Meningkatkan Peranan dan Martabat Wanita Komunis Untuk Mengibarkan Tinggi-Tinggi Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa

Suharti


Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres Nasional Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1963.


Dengan gembira saya menyambut Kongres Nasional ke-7 PKI yang jaya ini dan menyatakan persetujuan sepenuhnya atas Laporan Umum yang diuraikan oleh Kawan Ketua D.N. Aidit dan uraian tentang perubahan Konstitusi dan Program Partai yang dinyatakan masing-masing oleh Kawan M.H. Lukman dan Kawan Njoto. (Tepuk tangan).

Dalam melaksanakan garis politik yang sudah diputuskan oleh Kongres Nasional ke-6 PKI dan yang dikembangkan dalam Kongres Nasional ke-7 PKI sekarang ini tampak andil para anggota wanita Komunis yang penting dalam melaksanakan garis-garis Partai. Oleh karena itu saya akan mengemukakan laporan tambahan tentang masalah wanita dan pekerjaan Partai di kalangan wanita, dengan tujuan untuk meningkatkan peranan dan martabat wanita-wanita Komunis dalam melaksanakan tugas-tugas Partai mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa. (Tepuk tangan).

Dalam Laporan Umum Kongres Nasional ke-6 telah dinyatakan oleh Kawan Ketua D.N. Aidit, bahwa: “Mayoritas yang sangat terbesar dari massa wanita adalah yang paling tertindas hidupnya sebagai akibat daripada krisis ekonomi yang terus-menerus mencengkeram negeri kita. Mereka adalah korban pertama daripada merajalelanya pengangguran, kemiskinan, keterbelakangan, ketidakadilan ekonomi dan sosial di negeri kita”. 2½ tahun sejak Kongres Nasional ke-6 PKI sampai Kongres Nasional ke-7 sekarang ini keadaan ekonomi tidak bertambah baik. Harga kebutuhan hidup sehari-hari makin melonjak tinggi, dan daya beli rakyat makin bertambah merosot. Mayoritas massa wanita semakin menderita hidupnya berhubung adanya kenaikan harga yang juga diikuti dengan menghilangnya barang-barang pokok keperluan sehari-hari, terutama beras. Adalah menggelisahkan lagi, jikalau sudah berjam-jam antre di panas terik matahari, tiba-tiba barang-barangnya habis atau pun tidak ada di pasar. Bagi mereka yang berpenghasilan kecil dan berkeluarga banyak, sebagaimana terdapat di kalangan kaum buruh, tani, kaum miskin kota, maka hal tersebut sangat menekan kehidupannya. Banyak di kalangan mereka sudah tidak mampu lagi untuk teratur makan setiap hari, hal mana sangat mengganggu kesehatannya. Adalah satu kenyataan, bahwa bahaya kelaparan menyerang banyak desa, di mana kaum tani dari kalangan buruh tani dan tani miskin menjadi korbannya.

Berhubung dengan keadaan itulah, maka adalah wajar jika di kalangan kaum wanita di mana-mana timbul aksi-aksi untuk penurunan harga. (Tepuk tangan). Aksi-aksi untuk penurunan harga mendapat dukungan yang luas, berupa pengiriman petisi-petisi, surat-surat, pernyataan-pernyataan, resolusi-resolusi, ataupun delegasi-delegasi kepada Pemerintah. Ribuan wanita mengambil bagian dalam pengiriman delegasi-delegasi, sekalipun keselamatan mereka terancam dengan tahanan atau pun proses verbal. Kemarahan mereka tertuju kepada kaum koruptor, kaum spekulan, pengacau-pengacau ekonomi, tuan tanah, kapitalis birokrat, dan sebagai biang keladi utamanya adalah kaum imperialis yang menjadi sebab daripada kesulitan-kesulitan ekonomi dewasa ini. Baik gabungan-gabungan wanita di berbagai daerah, maupun Kongres Wanita Indonesia di tingkat pusat, yang menghimpun berbagai golongan kaum wanita, di samping mengirimkan delegasi-delegasi, juga menyelenggarakan rapat-rapat atau pun musyawarah-musyawarah wanita untuk mempersoalkan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan ini. Kebangkitan massa wanita yang luas tersebut patut kita sambut, karena sesuai dengan perasaan dan tuntutan kaum wanita yang layak dan adil untuk memperjuangkan perbaikan tingkat hidup atau malahan pada umumnya hanya supaya tingkat hidup yang sudah ada, yang belum baik, tidak menjadi lebih jelek lagi. Semangat mereka itu menunjukkan, bahwa massa kaum wanita tidak menyerah dan tetap mengadakan perlawanan-perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan reaksioner di dalam negeri yang terus-menerus berusaha dengan sekuat tenaga menindas kebangkitan gerakan demokratis dan revolusioner dari rakyat. (Tepuk tangan).

