Kembangkan Terus Pekerjaan Partai di Kalangan Intelegensia!

Jusuf Adjitorop


Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres Nasional Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1963.


Kawan-kawan yang tercinta!

Saya menyetujui sepenuhnya Laporan Umum yang berjudul “Untuk Demokrasi, Persatuan, dan Mobilisasi”, yang disampaikan Kawan D.N. Aidit kepada Kongres Nasional ke-7 ini; demikian juga pengantar mengenai Perubahan Konstitusi dan Perubahan Program Partai yang masing-masing diberikan oleh Kawan M.H. Lukman dan Kawan Njoto, berhubung dengan penyesuaian Konstitusi (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) serta Program Partai kita dengan ketentuan-ketentuan Penpres No. 7/59 dan Penpres No. 13/60.

Dalam Laporan Umum yang disampaikan ke Kongres Nasional ke-7 sekarang ini, berdasarkan pedoman yang diberikan oleh Kongres Nasional ke-6 yaitu, “berjalan dengan dua kaki” dalam arti mengombinasikan pekerjaan berkobar-kobar dengan pekerjaan tekun Kawan D.N. Aidit kembali menekankan pentingnya Partai kita maju terus menempa persatuan Partai dengan massa rakyat.

Dalam periode yang ditinjau sejak Kongres Nasional ke-6, Laporan Umum Kawan D.N. Aidit mengkonstatasi kemajuan-kemajuan penting yang telah dicapai oleh Partai dalam pekerjaan di kalangan berbagai sektor gerakan massa, yaitu dalam pekerjaan di kalangan kaum buruh, kaum tani, pemuda, mahasiswa dan pelajar, wanita dan pekerja kebudayaan.

Mengenai pekerjaan di kalangan kaum intelektual disimpulkan bahwa pedoman yang ditetapkan Sidang Pleno ke-3 CC akhir tahun 1961, lebih memungkinkan Partai kita untuk bekerja lebih meluas dan lebih intensif di kalangan kaum intelektual sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kongres Nasional ke-6.

Realisasi secara kreatif garis Sidang Pleno ke-3 CC

Kawan-kawan!

Garis yang ditetapkan oleh Sidang Pleno ke-3 CC pada akhir tahun 1961, yang menjadi pedoman dalam pekerjaan Partai di kalangan intelektual, adalah dijiwai oleh Resolusi Kongres ke-6 yang berjudul: “Ilmu untuk Rakyat dan Revolusi”. Dalam Resolusi tersebut Kongres ke-6 menyambut dengan gembira Laporan Umum CC yang disampaikan oleh Kawan D.N. Aidit yang menekankan tentang pentingnya memperbaiki pekerjaan Partai di kalangan intelektual, dengan jalan bekerja lebih giat dan lebih baik mempersatukan kaum intelektual dan menarik mereka ke dalam perjuangan revolusioner rakyat; lebih giat membantu kaum intelektual mengamalkan ilmu untuk rakyat dan revolusi; meluaskan keanggotaan Partai di kalangan kaum intelektual; supaya kaum intelektual Komunis senantiasa memperdalam ilmu Marxisme-Leninisme dan menjadi contoh dalam memperkaya dan mengembangkan ilmu untuk kepentingan rakyat serta senantiasa membantu Comite-comite Partai bekerja di kalangan intelektual.

Sidang Pleno ke-3 CC pada akhir tahun 1961 telah merinci lebih jauh pelaksanaan tugas-tugas pokok yang disebut dalam Resolusi Kongres ke-6, dengan jalan mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji dalam pekerjaan kita di kalangan intelektual!

Hasil yang sudah dipetik oleh Partai kita dari usaha mulai mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa dalam pekerjaan di kalangan inteligensia dengan berpedoman pada keputusan Sidang Pleno ke-3 CC yang lalu, adalah: Kader-kader Partai, terutama kader-kader dari kalangan intelektual, selain meyakini pentingnya mempersatukan kaum intelektual, sudah meyakini pula tentang mungkinnya kaum intelektual dipersatukan yang sangat dibantu oleh berkembangnya semangat persatuan nasional yang berporoskan NASAKOM.

Antusiasme dan optimisme untuk mengembangkan pekerjaan Partai di kalangan intelektual timbul di kalangan kader-kader Partai di kalangan akademisi. Beberapa CDB, terutama CDB-CDB di Jawa, berpedoman pada berbagai segi kegiatan dalam pedoman bekerja yang ditetapkan Sidang Pleno ke-3 CC yang lalu telah membuat Plan sanggahan (“tegenplan”) pada tahun terakhir pelaksanaan Plan 3 Tahun Kedua dalam pekerjaan di kalangan intelektual dengan tekanan pada pekerjaan ideologi, sedangkan yang lainnya sesuai dengan kemungkinan di daerah masing-masing, sudah mulai bekerja berpedoman pada garis yang ditetapkan Sidang Pleno ke-3 CC. Dalam Plan sanggahan (“tegenplan”) tersebut antara lain ditentukan bahwa pada penutupan Plan 3 Tahun Kedua nanti semua kader-kader Partai dari kalangan intelektual, terutama kader-kader Partai dari kalangan akademisi sudah mendapat pelajaran: E.P.M., M.D.H., dan S.R.I.

