perjuangan klas yang konsisten; dan inipulalah yang menjadi akar oportunisme . Lenin menggambarkan hal ini sebagai," pengorbanan atas kepentingan fundamental massa klas buruh, demi kepentingan-kepentingan sesaat minoritas kaum buruh (yang tak penting) . Atau dengan lain perkataan aliansi sebagian kecil kaum buruh dengan kaum borjuis, untuk menindas massa proletariat.

Ada empat yang persoalan yang menandai petumbuhan elemen-elemen kanan kaum oportunis , terhitung sejak tahun 1906 sampai dengan tahun 1914; di internasional kedua. Yang pertama dan paling utama adalah dalam menghadapi persoalan kolonial.

Pada kongres di Stuttgart yang tahhun 1907, kaum sayap kiri menyerukan perjuangan yang prinsip bagi kebijakan sosialis yang sejati. Dengan demikian sebagai konsekuensi, kaum kiri menentang tiap penaklukan, praktek-praktek perhambaan, pemerkosaan, panjarahan yang menjadi ciri khas dalam operasi-operasi kolonial kekuatan-kekuatan imprealis.

Kaum oportunis yang di pimpin oleh serikat-serikat buruh Jerman, menentang tiap upaya untuk melawan kekuatan-kekuatan imprealis . Mereka cenderung memilih untuk beradaptasi/ menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan imprealis tersebut. Seorang delegasi Jerman bernama Eduard David, berargumentasi: Karena kebijakan dan penindasa kolonial adalah sesuatu yang tak terhindarkan di bawah kapitalisme ; maka kaum sosial demokrasi tidak perlu melakukan perlawanan atasnya. Yang perlu dilakukan kaum Sosial-Demokrasi adalah berjuang bagi perbaikan-perbaikan kondisi kerja penduduk pribumi di tanah jajahan. Ringkasnya Eduard David mau mengatakan, bahwa perjuangan yang perlu dilakukan bukannya untuk mengakhiri perbudakan; namun untuk memperbaiki kondisi- kondisi perbudakan.

Barnstein juga berpendapat, bahwa masyarakat memang dapat di bagi dalam dua kategori: kaum penguasa dan kaum yang dikuasai. Bagian tertentu dalam masyarakat memang sepeti kanak-kanak, yang selalu harus di bimbing , dan tidak sanggup mengembangkan diri mereka sendiri. Sehingga kebijakan kolonial --menurutnya - adalahg sesuat yang tak bisa di elakan, bahkan di bawah tatanan sosialisme sekalipun. Bagi idiologi-idiologi (palsu) tersebut bangsanya sendirilah yang paling beradab, dan memang terlahirkan sebagai " bangsa yang di pertuan" ( dan tidak mungkin terjadi sebaliknya sebagai bangsa yang di perbudak).

Kongres menyelenggarakan pemungutan suara (voting) sehubungan dengan 'persoalan kolonial' ini. Dan hasilnya adalah kaum revisionis memperoleh 127 suara, sedangkan kaum oportunis 108 suara, sisa 10 suara menyatakan abstain (tidak memilih). Semua kaum sosialis Rusia yang yang hadir dalam kongres memilih dengan semangat revolusioner; sementara mayoritas pimpinan serikat-serikat buruh Jerman mendukung kaum oprtunis. Pilihan-pilihan yang mereka ambil ini sudah merupakan isyarat tersendiri, yang akan terbukti nanti dalam sejarah.

Perdebatan kedua adalah mengenai kebijakan imigrasi. Seorang delegasi Amerika berpendapat bahwa Internasional seharusnya mengeluarkan tuntutan bagi pemberlakuan Undang-undang yang membatasi masuknya kaum buruh-buruh berkulit kuning ke "negeri-negeri beradab". Yang hakikatnya adalah usulan untuk membangun tembok pemisah antara klas buruh di Asia dengan yang tinggal di Amerika /Eropa; lewat sebuah perundang-undangan kapitalis. Cara pandang semacam initelah menjadi semacam tradisi dalam kebijakan buruh Amerika, yang masih berlaku sampai hari ini.