Aksi-aksi melawan kemahalan harga tersebut telah merupakan bukti tentang kebenaran resolusi Kongres Nasional ke-6 PKI yang berjudul: “Turunkan harga barang-barang dengan melakukan politik harga rendah”, yang pada pokoknya menuntut kepada Pemerintah untuk mengganti politik harga yang liberal dengan politik harga rendah berdasarkan kepentingan rakyat, bukan atas kepentingan kaum modal besar asing, kaum spekulan dan komplotannya. (Tepuk tangan).

Dalam semangat melaksanakan Trikomando Rakyat untuk pembebasan Irian Barat, maka semboyan yang dilancarkan oleh CC PKI dan dinyatakan oleh Kawan Ketua D.N. Aidit ialah: “satu tanga pegang bedil dan satu tangan lagi pegang pacul” adalah sangat tepat. Di samping aksi-aksi untuk melawan kemahalan harga, maka juga di kalangan massa kaum wanita timbul tuntutan-tuntutan untuk dibukanya training centre-training centre, ikut sertanya mereka dalam latihan-latihan kemiliteran, dan siap siaga memberikan tenaga di garis depan atau pun di garis belakang. (Tepuk tangan). Di samping itu mereka juga mulai mengambil bagian dalam Gerakan 1001 untuk memperbesar produksi pangan, selain mengambil bagian dalam gerakan koperasi rakyat pekerja dan melancarkan distribusi. Khususnya mengenai Gerakan 1001 di kalangan wanita telah dimulai gerakan-gerakan di daerah-daerah bertepatan dengan 8 Maret. (Tepuk tangan). Wanita-wanita Komunis bersama-sama dengan wanita-wanita lainnya telah mengadakan kegiatan-kegiatan penanaman bersama dalam kebun-kebun 8 Maret. (Tepuk tangan). Kegiatan-kegiatan ini sangat baik dan perlu diluaskan terus-menerus di daerah-daerah. Semuanya itu menunjukkan kesadaran yang bertambah meningkat di kalangan wanita dalam memikul tanggung jawab pada saat sekarang, yaitu di satu pihak ikut serta mengambil bagian untuk pembebasan Irian Barat dan di lain pihak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, yang kedua-duanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Yang perlu terus-menerus dikembangkan adalah aksi-aksi kecil hasil, untuk senantiasa dihubungkan dengan Tripanji Partai ialah: Front Persatuan Nasional, Pembangunan Partai dan Revolusi Agustus 1945, dan Tripanji Bangsa ialah: Demokrasi, Persatuan dan Mobilisasi untuk pembebasan Irian Barat dan mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi. Dalam aksi-aksi itu, terutama di kalangan wanita tani dan buruh wanita, peranan wanita-wanita Komunis tidak kecil, untuk memperjuangkan hak-hak demokrasi, penurunan harga, kenaikan upah dan perbaikan tingkat hidup serta hak-hak wanita. Saya menggarisbawahi apa yang sudah ditegaskan oleh Kawan Ketua dalam Laporan Umum tentang pentingnya kita mempelajari dan mempraktekkan hasil-hasil seminar nasional wanita tani dan seminar nasional buruh wanita. Dua seminar itu besar artinya untuk membangkitkan dan memobilisasi massa wanita dalam aksi-aksi untuk memperkuat gerakan tani dan gerakan buruh pada umumnya. Seminar-seminar tersebut merupakan hasil research dari aktivis-aktivis wanita di desa, secara langsung mengenal kehidupan kaum tani dan kaum buruh, terutama buruh tani dan tani miskin dan pengalaman aksi-aksi wanita tani dan buruh wanita yang heroik dan militan. Terutama pekerjaan kita di kalangan wanita tani sangatlah penting, karena kecuali mereka merupakan mayoritas massa wanita yang langsung bekerja dalam proses produksi, juga peranannya tidak bisa diabaikan dalam memenangkan perjuangan kaum tani untuk merealisasi Gerakan 6 Baik di desa-desa. Bahkan dalam aksi-aksi untuk kenaikan upah dan turun sewa, untuk terlaksananya UUPA dan UUPBH, kesadaran dan kebangkitan mereka sangat menentukan. Partai berkewajiban terus-menerus melahirkan kader-kader wanita yang cakap dan terlatih dalam pekerjaan di kalangan wanita tani dan buruh wanita untuk menyelesaikan tugas memenangkan Revolusi Agustus 1945 sampai ke akar-akarnya.