Juga dalam Plan sanggahan itu telah dirumuskan langkah-langkah yang konkret untuk meluaskan persatuan di kalangan kaum intelektual revolusioner dan demokratis untuk dapat mengorganisasi mereka dalam perjuangan mengalahkan kekuatan yang anti-Manipol di berbagai bidang terutama di bidang ilmu dan kebudayaan. Perluasan keanggotaan Partai di kalangan mereka yang sudah bersimpati pada Partai perlu diintensifkan; sudah tentu dengan senantiasa memperhatikan tingkat kesetiaannya seperti yang lazim kita lakukan pada penerima setiap anggota baru untuk menjaga supaya barisan Partai tetap teguh.

Kader-kader Partai dari kalangan intelektual yang bekerja di berbagai bidang keahlian, baik di tingkat Pusat maupun Daerah, sekarang ini aktif merencanakan berbagai bentuk kegiatan di kalangan kaum intelektual. Juga berbagai organisasi massa revolusioner sudah ada yang merencanakan berbagai bentuk kegiatan untuk melakukan pekerjaan organisasi massa di kalangan inteligensia. Kawan Njono dalam Laporan Tambahan yang disampaikan dalam Kongres ini telah mengemukakan betapa pentingnya Vaksentral revolusioner SOBSI juga memperbaiki pekerjaan Serikat Buruh di kalangan intelektual, terutama di kalangan para pejabat dan ahli yang banyak sangkut-pautnya dengan kaum buruh sedang di pihak lain ditekankannya betapa pentingnya di samping peningkatan pengertian politik kader-kader Serikat Buruh, juga ditingkatkan pengetahuan mereka, dari pengetahuan untuk dapat membela kaum buruh di muka sidang pengadilan sampai meningkatkan pengertian mereka untuk dapat memecahkan perencanaan, pengurusan, dan pengawasan di bidang produksi, distribusi, dan transpor di sektor ekonomi negara.

Kegiatan organisasi tani revolusioner B.T.I. untuk menarik lebih banyak tenaga-tenaga ahli dalam penemuan bibit-bibit unggul padi-padian dan bahan makanan lainnya serta bahan-bahan ekspor hasil pertanian seperti tembakau, perbaikan cara-cara baru di lapangan teknik pertanian terutama mengenai cara-cara pengolahan tanah, perbaikan pemeliharaan ikan dan ternak, untuk mengadakan research dan ceramah-ceramah mengenai masalah sosial yang hangat dan langsung mengenai penghidupan rakyat serta gerakan naik kebudayaan yang dititikberatkan pada pemberantasan buta huruf dan kegiatan kesenian rakyat di kalangan kaum tani dan gerakan naik politik dengan membikin lebih banyak Sekolah-sekolah Politik dan Kursus-kursus Rakyat adalah langkah-langkah konkret untuk mengembangkan revolusi kebudayaan di kalangan kaum tani.

Kawan Suharti dalam Laporannya ke Kongres ini telah mengatakan bahwa bekerja di kalangan inteligensia dan bekerja untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum kader-kader wanita, juga sudah menjadi salah satu segi dari kegiatan organisasi massa wanita revolusioner Gerwani.

Jika kegiatan-kegiatan seperti ini juga dikembangkan oleh organisasi massa revolusioner lainnya, akan terwujudlah bentuk-bentuk konkret untuk menarik mereka “ke dalam berbagai kegiatan massa rakyat, seperti ke organisasi kaum buruh dan kaum tani, pemuda, wanita, dan ke dalam berbagai aktivitas kebudayaan dan sosial”, seperti digariskan oleh pedoman bekerja di kalangan inteligensia yang ditetapkan oleh Sidang Pleno ke-3 CC belum lama berselang.

Kader-kader Komunis yang bekerja di kalangan organisasi massa yang mana pun harus menjadi teladan dalam kegiatan menarik kaum intelektual untuk kemajuan ormas-ormas itu sendiri. Bentuk-bentuk kegiatan organisasi massa revolusioner untuk memperbesar peranan inteligensia dalam revolusi perlu dikembangkan terus-menerus dengan 1001 macam jalan.

Peranan kaum intelektual revolusioner dalam revolusi akan semakin besar jika mereka lebih banyak mengamalkan kecakapannya untuk membantu perjuangan “kaum buruh dan kaum tani yang merupakan kekuatan pokok revolusi dan harus menjadi sokoguru masyarakat”, seperti yang tercantum dalam Manipol.