Perdebatan ketiga yang lebih penting , adalah menyangkut hubungan antar partai-partai sosialis dengan serikat-serikat buruh. Di satu pihak, ada kecendrungan bahwa para pimpinan serikat buruh, merasa nyaman dengan hak-hak istimewayang dimilinya; sambil 'membina' kaum buruh yang masih terbelakang. Mereka inilah yang menentang dan berusaha melepaskan diri dari segala bentuk kontrol/pengawasan politik; yang lazim bagi sebuah partai yang menggunalkan metode perjuangan klas. Karenanya orang-orang tersebut senantiasa menyerukan 'netralitas' serikat buruh, sehubungan dengan program-program ataupun aktifitas -aktifitas partai sosialis. Harap di catat bahwa lahan subur bagi pertumbuhan oportunisme dan arah gerak ke kanandalam internasionale kedua , justru di pelopori oleh serikat-serikat buruh.

Memang kita pahami benar bahwa otonomi organisasional bagi serikat-serikat buruh adalah sebuah keharusan. Namun independensi total bagi serikat-serikat buruh adalah sebuah keharusan. Namun independensi total bagi serikat-serikat buruh dalam praktek dan kebijakan adalah sesuatu yang mustahil. Mengingat bahwa dalam peta pertarungan kekuasaan politik , serikat-serikat buruh tersebut hanya punyta dua pilihan : jatuh ke bawah cengkeraman kapitalis dan pemerintahannya, atau berjuang bersama kaum oposisi/penentang klas kapitalis, yakni bersama massa proletariat. Sehingga kita tidak mengenal 'jalan tengah' dalam menghadapi persoalan diatas dengan melakukan pemisahan antara perjuangan politik dengan perjuangan ekonomi, kaum sayap kanan hanya menginginkan mendapatkan pengesahan atas oportunisme mereka.

Dalam kongres di Stuttgart tersebut, keinginan-keinginan atas 'netralitas' serikat-serikat buruh berhasil diselesaikan oleh kaum revolusionis yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip fundamental Marxime. Mengenai hal ini Clara Zetkin menuliskan catatannya sebagai berikut, " Kini secara prinsip, tidak ada lagi suara-suara yang mempertanyakan kecendrungan historis yang poko dari perjuangan klas proletar; untuk mempersatukan pengorganisasian kerja-kerja ekonomi dan politik seerat mungkin, dalam sebuah klas buruh sosialis" (dikutip dari Karya-Karya Terkoleksi Lenin , Volume 13, Halaman 89).

Komentar Lenin sendiri atas perdebatan tersebut: "Sambil menjalani proses pentahapan dan hubungan timbal balik yang yang tak terelakan (antara partai revolusioner dengan serikat buruh --penerjemah)… Dengan tidak mengambil langkah-langkah yang gegabah/tak bijaksana… Kita harus bekerja bekerja secara konsisten dengan serikat-serikat buruh, dlam rangka memandu mereka ke arah yang lebih dekat dengan Partai Sosial Demokratik" (Karya-Karya Terkoleksi Lenin, Volume 13, Halaman 89).

Problem mengenai hubungan antara partai pelopor (Vanguard party) dengan proletriatnya sebagaimana seharusnya, dikaitkan dengan hubungan antara serikat buruh yang mencerminkan proletariat sebagaimana seadanya (betapapun kurang maksimalnya) … adalah salah satu persoalan penting dalam khasanah revolusioner Marxisme. Hal ini juga sekaligus merupakan problem yang paling sukar untuk di tangani di tingkat praktek.

Hubungan-hubungan ini tidak hanya memiliki perbedaan-perbedaan di negeri-negeri yang berlainan ; namun hubungan ini bahkan telah memiliki perbedaan-perbedaan dalam tingkatan-tingkatan perkembangannya, di negeri yang sama. Pergerakan serikat buruh telah menjadi saksi bagi terjadinya dua macam hubungan yang mewakili dua kubu yang berbeda. Di Jerman dan Rusia pada umumnya, Partai Sosial Demokrasi-lah yang mengambil inisiatif dalam membentuk dan memipimpin organisasi serikat-serikat buruh. Bagi Inggris dan Amerika Serikat --dilain pihak-- gerakan sosialis dengan gerakan serikat-srikat buruh dilahirkan dan berkembang secara terpisah bahkan saling bertentangan satu sama lain.