Kongres Nasional ke-6 PKI telah menetapkan tugas-tugas pokok mengenai pekerjaan di kalangan massa wanita, yaitu: Partai harus memberikan perhatian khusus terhadap masalah wanita, baik secara umum maupun di dalam Partai sendiri. Partai harus mendidik para wanita Komunis menjadi wanita yang inteleknya, kemauannya, dan perasaannya berkembang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Bersamaan dengan mengonsolidasi dan meluaskan keanggotaan Partai di kalangan wanita, Partai harus meneruskan usaha menggalang organisasi wanita revolusioner yang besar sebagai syarat untuk memperkuat seluruh gerakan wanita dan gerakan massa pekerja Indonesia pada umumnya.

Dengan dijiwai oleh hasil-hasil Kongres Nasional ke-6 PKI, pengalaman-pengalaman yang disimpulkan dalam Konferensi Nasional Wanita Komunis, dan hasil-hasil Sidang Pleno ke-2 dan ke-3 CC, maka sampai sekarang pekerjaan Partai di kalangan wanita telah mencapai kemajuan-kemajuan. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain adalah dengan terbentuknya Departemen Wanita di tingkat Comite Central, Bagian-bagian Wanita di tingkat CDB/CS/CK/CP dan petugas-petugas khusus di tingkat CSS. Sekalipun ada Bagian-bagian yang belum berjalan baik, akan tetapi pada umumnya dengan terbentuknya Bagian-bagian tersebut Comite-comite Partai sudah mulai dibantu memecahkan problem-problem khusus dalam bekerja di kalangan wanita. Tugas kita ialah untuk melengkapi komposisi Bagian Wanita dengan aktivis-aktivis di berbagai sektor, sehingga Bagian mampu membantu Comite untuk memecahkan problem-problem wanita yang luas.

Dalam Kongres Nasional ke-7 Kawan Ketua D.N. Aidit menilai kemajuan-kemajuan gerakan wanita Indonesia dan Partai kita mengakui peranan ormas wanita revolusioner yaitu Gerwani dalam memajukan gerakan emansipasi wanita. Saya kita tidak ada satu pun di antara kita yang tidak menyetujui penilaian itu. Presiden Sukarno pun dalam Kongres Nasional ke-6 Gerwani menegaskan 2 hal, yaitu, di satu pihak mengkritik gerakan-gerakan wanita yang bersifat “ladies-movement” (gerakan ndoro den ayu) dan di pihak lain menyatakan bahwa Gerwani adalah “salah satu kekuatan mencapai cita-cita” dan bahwa “gerakan massa adalah gerakan revolusioner untuk mencapai cita-cita revolusi kita”.

Jika dibandingkan dengan tahun 1957, maka pada akhir 1961 jumlah anggota ormas wanita revolusioner Gerwani telah meningkat 2 kali lipat dan berjumlah lebih dari sejuta orang. (Tepuk tangan). Organisasinya juga meluas di seluruh tanah air. Kader-kader ormas wanita revolusioner yang terdiri dari putra-putra daerah dari berbagai suku bangsa telah lahir dan kian hari kian bertambah banyak. Kader-kader wanita Komunis berkewajiban menjadi tulang punggung bagi perluasan ormas wanita revolusioner, sehingga berjuta-juta anggotanya berakar di kalangan massa, mencapai perluasan sesuai dengan plan.