Semua kegiatan ini adalah sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Kawan D.N. Aidit dalam Laporan Umum kepada Kongres ke-7 sekarang ini, yaitu bahwa berpedoman pada garis yang ditetapkan oleh Sidang Pleno ke-3 CC, Partai kita sekarang sedang giat berusaha untuk dengan berangsur-angsur melenyapakn kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dua segi pekerjaan di kalangan intelektual yaitu pertama, dalam pekerjaan di kalangan inteligensia non-partai dan kedua, dalam pekerjaan melahirkan lebih banyak intelektual Komunis. Juga disimpulkan dalam Laporan Umum itu bahwa jalan yang ditempuh oleh Partai untuk itu adalah: di satu pihak membantu intelektual revolusioner di luar Partai memadukan ilmu dengan praktek revolusi Indonesia serta memperkenalkan Marxisme-Leninisme kepada mereka; di pihak lain meningkatkan taraf pengetahuan umum dan keahlian kader-kader Komunis serta lebih intensif lagi mengajarkan kepaa mereka prinsip-prinsip fundamental Marxisme-Leninisme dan mendidik mereka tentang pendirian dan metode kelas buruh. Dengan menguasai prinsip-prinsip fundamental Marxisme-Leninisme, kader-kader termasuk kader-kader Partai dari kalangan intelektual akan memiliki pandangan kelas buruh, kelas yang paling revolusioner dan paling maju, dan akan menjadi pejuang-pejuang revolusioner yang mendasarkan sikap politiknya pada kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Dengan memiliki metode kelas buruh mereka akan lebih pandai menemukan cara-cara yang tepat dalam usaha memperkuat gerakan revolusioner rakyat Indonesia.

Kembangkan Kegiatan Untuk Mengalahkan Golongan Yang Anti Manipol di Bidang Ilmu dan Kebudayaan

Kawan-kawan!

Isi Anggaran Dasar atau Preambul Konstitusi Partai kita, menurut usul perubahan yang dikemukakan Kawan M.H. Lukman dalam “Pengantar untuk perubahan Konstitusi Partai” antara lain berbunyi: “PKI mendasarkan program kerjanya atas Manifesto Politik RI dan perinciannya yang sudah ditetapkan oleh Sidang Pertama MPRS sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara”. Program kerja kita yang didasarkan atas Manipol menguntungkan seluruh rakyat termasuk kaum intelektual dan hanya merugikan golongan yang anti-Manipol. Ketua kita dalam Laporan Umum ke Kongres ini telah menegaskan bahwa rakyat Indonesia yang pro Manipol terdiri dari kaum buruh, tani, borjuis kecil kota, inteligensia, dan borjuasi nasional sedangkan yang anti-Manipol ialah kaum imperialis, tuan tanah, komprador dan kapitalis birokrat. Perjuangan antara yang pro dan anti Manipol ini dilakukan di bidang politik, ekonomi, militer, ilmu dan kebudayaan.

Membantu kaum intelektual revolusioner di luar Partai memadukan ilmu dengan praktek revolusi Indonesia dalam tingkat perjuangan sekarang ini artinya adalah menjadikan mereka Manipolis sejati yang mengabdikan ilmu untuk pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama dan menjadikan mereka partisipan yang aktif dalam perjuangan melaksanakan tugas sekarang dari revolusi Indonesia. Tugas sekarang dari revolusi Indonesia seperti kita ketahui adalah mendirikan ke kekuasaan Gotong-Royong untuk melenyapkan imperialisme dan feodalisme dari bumi Indonesia dan mendirikan masyarakat yang merdeka penuh dan demokratis sebagai syarat mutlak untuk sampai ke masyarakat sosialis. Manipolis sejati di bidang ilmu berarti mengalahkan yang anti Manipol di bidang ilmu dan berarti mengamalkan ilmu untuk mendorong maju perkembangan masyarakat, menyimpulkan pengalaman rakyat pekerja di bidang produksi, teknik pertanian, pengobatan dan lain-lain. Dengan maksud meningkatkan mutunya dan mendorong perkembangannya lebih maju dan bukan untuk mematikan inisiatif takyat pekerja.

Tujuan memperkenalkan Marxisme-Leninisme kepada kaum intelektual adalah untuk membantu kaum intelektual memadukan teori dengan praktek, memadukan ilmu dengan praktek revolusi Indonesia. Untuk perkembangan ilmu diperlukan syarat-syarat bekerja yang lebih baik bagi para pekerja ilmu.

Tetapi betapa pun lengkapnya syarat-syarat materiil yang tersedia sekalipun umpamanya ditambah dengan gelar Dr. h.c. dan lain-lain gelar kesarjanaan itu saja sudah tentu tak cukup untuk menjadikan orang pekerja ilmu dalam arti kata yang sesungguhnya, tanpa ada alas yang kuat dan kokoh di bawah kakinya. Alas ini adalah filsafat Marxis, materialisme dialektik dan histori.