Kaum sindikalis yang cukup berpengaruh di Perancis dan Spanyol, jug amenentang segala kaitan/hubungan antara serikat buruh dengan partai politik klas buruh.

Belakangan -di beberapa negeri imprealis utama- seperti Inggris dan juga Kanada,… pergerakan politik di awali kebangkitan dari serikat-serikat buruh. Dan secara bertahap melebur dengan partai pelopor, dalam bentuk partai-partai buruh … (dengan ataupun tanpa program/idiologi sosialis yang dinyatakan secara terbuka) .

Dengan variasi peluang/ kemungkinan yang begitu beragam -dari dua kubu besar tadi- nampaknya tidak akan ada satu formula yang final/absolut, untuk menentukan hubungan hubungan antara pergerakan ekonomi dan politik kaum buruh. Apakah pilihan terbaik yang perlu diambil -dalam tahapan perkembangan tertentu- sangat tergantung pada keseluruhan faktor politis historis yang kompleks.

Betapapun, ada satu pertimbangan yang akan tetap konsisten bagi kaum Marxis. Yaitu soal peranan politik yang dinilai lebih menentukan/lebih penting dibandingkan peran ekonomi (yang secara organisasional tercerminkan dalam peranan partai atas urusan-urusan serikat-serikat buruh). "Politik" demikian ungkap Trotsky, " Adalah pencerminan umum yang terfokus, yang berangkat dari persoalan-persoalan ekonomi".

Trotsky menggambarkan tujuan ideal atas hubungan (partai dan serikat buruh), sebagai berikut: Partai - kalau memang cukup berharga untuk disebut demikian- mencakup keseluruhan pelopor klas buruh. Partai menggunakan pengaruh pengaruh idiologisnya, untuk membangun tiap 'cabang' dari pergerakan buruh menghasilkan buah (khusunya bagi gerakan serikat buruh). Namun kalau serikat-serikat buruh juga hendak benar-benar dianggap cukup berharga … serikat-serikat buruh itu juga harus merangkul massa buruh yang terus tumbuh berkembang, meliputi juga elemen-elemen buruh yang belum maju. Sehingga mereka (serikat-serikat buruh) baru akan menuntaskan tugas mereka, ketika berhasil memandu buruh-buruh tersebut, secara sadar denagn prinsip-prinsip yang fundamental. Dan mereka hanya akan meraih kepemimpinan semacam ini, bila elemen-elemen terbaik dari buruh-buruh tersebut telah dipersatukan didalam partai proletariat yang revolusioner" (tulisan Leon Trotsky mengenai serikat-serikat buruh, halaman 12) Internasional Kedua memang sudah cukup baik dalam menyerukkan hal diatas, sayang sekali masih kurang cukup dalam meyadari sepenuh-penuhnya.

Sementara itu, kekuatan-kekuatan utama di Eropa telah terlibat dalam manuver-manuver diplomatik dan berpacu dalam perlombaan senjata, yang akan memuncak dalam perang tujuh tahun kemudian… Dengan demikian dalam rangka mengantisipasi persipan tersebut di ata, kaum sosialis memberikan porsi yang sentral dalam kongres Internasional kedua di Stuttgart.

Ada tiga posisi klasik yang mengedepan pada kongres internasional kedua di Stuttgart tersebut … cara pandang oportunistik diwakili oleh georg Vollmar (seorang pemimpin sayap kanan dari Partai Sosial Demokrasi Jerman). Vollmar secara terbuka menolak prinsip-prinsip revolusioner proletariat, dan malah berkhotbah tentang petriotisme bagi 'tanah air' (baca : membela negeri jerman yang kapitalistik). Bukanlah tanpa alasam bila kita menelusuri akar perkembangan teori sosialisme di satu negeri ;dalam pernyataan Vollmar ini Vollmar menyatakan :" Tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa kita tidak memiliki air. Segala kecintaan kita akan kemanusiaan, tidak dapatr menghindarkan kita untuk menjadi orang-orang Jerman yang baik… Kami berpendapat bahwa prpaganda anti militer bukan saja tidak benar dari sudut pandang teori, tapi juga sama sekali berbahaya secara prinsip".