Dalam menyukseskan Plan 3 Tahun Kedua, beberapa CS telah membentuk tim-tim petugas turun ke bawah dan wanita-wanita Komunis telah mengambil bagian dalam pekerjaan itu. Dengan sistem tersebut, maka pekerjaan yang dengan cara kerja biasa diselesaikan dalam waktu 1½ tahun dapat mereka selesaikan hanya dalam 1 bulan saja, atau pekerjaan yang dulu pernah dikerjakan dalam 15 bulan dapat mereka selesaikan dalam 3 bulan saja, dan sebagainya. (Tepuk tangan). Pekerjaan ini meliputi perluasan anggota-anggota wanita Partai, perluasan ormas wanita revolusioner, peningkatan calon anggota menjadi anggota Partai dan sebagainya. Saya menganggap pengalaman bekerja turun ke bawah membantu organisasi-organisasi basis Partai tersebut sangat penting, sebagaimana dijelaskan oleh Kawan Ketua dalam Laporan Umum, lebih-lebih untuk menyukseskan Gerakan 4 Meningkat di daerah-daerah.

Di lapangan pendidikan anak-anak, Partai kita menyambut dengan gembira pekerjaan-pekerjaan yang makin bertambah maju dalam memperluas Taman Kanak-Kanak yang diusahakan oleh ormas wanita revolusioner Gerwani. Perkembangan yang cepat bisa diketahui dari jumlah Taman Kanak-Kanak yang jika dibandingkan dengan jumlahnya pada tahun 1957 sampai sekarang meningkat 400% (4 kali). (Tepuk tangan). Usaha itu merupakan prestasi yang besar dalam lapangan pendidikan anak-anak. Dalam hal ini saya menganggap sangat penting pula kader-kader wanita Komunis mempelajari keputusan-keputusan Seminar TK Melati. Partai kita berkewajiban untuk membantu memperluas Taman Kanak-Kanak dan kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh agar anak-anak kaum buruh dan tani mendapat kesempatan dan asuhan pendidikan yang tepat dan biayanya murah. Untuk itu wanita-wanita Komunis juga perlu memperdalam pengetahuan pendidikan anak-anak dan melaksanakan garis-garis sebagaimana diputuskan oleh Seminar Pendidikan Partai.

Kekuatan bekerja di kalangan inteligensia sudah menjadi program ormas wanita revolusioner yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan umum kader-kader wanita dan menarik lebih banyak lagi wanita-wanita dari kalangan inteligensia ke dalam gerakan wanita, khususnya ke dalam perjuangan pembelaan hak-hak wanita dan anak-anak dan memperluas usaha-usaha kesejahteraan ibu dan anak. Saya berpendapat, bahwa sangatlah penting agar lebih banyak lagi wanita inteligensia mengambil bagian dalam memajukan gerakan wanita, meningkatkan pengetahuan umum anggota dan kader-kader wanita.

Juga mengenai soal yang paling vital dalam revolusi kebudayaan di negeri kita, ialah PBH, ormas wanita revolusioner sudah aktif mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. (Tepuk tangan). Dan adalah satu hal yang baik bahwa K.W.I. mengadakan kompetisi PBH antar ormas-ormas wanita, di mana beberapa ormas wanita antara lain Gerwani telah mendapat penghargaan secara nasional dalam pekerjaan tersebut. (Tepuk tangan). Adalah satu kenyataan, bahwa Kongres Wanita Indonesia sesudah mengubah strukturnya dan menerima Manipol sebagai haluan negara di dalam kongresnya ke-5 pada bulan Februari 1961, telah mengambil banyak langkah-langkah yang maju dan berusaha mengadakan hubungan yang lebih erat dengan massa wanita.

Front persatuan wanita dapat diperluas di banyak daerah, dan masalah pentingnya bekerja dalam front persatuan wanita makin diyakini oleh kawan-kawan di daerah-daerah. Kewajiban kita ialah mengembangkan front itu lebih lanjut, terutama bagi daerah-daerah di mana kerja sama antar ormas-ormas wanita masih belum lancar jalannya.

Tentang pentingnya Seminar Nasional Wanita Muda sebagaimana ditegaskan dalam Laporan Umum, saya berpendapat, bahwa seminar tersebut diperlukan untuk meningkatkan peranan wanita muda dan menarik lebih banyak lagi wanita muda ke dalam gerakan pemuda. Selain daripada itu sangatlah penting pula menjadikan mereka tunas-tunas pejuang emansipasi wanita yang sungguh-sungguh.

Dalam pekerjaan internasional, aktivis-aktivis ormas wanita revolusioner juga makin besar andilnya untuk mengembangkan dan memperkuat persatuan wanita sedunia dalam perjuangan untuk melawan kolonialisme dan imperialisme dan untuk perdamaian.