Materialisme dialektik dan histori memandang alam dan masyarakat secara obyektif berada dalam perubahan dan perkembangan yang senantiasa. Ia memberikan jaminan kepada para sarjana bahwa tidak ada hal-hal yang tak dapat diketahui di dunia walaupun untuk sementara waktu ada yang belum diketahui atau belum terpecahkan dan bahwa pengenalan secara ilmiah tidak mempunyai batas-batas. Metode Marxis-Leninis memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tepat secara obyektif dari bahan-bahan yang diperoleh dari penelitian (research). Berbeda dengan aliran-aliran filsafat borjuis yang membawa ilmu ke dalam jalan buntu yang memandang kenyataan melalui mata dan keinginan untuk medapatkan laba dari kelas borjuis yang ideologinya memberikan suatu gambaran yang reaksioner dan diputarbalikkan tentang dunia, filsafat Marxis sebaliknya adalah ilmu sejati; ia mencerminkan hukum-hukum dunia obyektif dan mencerminkan kepentingan-kepentingan asasi rakyat pekerja serta kebutuhan-kebutuhan vital perkembangan masyarakat. Karena itu para sarjana obyektif membutuhkan filsafat Marxis, karena inilah satu-satunya filsafat yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan ilmu.

Perpaduan ilmu dengan revolusi tidak hanya menguntungkan revolusi tetapi juga menguntungkan perkembangan ilmu sendiri, menguntungkan kaum buruh dan kaum tani, menguntungkan kaum intelektual sendiri, menguntungkan seluruh rakyat dan tanah air kita.

Dalam rangka memperkenalkan Marxisme di kalangan inteligensia dan memenangkan filsafat Marxis yaitu materialisme dialektik dan histori di berbagai cabang ilmu, beberapa CDB telah mulai mengorganisasi kerja kolektif dengan menentukan tema-tema tulisan dan menulis bersasaran ditinjau dari segi-segi yang khusus di berbagai lapangan ilmu, terutama ilmu sosial. Sasaran studi dan tulisan adalah revolusi Indonesia, masyarakat Indonesia dengan berbagai aspeknya, bumi dan tanah air Indonesia. Ini berarti bahwa Partai kita terutama kader-kadernya dari kalangan intelektual sudah semakin menyadari akan kewajibannya untuk mempraktekkan garis Kongres ke-6 “tahu Marxisme-Leninisme dan kenal keadaan” juga di berbagai cabang ilmu sosial.

Dokumen-dokumen bersejarah dari Partai kita seperti Laporan-Laporan Umum CC ke Kongres ke-5, ke-6, dan ke-7 sekarang ini serta tulisan-tulisan Ketua dan Wakil-Wakil Ketua kita yang merupakan garis pimpinan bagi Partai kita, di berbagai bidang membuktikan bahwa satu-satunya langgam yang benar adalah langgam belajar bersasaran yaitu sasaran revolusi Indonesia, dan langgam memadukan teori dengan praktek, yaitu praktek revolusi Indonesia. Inilah langgam Partai kita setelah pembentukan PB baru tahun 1951. Sukses-sukses yang dicapai oleh Partai kita dan rakyat pekerja Indonesia sejak tahun 1951 sampai sekarang, adalah karena Partai kita setia kepada langgam ini, juga dalam melaksanakan Plan 3 Tahun yang titik beratnya adalah pembangunan ideologi.

Juga dari pekerjaan Akademi Ilmu Sosial “Aliarcham” dan Universitas Rakyat yang menjadikan revolusi Indonesia sasaran studi, rakyat Indonesia termasuk kaum intelektual progresif telah memetik hasilnya. Karya Kawan D.N. Aidit, Sosialisme Indonesia dan Syarat-Syarat Pelaksanaannya, yang baru diterbitkan oleh Akademi Ilmu Sosial “Aliarcham” yang menguraikan pendirian kaum Komunis Indonesia terhadap Sosialisme Indonesia mendapat sambutan yang hangat dan luas di kalangan masyarakat termasuk dari kalangan kaum intelektual, karena karya ini selain menjawab problem yang paling aktual di bidang ilmu sosial di negeri kita sekarang ini, karya itu sendiri adalah penyimpulan dari kenyataan-kenyataan obyektif dalam perkembangannya yang revolusioner.

Dan seperti kita ketahui di dunia ini hanya ada satu teori yang sejati, yaitu teori yang ditarik dari kenyataan obyektif dan sudah dibuktikan pula oleh kenyataan obyektif.

Yang berkenaan dengan pekerjaan meningkatkan tingkat pengetahuan para kader Partai ditentukan dalam plan sanggahan yang disebut di atas apa yang dapat dilaksanakan dalam waktu tahun terakhir Plan 3 Tahun Kedua yang sedang berjalan sekarang ini, dalam memberi pengetahuan: bahasa, ilmu bumi, sejarah, dan ilmu alam kepada kader-kader Partai yang belum mempunyai kesempatan mempelajarinya melalui pendidikan di sekolah-sekolah, terutama kader-kader dari kalangan buruh dan tani. Untuk mengetahui teori diperlukan tingkat pengetahuan umum yang elementer. Pelajaran ilmu bumi dan alam ditujukan untuk memperkuat pandangan materialisme para kader. Dalam rangka memperkuat pendidikan materialisme kepada kader, kader-kader umpamanya perlu mengerti: manakah yang berputar, bumi atau matahari.

Berbagai bentuk kegiatan untuk menggugah semangat mengintensifkan peningkatan pengetahuan umum dan tingkat kebudayaan sendiri di kalangan kader-kader terutama kader-kader buruh dan tani harus kita lakukan. Bersamaan dengan itu harus kita timbulkan antusiasme di kalangan kader-kader Partai dari kalangan inteligensia untuk melakukan berbagai kegiatan praktis di kalangan rakyat.