Dari sudut pandang yang sama sekali bertolak belakang belakang dengan yang diatas; seorang Perancis yang bernama Herve, mewakili posisi kaum ultra kiri. Herve berpendapat bahwa tiap peperangan dapat diantisipasi dengan aksi pemogokan buruh besar besaran, yang diikuti dengan pemberontakan. Menurut Lenin, Herve telah melupakan, " Bahwa penggunaan atas suatu alat/sarana (maupun sarana-sarana lainnya), dalam perjuangan ( menghadapi perang) … sangat bergantung pada kondisi-kondisi obyektif dari krisis tersebut -secara ekonomi ataupun politik - yang dipercepat oleh perang tersebut. Sehingga bukanlah bergantung pada keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh kaum revolusioner " (Karya-Karya Terkoleksi Lenin, Volume 13, halaman 91).

Pengalaman yang telah menunjukan , bahwa aksi pemogokan umum (ditingkat nasional) adalah sesuatu yang mustahil pada saat pecahnya perang … ketika chauvinisme dan persatuan nasional sedang begitu memuncak. Ketika klas pemodal begitu kuat dan klas buruhnya masih sangat lemah. Menurut Lenin formula yang diusulkan oleh Herve adalah salah, karena, "tidak sanggup mengaitkan perang dengan rejim kapitalis secara keseluruhan ; dan juga agitasi anti milite rdengan kerja-kerja sosialisme secara keseluruhan " (dikutip dari Lenin, volume 13).

Kasus herve ini terutama sangat penting untuk mempertunjukan bagaimana semua seruan kaum borjuis kecil bagi avonturisme (petualngan) dai arah ultra kiri, dengan berjudi atas persoalan-persoalan sedemikian pentingnya, yang merupakan kebalikan ekstrim oportunisme … justru dapat merupakan sisi lain dari mata uang yang sama : sejarah mencatat bahwa Herve -si anti militer yang fanatik- menjadi patriot yang bebal pada tahun 1914.

Sayap Marxis dalam Internasional Kedua yang dipimpin oleh Lenin, Roxa Luksenburg dan Clara Zetkin memenangkan perdebatan (keempat) terakhir mengenai peperangan. Zetkin mengekspresikan momen tersebut sebagai berikut :" keberanian semangat dan energi revolusioner klas buruh dalam kapasitas tempurnya… berhasil memukul mundur keyakinan mandul yang digrenggam erat oleh orang-orang yang bersandar pada metode perjuangan parlementarian ; dan juga berhasil mengatasi kedangkalan cara pandang anti militeris kaum semi anarkis Perancis yang di kampanyekan oleh orang-orang seperti Herve " (Lenin, Volume 13, Halaman 92)