Revolusi tak akan menang tanpa ikut sertanya massa wanita. Lenin telah menegaskan, bahwa: “massa tidak bisa ditarik ke dalam politik tanpa menarik pula kaum wanita. Karena wanita, separuh umat manusia, tertindas dobel di bawah kapitalisme” dan bahwa: “tidak bisa terdapat gerakan massa yang sungguh-sungguh tanpa kaum wanita”. Suksesnya pekerjaan Partai di kalangan massa wanita sangatlah tergantung kepada suksesnya Partai memperluas anggota wanita. Oleh karena itu saya menyambut dengan gembira hasil-hasil pekerjaan di daerah-daerah, antara lain Sumatera Barat di mana anggota wanita meningkat persentasinya dari 18% menjadi 20% dan sekarang pada 50% dari CS-CS sudah mempunyai anggota-anggota Pleno wanita. (Tepuk tangan). Saya berpendapat, bahwa perluasan dan promosi anggota wanita perlu terus diusahakan, karena ini berarti bahwa Partai kita bekerja dengan keras untuk tercapainya peningkatan kualitas-kualitas baru yang maju dan terus tumbuh di kalangan wanita. Tetapi belum di semua daerah terdapat kenaikan jumlah anggota wanita yang seimbang dengan kenaikan anggota Partai pada umumnya, sehingga secara nasional terdapat persentase anggota wanita yang berkurang jika dibandingkan dengan Kongres Nasional ke-6. Kekurangan ini harus kita perbaiki dalam menyukseskan Plan 3 Tahun Kedua.

Teranglah, bahwa di samping kemajuan-kemajuan yang kita peroleh dalam pekerjaan di kalangan wanita, masih terdapat pula banyak kekurangan. Misalnya, tentang pimpinan Comite-comite terhadap kader wanita, tentang meningkatkan aktivitas grup-grup wanita, tentang meningkatkan pendidikan anggota dan calon anggota wanita, tentang mengatasi kesulitan-kesulitan khusus kader wanita tersebut. Pada pokoknya kita perlu meninjau masalah meningkatkan peranan dan martabat wanita-wanita Komunis dalam menjalankan tugas-tugas Partai dan dalam perjuangan sehari-hari untuk massa. Untuk dapat mewujudkan hal itu, maka sangatlah penting masalah menunjukkan cara dan mengurus kader, sebagaimana ditegaskan dalam Laporan Umum Kawan Ketua D.N. Aidit khususnya bagi kader-kader wanita.

Ada tiga soal yang perlu saya ketengahkan di sini, ialah:

1. Masalah meningkatkan kader wanita

Untuk dapat terlaksananya prinsip meningkatkan kader wanita, maka diperlukan senantiasa kesabaran mendidik mereka. (“Betul!” Tepuk tangan). Sebagaimana ditegaskan oleh Kawan Ketua D.N. Aidit, wanita-wanita Komunis harus berbeda dengan wanita-wanita borjuis. Mereka perlu memiliki kepribadian tipe baru, yaitu antara pikiran, kemauan, dan perasaan haruslah seimbang dan merupakan satu kesatuan. (Tepuk tangan). Akan tetapi masih banyak kawan yang antara pikiran, kemauan, dan perasaan, menitikberatkan pada perasaan. Masalah ini perlu dibetulkan dan untuk itu Sekolah-sekolah Politik khusus dan Sekolah-sekolah Partai khusus bagi kader-kader wanita sangat bermanfaat dan perlu terus ditingkatkan. Juga ceramah-ceramah tentang masalah wanita dalam Sekolah-sekolah Partai merupakan soal yang penting pula. Menurut pengalaman gerakan-gerakan belajar yang sudah ditentukan oleh CC mempunyai pengaruh yang besar dalam usaha pembetulan pikiran anggota-anggota wanita. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peranan Comite-comite untuk meningkatkan kader-kader wanita sangatlah penting. Belum semua Comite menjalankan dengan sistematis pemupukan terhadap mereka, sementara Comite masih “membiarkan” kader-kader wanita tumbuh sendiri tanpa pengurusan. Membetulkan kekurangan atau kesalahan haruslah tepat pada waktunya dengan cara-cara yang bijaksana, dan Partai harus wajar mempromosi mereka. Sampai sekarang kader-kader wanita yang bekerja dalam badan-badan pimpinan Partai belumlah banyak. Saya menyambut ketentuan Partai untuk merencanakan peningkatan kader-kader wanita dalam badan-badan pimpinan Partai dan mengharap agar di kemudian hari kita mencapai kemajuan-kemajuan dalam hal ini. Selain itu saya memperkuat pendapat Kawan Ketua agar Konferensi-konferensi Wanita-wanita Komunis diadakan oleh Comite-comite di daerah-daerah. Dengan terus-menerus meningkatkan kesadarannya, membantu mereka belajar Marxisme-Leninisme dan belajar pengetahuan umum serta belajar pengetahuan tentang lapangan mereka sendiri, maka saya yakin, bahwa kader-kader wanita Partai akan meningkat peranan dan martabatnya dalam menjalankan tugas-tugas Partai di berbagai pos pekerjaan dan berbagai tingkat jabatan pimpinan.