Dalam perpaduan ilmu dengan praktek ini, kader-kader buruh dan tani bisa menjadi intelektual, sedangkan kaum intelektual bisa memperoleh sifat-sifat yang baik dari massa buruh dan tani. Karena itu kegiatan-kegiatan di dua segi pekerjaan Partai di kalangan intelektual, satu sama lain tidak dapat dipisahkan.

Waktu yang akhir-akhir ini perhatian terhadap kemajuan ilmu di negeri kita sudah bertambah besar. Di samping Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) dalam rangka penggolongan kembali Kabinet telah dibentuk pula Departemen Research Nasional.

Niat Presiden Sukarno untuk memajukan ilmu di negeri kita dengan pembentukan dua Departemen ini adalah baik. Tetapi apakah niat baik Presiden ini akan baik pula bagi perkembangan ilmu, bagi rakyat, dan bagi tanah air kita, sangat tergantung pada siapa-siapa yang menjadi Menteri Departemen-Departemen tersebut dan yang memimpin jawatan-jawatannya.

Berpangkal pada pendirian bahwa satu-satunya prinsip yang benar adalah prinsip perpaduan ilmu dengan perjuangan, prinsip perpaduan ilmu dengan revolusi, personalia yang terdapat di kedua Departemen tersebut sudah seharusnya terdiri dari orang-orang yang telah menunjukkan kesetiaannya tanpa batas pada revolusi Indonesia, supaya dapat melaksanakan peringatan Presiden Sukarno kepada para Presiden Universitas-Universitas dari seluruh Indonesia beberapa waktu yang lalu, supaya awas, jangan sampai subversif asing masuk ke dalam universitas-universitas. Hanya menteri-menteri yang dengan sepenuh hati mengabdikan ilmu untuk kepentingan rakyat dan revolusi, yang mempunyai keberanian mengeluarkan yang sudah masuk dan meretul orang-orang reaksioner dalam universitas-universitas dan lembaga-lembaga ilmu lainnya. Orang-orang reaksioner sebaliknya akan menaikkan ke mimbar orang-orang yang sudah turun panggung, memasukkan yang sudah di luar serta memberi kedudukan pada wakil-wakil “old established forces” di universitas-universitas dan lembaga-lembaga ilmu lainnya.

Yang berkenaan dengan soal-soal mengenai perguruan tinggi dan penelitian, ketentuan-ketentuan penting dari Ketetapan MPRS masih belum berlaku. Perbandingan jumlah fakultas di bidang berbagai cabang ilmu alam dan sosial belum sesuai dengan Pola Proyek Pembangunan Semesta. Di bidang penelitian belum dibentuk Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dalam rangka perlu meretul MIPI menjadi Badan Penelitian Nasional seperti yang diputuskan oleh MPRS. Sudah tentu MPRS bukan bermaksud dengan retulingnya sekadar perubahan nama. Yang penting adalah mengubah fungsi dan orang-orangnya sesuai dengan tuntutan Manipol dan Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969.

Dengan lembaga-lembaga ilmu di tangan kaum kanan bukan hanya ilmu akan terpisah dari perjuangan dan dari revolusi, akan tetapi ilmu akan digunakan untuk menentang perjuangan rakyat, menentang Manipol, menentang persatuan, menentang revolusi.

Maju Terus Menempa Persatuan Partai Dengan Inteligensia

Kawan-kawan!

Dalam laporan yang disampaikan oleh Kawan D.N. Aidit kepada Kongres kita sekarang ini, telah digariskan bahwa bagi Partai kita masalah politik dalam negeri yang maha penting adalah pengibaran Tripanji Bangsa yaitu demokrasi, persatuan, dan mobilisasi untuk menuju: pengubahan demokratis yang konsekuen di lapangan sistem politik dan di lapangan kebebasan politik bagi rakyat. Konkretnya untuk menuju: terbentuknya Kabinet Gotong-Royong dan pencabutan keadaan bahaya, serta peninjauan kembali UUKB yang berlaku sekarang.

Kewajiban kita adalah untuk menghimpun sebanyak mungkin massa berkerumun di sekitar tugas poros ini dan berusaha mendapatkan lebih banyak pendukung dan pelaksana-pelaksana yang sadar dari kalangan massa progresif termasuk dari kalangan kaum intelektual untuk mendukung dan melaksanakannya.

Kawan Njoto dalam “Pengantar untuk perubahan Program Partai”, yang telah disampaikan dalam Kongres ini mengatakan: “……… kita menyusun Program bukan hanya buat kaum Komunis, tetapi untuk seluruh massa progresif. Adalah menjadi kewajiban kita untuk menjadikan seluruh massa progresif, mulai kaum intelektual di kota-kota sampai tani di dusun-dusun dan gunung-gunung, pendukung-pendukung Program Partai dengan pengertian-pengertian yang lempang, jadi dengan sadar”. Untuk mendapat dukungan yang lebih luas dari kalangan massa dan sejalan dengan usaha untuk memperbaiki pekerjaan Partai di kalangan kaum intelektual, baiklah untuk seterusnya kita jadikan tradisi dalam Partai kita di pusat maupun di daerah: Setiap ada sikap politik dari Partai tidak boleh melupakan mengusahakan dukungan yang lebih besar lagi dari kaum intelektual, di samping dukungan dari massa progresif lainnya.