Kongres mengeluarkan kesimpulan yang ditetapkan dalam resolusi yang menyatakan bahwa peperangan, "adalah bagian yang tak terpisahkan dari Kapitalisme. Peperangan hanya bisa dihentikan ketika sistim kapitalisme itu sendiri di hapuskan …" Resolusi ini mengumandangkan seruan yang menolak segala pengeluaran untuk pembelian senjata dan juag bago propaganda anti militer , Dinyatakan pula bahwa sementara belum ada ketentuan umum "bentuk-bentuk baku dari aksi-aksi antimilitrer yang perlu dilakukan oleh klas buruh.( dalam mengantisipasi momen-momen ancaman perang… betapapun adalah tugas internasional kedua untuk "mengkordinasi dan meningkatkan upaya-upaya yang paling maksimal klas buruh dalam menghadapi peperangan". Sebagai tambahan, resolusi ini juga mengutip sejumlah contoh mengenai aksi anti perang oleh klas buruh yang cukup berhasil. Antara lain di sebutkan pula revolusi Rusia 1905 yang dipercepat oleh perang Rusia-Jepang. Bahaya ancaman tak langsung yang dapat mengarah ke revolusi, di jelaskan dalamn alinea penutup resolusi, yang di rancang bersama Rosa Luxemburg Lenin dan Martov:
"Bila sebuah perang nampaklnya akan meletus, adalah tugas klas buruh dan perwakilan-perwakilan parlementer mereka di negeri-negeri yang bersangkutan… Untuk mencurahkan dukungan ( dengan aktifitas-aktifitas yang di kordinasi dari kantor pusat sosialis Internasional) , dengan mengerahkan sgala upaya dal;am rangka mewncegah meletusnya perang. Juga dengan sarana apapun, yang paling efektif menurut mereka. Yang kesemuanya ini sangat bergantung pada penguatan perjuangan klas dan juga penajaman situasi politik secara umum".
Bila peperangan tersebut nampaknya tidak dapat di cegah dengan cara apapun juga. .. Maka adalah tugas klas buruh untuk melakukan intervensi (campur tangan). Kesemuanya ini dalam rangka untuk mendorng terjadinya percepatan, dan bersamaan dengan segenmap kekuatannya … Memanfaatkan krisis ekonomi dan politik (yang diciptaka oleh peperangan) untuk membangkitkan massa rakyat , agar memacu kejatuhan kekuasaan klas kapitalis " ( untuk teks selengkapnya dari resolusi , lihat Braunthal, hal 361-363).

Nampaknya bahwa dari ringkasan pertimbangan mauoun kettapan yang di buat dalam satu kongres internasional kedua di Stuttgart ( yang merupakan ciri khas bagi kongres-kongres lainnya sampai dengan tahun 1914)… Bahwa selain gangguan-gangguan yang di picu oleh kaum oportunis gagasan Marxis tetap bertahan di dalam tubuh Internasional kedua,. Penilaian semnacam ini akan keliru bila kita bila kita hanya melihat posisi-posisi formal yang diambil oleh orang-orang ( dilihat dari luar saja )… Sehubungan dengan situasi nyata yang melingkupi Internasional kedua.

Penampilan yang kontradiktif dari Internasional Kedua menjadi semakin nyata setelah kongres di Copenhagen tahun 1910. Dari tahun 1910 sampai dengan 1913 pergolakan sosial dan konflik-konflik klas yangtajam mengguncang hampir semua negeri. Para buruh tambang, buruh-buruh kereta rel api. Di Rusia buruh-buruh mesin dan buruh-buruh penambangan emas Di Amerika buruh-buruh perusahaan tekstil maupun penambangan. Ternyata kondisi-kondisi sosial ini malah bermuara pada gerakan reformasi, yang nenotong kebangkitan elan revolusioner.

Perjuangan nasionalis juga menyebar di Turki, di Timur Dekat, di China. Semua perkembangan domestik ini, berjalan erat dengan krisis-krisis di tingkat imternasioal: Insiden agadir yang memoicu bentrokan antara Perancis-Jerman di Maroko tahun 1911, Perang merebut Libya antara Turki-Italia, Perang Balkan pertama tahun 1912 dan lain-lain.

Inilah goncangan-goncangan yang menggoyahkan Eropa di tahun 1914. Namun sementara itu sentimen-sentimen nasionalisme, kekuatiran akan perubahan-perubahan drastis, keraguan atas daya kekautan klas buruh dan aliansi-aliansinya… mengakibatkan merebaknya kecendrungan-kecendrungan oportunis dan munafik, yang merupakan perpaduan yang pengecut dari oportunisme dari kaum tengah.

Pertumbuhan yang menular ini di dalam tubuh partai-partai sosial utama, ternyata memang sangat berbahaya. Mengakibatkan mandul dan runtuhnya Internasional kedua, sebagai sebuah kekuatan progresif .. padahal gejolak konflik perang dunia sudah mulai pecah tepat di hadapan mukanya.

*

Bab IV : Perang Dunia Pertama dan Keruntuhan Internasional