2. Masalah memelihara kehidupan grup-grup wanita

Sebagaimana ditegaskan oleh Kawan Ketua D.N. Aidit grup-grup wanita di dalam Partai kita bukan hanya harus tetap dipertahankan tetapi harus kita perluas dan kita tingkatkan kemampuannya. Pekerjaan grup-grup wanita kita tidak boleh hanya terbatas sampai pada pekerjaan di kalangan wanita. Ia harus mengambil bagian dalam semua kegiatan Partai, sebab ini adalah satu di antara syarat-syarat untuk memperbesar kemampuan kawan-kawan wanita, untuk mempertinggi tingkat kesadarannya dan untuk memperbaiki aksi-aksinya. Di antara grup-grup tersebut terdapat grup-grup wanita yang perlu dijadikan teladan. Misalnya, di beberapa CS terdapat grup-grup wanita yang dipimpin oleh kepala-kepala grup yang pada permulaannya masih buta huruf, akan tetapi karena kegiatan grup tersebut, sekarang kepala-kepala grup dan anggota-anggota grup-grup tersebut sudah pandai membaca dan menulis. Selanjutnya grup-grup itu sudah mengaktifkan usaha membaca bersama dan selalu tidak ketinggalan dalam menjalankan tugas-tugas Partai, misalnya rajin mengumpulkan iuran dan gerakan-gerakan keuangan Partai lainnya, memperluas anggota dan aksi-aksi. Pada umumnya grup-grup wanita yang sudah berjalan itu rajin mengumpulkan iuran dibandingkan grup-grup lainnya. (Tepuk tangan). Menurut pengalaman dalam mengaktifkan grup tersebut peranannya terletak di tangan kepala-kepala grup. Oleh karena itu saya sangat setuju untuk menyelenggarakan konferensi atau pun seminar-seminar kepala-kepala grup wanita di daerah-daerah untuk bertukar pengalaman dalam menghidupkan grup-grup wanita. Pengalaman dari grup-grup yang hidup dan maju dapat dijadikan contoh bagi grup-grup yang belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian pasti akan membawa kemajuan-kemajuan kehidupan grup-grup wanita pada umumnya.