Sudah tentu dukungan ini tidak akan datang dengan sendirinya. Tetapi apakah pendukung-pendukung Program Partai dari kalangan kaum buruh, kaum tani, pemuda, pelajar dan mahasiswa serta dari kalangan pekerja kebudayaan ada yang datang dengan sendirinya tanpa bekerja dengan berkobar-kobar dan tekun selama bertahun-tahun? Untuk dapat merumuskan Program Partai sejenis dan sejernih sekarang proletariat Indonesia memerlukan perjuangan selama sepertiga abad penuh, seperti yang dijelaskan Kawan Njoto dalam Kongres ini.

Untuk mendapatkan dukungan-dukungan Program Partai yang sadar dan aktif dari kalangan inteligensia yang sebanding dengan banyaknya dan kuatnya dengan dukungan yang didapat Partai dari sektor massa progresif lainnya, Partai kita harus bekerja lebih keras mengembangkan berbagai kegiatan di kalangan mereka, menjelaskan politik Partai lebih baik kepada mereka untuk mendapatkan dukungan dari mereka, melakukan kegiatan organisasi dan kegiatan ilmu dengan ulet, tekun, dan kontinyu di kalangan mereka, serta membantu mereka dalam membela kepentingan-kepentingannya.

Kita tak boleh lupa bahwa juga musuh-musuh rakyat dan musuh-musuh revolusi, yaitu kaum imperialis, tuan tanah, dan kapitalis birokrat di waktu-waktu yang akan datang akan berusaha untuk lebih keras lagi merebut mereka, walaupun yang mereka dapat sudah tentu tidak lebih daripada orang-orang yang tanpa dibeli pun satu waktu toh akan menjual diri mereka, atau yang mereka dapat tidak lebih daripada apa yang oleh Engels disebut “badut-badut terpelajar” (educated clowns).

Juga dalam perjuangan melawan musuh-musuh revolusi yang berusaha membeli dan mematikan inisiatif dan kreasi kaum intelektual Indonesia. kita harus melaksanakan “lima lebih” yang diterangkan Kawan D.N. Aidit dalam Laporan Umum, yaitu: lebih berani, lebih pandai, lebih waspada, lebih gigih, dan lebih tekun.

Sikap terlalu hati-hati atau keseganan yang tak beralasan yang terdapat di kalangan sementara kawan-kawan untuk memulai pekerjaan yang agak berarti di kalangan intelektual, menghambat peningkatan kesadaran politik dan kesadaran berorganisasi dari kaum intelektual.

Seperti ditegaskan Ketua kita dalam Laporan Umum ke Kongres ini “adalah kewajiban kaum Komunis untuk berdiri di barisan depan, tidak peduli apapun resikonya, dalam membela tuntutan-tuntutan sosial, ekonomi, politik, dan kultural daripada rakyat”. Sejak berdiri, Partai kita telah membuktikan kesetiaannya pada garis ini, dan di barisan kita, kader-kader Partai dari kalangan intelektual seperti kawan-kawan: Aliarcham, Amir Syarifuddin, dan banyak kawan-kawan lain lagi, sesuai dengan tradisi revolusioner inteligensia Indonesia, telah memberikan segala-galanya untuk rakyat dan revolusi. Bekerja di kalangan inteligensia bagi Partai kita adalah berbuat untuk mengembangkan tradisi revolusioner tokoh-tokoh inteligensia Indonesia di masa-masa yang lalu!

Di barisan kader-kader Partai kita sampai di kalangan kader-kader pimpinan terdapat kader-kader dari kalangan intelektual termasuk dari kalangan akademisi, tetapi Partai kita belum melakukan pekerjaan di kalangan intelektual sepadan dengan pentingnya peranan intelektual revolusioner untuk memenangkan revolusi. Sidang Pleno ke-3 CC akhir tahun yang lalu, sesuai dengan tugas yang diberi Kongres ke-6, telah menentukan untuk mengorganisasi lebih baik pekerjaan Partai di kalangan intelektual, dengan jalan selain lebih intensif memberikan pendidikan ideologi kepada kader-kader Partai dari kalangan intelektual, Comite-Comite berkewajiban mengembangkan keahlian mereka. Pendidikan ideologi dan bimbingan untuk mengembangkan keahlian mereka ditujukan untuk mempersenjatai mereka secara politik dan ideologi untuk melakukan kegiatan politik, ilmu dan organisasi di kalangan inteligensia dari berbagai lapangan.

Pikiran yang terdapat di kalangan sementara kader yang menganggap seolah-olah pekerjaan di kalangan intelektual sesuatu yang asing bagi Partai harus dilikuidasi. Pekerjaan di kalangan intelektual adalah urusan pengabdian kita kepada revolusi, karena itu tugas ini adalah tugas wajib bagi Partai kita!