3. Masalah membantu memecahkan kesulitan-kesulitan khusus kader wanita

Mengenai hal ini belum semua Comite Partai dapat mencari pemecahan dalam mengatasi kontradiksi antara bekerja dan belajar dengan memelihara anak dan mengurus rumah tangga. Akibatnya Partai sulit memobilisasi mereka. Sebagaimana juga dialami oleh kaum wanita lainnya, pekerjaan rumah tangga yang tetek-bengek serta membosankan teramat melelahkan serta menghabiskan waktu dan kekuatan bagi wanita. Berbeda dengan wanita-wanita borjuis yang menyerahkan semua pekerjaan rumah tangga, termasuk pendidikan anak-anak, kepada pembantu-pembantu sewaan, maka wanita proletariat dibebani pekerjaan rumah tangga yang membelenggu kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Lenin dalam pembicaraan dengan Clara Zetkin pernah menegaskan sebagai berikut: “Sangat sedikit jumlah suami-suami, meskipun di kalangan kaum proletar, yang memikirkan bagaimana bantuan yang dapat mereka berikan untuk meringankan beban serta kesukaran-kesukaran istri-istri mereka atau sama sekali meringankan keseluruhan beban itu apabila mereka membantu dalam pekerjaan wanita ini. Pekerjaan kita kaum Komunis di kalangan massa wanita serta pekerjaan politik kita pada umumnya meliputi pekerjaan yang besar dalam mendidik kaum laki-laki. Kita harus menghapuskan, mencabut sampai ke akar-akarnya pandangan pemilik budak yang kuno, (tepuk tangan), baik dalam Partai maupun di tengah-tengah massa”. Demikianlah Lenin. Apa yang dinyatakan itu sangat tepat. Partai kita harus berangsur-angsur dapat memecahkan kesulitan-kesulitan khusus itu, dengan mencari bentuk-bentuk yang praktis untuk meringankan beban kader-kader wanita. Misalnya, mengusahakan eksperimen-eksperimen penitipan kanak-kanak dalam bentuk insidental atau pun permanen, menghidupkan saling bantu antar keluarga dengan semangat solidaritas Komunis, mendorong suami-suami untuk senantiasa dapat memberikan kelonggaran kepada istri-istrinya untuk menghadiri rapat-rapat Partai atau menjalankan tugas-tugas Partai. Di samping itu kader-kader wanita sendiri perlu saling belajar mengorganisasi keluarga sebagai keluarga revolusioner, membagi-bagi pekerjaan rumah tangga antara anggota keluarga, suami-istri perlu memupuk terus-menerus moral Komunis, dan sebagainya. (“Setuju!” Tepuk tangan). Juga masalah tidak mempunyai pembantu dan banyak anak serta rangkapan-rangkapan pekerjaan merupakan hal-hal yang menghambat kemajuan kader wanita. Oleh karena itu dengan cara bijaksana hal-hal tersebut perlu diatasi.

Demikianlah 3 soal pokok yang perlu saya ketengahkan dalam Kongres sekarang ini. Menurut pengalaman ada 2 faktor penting sebagai kunci untuk berhasilnya soal pemupukan dan pengangkatan kader-kader wanita Partai, yaitu:

  1. Comite-comite Partai dari pelbagai tingkat harus memperkuat pimpinan dan mempunyai rencana kerja yang lengkap dan menyeluruh. Mengenai hal ini masalah penelitian pertumbuhan kader laki-laki dan wanita dan rencana-rencana konkret pemeliharaannya dijadikan suatu bagian dari seluruh rencana mengenai kader. Karena itu adanya gejala mendiskriminasi dan merendahkan kader wanita dan tidak adanya rencana untuk pekerjaan memupuk dan mengangkat kader wanita yang terdapat pada beberapa Comite, perlu dibetulkan.
  2. Faktor lain yang penting adalah kegiatan kader-kader wanita sendiri. Kader-kader wanita haruslah berani mengikis kelemahan-kelemahannya sendiri, misalnya, rasa rendah diri, tidak berani terus-terang, dan malu mengemukakan persoalan-persoalan, mudah membicarakan masalah-masalah yang tidak pada tempatnya, mudah tersinggung perasaannya, mudah mutung atau putus asa, dan sebagainya. (Tawa). Kelemahan-kelemahan ini bersumber pada ideologi borjuis kecil dan non-proletar yang perlu dikikis berangsur-angsur. Setiap kader wanita harus terus-menerus memperbesar hasratnya dan kesanggupannya untuk belajar dan bekerja dengan teguh, berhubungan erat dengan massa, dengan rendah hati belajar dari massa, memperkuat persatuan dan menempa diri sendiri dalam proses mengatasi kesulitan-kesulitan supaya menjadi lebih kuat. (Tepuk tangan).

Dengan demikian maka peranan dan martabat wanita-wanita Komunis akan semakin meningkat untuk mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa.

Marilah kita warisi dan teruskan tekad Kartini, ialah:

“Bagaimana aku akan menang bila aku tidak berjuang? Bagaimana aku akan mendapat bila aku tidak mencari? Tidak berjuang berarti tidak menang, maka aku akan berjuang, aku hendak merebut kemerdekaanku. Aku tidak gentar karena keberatan dan kesukaran………” (Tepuk tangan).

Hidup Kongres Nasional ke-7 PKI yang jaya!

Hidup Comite Central PKI di bawah pimpinan Kawan Ketua D.N. Aidit! (Tepuk tangan riuh).