Kita memang perlu takut untuk melakukan yang tidak baik bagi massa dan harus segan untuk tidak berbuat apa-apa untuk kepentingan massa.

Pekerjaan kita di kalangan massa intelektual seperti kegiatan Partai kita di kalangan massa pada umumnya, pertama-tama ditujukan untuk mengabdi massa dan untuk kepentingan revolusi, kalaupun terjadi kesalahan karena kita berbuat “kesalahan” itu adalah kesalahan dalam melakukan pengabdian pada masa dan pada revolusi yang berbeda dari kesalahan karena tidak berbuat, dan sama sekali tidak ada persamaannya dengan kesalahan yang memang tidak mungkin dimaafkan dari musuh-musuh revolusi, dari musuh-musuh rakyat. Asal kita pandai belajar sambil bekerja secara berangsur-angsur kita pasti akan semakin memiliki kecakapan bekerja.

Yang tidak boleh kita lupakan dalam pekerjaan di kalangan kaum intelektual adalah senantiasa mengombinasikan kegiatan ilmu, politik dan organisasi dengan kegiatan yang lebih besar lagi untuk membantu kaum intelektual dalam perjuangan mendapatkan berbagai fasilitas supaya mereka dapat mengamalkan kecakapannya secara maksimal untuk kepentingan rakyat dan tanah air.

Kaum intelektual sekarang ini telah semakin menyadari bahwa juga bagi mereka sudah merupakan soal yang urgen untuk mengakhiri keadaan ekonomi yang buruk yang membuat pekerjaan pokok mereka menjadi sambilan, sedangkan pekerjaan sambilan mereka menjadi pekerjaan pokok. Kesadaran politik inteligensia Indonesia dewasa ini semakin meningkat. Dalam rangka perjuangan membebaskan Irian Barat selain pelajar dan mahasiswa bukan sedikit akademisi mendaftarkan diri sebagai sukarelawan-sukarelawan.

Dalam rangka membela perkara kaum buruh dan kaum tani di pengadilan sudah semakin banyak sarjana hukum menawarkan dirinya sebagai pembela.

Inteligensia Indonesia dewasa ini sudah semakin menyadari bahwa tanpa pengubahan demokratis yang konsekuen di lapangan sistem politik, tradisi revolusioner kaum intelektual di negeri kita tidak mungkin dikembangkan dan aspirasi-aspirasi luhur mereka tidak mungkin dapat direalisasi.

Hanya pengubahan demokratis yang konsekuen di lapangan sistem politik dan di lapangan kebebasan politik bagi rakyat, yang memungkinkan mereka bersama golongan-golongan rakyat lainnya yang pro Manipol dapat secara aktif dan kreatif melakukan “social support” dan “social control” untuk melaksanakan Garis Besar Haluan Negara dan Garis Besar Haluan Pembangunan, yang diabdikan pada revolusi Indonesia.

Tanpa pengubahan yang konsekuen seperti itu kedudukan mereka sebagai golongan terpelajar demikian juga ilmu di negeri kita bisa menjadi diskredit di mata rakyat, karena tidak merasakan manfaat yang langsung dari produksi akademisi yang bertambah besar jumlahnya itu bagi hidup mereka sehari-hari.

Inteligensia karenanya ditempatkan dalam posisi yang sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan di kalangan rakyat penduduk kota dan desa, yaitu mengapa makin banyak insinyur perumahan rakyat tetap sedih keadaannya dan lampu listrik sering-sering tidak menyala, mengapa makin banyak ahli ekonomi harga sandang pangan tetap meningkat, makin banyak dokter jumlah orang yang sakit bukan berkurang, makin banyak ahli hukum makin banyak pula pencoleng-pencoleng yang melanggar hukum, dan sebagainya, dan sebagainya.

Tetapi kita akan bersikap tidak adil kalau membebankan tanggung jawab terhadap semua ini di atas pundak kaum intelektual. Juga untuk mereka berlaku prinsip bahwa mereka sebagai suatu golongan tidak bisa dianggap bertanggung jawab akibat sistem politik yang tidak memungkinkan mereka secara aktif dan kreatif mengabdikan kecakapannya untuk rakyat dan revolusi. Tetapi sebaliknya tanpa turut aktif memperjuangkan sistem politik yang lebih maju yang menjamin terlaksananya aspirasi luhur dari mereka, juga bagi mereka tidak mungkin ada perubahan yang datang dengan sendirinya. Kesadaran politik yang tinggi seperti itu tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada kegiatan-kegiatan praktis di kalangan mereka di bidang politik, ilmu, dan organisasi. Di sinilah pentingnya secara kreatif melakukan tri darma yang digariskan Sidang Pleno ke-3 CC akhir tahun yang lalu.

Kesadaran politik yang semakin meningkat di kalangan intelektual juga dapat dilihat dalam kegiatan menyingkirkan orang-orang yang anti Manipol dari kalangan universitas, setidak-tidaknya tak ada seorang sarjana di Indonesia yang merasa kehilangan apapun juga setelah orang-orang seperti Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Dr. Hatta disingkirkan dari kalangan Perguruan Tinggi.

Penyimpulan Ketua kita bahwa pekerjaan di kalangan inteligensia adalah bagian yang tak terpisahkan dari revolusi kebudayaan, membuat lebih jelas lagi betapa pentingnya Partai mencurahkan perhatian kepada soal-soal pendidikan umum. Dan porosnya dari pendidikan, baik pendidikan dalam Partai, maupun pendidikan umum adalah soal tenaga yang mengajar (para guru), di samping isi daripada pendidikan itu sendiri. Karena itu Partai kita perlu mencurahkan perhatian yang lebih besar lagi dalam pekerjaan di kalangan para guru di bidang pendidikan umum, dan harus lebih aktif lagi membantu mereka mendapatkan syarat-syarat bekerja yang lebih baik, memperjuangkan penempatan para guru yang belum bekerja, memperjuangkan anggaran belanja yang lebih besar lagi bagi pendidikan dasar, menengah maupun tinggi, di samping memperjuangkan anggaran belanja yang lebih besar lagi untuk mendorong perkembangan kebudayaan dan kesenian.

Kepasifan ideologi menghadapi kesukaran dalam pekerjaan di kalangan intelektual juga harus dilawan. Di daerah-daerah di mana Partai aktif dan ofensif dalam ideologi, yaitu bergulat melawan kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan di kalangan intelektual dan tidak mudah patah hati, serta aktif menghilangkan rintangan-rintangan ideologis pada sementara kader-kader Partai dari kalangan intelektual dalam pekerjaan di kalangan inteligensia, di situ tampak tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan.

Yang kita minta dari kaum intelektual adalah tidak banyak, yaitu supaya mereka tetap setia kepada yang melahirkan golongan terbanyak dari mereka, yaitu Revolusi Agustus 1945.

Sisa-sisa berbagai manifestasi dan kecenderungan sektarisme yang terdapat di kalangan sementara kader Partai dalam berhubungan dengan kaum intelektual non-Partai dan gejala-gejala sektaris di dalam Partai sendiri, harus diberantas dengan gigih. Mengapa? Karena untuk mengalahkan musuh-musuh revolusi selain diperlukan persatuan yang semakin bulat di dalam Partai, juga diperlukan persatuan Partai yang lebih luas dan lebih erat lagi dengan massa non-Partai termasuk dengan kaum intelektual yang barisannya saban tahun semakin bertambah besar.

Untuk mewujudkan pimpinan politik daripada Partai, kader-kader Partai kita di samping mengetahui, harus juga cakap mempraktekkan pengetahuan itu.

Seperti beberapa kali ditekankan Ketua kita “Pengetahuan teori saja tidak cukup. Tiap-tiap orang revolusioner harus berusaha memiliki seni daripada pimpinan politik, yang hanya mungkin didapat jika kita benar-benar menceburkan diri dalam praktek perjuangan revolusioner rakyat Indonesia. Perjuangan praktis daripada rakyat adalah sekolah tertinggi untuk belajar dan memiliki seni daripada pimpinan politik”.

Hanya kader-kader Partai yang tanpa mementingkan diri sendiri mengabdi kepentingan-kepentingan rakyat pekerja dan menyatukan diri dengan aspirasi-aspirasi luhur kaum intelektual revolusioner serta kepentingan-kepentingan mereka yang langsung, yang bisa berhasil memiliki seni memimpin di kalangan mereka.

Dengan semakin meratanya pengertian di dalam Partai, bahwa politik yang tepat terhadap kaum intelektual merupakan salah satu syarat penting bagi kemenangan revolusi. Partai kita dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi pasti dapat memenuhi tugas yang diberi Kongres Nasional ke-6 Partai dalam pekerjaan di kalangan inteligensia.

Jaminannya bahwa juga di lapangan pekerjaan intelektual Partai kita dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan mencatat sukses adalah: dengan semakin baiknya pekerjaan Partai dalam pembangunan ideologi, barisan intelektual Komunis Indonesia yang dibajakan dalam ideologi akan bertambah besar pula.

Pekerjaan intelektual Komunis yang semakin besar jumlahnya inilah yang menentukan sukses-sukses pekerjaan kita di kalangan intelektual di masa datang. Intelektual Komunis adalah intelektual yang memiliki tekad yang kuat dan bulat seperti dipakukan oleh penyair Anantaguna dalam beberapa kalimat syairnya, yang dimuat dalam H.R. hari ini:

“aku ini muridmu – Lenin dan Musso

aku ini siswamu – Aidit, Lukman dan Njoto”.

“Aku angkat Partaiku, Rakyatku, Tanah Airku

Kuserahkan seluruh hidup kepadamu”.

Kembangkan terus pekerjaan di kalangan inteligensia!

Hidup Partai Komunis Indonesia!

Hidup Persatuan Nasional berporoskan NASAKOM!

Hidup Rakyat dan Republik Indonesia!

Hidup Persatuan Komunis Sedunia!